1
PENGOBATAN
[ T yPADA
p e t KASUS
h e c o mKERACUNAN
p a n y a d d r eOBAT
s s ] DAN SYOK
Definsi
Keracunan obat adalah suatu efek obat yang timbul pada pasien karena beberapa
faktor seperti miss use (salah penggunaan), miss dose (salah dosis), salah
pemberian obat,dan lain – lain yang sifatnya tidak di sengaja atau disengaja.
Sedangkan alergi obat adalah suatu reaksi yang ditimbulkan olah tubuh akibat
pemberian senyawa asing. Cara menghindarinya:
Jika mempunyai alergi pada suatu senyawa (baik obat maupun makanan) maka
ingatlah atau bahkan catat agar hal itu tidak terjadi.
Tanyakan pada dokter saat memberikan resep atau apoteker saat menebus obat
tentang bagaimana cara penggunaan yang tepat, efek apa yang akan ditimbulkan,
dapatkah menimbulkan alergi bagi kebanyakan orang, dan yang paling penting
bagaimana cara penangannya saaat terjadi alergi.
1. Obat yang dapat dibeli atau didapatkan tanpa adanya resep dari tenaga
kesehatan yang berwenang. Contoh : aspirin, obat flu.
2. Obat dengan resep : Obat yang diperjualbelikan secara legal. Contoh : obat
dengan tanda tertentu (® )
3. Obat herbal atau tumbuhan obat , yaitu obat-obatan yang digunakan berasal
dari tumbuhan dan belum mengalami proses kimia dilaboratorium. Contoh :
ginko biloba, jamu, dan lain – lain.
2. Sediaan dosis obat yaitu penyimpanan ditempat khusus yang sudah diberi
label obat .Contoh : kotak obat untuk tiap – tiap klien.
Menggunakan mesin yang berfungsi seperti mesin ATM untuk mengambil obat
dengan cepat bila dalam keadaan darurat.
2
4. Suplai obat mandiri yaitu obat diberikan dan disimpan oleh klien secara
langsung. Contoh : obat-obat per oral (tablet, sirup).
Legal Aspek Pemberian Obat Tenaga kesehatan yang berwenang untuk memberikan
obat :
3. Perawat
Tipe Obat :
Ø Order sekali waktu adalah pesanan pemberian obat yang hanya satu kali untuk
diberikan, misalnya obat-obat preoperative / anestesi.
Ø Stat order adalah pesanan pemberian obat yang segera diberikan kepada klien
dan hanya berlaku satu kali pemberian, contoh : laksatif.
Manifestasi Klinis
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian,
apakah melalui kulit, mata, paru, lambung atau suntikan, karena hal ini mungkin
mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi
juga jenis dan kecepatan metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan
respons jaringan.
3
Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti pupil sangat kecil
(pinpoint), muntah, depresi, dan hilangnya pernapasan pada keracunan akut morfin
dan alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena pupil
biasanya berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien yang sangat
rendah tingkat kesadarannya, pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak sampai
berukuran pinpoint
Kulit muka merah, banyak keringat, tinnitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat
mengarah pada keracunan salisilat akut (Aspirin). Luka bakar berwarna putih pucat
dan mukosa mulut dan luka bakar keabu-abuan pada bibir dan dagu menunjukkan
pasien telah minum bahan akustik atau korosif, dan bau lisol adalah ciri khas
intoksikasi derivat fenol.
Ditemukan bula pada kulit pasienyang tidak sadarkan diri, terutama pada daerah
kulit yang eritema, sangat mengarah pada dosis barbiturat berlebih sebagai
penyebab koma. Frekuensi terjadinya lesi-lesi ini sampai 6% terutama bila
menggunakan ppreparat-preparat barbiturat dengan masa kejang sedang. Lesi ini
paling sering ditemukan pada lipatan diantara dua permukaan kulit yang mengalami
tekanan, seperti celah antar jari dan bagian dalam lipatan lutut. Lesi jarang timbul
pada daerah dengan tekanan maksimum. Bila dijumpai, biasanya terjadi pada
keracunan akut lain, terutama glutetimid, antidepresan trisiklik, metakualon,
meprobamat, dan karbon monoksida.
