Anda di halaman 1dari 10

1.

Farmakologi
Dalam terapi, obat biasanya memberikan berbagai efek, namun biasanya
hanya 1 efek terapi yang diharapkan sedangkan efek-efek lain tidak diharapkan dapat
dianggap sebagai efek samping. Efek-efek samping ini biasanya mengganggu namun
tidak membahayakan. Efek yang tidak diinginkan dan membahayakan dianggap
sebagai efek toksik. Efek toksik obat dapat dikelompokan sebagai efek farmakologis,
patologis dan genotoksik. Biasanya keparahan toksisitas secara proporsional terkait
dengan konsentrasi obat dalam tubuh dan durasi paparan. Overdosis obat adalah
contoh toksisitas obat terkait dosis.

B.
C.
D.
E. Patofisiologi, farmakologi, dan terapi diet kasus Overdosis
1. Patofisiologi
Overdosis obat dapat mempengaruhi vaskuler sistemik sehingga terjadi
penurunan organ-organ dalam tubuh, biasa nya akibat dari overdosis dapat
menimbulkan mual, muntah, gangguan pernafasan, diare, perut kembung, gangguan
sirkulasi, dan kerusakan hati (Katzung, 2004) Mual dan muntah terjadi dikarenakan
adanya iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat, obat yang
mengandung bahan kimia berac un (IFO) dapat menghambat (inktivasi) enzim
asrtikolinesterase tubuh (KhE), dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk
menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat IFO-KhE lebih banyak
terjadi, akibatnya akan terjadi penumpukan AKH ditempat-tempat tertentu sehingga
menimbulkan gejala-gejala rangsangan AKH yang berlebi han yang akan
menimbulkan efek tim ulasi kemudian depresi (SSP) (Katzung, 2004)
a. Toksisitas Farmakologis
Depresi sistem saraf pusat terkait penggunaan barbiturat dipengaruhi oleh
dosis. Efek klinis berkembang mulai dari efek ansiolitik, sedasi hingga koma.
Demikian pula tingkat hipotensi yang dihasilkan oleh nifedipin sangat dipengaruhi
oleh dosis yang diberikan. Tardive dyskinesia adalah gangguan motorik
ekstrapiramidal yang berhubungan dengan penggunan obat antipsikotik,
tampaknya tergantung pada durasi paparan. Toksisitas farmakologi juga dapat

5
terjadi ketika dosis yang diberikan tepat, misalnya pada kasus pasien yang diobati
dengan tetrasiklin, sulfonamida, klorpromazin dan asam nalidiksat yang
disebabkan adanya efek fototoksisitas oleh sinar matahari terhadap pasien.
b. Toksisitas Patologis
Parasetamol dimetabolisme menjadi glukoronida nontoksik dan sulfat
terkonjugasi, dan metabolit yang sangat reaktif N-acetyl-p-benzoquinoneimine
(NAPQI) melalui isoform CYP. NAPQI disebut sebagai senyawa biologis reaktif
menengah yang sering timbul dari hasil metabolisme obat. Pada dosis terapi
NAPQI mengikat glutation nukleofilik tapi dalam kondisi overdosis penipisan
glutation dapat menyebabkan nekrosis hati patologis
2. Terapi Diet
Terapi diit pada pasien dengan overdosis adalah Antidot. Terapi antidot
melibatkan mekanisme antagonisme atau dengan menginaktivasi racun secara
kimiawi. Farmakodinamika racun dapat diubah dengan jalan memberikan
kompetitornya pada reseptor, seperti pada antagonisme nalokson dalam mengobati
overdosis heroin. Antidot fisiologis dapat ditempuh melalui mekanisme seluler yang
berbeda, seperti pada penggunaan glukagon untuk merangsang pemblokiran alternatif
terhadap reseptor adrenergik dan meningkatkan siklik AMP seluler pada terapi
overdosis propranolol. Antivenom dan agen pengkhelat mengikat dan secara langsung
menonaktifkan racun. Biotransformasi racun juga dapat diubah oleh antidot; seperti
pada kasus fomepizol yang akan menghambat dehidrogenasi alkohol dan
menghentikan pembentukan metabolit asam beracun dari etilen glikol dan metanol.
Banyak jenis obat yang dapat digunakan dalam perawatan pendukung pasien
keracunan (misal; antikonvulsan, vasokonstriktor yang dapat dianggap sebagai antidot
fungsional yang tak spesifik.

