TOKSIKOLOGI OBAT
Jalur masuk bahan kimia ke dalam tubuh berbeda menurut situasi paparan. Metode kontak
dengan racun melalui cara berikut:
• Tertelan
Efeknya bisa lokal pada saluran cerna dan bisa juga sistemik. Contoh kasus: overdosis obat,
pestisida
• Topikal (melalui kulit)
Efeknya iritasi lokal, tapi bisa berakibat keracunan sistemik. Kasus ini biasanya terjadi di tempat
industri. Contoh: soda kaustik, pestida organofosfat
• Topikal (melalui mata)
Efek spesifiknya pada mata dan bisa menyebabkan iritasi lokal. Contoh : asam dan basa, atropin
• Inhalasi
Iritasi pada saluran nafas atas dan bawah, bisa berefek pada absopsi dan keracunan sistemik.
Keracunan melalui inhalasi juga banyak terjadi di tempat-tempat industri. Contoh : atropin, gas
klorin, CO (karbon monoksida)
• Injeksi
Efek sistemik, iritasi lokal dan bisa menyebabkan nekrosis. Masuk ke dalam tubuh bisa melalui
intravena, intramuskular, intrakutan maupun intradermal.
Efek toksik
Indek terapeutik adalah rasio antara dosis toksik dan dosis efektif.
Indek ini menggambarkan keamanan relatif sebuah obat pada
pengunaan biasa. Indeks terapeutik suatu dosis diperlukan, karena
terapi yang dijalankan dapat menimbulkan efek
Pemantauan obat terapeutik biasanya dilakukan pada obat yang
mempunyai indek terapeutik sempit. Tujuan dari pemantauan obat
terapeutik adalah:
• Mengevaluasi kepatuhan klien terhadap terapi yang diberikan
• Untuk mengetahui apakah obat lain sudah mengubah konsentrasi obat
• Untuk menentukan respon tidak efektif terhadap obat tertentu
• Untuk menentukan kadar obat dalam serum apabila dosis obat
diubah.
Klasifikasi Daya Keracunan
Stabilisasi
• Perawatan pasien keracunan diarahkan untuk stabilisasi masalah-
masalah mendesak jalan nafas yang mengancam hidup, pernafasan
dan sirkulasi. Langkah-langkah stabilisasi adalah sebagai berikut:
– Kaji dan tangani jalan nafas
– Kaji dan kontrol perdarahan. Cegah dan tangani syok dengan pemberian
produk darah jika perlu.
– Kaji terhadap adanya cidera yang berkaitan dengan proses penyakit lain
– Kaji, tetapkan, tangani status asam basa dan elektrolit.
– Kaji status jantung
• Riwayat umum
• Identifikasi keberadaan sindrom toksik
Penanganan keracunan
• Menjaga fungsi vital tubuh
• Menghindari absorbsi racun lebih lanjut(jika
penyebab keracunan diketahui langsung beri
antidot)
• Mempercepat eliminasi racun
• Menormalkan kembali fungsi tubuh
Penatalakasanaan
Penatalakasanaan umum
• Pemajanan okuler
Dalam kasus ini , dekontaminasi dicapai dengan pengaliran air suam-suam kuku atau
normal saline segera setelah pemajanan. Menggunakan gelas besar atau mandi pancur
bertekanan rendah, mata akan terus-menerus tergenangi selama 15 sampai 30 menit
sambil mengedip mata, memejam dan membuka mata. Jika gejala dari iritasi okuler
belum mereda setelah dilakukan dekontaminasi, maka diperlukan pemeriksaan mata
lanjutan.
• Pemajanan dermal
Setelah melepas pakaian yang terkontaminasi, dekontaminasi kulit dilakukan dengan
merendam kulit dalam air suam-suam kuku selama 15 sampai 30 menit dan kemudian
secara lembut mulai membersihkan bagian yang terkontaminasi dengan air dan sabun,
membilas dengan menyeluruh. Kasus penyerapan toksin secara dermal, pemberi
perawatan kesehatan dapat berisiko terhadap toksisitas jika terjadi kontaminasi dermal
sementara membantu korban untuk dekontaminasi. Netralisasi asam basa pada kulit
dianjurkan untuk pemberi perawatan.