Ciri lain adalah mainlining, terutama pada penggunaan metakualon dan barbiturat,
berupa ulkus dangkal di vena superficialis dengan tercecernya obat ke dalam
jaringan subkutan.
Hilangnya kesadaran dengan pupil berdilatasi lebar, distensi vesika urinaria, bisisng
usus negatif, aritmia jantung dan gejala-gejala traktus piramidalis sering merupakan
akibat dosis berlebih obat antidepresan trisiklik.
Riwayat menurunnya kesadaran yang jelas dan cepat, disertai dengan gangguan
pernapasan dan kadang-kadang henti jantung pada orang muda sering dihubungkan
dengan keracunan akut dekstropropoksifen, terutama bila digunakan bersama
alkohol.
Anak remaja, yang menunjukkan ciri-ciri yang mengarah pada intoksikasi alkahol
tetapi dengan napas yang berbau peralut seperti aseton atau toluen, harus dicurigai
4
telah melakukan solvent sniffing, biasanya karena menghirup perekat buatan pabrik.
Untuk zat aditif, gejala terdiri dari dua kelompok besar yaitu:
1. Amfetamin
3. Kokain
4. Dekongestan
Tanda dan gejala yang sering ditemukan adalah koma, depresi napas, miosis,
hipotensi, bradikardi, hipotermia, edema paru, bisisng usus menurun, hiporefleksi,
dan kejang (pada kasus yang berat).
1. Narkotika
2. Barbiturat
3. Benzodiazepin
4. Meprebamat
5. Etanol
Penatalaksanaan
5
1. gunakan selang endotrakeal dan berikan bantuan ventilasi pada pasien
dengan depresi berat yang tidak ada reflek batuk
2. dapatkan analisis gas darah untuk hipoksia karena hipoventilasi dan
abnormalitas asam basa.
3. Berikan oksigen.
2. Stabilkan system kardiovaskuler ( ini dilakukan simultan dengan
penatalaksanaan jalan nafas)
1. mulai kompresi jantung eksternal dan ventilasi pada tidak adanya
denyut jantung
2. memulai monitor EGC
3. dapatkan gambaran sample darah untuk tes glukosa, elektrolit, BUN,
kreatinin, dan skrin toksikologi yang tepat
4. mulai cairan IV
3. Berikan antagonis obat khusus sesuai ketentuan jika obat diketahui. Nalakso
hidroklorida (narcan) sering digunakan, dekstrosa 50% dalam air juga
digunakan (untuk hipoglikemia)
4. Singkirkan obat dari lambung sesegera mungkin
1. rangsang muntah jika setelah pasien ditemukan dini setelah mencerna.
(Simpan muntahan untuk pemeriksaan toksikologi).
2. Gunakan bilas lambung jika pasien tuidak sadar atau jika tidak ada
jalan untuk menentukan kapan obat diminum. (jika pasioen tidak
mempunyai rerflek menelan atau batuk, lakukan prosedur ini hanya
setelah inkubasi dengan selang endotrakea dikembungkan untuk
mencegah aspirasi isi lambung)
3. Karbon teraktivasimungkin dapat digunakan pada terapi, digunakan
setelah muntah atau bilas.
4. Simpan aspirasi lambung untuk analisis toksikologik.
6
5. Periksa nafas pasien untuk karakteristik bau alcohol, aseton dan lain-
lain.
3. Coba untuk mendapat riwayat penggunaan obat (dari orang lain yang ikut
bersama pasien)
1. ciptakan hubungfan suportif dan realistis dengan pasien.
2. Jangan meninggalkan pasien sendiri karena ada potensi menyakiti diri,
orang lain atau staf di departemen kedaruratan.
4. Masukan pasien ke unit perawatan intensif jika tidak sadar, jika pasien
dengan sengaja takar ajak konsultasi ke sokter psikiatrik bila diperlukan.
5. Buat usaha untuk mendaftarkan pasien pada program penanganan obat
(detoksifikasi dan rehabilitasi)
Daftar Pustaka