F. Asuhan Keperawatan Kasus Overdosis


1. Pengkajian
a. Primary survey
Sebelum penyalahgunaan terjadi biasanya dalam bentuk pendidikan,
penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui kekuarga,
dan lain-lain. Instansi pemerintah seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan
pada tahap intervensi ini, Kegiatan yang dilakukan seputar pemberian informasi

6
melalui berbagai bentuk materi KTE yang di tunjukkan kepada remaja langsung
dan keluarga.
 B1: Breath, kaji pernapasana klien. Apakah klien mengalami gangguan dalam
bernapas
 B2: Blood, kaji apakah terjadi perdarahan yang menyumbat jalan napas dan
cek tekanan darah pasien.
 B3: Brain, kaji apakah klien mengalami gangguan pada proses berfikir.
 B4: Bladder, kaji apakah ada terjadi kerusakan pada daerah ginjal yang
dikarenakan overdosis karna keasaman obat tersebut.
 B5: Bowel, kaji intake dan output pasien
1) Airway Support
Pada klien dengan overdosis yang perlu diperhatikan adalah ada
tidaknya sumbatan pada jalan napas seperti lidah. Lidah merupakan penyebab
utama tertutupnya jalan napas pada klien tidak sadar karena pada kondisi ini
lidah klien akan terjatuh ke belakang rongga mulut. Hal ini akan
mengakibatkan tertutupnya trakea sebagai jalan napas. Sebelum diberikan
bantuan pernapasan, jalan napas harus terbuka. Teknik yg dapat digunakan
adalah cross finger (silang jari). Jika terdapat sumbatan bersihkan dengan
teknik finger sweep (sapuan jari).
Adapun Teknik untuk membuka jalan napas:
a) Head tilt / chin lift, Teknik ini dapat digunakan jika penderita tidak
mengalami cedera kepala, leher dan tulang belakang
b) Jaw trust
2) Breathing support
Setelah dipastikan bahwa jalan napas aman, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan penilaian status pernapasan klien, apakah masih bernapas
atau tidak. Teknik yg digunakan adalah LOOK, LISTEN and FEEL (LLF).
LLF dilakukan tidak lebih dari 10 menit, jika klien masih bernapas, tindakan
yg dilakukan adalah pertahankan jalan napas agar tetap terbuka, jika klien
tidak bernapas, berikan 2 x bantuan pernapasan dgn volume yg cukup.
3) Circulation support
Circulation support adalah pemberian ventilasi buatan dan kompresi
dada luar yang diberikan pada klien yang mengalami henti jantung. Selain itu

7
untuk mempertahankan sirkulasi spontan dan mempertahankan sistem jantung
paru agar dapat berfungsi optimal dilakukan bantuan hidup lanjut (advance life
support).
4) Disability
Pemantauan status neurologis secara cepat meliputi tingkatan
kesadaran dan GCS, dan ukur reaksi pupil serta tanda-tanda vital.
5) Exposure
Lakukan pengkajian head to toe.
6) Folley kateter
Pemasangan kateter pada klien overdosis biasanya dilakukan untuk
melakukan perhitungan balance cairan.
7) Gastric tube
Salah satu Penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah kumbah
lambung yang bertujuan untuk membersihkan lambung serta menghilangkan
racun dari dalam lambung.
8) Heart monitor
Lakukan pemantauan peningkatan detak jantung, peningkatan tekanan
darah dan kerusakan sistem kardiovaskuler. Setelah primary survey dan
intervensi krisis selesai, perawat harus mengkaji riwayat pasien
 A: Allergies (jika pasien tidak dapat memberikan informasi perawat bisa
menanyakan keluarga atau teman dekat tentang riwayat alergi pasien)
 M: Medication (overdosis obat: ekstasi)
 P: Past medical history (riwayat medis lalu seperti masalah kardiovaskuler
atau pernapasan
 L: Last oral intake (obat terakhir yang dikonsumsi: ekstasi)
 E: Even (kejadian overdosisnya obat, dekskripsi gejala, keluhan utama,
dan mekanisme overdosis)
b. Secondary survey
Pada saat penggunaan sesudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan
(treatmen). Fase ini meliputi: fase penerimaan awal (intialintek) antara 1-3 hari
dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental dan fase detoksifikasi dan terapi
komplikasi medic, antara 1-3 minggu untuk melakukan pengurangan

8
ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap. Tindakan yang harus
dilakukan adalah melakukan tindakan keperawatan head to toe.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektit b.d depresi pusat pernapasan
b. Gangguan sirkulasi spontan b.d penurunan fungsi pentrikel
c. Resiko gangguan sirkulasi spontan b.d toksin (Overdosis obat)
d. Hypovolemia b.d kehilangan cairan aktif

