Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun


haruslah dipersiapkan dengan sebaik-baikanya. Pertolongan yang keliru
atau secara berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi
racun  merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang
diduga sebagai penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan
penganggulangannya dapat dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat.
Dalam menghadapi peristiwa keracunan, kita berhadapan dengan keadaan
darurat yang dapat terjadi dimana dan kapan saja serta memerlukan
kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga mengamati efek dan
gejala keracunan yang timbul.

Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan
sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya
bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan
keracunan.
Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa
tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang
sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Bisa gigitan ular adalah
kedaruratan medis, 95% gigitan ular terjadi pada anggota badan sehingga
tindakan pertolongan pertama dapat mudah dilakukan.

1 | asuhan keperawatan keracunan


A. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi keracunan ?
2. Apa etilogi keracunan ?
3. Bagaimana patofisiologi keracunan ?
4. Bagaimana manifestasi keracunan ?
5. Apa pemeriksaan penunjang keracunan ?
6. Apa komplikasi dari keracunan ?
7. Bagaimana penatalaksanaan keracunan ?
8. Bagaimana konsep dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
keracunan ?
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui defenisi keracunan.
2. Untuk mengetahui etilogi keracunan.
3. Untuk mengetahui patofisiologi keracunan.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis keracunan.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang keracunan.
6. Untuk mengetahui komplikasi dari keracunan.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan keracunan.
8. Untuk mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan keracunan

2 | asuhan keperawatan keracunan


BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP MEDIS KERACUNAN

A. Defenisi Keracunan
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui
inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan,
merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat
menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen
kedaruratan datang karena masalah toksik.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan
racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh
tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula
terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau
organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam
jangka panjang.
Zat yang dapat menimbulkan keracunan dapat berbentuk :
1. Padat, misalnya obat-obatan, makanan.
2. Gas, misalnya CO.
3. Cair, misalnya alcohol, bensin, minyak tanah, zat kimia.
Seseorang dapat mengalami keracunan dengan cara :
- Tertelan melalui mulut, keracunan makanan, minuman.
- Terhisap melalui hidung, misalnya keracunan gas CO.
- Terserap melalui kulit/mata, misalnya keracunan zat kimia.

3 | asuhan keperawatan keracunan


B. Etologi
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan
keracunan, antara lain :
1. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai
golongan seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ),
golongan gas ( nitrogen metana, karbon monoksida, klor ), golongan
logam (timbal, posfor, air raksa,arsen) ,golongan bahan organik (
akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol ).
2. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis :
sengatan serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll
3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis :
Bacillus cereus, Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum,
Escherichia coli dll.
4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants )
mis : jamur amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll.
C. Patofisiologi
Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu
faktor bahan kimia, mikroba, toksin, dan lain-lain. Dari penyebab tersebut
dapat mempengaruhi vaskuler sistemik sehingga terjadi penurunan fungsi-
fungsi organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual,
muntah, diare, perut kembung, gangguan pernapasan, gangguan sirkulasi
darah dan kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dan bahan kimia).
Gejala dan tanda keracunan yang khas biasanya sesuai dengan jalur masuk
racun ke dalam tubuh. Bila masuk melalui saluran pencernaan, maka
gangguan utama akan terjadi pada saluran pencernaan. Bila masuk melalui
jalan nafas maka yang terganggu adalah pernafasannya dan bila melalui kulit
akan terjadi reaksi setempat lebih dahulu. Gejala lanjutan yang terjadi
biasanya sesuai dengan sifat zat racun tersebut terhadap tubuh. Mual dan
muntah terjadi disebabkan karena adanya iritasi pada lambung sehingga asam
lambung meningkat. Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO)
dapat menghambat atau menginaktivasi enzim tubuh yaitu kolinesterase

4 | asuhan keperawatan keracunan


(KhE). Dalam keadaan normal, KhE ini bekerja untuk menghidrolisis
arakhnoid (Akh) dengan jalan mengikat Akh-KhE yang bersifat inaktivasi.
Bila konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak
terjadi, maka akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat-tempat
tertentu, sehingga timbul gejala-gejala rangsangan Akh yang berlebihan dan
pada akhirnya akan menimbulkan efek muskarinik, nikotinik, dan SSP
(menimbulkan stimulasi dan kemudian depresi SSP).
D. Manifestasi Klinis
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara
pemberian,apakah melalui mata,paru,lambung atau melalui suntikan. Karena
hal ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu
bahan toksik,tetapi juga jenis dan kecepatan metabolismenya,pertimbangan
lain meliputi perbedaan respon jaringan.
Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti pupil
sangat kecil (pinpoint),muntah,depresi,dan hilangnya pernapasan pada
keracunan akut morfin dan alkaloid.
Kulit muka merah,banyak berkeringat,tinitus,tuli,takikardia dan
hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan salisilat akut (aspirin).
Riwayat menurunnya kesadaran yang jelas dan cepat,disertai dengan
gangguan pernapasan dan kadang-kadang henti jantung pada orang muda
sering dihubungkan dengan keracunan akut dekstroprokposifen,terutama bila
digunakan bersamaan dengan alkohol.
1. Gejala yang paling menonjol meliputi :
a. Kelainan Visus;

b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat;

c. Gangguan Saluran pencernaan;

d. Kesukaran bernafas.

