Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN PRE EKLAMSI BERAT (PEB)

1. Pengertian
Pre eklamsia merupakan penyakit khas akibat kehamilan yang memperlihatkan
gejala trias (hipertensi, edema, dan proteinuria), kadang-kadang hanya hipertensi dan
edema atau hipertensi dan proteinuria (dua gejala dari trias dan satu gejala yang harus
ada yaitu hipertensi).
Menurut Mansjoer (2000), pre eklamsia merupakan timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan.
Pre eklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi
terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah
normal dan diartikan juga sebagai penyakit vasospastik yang melibatkan banyak sistem
dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria (Bobak, Lowdermilk, &
Jensen, 2005).
Klasifikasi pre eklamsia dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut:
a. Pre eklamsia ringan
Pre eklamsia ringan ditandai dengan:
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang; kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih dari tensi baseline (tensi
sebelum kehamilan 20 minggu); dan kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1
jam, atau berada dalam interval 4-6 jam.
2) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; kenaikan berat badan 1 kg atau lebih
dalam seminggu.
3) Proteinuria kuantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kualitatif 1 + atau 2 + pada urin
kateter atau midstream (aliran tengah).
b. Pre eklamsia berat
Pre eklamsia berat ditandai dengan:
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
4) Adanya gangguan serebral atau kesadaran, gangguan visus atau penglihatan, dan
rasa nyeri pada epigastrium.
5) Terdapat edema paru dan sianosis
6) Kadar enzim hati (SGOT, SGPT) meningkat disertai ikterik.
7) Perdarahan pada retina.
8) Trombosit kurang dari 100.000/mm.

2. Etiologi
Penyebab pre-eklampsia belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap
sebagai "maladaptation syndrome" akibat penyempitan pembuluh darah secara umum
yang mengakibatkan iskemia plasenta (ari-ari) sehingga berakibat kurangnya pasokan
darah yang membawa nutrisi ke janin. Namun ada beberapa faktor predisposisi
terjadinya pre eklamsia, diantaranya yaitu:
a. Primigravida atau primipara mudab (85%).
b. Grand multigravida
c. Sosial ekonomi rendah.
d. Gizi buruk.
e. Faktor usia (remaja; < 20 tahun dan usia diatas 35 tahun).
f. Pernah pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
g. Hipertensi kronik.
h. Diabetes mellitus.
i. Mola hidatidosa.
j. Pemuaian uterus yang berlebihan, biasanya akibat dari kehamilan ganda atau
polihidramnion (14-20%).
k. Riwayat keluarga dengan pre eklamsia dan eklamsia (ibu dan saudara perempuan).
l. Hidrofetalis.
m. Penyakit ginjal kronik.
n. Hiperplasentosis: mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, bayi besar, dan
diabetes mellitus.
o. Obesitas.
p. Interval antar kehamilan yang jauh.