• Pemajanan inhalasi
Langkah pertama yang dilakukan adalah memindahkan korban ke
tempat yang udaranya segar sambil memastikan bahwa penolong
tidak terpajan toksik yang menyebar di udara. Jalan nafas yang
paten harus dibuat dan status pernafaasan dikaji. Pernafasan
buatan diperlukan jika korban tidak bernafas spontan.
• Ingesti
Dilusi dengan susu dan air dilakukan pada menelan iritan atau
kaustik. Pada orang dewasa dapat didilusi dengan satu gelas susu
atau air, sedangkan pada anak-anak dapat diberikan 2 sampai 8
ons cairan, berdasarkan pada ukurannya.
Penatalaksaanaan Tingkat Lanjut
• Emetik
Merupakan tindakan mengeluarkan kembali obat atau toksik yang tertelan
dengan merangsang muntah. Pada umumnya tindakan ini dilakukan dalam 4 jam
setelah kejadian, lebih cepat lebih baik. Muntah yang ditimbulkan tidak akan
mengosongkan lambung seluruhnya, hanya sekitar 30 % isi lambung yang dapat
dikeluarkan. Biasanya emetik yang digunakan adalah sirup ipecac. Sirup ini harus
diberikan sesegera mungkin setelah ingesti (dalam 30 menit) dan diikuti dengan
air dan meningkatkan aktivitas fisik pasien. Jika dosis awal gagal untuk
mendapatkan hasil dalam waktu 20 sampai 30 menit, dapat diulang satu kali
dengan dosis sama. Apabila emesis sudah selesai, tunda makan minum selama
satu sampai dua jam untuk menenangkan lambung.
• Lavage lambung
Merupakan metode alternatif yang umum untuk pengosongan lambung, dimana
cairan seperti normal saline dimasukkan ke dalam lambung melalui orogastrik
atau nasogastrik dengan diameter besar dan kemudian dibuang dalam upaya
untuk membuang bagian agen yang mengandung toksik.
• Adsorben
Adsorben merupakan bahan padat yang mempunyai kemampuan menarik dan
menahan pada permukaannya bahan lainnya. Pasien diberi karbon aktif yang
berupa bubur ditambah air, yang komposisinya terdiri atas karbon aktif 1 bagian
dengan 8 bagian air (1:8) sampai 1:10. karena ikatan karbon-toksik lemah, maka
harus segera dikeluarkan dari saluran cerna dengan menggunakan laksatif.
Penggunaan adsorben harus hati-hati pada pasien dengan bising usus rendah, dan
menjadi kontraindikasi untuk pasien dengan gangguan usus.
• Katartik
Pemberian agen katartik dapat mempercepat eliminasi toksin dari saluran cerna
dan mengurangi absorpsi. Katartik diberikan per oral atau dengan selang
nasogastrik pada semua kasus keracunan di mana arang obat dianjurkan, kecuali
pada anak kecil. Pada anak-anak kurang dari 1 tahun, katartik tidak diberikan untuk
menghindari dehidrasi.
• Peningkatan eliminasi
Setelah prosedur diagnostik dan dekontaminasi serta pemberian antidot dilakukan
dengan tepat, penting untuk mempertimbangkan langkah peningkatan eliminasi,
seperti diuresis paksa, dialisis atau tranfusi tukar.
Contoh obat dapat menyebabkan racun
• Paracetamol
• Efek samping pemakaian paracetamol.pada
dosis yang di rekomendasikan paracetamol tidak
mengiritasi lambung atau mempengaruhi fungsi
ginjal ,namun pada dosis besar lebih dari 2000
mg per hari dapat meningkatkan resiko
gangguan pencernaan bagian atas
• Penggunaan paracetamol di atas rentan dosis
terapi dapat menyebabkan gangguan hati
• Asam salisilat
Merupkan asam yang bersifat iritan lokal .yang dapat digunakan
secara topikal.terdapat brbagai turunan yang di gunakan sebagai
obat luar yg digunakan untuk mengobati sejumlah masalah
kulit ,mengawetkan makanan ,antoseptik
Efek negatif dari asam salisilat ini sebenarnya hanya baik di
gunakan sebagai obat lation(tubuh bagian luar).konsumsi obat
ini dapat menimbulkan gangguan
lambung,pusing,mual,muntah,efek dalam jangka wktu lama
dapat menimbulkan kekurangan zat besi,kemerahan dan gatal
gatal pda kulit.konsumsi dalam jumlah besar mengakibatkan
peradangan pada lambung