2. Keracunan ringan

5 | asuhan keperawatan keracunan


a. Anoreksia;

b. Nyeri kepala;

c. Rasa lemah;

d. Rasa takut;

e. Tremor pada lidah dan kelopak mata;

f. Pupil miosis.

3. Keracunan sedang

a. Nausea;

b. Muntah – muntah;

c. Kejang dan kram perut;

d. Hipersalifa;

e. Hiperhidrosis;

f. Fasikulasi otot;

g. Bradikardi.

4. Keracunan berat

a. Diare;

b. Reaksi cahaya negatif;

c. Sesak nafas;

d. Sianosis;

e. Edema paru;

f. Inkontinensia urine dan feses;

g. Kovulsi;

h. Koma;

6 | asuhan keperawatan keracunan


i. Blokade jantung akhirnya meninggal.

E. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis pada keracunan diperoleh melalui analisis laboratorium.
Bahan analisis dapat berasal dari bahan cairan,cairan lambung atau urin.
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula
darah, cairan lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum,
elektrolit, urea N, kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/
abdomen, Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes toksikologi
kuantitatif
F. Komplikasi
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas
5. Syok
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus keracunan adalah sebagai berikut :
1. Penatalaksanaan Kegawatan
Walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan,setiap kasus keracunan harus
diperlakukan seperti keadaan kegawatan yang mengancam nyawa.
Penilaian terhadap tanda-tanda Vital seperti jalan napas, sirkulasi,dan
penurunan kesadaran harus dilakukan secara cepat.
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan
nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit .,nafas buatan,oksigen,hisap
lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran
nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan
buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni
lewat mlut penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup
face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.
3. Eliminasi

7 | asuhan keperawatan keracunan


Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar
atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20
menit bila tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian
laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah
lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya
menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif
bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila
keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam . pada koma derajat sedang hingga
berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan
pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi
pnemonia.
4. Pemberian antidot/penawar
Tidak semua racun ada penawarnya sehingga prinsip utama adalah
mengatasi keadaan sesuai dengan masalah.
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh
pada tempat penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg.
b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk
gejala-gejala atropinisasi ( muka merah,mulut
kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian
yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru
dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.
5. Penilaian Klinis
6. Upaya yang paling penting adalah anamnese atau aloanamnesis yang rinci.
Beberapa pegangan anamnesis yang penting dalam upaya mengatasi
keracunan,ialah :

8 | asuhan keperawatan keracunan


a. Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh obat yang
digunakan,termasuk yang sering dipakai.
b. Kumpulkan informasi dari anggota keluarga,teman dan petugas
tentang obat yang digunakan.
c. Tanyakan dan simpan sisa obat dan muntahan yang masih ada untuk
pemeriksaan toksikologi.
d. Tanyakan riwayat alergi obat atau syok anafilaktik.
Pada pemeriksaan fisik diupayakan untuk menemukan tanda/kelainan
fungsi autonom yaitu pemeriksaan tekanan darah,nadi,ukuran
pupil,keringat,air liur, dan aktivitas peristaltik usus.
7. Dekontaminasi
Umumnya bahan kimia tertentu dapat dengan cepat diserap melalui kulit
sehingga dekontaminasi permukaan sangat diperlukan. Di samping
itu,dilakukan dekontaminasi saluran cerna agar bahan yang tertelan hanya
sedikit diabsorpsi,biasanya hanya diberikan pencahar,obat perangsang
muntah,dan bilas lambung.
Induksi muntah atau bilas lambung tidak boleh dilakukan pada keracunan
parafin,minyak tanah, dan hasil sulingan minyak mentah lainnya. Upaya
lain untuk megeluarkan bahan/obat adalah dengan dialisis.
8. Terapi suportif,konsultasi,dan rehabilitasi
Terapi suportif,konsultasi dan rehabilitasi medik harus dilihat secara
holistik dan efektif dalam biaya.
9. Observasi dan konsultasi
10. Rehabilitasi