3. Manifestasi Klinis
Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dengan urutan pertambahan berat
badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre
eklampsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif. Sedangkan pada pre
eklampsia berat ditemukan gejala subjektif berupa sakit kepala di daerah frontal,
diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, dan mual atau muntah. Gejala-
gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan merupakan
petunjuk bahwa eklampsia akan timbul. Penegakkan diagnosa pre eklampsia
yaitu adanya 2 gejala di antara trias tanda utama, dimana tanda utamanya yaitu
hipertensi dan 2 tanda yang lain yaitu edema atau proteinuria. Tetapi dalam praktik
medis hanya hipertensi dan proteinuria saja yang dijadikan sebagai 2 tanda dalam
penegakkan diagnosa pre eklamsia.
4. Patofisiologi
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini
menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus.
Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat
hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik berperan dalam
proses terjadinya endotheliosis yang menyebabkan pelepasan tromboplastin.
Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi/
agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan
terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin akan
menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan
konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor
pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin uterus
yang di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati dan bersama- sama
angiotensinogen menjadi angiotensin I dan selanjutnya menjadi angiotensin II.
Angiotensin II bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme.
Vasospasme menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit
menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer
akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhan sehingga menyebabkan terjadinya
hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula
suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi
intravaskular akan menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah,
paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan
terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi
serebral, nyeri dan terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan
risiko cedera. Pada darah akan terjadi endotheliosis menyebabkan sel darah merah dan
pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya
pendarahan, sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya
anemia hemolitik. Pada paru-paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya
kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya
edema paru. Edema paru akan menyebabkan terjadinya gangguan pertukaran gas. Pada
hati, vasokontriksi pembuluh darah akan menyebabkan gangguan kontraktilitas
miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan diagnosa
keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi
peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat
menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan
kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan
penurunan GFR dan permeabilitas terhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR
tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan
diuresis menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau
anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin.
Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein
akan lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan
terjadi spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan edema diskus optikus dan retina.
Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa
keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan
hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga
dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation serta memunculkan
diagnosa keperawatan risiko gawat janin.
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis
akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan
ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia
duodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat
menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang
meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa
keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ektremitas
dapat terjadi metabolisme anaerob yang menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah
yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan
sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah
sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi akan
mengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi dan memunculkan diagnosa
keperawatan kurang pengetahuan.
5. Penatalaksanaan
a. Pencegahan atau Tindakan preventif
1) Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti, mengenali tanda-tanda
sedini mungkin (pre-eklamsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya
penyakit tidak menjadi lebih berat.
2) Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklemsi kalau ada
faktor-faktor predisposisi.
3) Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya
mengatur diet rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga
menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan
b. Penatalaksanaan atau Tindakan kuratif
Tujuan utama penatalaksanaan atau penanganan adalah untuk mencegah
terjadinya pre-eklamsia berlanjut dan eklamsia, sehingga janin bisa lahir hidup dan
sehat serta mencegah trauma pada janin seminimal mungkin.
1) Penanganan pre eklamsia ringan
Pengobatan hanya bersifat simtomatis dan selain rawat inap, maka penderita dapat
dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang lebih sering, misalnya 2 kali
seminggu. Penanganan pada penderita rawat jalan atau rawat inap adalah dengan
istirahat ditempat, diit rendah garam, dan berikan obat-obatan seperti valium tablet 5
mg dosis 3 kali sehari atau fenobarbital tablet 30 mg dengan dosis 3 kali 1 sehari.
Diuretika dan obat antihipertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu
bermanfaat, bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre-eklampsi berat. Bila gejala
masih menetap, penderita tetap dirawat inap.Monitor keadaan janin : kadar estriol
urin, lakukan aminoskopi, dan ultrasografi, dan sebagainya.Bila keadaan
mengizinkan, barulah dilakukan induksi partus pada usia kehamilan minggu 37 ke
atas.
2) Penanganan pre eklamsia berat
a) Pre eklamsia berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu.
Jika janin belum menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji kocok
dan rasio L/S, maka penanganannya adalah sebagai berikut:
(1) Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr intramuskular
kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr itramuskular selama tidak ada
kontraindikasi.
(2) Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat
diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre-eklamsia ringan
kecuali ada kontraindikasi.
(3) Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor, serta berat
badan ditimbang seperti pada pre eklamsia ringan, sambil mengawasi
timbulnya lagi gejala.
(4) Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan dilakukan terminasi kehamilan
dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung keadaan.
Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka
penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan diatas 37 minggu.
b) Pre eklamsia berat pada kehamilan lebih dari 37 minggu.
(1) Penderita dirawat inap
(a) Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi.
(b) Berikan diet rendah garam dan tinggi protein.
(c) Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr intramuskular, 4 gr digluteus
kanan dan 4 gr digluteus kiri.
(d) Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam.
(e) Syarat pemberian MgSO4 adalah refleks patella positif; diuresis 100 cc
dalam 4 jam terakhir; respirasi 16 kali per menit, dan harus tersedia
antidotumnya yaitu kalsium glukonas 10% dalam ampul 10 cc.
(f) Infus dekstrosa 5% dan ringer laktat.
(2) Berikan obat anti hipertensif : injeksi katapres 1 ampul IM dan selanjutnya
dapat diberikan tablet katapres 3 kali ½ tablet atau 2 kali ½ tablet sehari.
(3) Diuretika tida diberikan kecuali bila terdapat edema umum, edema paru dan
kegagalan jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikan 1 ampul IV lasix.
(4) Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus
dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin (pitosin atau
sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.
(5) Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forceps, jadi ibu
dilarang mengedan.
(6) Jangan diberikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang
disebabkan atonia uteri.
(7) Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi, kemudian
diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam post partum.
(8) Bila ada indikasi obstetrik dilakukan seksio sesarea.
c. Perawatan Mandiri untuk Kasus Pre Eklamsia
1) Aromatherapy : penelitian membuktikan bahwa minyak tertentu dapat menimbulkan
efek pada penurunan tekanan darah dan membantu relaksasi seperti : levender,
kamomile, kenanga, neroli dan cendana. Tetapi ada juga aromatehrapy yang dapat
meningkatkan tekanan darah diantaranya rosemary, fenel, hyssop dan sage.
2) Pijat : pijat bagian punggung, leher, bahu, kaki, bisa memberikan ketenangan dan
kenyamanan.
3) Shiatsu, tai chi, yoga, dan latihan relaksasi
4) Terapi nutrisi : spesialis nutrisi menganjurkan penggunaan vitamin dan suplemen
mineral, khususnya zinc dan vitamin B6.
1. KONSEP DASAR SECTIO CAESAREA
A. Pengertian
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim.