3. Intervensi keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1 Keseimbangan asam basa Manajement jalan napas
L.02009 I.01011
 Tingkat kesadaran  Monitor pola napas
meningkat  Monitor bunyi napas
Pola napas
 Mual menurun tambahan
tidak efektit
 Kelemahan otot  Monitor sputum
b.d depresi
menurun  Lakukan penghisapan lender
pusat
 Frekuensi napas kurang dari 15 detik
pernapasan
membaik  Kolaborasi pemberian
 pH membaik bronkodilator, ekspektoran,
 Kadar Co2 membaik mukolitik, jika perlu
 Kadar hemoglobin
membaik
2 Sirkulasi spontan Resusitasi cairan
Gangguan L.02015 I.03139
sirkulasi  Frekuensi nadi  Monitor status hemodinamik
spontan b.d meningkat  Monitor status oksigen
penurunan  Tekanan darah  Monitor kelebihan cairan
fungsi meningkat  Monitor output cairan tubuh
pentrikel  Frekuensi napas  Pasang jalur IV berukuran
meningkat besar
 Suhu tubuh meningkat  Berikan infus cairan

9
 Saturasi o2 meningkat keristaloid 1-2 L
 Produksi urin  Kolaborasi penentuan jenis
meningkat dan jumlah cairan
3 Keseimbangan cairan Pertolongan pertama
L.05020 I.02080
Resiko
 Asupan cairan  Identifikasi keamanan
gangguan
meningkat penolong, pasien, lingkungan
sirkulasi
 Keluaran urin  monitor respon pasien dengan
spontan b.d
meningkat AVPU
toksin
 Asites menurun  monitor tanda-tanda vital
(Overdosis
 Tekanan darah  kolaborasi pemberian obat-
obat)
membaik obatan, jika perlu
 Mata cekung membaik
 Turgor kulit membaik
4 Status cairan Manajement syok hipovolemik
L.03028 I.02050
 Kekuatan nadi  Monitor status kardiovaskuler
meningkat  Monitor status oksigenasi
 Turgor kulit meningkat  Monitor status cairan
Hypovolemia
 Perasaan lemah  Periksa tingkat kesadaran dan
b.d kehilangan
menurun respon pupil
cairan aktif
 Kadar hb membaik  Pertahankan jalan napas
 Intake cairan membaik paten
 Pasang jalur IV berukuran
besar
 Pasang kateter urine
 Pasang selang nasogastrik

4. Implementasi keperawatan
Menurut Keliat (2012) implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama
yang aktual dan mengancam integritas klien beserta lingkungannya. Sebelum
melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu

10
menvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai
dengan kondisi klien pada saat ini. Hubungan saling percaya antara perawat dengan
klien merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

5. Evaluasi keperawatan
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang
diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan
kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses
keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.

G. Upaya-upaya Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier pada Kasus Overdosis


1. Pencegahan Primer
Upaya untuk melakukan pencegahan primer meliputi penyuluhan kesehatan
kepada masyarakat luas melalui lembaga swadaya masyarakat dan lembaga sosial
lainnya tentang cara penggunaan obat, pengkonsumsian obat dan untuk selalu
mengontrol tanggal kadaluarsa sebelum mengkonsumsi obat. Untuk penggunaan obat
sebaiknya selalu gunakan obat yang telah memiliki nomor pendaftaran dari Badan
POM, kemudian baca aturan pakai pada label atau etiket setiap akan menggunakan,
bila belum paham tanyakan pada apoteker atau petugas apotik terdekat.
2. Pencegahan Sekunder
Tujuan dari pencegahan sekunder kegawat daruratan yaitu Pendeteksian dini
pasien serta penanganan segera sehingga komplikasi dapat dicegah.
a. Menghubungi ambulans, sambil menunggu ambulans
b. Cek denyut nadi, pola nafas, dan saluran pernafasan
c. Menyarankan penderita muntah
d. Gunakan APD, lalu bersihkan jalan nafas (tenggorokan dan mulut) orang tersebut
dari muntah
e. Sebelum ambulan datangbaringkan tubuh penderita menghadap kekiri dan beri
posisi nyaman
f. Berikan penderita apapun yang dapat menetralisir racun seperti cuka, susu, dan jus
lemon
g. Jika penderita tidak sadarkan diri, jangan berikan sesuatu atau memasukkan
apapun kedalam mulutnya.