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

9 | asuhan keperawatan keracunan


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Kesadaran menurun;
b. Pernafasan : Nafas tidak teratur;
c. Kardiovaskuler : Hipertensi, nadi aritmia;
d. Persarafan : Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran,
kelemahan, paralise;
e. Gastrointestinal : Muntah, diare;
f. Integumen : Berkeringat;
g. Muskuloskeletal : Kelelahan, kelemahan;
h. Integritas Ego : Gelisah, pucat;
i. Eliminasi : Diare;
j. Selaput lendir : Hipersaliva;
k. Sensori : Mata mengecil/membesar, pupil miosis.
B. DIAGNOSA
1. Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal
2. Defisit volume cairan b.d muntah, diare
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
4. Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan O2
C. INTERVENSI
1. Devisit volume cairan b.d muntah, diare
Tujuan : menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan
kedalaman dalam rentang normal dan paru bersih
Kriteria hasil : suara nafas normal
Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi, kedalaman 1. Untuk mengetahui pola nafas,
pernafasan dan ekspansi dada. dan keadaan dada saat bernafas.
2. Tinggikan kepala dan bantu 2. Untuk memberikan
mengubah posisi. kenyamanan dan memberikan
posisi yang baik untuk

10 | asuhan keperawatan keracunan


melancarkan respirasi.
3. Dorong atau bantu klien dalam 3. Untuk membantu melancarkan
mengambil nafas dalam pernafasan klien

2. Defisit volume cairan b.d muntah, diare


Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat
Intervensi Rasional
1. Awasi intake dan output, 1. Untuk mengetahui pemasukan
karakter serta jumlah feses. dan pengeluaran kebutuhan
cairan klien.
2. Observasi kulit kering 2. Untuk mengetahui apakah
berlebihan dan membran klien kekurangan cairan
mukosa, penurunan turgor kulit. dengan mengamati sistem
3. Kolaborasi pemberian cairan integuman.
paranteral sesuai indikasi 3. Untuk membantu menormalkan
kembali cairan tubuh klien

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia


Tujuan : nutrisi adekuat
Intervensi Rasional
1. Catat adanya muntah. 1. untuk mengetahui frekuensi
cairan yang keluar pada saat
klien muntah.
2. Berikan makanan dengan porsi 2. Untuk membantu klien agar
sedikit tapi sering. tidak kekurangan nutrisi.\
3. Berikan makanan halus, hindari 3. Untuk membantu klien agar
makanan kasar sesuai indikasi.\ dapat mencerna makanan
dengan lancar serta tidak lagi
mengalami mual, muntah.
4. Kolaborasi pemberian antisida 4. Untuk mengurangi nyeri pada
sesuai indikasi abdomen

11 | asuhan keperawatan keracunan


4. Gangguan perfusi jaringan b.d kekuranagn O2
Tujuan : terjadi peningkatan perfusi jaringan
Intervensi Rasional
1. Observasi warna & suhu kulit 1. Untuk mengetahui apakah klien
atau membran mukosa . mempunyai alergi kulit.
2. Evaluasi ekstremitas ada atau 2. Untuk mengetahui apakah klien
tidaknya kualitas nadi . mengalami takikardi/bradikardi
dan kekuatan pada ekstremitas.
3. Kolaborasi pemberian cairan 3. Untuk menetralkan intake
(IV/peroral) sesuai indikasi kedalam tubuh
 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS KERACUNAN MAKANAN


Kasus :
Tn. A di bawa ke Puskesmas Mangasa oleh istrinya setelah makan tempe . istri
klien mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan tempe
bongkrek. kondisi klien mengalami penurunan kesadaran somnolen, muntah,
diare, dehidrasi dan pusing. Dari hasil pengkajian sementara didapatkan Tekanan

12 | asuhan keperawatan keracunan


darah : 100/60 mmHg , BB : 45 kg (BB semula 55 kg) Nadi : 67 x/ menit (70-80
x/menit), RR : 23 x/menit (N:16-20x/menit) Suhu : 360C (36,5-37,5 0C) istri klien
mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat elergi sebelumnya.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama klien : Tn. A
Usia : 26 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal masuk : 14 Februari 2016
No. Register : 0903055
Diagnosa medik : Keracunan Makanan
2. Keluhan utama
Klien mengalami penurunan kesadaran yaitu somnolen, muntah setelah
makan tempe, pusing.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Istri klien mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah
makan tempe bongkrek.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Istri klien mengatakan klien belum pernah dirawat dirumah sakit.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan
yang sama dengan klien.
6. Anamnesa singkat
Istri klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi.
7. Airway
Terdapat sumbatan pada jalan nafas oleh sputum/lendir. RR : 23 x/
menit, cepat dan dangkal
8. Breathing
Pasien tidak mengalami gangguan pernafasan, Irama pernafasan :
cepat, Kedalaman : dangkal. RR : 23 x/ menit.
9. Circulation