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut

B. Indikasi
1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
2. KPD (Ketuban Pecah Dini)
3. Janin Besar (Makrosomia)
4. Kelainan Letak Janin
5. Bayi kembar
6. Faktor hambatan jalan lahir
7. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
MASA NIFAS
A. PENGERTIAN NIFAS
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali sepertisemula (sebelum hamil). Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6minggu.
B. KLASIFIKASI NIFA
Nifas dibagi menjadi 3 tahap yaitu
puerperium dini, puerperiumintermedial, dan remote puerperium
1. Puerperium dini yaitu masa kepulihan dimana ibu telahdiperbolehkan berdisi dan
berjalan-jalan.
2. Puerperium inermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alatgenetalia utama lamanya
6-8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulihdan sehat sempurna
terutama bila ibu selama hamil
atau bersalin mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-
mingu, bulanan atau tahunan

C. PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS


Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-
organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Perubahan fisiologis pada
masa ini sangat jelas yang merupakan kebalikan dari proses kehamilan.Pada masa nifas
tejadi perubahan-perubahan fisiologis terutama pada alat-alat genitalia eksterna maupun
interna, dan akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Perubahan yang terjadi pada masa nifas ini adalah:

1. Perubahan Sistem Reproduksi,


2. Perubahan Sistem Pencernaan,
3. Perubahan Sistem Perkemihan,
4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal,
5. Perubahan Sistem Endokrin,
6. Perubahan Tanda-tanda Vital,
7. Perubahan Sistem Kardiovaskuler,
8. Perubahan Sistem Hematologi,
9. Perubahan Berat badan,
10. Perubahan kulit.
D. Perubahan Psikologis Dalam Masa Nifas
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase
sebagai berikut :
1. Fase taking in
Merupakan periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai
hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu
fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses
persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu menjadi
pasif terhadap lingkungannya.
2. Fase taking hold
Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu
merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan
bayinya sehingga timbul percaya diri.
3. Fase letting go
fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang verlangsung sepuluh hari
setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya
sudah meningkat. Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya keadaan ini disebut baby blues.
E. DATA FOKUS

Data Penyebab Masalah


DS: Agen injuri fisik Nyeri akut
1. Ibu mengatakan nyeri pada daerah Kontraksi uterus
kemaluan terutama jika untuk bergerak
dan duduk, nyeri tajam, perih, lokasi pada
daerah perineum, nyeri sedang skala 6.
2. Ibu mengatakan perut terasa mual-mual
dan seperti dipelintir.
DO:
1. Tampak berhati-hati ketika bergerak di
tempat tidur.
2. Ekspresi wajah merintih ketika bergerak
atau duduk.
3. Tanda-tanda vital : TD: 110/80
mmHg , N: 84 kali/menit, R: 24
kali/menit, S: 36,5 oC.
DS: Faktor risiko: Risiko infeksi
Ibu mengatakan terdapat luka di Trauma jaringan
kemaluannya dan rasanya sakit. Tidak adekuatnya
DO: pertahanan
1. Terdapat ruptur perineum derajat I sekunder tubuh
dengan jahitan luar 1 Zide.
2. Luka tampak basah.
3. Lb. Darah (3-11-2004):
HB: 9,9
AL: 13,3
HCT: 30
DS: Kelelahan Defisit perawatan
Ibu mengatakan merasa lelah dan ingin diri:
tidur. Mandi/kebersihan
DO: diri, Toileting
1. Ibu tidak mampu masuk dan keluar dari
kamar mandi.
2. Tampak lemah.
3. Aktivitas kebersihan diri dibantu oleh
keluarga.

4. Diagnosa Keperawatan

Sesuai dengan prioritas diagnosa yang muncul adalah:


a. Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri fisik, Kontraksi uterus.
b. Defisit perawatan diri: Mandi/kebersihan diri, Toileting berhubungan dengan
Kelelahan.
c. Risiko infeksi berhubungan dengan Faktor risiko: Trauma jaringan, Tidak
adekuatnya pertahanan sekunder tubuh.
F. Rencana Keperawatan
Tanggal Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1. Nyeri akut Setelah diberikan
1. Kaji ulang
1. mengidentifikasi
berhubungan asuhan keperawatan skala nyeri kebutuhan dan
dengan diharapkan nyeri
2. Anjurkan intervensi yang
trauma ibu berkurang ibu agar tepat
mekanis , dengan criteria menggunakan2. untuk
edema / evaluasi : skala teknik mengalihkan
pembesaran nyeri 0-1 , ibu relaksasi dan perhatian ibu dan
jaringan atau mengatakan distraksi rasa rasa nyeri yang
distensi efek – nyerinya berkurang nyeri dirasakan
efk hormonal sampai hilang 3., Motivasi 3.: memperlancar
tidak merasa nyeri untuk pengeluaran
saat mobilisasi , mobilisasi lochea,
tanda vital dalam sesuai mempercepat
batas normal . S = indikasi involusi dan
37 C . N = 80
4. Berikan mengurangi
x
/menit , TD = kompres nyeri secara
120/80 mmHG , R hangat bertahap.
= 18 – 20 x / menit 5. Delegasi
4. meningkatkan
pemberian sirkulasi pada
analgetik perinium
5. melonggarkan
system saraf
perifer sehingga
rasa nyeri
berkurang

