Oleh:
Nafa Maulidina
Nurlaila
Pembimbing:
dr. M. Risnandar, Sp.PD
2019
Latar Belakang
penderita pertahun.2
Status Pasien
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 52 tahun
Alamat : Bukit Batu, Bengkalis
Tanggal dan Pukul: 08 Mei 2019, pukul 10.05 WIB
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis, 08 Mei 2019, pukul 10.05 WIB
Resume anamnesis :
Keluhan utama :
Badan lemas dan sesak sejak 2 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD dengan keluhan badan lemas sejak 2 hari yang lalu, pasien juga mengatakan
sesak sejak 2 hari yang lalu, sesak dirasakan pasien terus-menerus, sesak yang dirasakan pasien seperti
terhimpit benda berat, pasien mengatakan sesak terasa berat apabila beraktivitas dan terasa berkurang jika
dibawa duduk atau baring dengan 3 bantal, pasien juga mengatakan sesak juga terasa pada malam hari.
Pasien juga mengatakan jika kekamar mandi harus di bantu oleh orang lain. Pasien mengeluhkan batuk sejak
1 minggu yang lalu, batuk kering dan pasien batuk terus menerus,pasien menyatakan tidak ada nyeri
dada,dan pasien juga tidak merasakan jantung yang berdebar-debar. pasien mengatakan ada demam sejak 3
hari yang lalu dan demamnya hilang timbul, mual muntah (+). Muntah sudah 3 hari dan muntah hanya air
saja. Pasien juga mengatakan sulit tidur sejak sesak timbul. Pasien mengatakan tidak ada alergi dengan cuaca
Pasien tidak ada riwayat asma dan riwayat penyakit paru sebelumnya
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan dan penyakit serupa dengan pasien.
Berat badan : 55 kg
VI.A. Masalah aktif : pasien mengeluhkan badan lemas dan sesak sejak 2 hari SMRS.
VI.B. Masalah pasif : pasien mengaku sulit untuk kekamar mandi atau beraktivitas karna harus dibantu
oleh orang lain, pasien juga mengatakan bahwa keluarga nya jarang menemani beliau, karna anaknya
diluar kota, dan suami pasien harus bekerja, rumah pasien juga jauh dari rumah sakit.
VII. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis : Congestive Heart Failure
Diagnosis banding : Pneumonia, Penyakit Paru Obstruksi Kronis
VIII. RENCANA
VIII.A. Tindakan Diagnostik /Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Hematologi tanggal 07-05-2019
Pemeriksaan Hasil
Leukosit 7800/mm3
Eritrosit 3.580.000/mm3
Hematocrit 32%
MCV 81 fl
MCH 25 pg
MCHC 31%
Pemeriksaan Faal Ginjal tanggal 07- Pemeriksaan Faal Hati tanggal 08-05-
05-2019 2019
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Hasil
Derajat III : Gagal jantung berat dengan edema paru - Kelas IV (C) : basah dan dingin (wet – cold)
seluruh lapangan paru.
1.Diuretik 2. ACE-I
3. Beta-bloker
\ 4. Mineralokortokoid/aldosterone
reseptor antagonis t :Spironolactone dan eplerenone
5. Angiotensin receptor blocker
6. Ivabradine
7. Digoxin dan glikosida digitalis lainnya
Prognosis
Prognosis pada penderita gagal jantung yang mendapat terapi yaitu: 21
Dari hasil anamnesis, dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, manifestasi klinis
PPOK (penyakit paru obstruksi kronis) tidak ditemukan, sehingga kemungkinan
diagnosis PPOK dapat disingkirkan.
Pada saat anamnesis yang dilakukan didapatkan pasien sesak namun tidak disertai
dengan nyeri dada, pasien batuk dan juga demam namun tidak demam menggigil atau
tidak melebihi 40oC. Pada saat pemeriksaan fisik, inspeksi thoraks tidak ditemukan
keterlambatan gerakan pernafasan, saat palpasi fremitus taktil simetris tidak didapatkan
fremitus yang mengeras, saat perkusi tidak ditemukan suara redup di dinding toraks, dan
saat auskultasi didapatkan suara ronkhi kasar dan mengi, namun tidak ditemukan suara
nafas bronkovesikuler sampai bronkial.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik yang dilakukan, tidak ditemukan manifestasi
klinis yang mengarah ke diagnosis pneumonia, sehingga diagnosis pneumonia dapat
disingkirkan.