11
3. Pencegahan Tersier
Keracunan merupakan penyakit yang dapat dicegah. Orang dewasa yang
pernah terpapar racun karena kecelakaan harus mentaati instruksi penggunaan obat
dan bahan kimia yang aman (sesuai yang tertera pada labelnya). Penderita yang
menurun kesadarannya harus dibantu dalam meminum obatnya. Kesalahan dosis obat
oleh petugas kesehatan membutuhkan pendidikan khusus bagi mereka. Penderita
harus diingatkan untuk menghindari lingkungan yang terpapar bahan kimia penyebab
keracunan. Departemen Kesehatan dan instansi terkait juga harus diberi laporan bila
terjadi keracunan di lingkungan tertentu/tempat kerja

H. Persiapan, Pelaksanaan dan Paska Pemeriksaan Diagnostic dan Laboratorium pada


Kasus Overdosis
1. Laboratorium.
Pengukuran kadar KhE dengan sel darah merah dan plasma, penting untuk
memastikan diagnosis keracunan IFO akut maupun kronik (Menurun sekian % dari
harga normal). Kercunan akut:
a. Ringan: 40 - 70 %
b. Sedang: 20 - 40 %
c. Berat: < 20 %

Keracunan kronik bila kadar KhE menurun sampai 25 - 50 % setiap individu


yang berhubungan dengan insektisida ini harus segara disingkirkan dan baru diizinkan
bekerja kemballi kadar KhE telah meningkat > 75 % N 2.

2. Patologi Anatomi (PA).


Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas.sering
hanya ditemukan edema paru, dilatsi kapiler, hiperemi paru, otak dan organ-oragan
lainnya

12
I. Simulasi Pendidikan Kesehatan Kegawatan, Kedaruratan, Kegawatdaruratan dengan
Memperhatikan Aspek Legal dan Etis
Overdosis obat dapat terjadi tiba-tiba, yakni ketika sejumlah besar dosis obat diambil
dalam satu waktu. Kondisi ini juga dapat terjadi secara bertahap saat zat perlahan
menumpuk dalam tubuh untuk jangka waktu yang lama. Overdosis obat adalah kondisi
gawat darurat medis. Maka dari itu, pertolongan pertama overdosis obat sangat diperlukan.
Apa saja cara mengatasi overdosis obat yang dapat di lakukan? Berikut pembahasannya.
Jika ada anggota keluarga yang sudah lanjut usia atau orang dewasa yang mengalami
gangguan kejiwaan, seperti depresi atau skizofrenia, Anda perlu berhati-hati saat
memberikan obat. Agar mereka tercegah dari overdosis, awasilah setiap kali mereka
minum obat. Jika memungkinkan, Anda bisa menyortir obat ke dalam beberapa wadah
kecil dan beri label untuk menunjukkan waktu meminumnya. Beberapa wadah obat juga
ada yang dilengkapi dengan alarm sebagai pengingat waktu untuk minum obat. Overdosis
juga kerap terjadi pada orang yang sering menggunakan obat-obatan terlarang. Oleh
karena itu, cara terbaik untuk mencegah overdosis pada kelompok ini adalah dengan
berhenti menggunakannya. Jika Anda selama ini sering menggunakan narkoba dan sulit
untuk berhenti, sebaiknya mintalah bantuan dokter, agar masalah ini bisa teratasi dan
Anda tercegah dari overdosis.

J. Hasil-hasil Penelitian dalam Asuhan Keperawatan Mengatasi Masalah yang


Berhubungan dengan kegawatan, kedaruratan, dan kegawatdaruratan kasus
Overdosis

Overdosis obat merupakan hal yang sangat serius dan mengancam nyawa siapa
saja.Apabila overdosis obat terjadi maka akan bisa mengakibatkan kerusakan disistem
tubuhmanusia, jenis dosis obat dan dosis yang dikonsumsi. Overdosisi merupakan keadaan
dimanaseseorang mengalami gejala terjadinya keracunan akibatnya mengalami
ketidaksadarankarena kelebihan dosisi yang diterima tubuh. Dari laporan BNN 2012
diperkirakan bahwarata-rata pengguna NAPZA yang terdata di indonesia 20% mengalami
overdosis yangmengakibatkan kematian dan 10% nya tertangani medis. Angka
revalensinya diperkirakanlebih tinggi dinegara berkembang kurang pengetahuan tentang
dampak dari NAPZA.Indonesia sangat beresiko tinggi tentang pengguna NAPZA teruama
kalangan remaja danpelajar. Sedangkan 15 jutanya merupakan kasus overdosis pengguna
obat medis yangdiizinkan, dimana penggunanya tidak sesuai dengan dosis yang

13

Anda mungkin juga menyukai