PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Begitu banyak kasus ibu hamil yang disebabkan oleh pre-eklamsi berat tidak dapat
ditangani dengan baik yang disebabkan oleh kurangnya kepedulian ibu untuk
melakukan pemeriksaan teratur pada bidan dan juga ketidakperhatiannya bidan
dalam megontrol ibu hamil dengan baik di daerahnya. Dengan disusunya makalah
in, semoga akan leih menjadarkan kita utuk lebih memperhatikan ibu hamil dengan
maslah pre-eklamsi berat sehingga dapat menurunkan drajat kecacatan ibu dan
janin bahkan menyebabkan kematian. Makalah ini bermanfaat untuk masyarakat
umum, secara khusus mahaiswa kebidanan guna untuk menambah pengetahuan.
Semoga bermanaat untuk smua, Amin.
B. Tujuan
C. Rumusan masalah
1. Apa defenisi pre-eklamsi berat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
- Spasmus arteriola
- Koagulasi intravaskuler
Walaupun vasospasme mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan
tetapi vasospasme ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai
eklampsia (Obstetri Patologi : 1984)
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah
iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal
yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan
banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. (Ilmu Kebidanan :
2005).
Faktor pertama adalah genetik, jika ibu atau mertua kita memiliki riwayat
preeklampsia, kita juga berisiko mengalaminya pada satu kali atau lebih kehamilan,
yang kedua adalah adanya kelainan pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah
bisa mengakibatkan suplai darah ke organ-organ vital seperti ginjal dan hati jadi
berkurang.
Obesitas juga disebut-sebut sebagai penyebab lain preeklamsia. Indeks masa tubuh
yang tinggi berkaitan dengan diabetes, tekanan darah tinggi serta resistensi insulin,
dapat mempengaruhi sistem inflamasi.
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam
dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada
beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami
spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan
perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan
dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan
interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan
pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis
pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme
dan iskemia (Cunniangham,2003).
1. Perubahan kardiovaskuler
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklamsia dan
eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan
peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata
dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang
secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik/kristaloid intravena, dan aktifasi
endotel disertai ekstravasasi kedalam ekstravaskuler terutama paru
(Cunningham,2003).
3. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu dapat
terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan salah
satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukkan
pada preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma,
diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adaanya perubahan peredaran
darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau didalam retina
(Rustam,1998).
4. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada
korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan
(Trijatmo,2005).
5. Uterus
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema
paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi pnemonia
atau abses paru (Rustam, 1998).
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini
preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Kita perlu
lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan adanya faktor-faktor
predisposisi seperti yang telah diuraikan di atas. Walaupun timbulnya preeklamsia
tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan
pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasannya yang baik
pada wanita hamil. Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam
pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun
pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan
berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan
penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara
dini preeklampsia dan segera merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan
obat antihipertensif, memang merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan
antenatal yang baik.
F. Faktor Resiko
Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo (2005), faktor resiko pre-
eklamsia berat adalah :
1. Riwayat Preeklampsia
3. Kegemukan
4. Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang
mempunyai bayi kembar atau lebih.
G. Penatalaksanaan
1. Perawatan aktif
a) Pada ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih, dijumpai tanda-tanda atau gejala impending
eklamsia, kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi
terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan edicinal, ada gejala-
gejala status quo (tidak ada perbaikan).
b) Janin
Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG) yaitu ada tanda intra uterine growth
retardation (IUGR)/janin terhambat.
c) Hasil laboratorium
3. Antihipertensi diberikan bila tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg atau MAP
lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg
(bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta, dosis
antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
8. Pengobatan Obstetrik
a) Induksi persalinan: tetesan oksitocyn dengan syarat nilai bishop 5 atau lebih
dan dengan fetal heart monitoring.
b) Seksio Sesaria (dilakukan oleh dokter ahli kandungan), bila: fetal assessment
jelek. Syarat tetesan oksitocyn tidak dipenuhi (nilai bishop <5) atau adanya
kontraindikasi tetesan oksitocyn; 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitocyn
belum masuk fase aktif. Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan
terminasi dengan seksio sesaria.
H. Komplikasi
Atonia uteri
Ablasi retina
Gagal jantung
Prematuritas
Kematian janin
Solusio plasenta
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor pertama adalah genetik, jika ibu atau mertua kita memiliki riwayat
preeklampsia, kita juga berisiko mengalaminya pada satu kali atau lebih kehamilan,
yang kedua adalah adanya kelainan pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah
bisa mengakibatkan suplai darah ke organ-organ vital seperti ginjal dan hati jadi
berkurang.
B. Saran