Diuretik merupakan obat utama untuk mengatasi gagal jantung akut yang disertai
dengan kelebihan cairan yang bermanifestasi sebagai kongesti paru atau edema
perifer. Diuretik mengurangi retensi air dan garam sehingga mengurangi volume
cairan ekstra sel, aliran balik vena, dan tekanan pengisisan ventrikel (preload).
Diuretik tidak boleh diberikan pada gagal jantung asimtomatik atau yang tidak ada
overload cairan. Elektrolit dan fungsi ginjal harus disering dimonitor pada
insufisiensi ginjal atau yang memerlukan diuresis yang cepat. Setelah euvolemia
tercapai, dosis diuretik harus diturunkan sampai dosis minimal yang diperlukan untuk
mempertahankan euvolemia.
Clopidogrel (CPG) merupakan obat untuk mencegah serangan jantung dan stroke pada
orang dengan penyakit jantung. CPG bekerja dengan menghalangi trombosit tidak saling
menempel dan mencegah pembentukan aterosklerosis. CPG membantu untuk melancarkan
aliran darah. Pemberian ISDN dan clopidogrel diindikasikan oleh karena pasien juga
didiagnosis dengan infark miokard. Hal ini diperkirakan menjadi alasan pemberian obat
tersebut pada pasien ini mengingat pasien pernah mengeluh nyeri dada yang menjalar
sampai bahu dan telah berobat ke klinik dokter, dengan asumsi telah mendapat obat-obatan
lini pertama.
Digoxin adalah obat yang masuk golongan cardiac glycoside. Obat ini bekerja
pada mineral tertentu (natrium dan kalium) di dalam sel jantung. Digoxin
menurunkan ketegangan jantung dan membantu agar denyut jantung tetap
normal, teratur, dan kuat.
KSR adalah obat ini bekerja untuk mengurangi retensi cairan/bengkak dan
menyebabkan efek diuresis (sering BAK). Efek dari sering BAK ini adalah
kalium ikut keluar melalui urine sehingga orang yang meminum golongan obat
ini rentan mengalami kekurangan kalium. Oleh sebab itu, dokter akan
menambahkan suplemen kalium seperti KSR untuk mencegah terjadinya
hipokalemia.
Simvastatin adalah obat golongan statin yang berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol
dalam darah. Kolesterol jahat (LDL) mudah menggumpal dan menempel pada dinding
pembuluh darah. Dalam kondisi ini, plak dapat terbentuk sehingga menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah (aterosklerosis), yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
serangan jantung atau stroke. Simvastatin bekerja dengan cara menghambat enzim
pembentuk kolesterol sehingga kadar kolesterol dalam darah berkurang. Obat ini akan
semakin efektif jika disertai dengan penerapan gaya hidup yang sehat, seperti berolahraga
secara teratur dan menghindari makan berminyak. Kadar LDL yang normal dalam darah
adalah di bawah 100 mg/dL.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Gagal jantung didefinisikan sebagai kondisi dimana jantung tidak lagi dapat memompakan
cukup darah ke jaringan tubuh. Gagal jantung merupakan tahap akhir penyakit jantung yang dapat
menyebabkan meningkatnya mortalitas dan morbiditas penderita penyakit jantung. Sangat penting
untuk mengetahui gagal jantung secara klinis. Diagnosis gagal jantung ditegakkan berdasarkan
anamnesis, gejala dan penilaian klinis, didukung oleh pemeriksaan penunjang seperti EKG, foto
toraks, biomarker, dan ekokardiografi Doppler. Kriteria diagnosis gagal jantung yang dipakai adalah
menurut Framingham Heart Study.
Penatalaksanaan meliputi penanganan gagal jantung kronik dan gagal jantung akut, dengan
penanganan non medikamentosa, dengan obat – obatan serta dengan menggunakan terapi invasif.
Saran
Congestive heart failure (CHF) merupakan salah satu kasus yang tidak sederhana.
Sebagai seorang dokter diperlukan pengetahuan serta pemahaman tentang CHF, sehingga
dapat mengarahkan diagnosis secara klinis dan melakukan tatalaksana awal yang
diperlukan secara tepat.