PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan
sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya
bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan
keracunan.
Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa
tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang
sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Bisa gigitan ular adalah
kedaruratan medis, 95% gigitan ular terjadi pada anggota badan sehingga
tindakan pertolongan pertama dapat mudah dilakukan.
PEMBAHASAN
A. Defenisi Keracunan
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui
inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan,
merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat
menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen
kedaruratan datang karena masalah toksik.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan
racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh
tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula
terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau
organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam
jangka panjang.
Zat yang dapat menimbulkan keracunan dapat berbentuk :
1. Padat, misalnya obat-obatan, makanan.
2. Gas, misalnya CO.
3. Cair, misalnya alcohol, bensin, minyak tanah, zat kimia.
Seseorang dapat mengalami keracunan dengan cara :
- Tertelan melalui mulut, keracunan makanan, minuman.
- Terhisap melalui hidung, misalnya keracunan gas CO.
- Terserap melalui kulit/mata, misalnya keracunan zat kimia.
d. Kesukaran bernafas.
2. Keracunan ringan
b. Nyeri kepala;
c. Rasa lemah;
d. Rasa takut;
f. Pupil miosis.
3. Keracunan sedang
a. Nausea;
b. Muntah – muntah;
d. Hipersalifa;
e. Hiperhidrosis;
f. Fasikulasi otot;
g. Bradikardi.
4. Keracunan berat
a. Diare;
c. Sesak nafas;
d. Sianosis;
e. Edema paru;
g. Kovulsi;
h. Koma;
E. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis pada keracunan diperoleh melalui analisis laboratorium.
Bahan analisis dapat berasal dari bahan cairan,cairan lambung atau urin.
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula
darah, cairan lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum,
elektrolit, urea N, kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/
abdomen, Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes toksikologi
kuantitatif
F. Komplikasi
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas
5. Syok
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus keracunan adalah sebagai berikut :
1. Penatalaksanaan Kegawatan
Walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan,setiap kasus keracunan harus
diperlakukan seperti keadaan kegawatan yang mengancam nyawa.
Penilaian terhadap tanda-tanda Vital seperti jalan napas, sirkulasi,dan
penurunan kesadaran harus dilakukan secara cepat.
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan
nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit .,nafas buatan,oksigen,hisap
lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran
nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan
buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni
lewat mlut penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup
face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.
3. Eliminasi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
C. INTERVENSI
No. TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
HASIL
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Jaga kepatenan jalan nafas : buka jalan nafas,
keperawatan 1 x 24 jam suction, fisioterapi dada sesuai indikasi.
diharapkan bersihan jalan nafas 2. Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas buatan.
menjadi efektif dengan kriteria 3. Monitor status respirasi : adanya suara nafas
hasil: tambahan.
Status Pernapasan : 4. Identifikasi sumber alergi : obat,makan an, dll, dan
Pertukaran Gas tidak akan reaksi yang biasa terjadi.
terganggu di buktikan dengan : 5. Monitor respon alergi selama 24 jam.
Kesadaran composmentis, TTV 6. Ajarkan/ diskusikan dgn klien/keluraga untuk
menjadi normal, pernafasan menghindari alergen.
menjadi normal yaitu tidak 7. Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif.
mengalami nafas dangkal 8. Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan
viskositas sekresi.
9. Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian O2, obat
bronkhodilator, obat anti allergi, terapi nebulizer,
insersi jalan nafas, dan pemeriksaan laboratorium:
AGD
2. Setelah dilakukan tindakan Pengelolaan nutrisi
keperawatan selama 1 x 24 jam 1. Ketahui kesukaan makanan pasien.
pemenuhan nutrisi dapat 2. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi
adekuat/terpenuhi dengan kebutuhan nutrisi.
kriteria hasil : 3. Timbang berat badan pasien dalam interval yang
- Status Gizi Asupan tepat.
Makanan dan Cairan ditandai 4. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia
dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya.Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan
mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan/minuman yang
terkontaminasi. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
DAFTAR PUSTAKA
Krisanty, dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info
Media.
Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media
Aesculapius, FKUI, Jakarta
Sartono. (2001). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.