13 | asuhan keperawatan keracunan


- Tekanan Darah pasien : 100/60 mmHg (kuat dan regular);
- Nadi : 67 x/menit, capillary refill : <2 dtk
- EKG menunjukkan sinus bradikardia.
10. Disability
Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil kanan 2/kiri 2
11. Tingkat kesadaran somnolen.
Pengkajian dilakukan alloanamnesa dengan keluarga klien
12. Pemeriksaan head to toe
- Kepala : mesosephal, klien berambut lurus dan panjang, dan tidak
rontok.
- Mata : besar pupil kanan kiri 2 dan reaksi pupil keduanya (+)
terhadap cahaya kunjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
- Telinga : bersih tidak terdapat serumen dan tidak mengalami
gangguan pendengaran.
- Hidung : Bentuk hidungnya simetris, tidak terdapat polip pada
hidung.
- Wajah : wajah klien tampak simetris.
- Mulut : tampak hipersekrasi kelenjar ludah, mukosa mulut basah,
bibir basah.
- Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid.
- Dada : Simetris, tidak ada kelainan bentuk, RR 23 x/menit, cepat
dan dangkal, HR 55x/menit, suara jantung s1 dan s2 tunggal.
- Abdomen : tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak asites, tidak
ada luka memar, peristaltik usus 8x/mnit, perkusi hipertimpani.
13. Pemeriksaan tanda-tanda vital:
- Tekanan darah: 100/60 mmHg
- BB : 45 kg (BB semula 55 kg)
- Nadi : 67 x/ menit (70-80 x/menit)
- RR : 23 x/menit (N:16-20x/menit)
- Suhu : 360C (36,5-37,5 0C)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

14 | asuhan keperawatan keracunan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
tidak adekuat ( Anoreksia, Mual dan Muntah ).

C. INTERVENSI
No. TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
HASIL
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Jaga kepatenan jalan nafas : buka jalan nafas,
keperawatan 1 x 24 jam suction, fisioterapi dada sesuai indikasi.
diharapkan bersihan jalan nafas 2. Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas buatan.
menjadi efektif dengan kriteria 3. Monitor status respirasi : adanya suara nafas
hasil: tambahan.
Status Pernapasan : 4. Identifikasi sumber alergi : obat,makan an, dll, dan
Pertukaran Gas tidak akan reaksi yang biasa terjadi.
terganggu di buktikan dengan : 5. Monitor respon alergi selama 24 jam.
Kesadaran composmentis, TTV 6. Ajarkan/ diskusikan dgn klien/keluraga untuk
menjadi normal, pernafasan menghindari alergen.
menjadi normal yaitu tidak 7. Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif.
mengalami nafas dangkal 8. Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan
viskositas sekresi.
9. Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian O2, obat
bronkhodilator, obat anti allergi, terapi nebulizer,
insersi jalan nafas, dan pemeriksaan laboratorium:
AGD
2. Setelah dilakukan tindakan Pengelolaan nutrisi
keperawatan selama 1 x 24 jam 1. Ketahui kesukaan makanan pasien.
pemenuhan nutrisi dapat 2. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi
adekuat/terpenuhi dengan kebutuhan nutrisi.
kriteria hasil : 3. Timbang berat badan pasien dalam interval yang
- Status Gizi Asupan tepat.
Makanan dan Cairan ditandai 4. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan

15 | asuhan keperawatan keracunan


pasien nafsu makan meningkat, asupan.
mual dan muntah hilang, pasien 5. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan
tampak segar makan
- Status Gizi; Nilai Gizi Bantuan menaikkan berat badan
terpenuhi dibuktikan dengan 1. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan
BB meningkat, BB tidak turun. kebutuhan protein.
2. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu
makan, makanan pelengkap, pemberian makanan
melalui slang.
3. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab
perubahan nutrisi.
4. Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika
pasien tidak dapat membeli atau menyiapkan
makanan yang adekuat

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia
dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya.Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan
mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan/minuman yang
terkontaminasi. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem

16 | asuhan keperawatan keracunan


pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu
pankreas, hati dan kandung empedu.
B. Saran
Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap para pembaca
dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan makanan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca lebih mengetahui
dan menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan
makanan.

DAFTAR PUSTAKA

Kisanti, Annia. 2012. Panduan Lengkap Pertolongan Pertama pada Darurat


Klinis. Yogyakarta:Araska.

Krisanty, dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info
Media.
Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media
Aesculapius, FKUI, Jakarta
Sartono. (2001). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.

Suzanne C. Brenda G.2001,Keperawatan Medikal Bedah,EGC,Jakarta

17 | asuhan keperawatan keracunan


https://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-kimia-
berbahaya/

18 | asuhan keperawatan keracunan

Anda mungkin juga menyukai