1. Resiko setelah diberikan


1. Kaji lochea
1. untuk dapat
tinggi askep diharapkan (warna, bau, mendeteksi tanda
terhadap infeksi pada ibu jumlah) infeksi lebih dini
kekurangan tidak terjadi dengan kontraksi dan
volume cairan KE : dapat uterus dan mengintervensi
berhubungan mendemonstrasikan kondisi dengan tepat.
dengan teknik untuk jahitan 2. pembalut yang
penurunan menurunkan resiko episiotomi. lembab dan
masukan / infeksi, tidak
2. Sarankan banyak darah
penggantian terdapat tanda- pada ibu agar merupakan media
tidak adekuat tanda infeksi. mengganti yang menjadi
, kehilangan pembalut tiap tempat
cairan 4 jam. berkembangbiakn
berlebih ( 3. Pantau ya kuman.
muntah , tanda-tanda 3. peningkatan
hemoragi , vital. suhu > 38C
peningkatan 4. Lakukan menandakan
keluaran urine rendam infeksi.
) bokong. 4. untuk
5. Sarankan memperlancar
ibu sirkulasi ke
membersihka perinium dan
n perineal dari mengurangi
depan ke udema.
belakang. 5. membantu
mencegah
kontaminasi rektal
melalui vaginal.

1. Resiko setelah diberikan


1. Ajarkan ibu
1. memberi
tinggi askep ibu agar massage rangsangan pada
terhadap diharapkan tidak sendiri fundus uterus agar
infeksi kekurangan volume uteri. berkontraksi kuat
berhubungan cairan dengan KE 2.: Pertahankan dan mengontrol
dengan cairan masuk dan cairan peroral perdarahan.
trauma keluar seimbang, 1,5-2 2. mencegah
jaringan , Hb/Ht dalam batas Liter/hari terjadinya
penurunan Hb normal (12,0-16,0
3. Observasi dehidrasi.
, prosedur gr/dL) perubahan 3. peningkatan
invasive , suhu, nadi, suhu dapat
pecah ketuban tensi. memperhebat
, malnutrisi 4. Periksa dehidrasi.
ulang kadar
4. penurunan Hb
Hb/Ht. tidak boleh
melebihi 2
gram%/100 dL.
DAFTAR PUSTAKA

Sofian, A. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri operatif


Obstetri social. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Wilkinson M. Judith. 2014. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan


Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta:EGC

Anggita N (2014). Prevalensi Pre eklampsia berat di rumah sakit cipto mangkusomo
tahun 2011 dan hubungan nya dengan status paritas skripsi,
pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,
Jakarta

Afridasari,alimin dan sutrianah (2015) analisis factor resiko kejadian preeklamsia


Kendari : Pendidikan Dokter & Fakultas Farmasi Uho

Febriani, Ferra (2013). Laporan Pendahuluan Keperawatan Maternitas Peb (Pre


Eklamsi Berat) Di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Banyuma.
Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Jenderal Soedirman Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan Program Profesi
Ners Purwokerto.

Herdman, T. H. (2012). Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC.

Sumiati & Dwi F. (2012). “Hubungan obesitas terhadap pre eklamsia pada kehamilan
di RSU Haji Surabaya”. Embrio, Jurnal Kebidanan, Vol 1, No.2, Hal. 21-
24.
Widiastuti, N. P. A. (2012). “Asuhan keperawatan pre eklamsia”.
http://nursingisbeautiful.wordpress.com/2010/12/03/askep-preeklampsia/.
LAPORAN PENDAHULUAN POST SECTIO SESAREA
PADA KLIEN Ny “N” G3 P2 A0 DENGAN
DIAGNOSA PREKLAMSIA BERAT
RSUD SAWERIGADING
KOTA PALOPO
TAHUN 2019

DISUSUN OLEH :

NAMA : IRLAMUDDIN
NIM : SDK161014

CI LAHAN CI INSTITUSI

ARIAFNI DAMSI Amd. Keb Ns. CICI PRATIWI S. Kep., M.Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


DATU KAMANRE
T.A 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai