Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ENSEFALOMIELITIS

Kelompok 5 Program Alih Jenis (B)


Rudianto

131411123058

Sondi Andika Septian

131411123060

Oktavina Batubara

131411123062

Husna Ardiana

131411123064

Ahmadi Ramadhan

131411123066

Azizs Nurulhuda

131411123068

Alifiatul Oza Hamanu

131411123070

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATANUNIVERSITAS AIRLANGGA
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ensefalomielitis adalah peradangan pada otak dan medulla spinalis yang disebabkan
oleh virus. Penyakit ini merupakan penyakit yang jarang terjadi dan secara patologis ditandai
oleh demielinasi peradangan akut multifocal di seluruh SSP. Penyakit ini dapat terjadi setelah
infeksi virus atau imunisasi.
Secara klinis, pasien umumnya mengalami demam, nyeri kepala dan meningismus.
Mungkin terjadi gangguan kesadaran, gejala neurologis fokal dan tanda yang melibatkan
hemisfer serebri, batang otak, serebelum dan medulla spinalis.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2008, kejadian diperkirakan
di California adalah 0,4 per 100.000 penduduk per tahun, dan ada sekitar 3 sampai 6 kasus
ensefalomielitis terlihat setiap tahun di pusat-pusat kesehatan regional di AS, Inggris, dan
Australia. ensefalomielitis lebih sering terjadi pada anak-anak dan remaja daripada pada
orang dewasa, dan tidak terjadi perbedaan insiden yang signifikan pada penyakit ini antara
laki-laki atau perempuan, dan juga tidak tampak adanya frekuensi yang lebih tinggi di antara
kelompok etnis tertentu.
Terapinya dengan kortikosteroid, biasanya metilprednison intravena dosis tinggi.
Walaupun sebagian kecil pasien meninggal pada fase akut, tetapi prognosis jangka panjang
sebagian besar baik, dengan pemulihan total tanpa relaps.
Berdasarkan fenomena diatas, penulis ingin memaparkan mengenai penyakit
ensefalomielitis agar bisa menjadi bahan kajian mahasiswa keperawatan guna menambah
pengetahuan mengenai keperawatan pada pasien ensefalomielitis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah anatomi otak dan medulla spinalis?
2. Bagaimanakah konsep dari ensefalomielitis?
3. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit ensefalomielitis?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum :
Memahami konsep dasar dan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
ensefalomielitis.
2. Tujuan Khusus
2

a. Menjelaskan anatomi otak dan medulla spinalis


b. Menjelaskan konsep dari ensefalomielitis
c. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit ensefalomielitis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Otak

Otak merupakan bagian dari susunan saraf pusat yang terletak di kavum kranii.
Otak dibentuk oleh kavum neuralis yang membentuk 3 gelembung embrionik primer, yaitu
prosensefalon, mesensefalon, rhombensefalon, untuk selanjutnya berkembang membentuk 5
gelombang

embrionik

sekunder,

yaitu

telensefalon,

diensefalon,

mesensefalon,

metensefalon, dan myelensefalon. Telensefalon membentuk hemisfer serebri,

korteks

serebri. Diensefalon membentuk epithalamus, thalamus, hipothalamus, subthalamus, dan


methatalamus. Di dalam diensefalon terdapat rongga; ventriculus tertius yang berhubungan
dengan ventriculus lateralis melalui foramen interventriculare. Mesensefalon membentuk
corpora quadgemina dan crura cerebri, dalam mesensefalon terdapat kanal sempit
aquaductus sylvii yang menghubungkan ventriculus tertius dengan ventriculus quartus.
Metensefalon membentuk serebelum dan pons, sedangkan myelensefalon membentuk
medulla oblongata.

Gambar 2.1.Anatomi Otak Manusia


1. Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar. Lobus
ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi,
perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan,
kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.

2. Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti
tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
3. Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran,
pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
4. Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual
yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang
ditangkap oleh retina mata.
Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi beberapa area
yang punya fungsi masing-masing.
Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi dua
belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua belahan itu terhubung
oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan mengontrol sisi
kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam
kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir rasional.
1. Cerebellum (Otak Kecil)
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung
leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya:
mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan
tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang
dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan
menguncipintudansebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan
koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak
mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.

2. Brainstem (Batang Otak)


Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala
bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang.
Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung,

mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar
manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya.
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena itu,
batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur perasaan teritorial
sebagai insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak nyaman atau terancam ketika
orang yang tidak Anda kenal terlalu dekat dengan anda. Batang otak terdiri dari tiga bagian,
yaitu:

Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas dari
batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi
dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata,

mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.


Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju
bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis otak,

seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.


Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan
formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.

3.

Limbic System (Sistem Limbik)


Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat
kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama
dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia.
Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks
limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon,
memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang,
metabolisme dan jugamemorijangkapanjang.
Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu
fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang
tidak.
Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera. Organ
inilah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat bersemayamnya rasa cinta dan
kejujuran. Carl Gustav Jung

menyebutnya sebagai "Alam Bawah Sadar" atau

ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang dan

perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk
bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, penghargaan dan kejujuran.
2.1.2

Fungsi Otak
Perbedaan dua fungsi otak sebelah kiri dan kanan akan membentuk sifat,
karakteristik dan kemampuan yang berbeda pada seseorang. Perbedaan teori fungsi otak
kiri dan otak kanan ini telah populer sejak tahun 1960an, dari hasil penelitian Roger
Sperry.
Otak besar atau cerebrum yang merupakan bagian terbesar dari otak manusia
adalah bagian yang memproses semua kegiatan intelektual, seperti kemampuan berpikir,
menalarkan, mengingat, membayangkan, serta merencanakan masa depan.
Otak besar dibagi menjadi belahan kiri dan belahan kanan, atau yang lebih
dikenal dengan Otak Kiri dan Otak Kanan. Masing-masing belahan mempunyai fungsi
yang berbeda. Otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio,
kemampuan menulis dan membaca, serta merupakan pusat matematika. Beberapa pakar
menyebutkan bahwa otak kiri merupakan pusat Intelligence Quotient (IQ).
Sementara itu otak kanan berfungsi dalam perkembangan Emotional
Quotient (EQ). Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta
pengendalian emosi. Pada otak kanan ini pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan
merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, melukis dan
segala jenis kegiatan kreatif lainnya.
Belahan otak mana yang lebih baik? Keduanya baik. Setiap belahan otak punya
fungsi masing-masing yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Akan tetapi,
menurut penelitian, sebagian besar orang di dunia hidup dengan lebih mengandalkan otak
kirinya. Hal ini disebabkan oleh pendidikan formal (sekolah dan kuliah) lebih banyak
mengasah kemampuan otak kiri dan hanya sedikit mengembangkan otak kanan.
Orang yang dominan otak kirinya, pandai melakukan analisa dan proses
pemikiran logis, namun kurang pandai dalam hubungan sosial. Mereka juga cenderung
memiliki telinga kanan lebih tajam, kaki dan tangan kanannya juga lebih tajam daripada
tangan dan kaki kirinya. Sedangkan orang yang dominan otak kanannya bisa jadi adalah

orang yang pandai bergaul, namun mengalami kesulitan dalam belajar hal-hal yang
teknis.
Ada banyak cara untuk mengetahui apakah seseorang dominan otak kanan atau
dominan otak kiri. Misalnya dengan melihat perilaku sehari-hari, cara berpakaian, dengan
mengisi kuisioner yang dirancang khusus atau dengan peralatan Electroencephalograph
yang bisa mengamati bagian otak mana yang paling aktif.
Disekitar Anda pastinya ada orang yang pandai dalam ilmu pengetahuan, tapi
tidak pandai bergaul. Sebaliknya ada orang yang pandai bergaul, tapi kurang pandai di
sekolahnya. Keadaan semacam ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara otak kanan
dan otak kiri.
Idealnya, otak kiri dan otak kanan haruslah seimbang dan semuanya berfungsi
secara optimal. Orang yang otak kanan dan otak kirinya seimbang, maka dia bisa menjadi
orang yang cerdas sekaligus pandai bergaul atau bersosialisasi.
2.1.3

Perkembangan Otak
Otak adalah organ yang paling penting dalam tubuh manusia. Organ inilah
yang mengontrol seluruh kerja tubuh. Proses pembentukan sel-sel otak ini hanya terjadi
sekali seumur hidup, yakni sejak dari kandungan hingga usia kurang lebih tiga tahun. Selsel otak yang mati tidak dapat tergantikan olehsel yang baru.
Setelah sel-sel otak selesai terbentuk, sel-sel tersebut akan terus bertambah
besar dan kompleks dengan jumlah lebih dari 10.000 milyar sambungan antar sel.
Perkembangan sel-sel otak sangat tergantung dari setiap rangsangan yang diterima, baik
rangsangan yang positif maupun negatif dari sekelilingnya.
Otak manusia terbagi atas 2 bagian, yaitu otak kiri dan otak kanan. Otak kiri
mengatur cara berpikir logis, kemampuan kognitif, dan menganalisa yang memungkinkan
seseorang mempelajari bahasa dan matematika. Sedangkan otak kanan menghasilkan
pikiran-pikiran kreatif dan artistik, seperti emosi, musik, dan intuisi.
Bagian otak untuk berpikir disebut Korteks atau neokorteks, adalah jaringan
berlipat-lipat yang tebalnya kira-kira 3 mm, yang membungkus hemisfer-hemisfer.
Sementara hemisfer serebral mengendalikan sebagian besar fungsi tubuh mendasar
seperti gerak otot dan pencerapan, korteks memberi makna apa yang kita lakukan dan

cerap. Korteks juga berperan penting dalam memahami kecerdasan emosional. Korteks
memungkinkan kita mempunyai perasaan tentang perasaan kita sendiri, memahami
sesuatu secara mendalam, menganalisis mengapa kita mengalami perasaan tertentu, dan
selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya.
Bagian otak yang mengurusi emosi adalah sistem Limbik. Sistem Limbik
terletak jauh dalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggungjawab atas pengaturan
emosi dan impuls.
Beberapatahapan Proses tumbuh kembang otak yaitu penambahan sel-sel saraf
(poliferasi), perpindahan sel saraf (migrasi), perubahan sel saraf (diferensiasi),
pembentukan jalinan saraf satu dengan yang lainnya (si- naps), dan pembentukan
selubung saraf (mielinasi).
a. Poliferasi
Pada awalnya, bentuk sel saraf (neuron) masih sederhana. Kemudian,
mengalami pembelahan sehingga menjadi banyak. Inilah yang disebut proses
penambahan (poliferasi) sel saraf. Proses proliferasi ini berlangsung pada usia
kehamilan sekitar 4-24 minggu. Proses poliferasi sel saraf selesai/berhenti pada
waktu bayi lahir.
b. Migrasi
Setelah proses poliferasi, sel saraf akan mengalami migrasi atau berpindah ke
tempatnya masing-masing. Ada yang menempati wilayah depan, belakang, samping,
dan bagian atas otak. Waktu terjadi perpindahannya berbeda-beda sesuai program
yang sudah dibentuk secara genetik dan alamiah.Setelah sampai di rumahnya
masing-masing, sel-sel saraf lalu berkembang. Setiap rumah memiliki kurva
pertumbuhan sendiri-sendiri. Percepatan pertumbuhannya juga berbeda-beda. Tak
heran kalau kemampuan otak setiap anak juga berbeda. Proses migrasi sebenarnya
berlangsung sejak kehamilan 16 minggu sampai akhir bulan ke-6. Proses migrasi ini
terjadi secara bergelombang. Artinya, selsaraf yang bermigrasi lebih awal akan
menempati lapisan dalam dan yang bermigrasi berikutnya menempati lapisan luar
(korteks serebri).\
c. Diferensiasi
Pada akhir bulan ke-6 kehamilan, lempeng korteks sudah memiliki komponen
sel saraf yang lengkap. Seiring dengan itu juga sudah tampak adanya diferensiasi.

Yaitu perubahan bentuk, komposisi dan fungsi sel saraf menjadi enam lapis seperti
pada orang dewasa. Sel saraf kemudian berubah menjadi sel neuron yang bercabangcabang dan juga berubah menjadi selpenunjang (sel glia). Selpenunjanginitumbuh
banyak setelah sel saraf menjadimatangdanbesar.
d. Sinaps
Selanjutnya terjadi pembentukan jalinan saraf satu dengan yang lainnya
(sinaps). Setelah menjalani mielinisasi (proses pematangan selubung saraf), sinaps
makin bertambah banyak.
e. Mielinisasi
Proses pematangan selubung saraf (myelin) yang disebut mielinisasi masih
terus berkembang. Proses ini terjadi terutama beberapa saat sebelum terjadi
kehamilan. Pematangan selubung saraf mencapai puncaknya ketika bayi berumur
satu tahun. Setelah bayi lahir terjadi pertumbuhan serabut saraf. Lalu, terjadi
peningkatan jumlah sel glia yang luar biasa serta proses mielinisasi.Semua proses
tersebut, selain berlangsung alamiah, juga dipengaruhi oleh stimulasi dan nutrisi.
Nah, di sinilah pentingnya peranan orang tua pada masa prenatal (kehamilan) dan
pascanatal (setelah kelahiran) dalam perkembangan otak anak. Karena itu, jika ibu
atau ayah menghendaki si kecil mempunyai otak yang berkualitas, maka perlu
memahami tahapan perkembangan otak anak meskipun secara garis besar saja.
Persiapan agar anak memiliki otak yang berkualitas harus dimulai sebelum
kehamilan, selama masa hamil, dan setelah bayi lahir sampai proses perkembangan
otak itu selesai.

2.2 Anatomi Fisiologi Medula Spinalis


Medula

spinalis tersusun dalam kanalis spinalis dan diselubungi oleh sebuah

lapisan jaringan konektif, dura mater. Dari batang otak berjalan suatu silinder jaringan saraf
panjang dan ramping, yaitu medulla spinalis, dengan ukuran panjang 45 cm (18 inci) dan
garis tengah 2 cm (seukuran kelingking). Medulla spinalis, yang keluar dari sebuah lubang
besar di dasar tengkorak, dilindungi oleh kolumna vertebralis sewaktu turun melalui kanalis
vertebralis. Dari medulla spinalis spinalis keluar saraf-saraf spinalis berpasangan melalui

10

ruang-ruang yang dibentuk oleh lengkung-lengkung tulang mirip sayap vertebra yang
berdekatan.

Saraf

spinal

berjumlah

31

pasangdapatdiperincisebagaiberikut

pasangsarafservikal, 12 pasang saraf thorakal, 5 pasang saraf lumbal, 5 pasang saraf sakral,
dan 1 pasang saraf koksigeal.
Selama perkembangan, kolumna vertebra tumbuh sekitar 25 cm lebih panjang
daripada medulla spinalis. Karena perbedaan pertumbuhan tersebut, segmen-segmen
medulla spinalis yang merupakan pangkal dari saraf-saraf spinal tidak bersatu dengan ruangruang antar vertebra yang sesuai. Sebagian besar akar saraf spinalis harus turun bersama
medulla spinalis sebelum keluar dari kolumna vertebralis di lubang yang sesuai. Medulla
spinalis itu sendiri hanya berjalan sampai setinggi vertebra lumbal pertama atau kedua
(setinggi sekitar pinggang), sehingga akar-akar saraf sisanya sangat memanjang untuk dapat
keluar dari kolumna vertebralis di lubang yang sesuai. Berkas tebal akar-akar saraf yang
memanjang di dalam kanalis vertebralis yang lebih bawah itu dikenal sebagai kaudaekuina
(ekorkuda) karena penampakannya.

11

Walaupun terdapat variasi regional ringan, anatomi potongan melintang dari


medulla spinalis umumnya sama di seluruh panjangnya. Substansi agrisea di medulla
spinalis membentuk daerah seperti kupu-kupu di bagian dalam dan dikelilingi oleh
substansia alba di sebelah luar. Seperti di otak, substansi agrisea medulla spinalis terutama
terdiri dari badan-badan sel saraf serta dendritnya antar neuron pendek, dan sel-sel glia.
Substansia alba tersusun menjadi traktus (jaras), yaitu berkas serat-serat saraf (akson-akson
dari antar neuron yang panjang) dengan fungsi serupa. Berkas-berkas itu dikelompokkan
menjadi kolumna yang berjalan di sepanjang medulla spinalis. Setiap traktus ini berawal
atau berakhir di dalam daerah tertentu di otak, dan masing-masing memiliki kekhususan
dalam mengenai informasi yang disampaikannya.
Perlu diketahui bahwa di dalam medulla spinalis berbagai jenis sinyal dipisahkan,
dengan demikian kerusakan daerah tertentu di medulla spinalis dapat mengganggu sebagian
fungsi tetapi fungsi lain tetap utuh. Substansi agrisea yang terletak di bagian tengah secara
fungsional juga mengalami organisasi. Kanalis sentralis, yang terisi oleh cairan
serebrospinal, terletak di tengah substansi agrisea. Tiap-tiap belahan substansi agrisea dibagi
menjadi

kornudorsalis

(posterior),

kornuventralis

(anterior),

dan

kornulateralis.

Kornudorsalis mengandung badan-badan sel antar neuron tempat berakhirnya neuron aferen.
Kornuventralis mengandung badan sel neuron motorik eferen yang mempersarafi otot
rangka. Serat-serat otonom yang mempersarafi otot jantung dan otot polos serta kelenjar
eksokrin berasal dari badan-badan sel yang terletak di tanduk lateralis.
Saraf-saraf spinalis berkaitan dengan tiap-tiap sisi medulla spinalis melalui akar
spinalis dan akar ventral. Serat-serat aferen membawa sinyal dating masuk ke medulla
spinalis melalui akar dorsal; serat-serat eferen membawa sinyal keluar meninggalkan
medulla melalui akar ventral. Badan-badan seluntuk neuron-neuron aferen pada setiap
tingkat berkelompok bersama di dalam ganglion akar dorsal. Badan-badan seluntuk neuronneuron eferen berpangkal di substansi agrisea dan mengirim akson keluar melalui akar
ventral.
Akar ventral dan dorsal di setiap tingkat menyatu membentuk sebuah saraf
spinalis yang keluar dari kolumna vertebralis. Sebuah saraf spinalis mengandung serat-serat
aferen dan eferen yang berjalan diantara bagian tubuh tertentu dan medulla spinalis spinalis.
Sebuah saraf adalah berkas akson neuron perifer, sebagian aferen dan sebagian eferen, yang

12

dibungkus oleh suatu selaput jaringan ikat dan mengikuti jalur yang sama. Sebagaian saraf
tidak mengandung sel saraf secara utuh, hanya bagian-bagian akson dari banyak neuron.
Tiap-tiap serat di dalam sebuah saraf umumnya tidak memiliki pengaruh satu sama lain.
Mereka berjalan bersama untuk kemudahan, seperti banyak sambungan telepon yang
berjalan dalam satu kabel, namun tiap-tiap sambungan telepon dapat bersifat pribadi dan
tidak mengganggu atau mempengaruhi sambungan yang lain dalamkabel yang sama.
Dalam medulla spinalis lewat dua traktus dengan fungsi tertentu, yaitu traktus
desenden dan asenden. Traktus desenden berfungsi membawa sensasi yang bersifat perintah
yang akan berlanjut ke perifer. Sedangkan traktus asenden secara umum berfungsi untuk
mengantarkan informasi aferen yang dapat atau tidak dapat mencapai kesadaran. Informasi
ini dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu :
a. Informasi eksteroseptif, yang berasal dari luar tubuh, seperti rasa nyeri, suhu, dan raba.
b. Informasi proprioseptif, yang berasal dari dalam tubuh, misalnya otot dan sendi
Traktus desenden yang melewati medulla spinalisterdiridari:
a. Traktus kortiko spinalis, merupakan lintasan yang berkaitan dengan gerakan-gerakan
terlatih, berbatas jelas, volunter, terutama pada bagian distal anggota gerak.
b. Traktus retikulo spinalis, dapat mempermudah atau menghambat aktivitas neuron motorik
alpha dan gamma pada columna grisea anterior dan karena itu, kemungkinan
mempermudah atau menghambat gerakan volunteer atau aktivitas refleks.
c. Traktus spinotektalis, berkaitan dengan gerakan-gerakan refleks postural sebagai respon
terhadap stimulus verbal.
d. Traktus rubro spinalis bertindak baik pada neuron-neuron motorik alpha dan gamma pada
columna grisea anterior dan mempermudah aktivitas otot-otot eksten sorat auotot-otot
antigravitasi.
e. Traktus vestibule spinalis, akan mempermudah otot-otot ekstensor, menghambat aktivitas
otot-otot fleksor, dan berkaitan dengan aktivitas postural yang berhubungan dengan
keseimbangan.
f. Traktus olivo spinalis, berperan dalam aktivitas muskuler
2.3 Definisi Ensefalomeielitis
Ensefalomielitis adalah suatu peradangan pada otak dan medula spinalis, yang
disebabkan oleh virus. Radang selaput otak dan sumsum tulang belakang adalah radang
selaput otak bakterial yang ditimbulkan oleh kokus radang selaput otak, berjangkit

13

terutama pada musim dingin dan musim semi, menular melalui udara dan ludah
(Ginsberg,2007).
2.4 Klasifikasi
a.
Ensefalomielitis diseminata akut (ADEM)
1) Definisi
Ensefalomielitis Diseminata Akut (Acute Disseminated Encephalomyelitis/
ADEM) adalah penyakit autoimun yang menyebabkan terjadinya demielinasi peradangan
akut multifokal pada Sistem Saraf Pusat (SSP), bersifat monofasik dan dapat terjadi
setelah infeksi virus atau imunisasi, sehingga disebut juga ensefalomielitis pasca infeksi
(Garg,2003)
Encephalomyelitis diseminata akut ( ADEM ) adalah penyakit kekebalan
demielinisasi otak (Dale,2003). Keadaan ini merupakan penyakit yang jarang terjadi dan
secara patologis ditandai oleh demielinasi peradangan akut multifokal di seluruh SSP
(Ginsberg,2007).

2) Etiologi
Penyakit ini dapat terjadi setelah infeksi virus atau imunisasi, sehingga
disebut juga ensefalomielitis pascainfeksi (Ginsberg,2007). Infeksi virus diduga
menginduksi ADEM termasuk virus influenza, enterovirus, campak, gondok, rubella,
varicella zoster, virus Epstein Barr, cytomegalovirus, herpes simplex virus, hepatitis
A, dan coxsackievirus, sedangkan infeksi bakteri termasuk

Leptospira, dan

Streptococcus beta - hemolitik (Tenembaum, 2007).


3) Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari Acute Disseminated Enchephalomyelitis (ADEM)
meliputi ensefalopati, tetapi dapat juga berupa sindrom fokal atau multifokal, yang
mengarah pada gangguan demyelinasi inflamasi sistem saraf pusat, termasuk neuritis
optik dan myelitis. Beberapa gejala klinis meningoensefalitis pada ADEM terdiri dari
ensefalopati, kejang, demam, sakit kepala dan tanda meningeal. (Garg,2003)

14

Gejala inflamasi dan gejala neurologis sering dimulai 2 minggu setelah


keadaan sakit akibat virus atau bakteri. Gejala sistemik seperti demam, malaise, sakit
kepala, nausea, dan muntah sering mendahului gejala neurologis ADEM. Ciri khas
dari gejala klinis ADEM berupa perluasan fokal atau multifokal dari gangguan
neurologis.

Onset gangguan sistem saraf pusat sangat cepat dengan

disfungsi

puncak terjadi dalam beberapa hari. Gambaran klinis awal berupa letargi dan dapat
berlanjut sampai koma, gejala fokal atau multifokal neurologi seperti gangguan pada
cerebrum (hemiparesis dan afasia), gangguan pada batang otak (kelumpuhan nervus
kranial) dan gangguan pada spinal cord (paraparesis). Gejala lain yang

juga

dilaporkan biasa tejadi seperti meningismus, ataksia dan gangguan pergerakan.


Kejang dapat terjadi pada kasus yang berat, terutama pada perdarahan akut ADEM.
Gejala biasanya mulai 1-3 minggu setelah infeksi. Gejala utama meliputi
demam, sakit kepala, mengantuk, kejang dan koma. Meskipun pada awalnya gejala
biasanya ringan, gejala ADEM memburuk dengan cepat selama beberapa jam
(Tenembaum,2002). Gejala tambahan yang bisa terjadi adalah

hemiparesis,

paraparesis, dan kelumpuhan saraf kranial (Ravaglia,2007).


Menurut Ginsberg (2007) manifestasi klinis ADEM adalah :
-

Demam
Nyeri kepala
Meningismus
Mungkin terjadi gangguan kesadaran, gejala neurologis fokal, dan tanda yang
melibatkan hemisfer serebri, batang otak, serebelum, medula spinalis, dan nervus
optikus. Pasien dengan neuritis optic bilateral pascinfeksi atau keterlibatan medula
spinalis tersendiri (mielitis transversa) mungkin merupakan varian terpisah dari
penyakit ini.

4) Prognosis
Angka kematian sekitar 5% namun tingkat pemulihan terjadi pada 50
sampai 75% kasus, dengan peningkatan tingkat kelangsungan hidup hingga 70
sampai 90%. Rata-rata waktu untuk pemulihan adalah 1 sampai 6 bulan
(Schwarz,2001). Anak-anak cenderung memiliki hasil yang lebih baik daripada
orang dewasa (Lin,2007).

15

5) Pemeriksaan penunjang
1. Darah lengkap
Limfositosis pada cairan serebrospinal (seringkali meningkat hingga beberapa
ratus sel).
2. Serologi dilakukan pada darah dan cairan serebrospinal untuk mendeteksi
organisme bakteri dan virus .
3. Kultur virus diperoleh dari nasofaring dan tinja .
4. Fungsi lumbal juga dilakukan . Tes ini berguna karena bukti peradangan umum
dalam cairan cerebrospinal (CSF), dengan pleositosis ( peningkatan jumlah sel
darah putih ) dan / atau peningkatan konsentrasi protein. Sementara ini secara
umum kadang-kadang CSF bisa normal.
5. Perubahan EEG nonspesifik dan CT scan mungkin normal
6. CT Scan Pemeriksaan dengan CT scan dapat normal pada onset awal dan dapat
abnormal pada 5-14 hari kemudian.2 Pemeriksaan CT scan tidak sensitif untuk
mendiagnosa kelainan ADEM. Beberapa studi, menyebutkan gambaran CT scan
tidak menunjukkan kelainan pada awal penyakit dan tidak sensitif untuk
mendeteksi adanya lesi demielinasi yang kecil. Pada gambaran CT scan yang
abnormal, biasanya ditemukan area hipodense yang diskret pada white matter
serebri dan pada area juxtakortikal dan kadang-kadang tampak seperti gambaran
cincin. Penelitian yang pernah dilakukan Tenembaum dkk, melaporkan temuan
abnormal pada CT Scan pada 78% pasien rata-rata setelah 6,5 hari dari munculnya
onset. Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh Pavone dkk, didapatkan adanya
abnormal CT scan ditemukan pada 86% dari pasien ADEM dan ditemukan ratarata setelah 2,5 hari dari munculnya gejala onset. (Marin,2007)
7. MRI dari otak dan tulang belakang adalah penting untuk menetapkan diagnosis
ADEM . Kelainan pada MRI biasanya bervariasi di lokasi. Selain itu, batang otak
dan sumsum tulang belakang kelainan pada MRI yang umum di ADEM. Ada
kemungkinan bahwa MRI mungkin normal di awal perjalanan dari gangguan dan
mungkin pemeriksaannya harus diulang untuk lebih memastikan (Ginsberg,2007).
6) Diagnosis Banding

16

Ensefalitis vira akut (infeksi masih terjadi dan bukan pascainfeksi) dan serangan
akut sklerosis multiple. Penyakit ini mungkin sulit dibedakan dari serangan penyakit yang
kemudian terbukti sebagai sklerosis multiple, tetapi adanya gejala nyeri kepala, demam,
meningismus, perubahan tingkat kesadaran dan tingginya limfosit dalam cairan
serebrospinal lebih mengarah ke ensefalomielitis diseminata akut (Ginsberg,2007).
7) Penatalaksanaan
Terapi :
Pengobatan

lini

pertama

untuk

ensefalomielitis

adalah

dosis

tinggi

kortikosteroid intravena, seperti methylprednisolone atau deksametason, diikuti oleh 3-6


minggu dosis oral secara bertahap (Shahar,2002). Pasien yang diobati dengan
metilprednisolon bisa menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan mereka yang
diobati dengan deksametason. Dengan meminum obat melalui oral, dalam durasi kurang
dari tiga minggu dapat menunjukkan resiko kambuh lebih tinggi dan cenderung
menunjukkan hasil yang lebih buruk dari intravena. Terapi lainnya seperti antiinflamasi
dan imunosupresif dapat menunjukkan efek menguntungkan, seperti plasmapheresis
(jenis terapi medis yang menyuling plasma darah keluar dari kumpulan partikelnya
untuk diolah lebih lanjut dan memasukkan kembali plasma darah tersebut pada akhir
terapi), dosis tinggi imunoglobulin intravena (IVIG), mitoxantrone dan siklofosfamid.
Ini dianggap terapi alternatif, digunakan ketika kortikosteroid tidak dapat digunakan,
atau gagal untuk menunjukkan efek (Ravaglia, 2007).
Penatalaksanaan diutamakan pada imunosupresi dan immunomodulation.
Pilihan termasuk kortikosteroid, plasma exchange , dan intravenous immunoglobulin
(IVIg).
1.

Kortikosteroid
Terapi kortikosteroid secara luas diterima sebagai line pertama terapi untuk
ADEM. Regimen pengobatan yang dianjurkan adalah metilprednisolon intravena
10 -30 mg / kgBB/hari sampai dosis harian maksimum 1 g atau deksametason (1
mg / kg) selama 3 sampai 5 hari diikuti steroid oral selama 4-6 minggu tappering
off. (Garg,2003)

17

Kortikosteroid sangat efektif untuk gejala ADEM, dimana memiliki angka


kesembuhan 50- 80%.
2.

Plasma Exchange
Plasma Exchange direkomendasikan pada pasien yang kurang atau tidak
respon terhadap kortikosteroid intravena. Pertukaran plasma digunakan karena
antibodi serum diarahkan terhadap MBP dan galactocerebroside ditemukan pada
pasien dengan pasca-rabies inokulasi ADEM, serta sintesis intratekal antibodi ini.

3.

(Garg,2003)
Intravenous immunoglobulin (IVIg)
IVIg digunakan untuk ADEM yang tidak respon dengan kortikosteroid
dan plasma exchange merupakan kontraindikasiatau sulit diakses.IVIg mungkin
lebih diutamakan untuk kasus encephalomyelitis pasca vaksinasi.Penggunaan
IVIG telah terbukti efektif pada pasien dengan keterlibatan baik SSP (Sistem
Saraf Pusat) maupun sistem saraf perifer dan beberapa penulis telah
menganjurkan bahwa pada pasien dengan poliradikulopati, IVIg dianggap sebagai
terapi line pertama.
Ada beberapa laporan kasus keberhasilan penggunaan IVIg, baik sendiri
maupun kombinasi dengan kortikosteroid, setelah gagal steroid intravena atau
demielinisasi berulang, Dosis yang dilaporkan untuk IVIg lebih konsisten dari
steroid, dengan dosis total 1-2 g / kgBB sebagai dosis tunggal atau dalam 3-5 hari.
IVIg umumnya dapat ditoleransi dengan baik. (Marin,2007)

8) Komplikasi
Meskipun mayoritas pasien ADEM dapat sepenuhnya pulih, fase akut dapat
berat dan mengancam jiwa, dan defisit residual telah dilaporkan pada 20% sampai 30%
dari anak-anak. Dari jumlah tersebut , yang paling sering dilaporkan mencakup defisit
ringan motorik, masalah penglihatan, dan kejang. Rata-rata waktu untuk pemulihan
penuh berkisar antara 1 sampai 6 bulan, meskipun pasien sering mengalami perbaikan
segera gejala setelah mulai pengobatan dengan kortikosteroid. Angka kematian akut
ensefalomielitis sebelumnya telah dilaporkan setinggi 20%. Namun, di era pengobatan
modern untuk angka ini telah berkurang.(Garg,2003) Defisit kognitif dilaporkan sebagai

18

konsekuensi jangka panjang dari akut ensefalomielitis. Defisit halus dalam fungsi
eksekutif, perhatian, dan perilaku telah dilaporkan pada anak-anak yang telah dinyatakan
benar-benar pulih dari ADEM. Defisit ini telah tercatat lebih menonjol pada anak yang
terdiagnosis ADEM pada umur di bawah 5 tahun.(Garg,2003)

b.

Encephalomyelitis Myalgic ( ME )
1) Definisi
Encephalomyelitis Myalgic (ME), juga disebut dalam literatur sebagai
sindrom kelelahan kronis (CFS), adalah penyakit kompleks yang melibatkan
disregulasi mendalam sistem saraf pusat (SSP) dan kekebalan tubuh sistem, disfungsi
metabolisme

energi

sel

dan transportasi

ion dan kelainan

kardiovaskular

(Hollingsworth, 2010).
Encephalomyelitis Myalgic / sindrom kelelahan kronis (ME/CFS) adalah
suatu kondisi yang menyebabkan kelelahan terus-menerus yang berlangsung selama
minimal 6 bulan (atau lebih) dan bukan karena kondisi medis lain (misalnya,
hipotiroidisme).
2) Etiologi
1.

Predisposisi genetik :
- Peningkatan kerentanan terkait dengan: modifikasi ekspresi gen : neurologis,
hematologi, metabolik, sensorik, penyakit imunologi, fungsi / respon, infeksi,
inflamasi jantung, kanker , kematian sel dan endocrin.

19

2.

Cluster data gen gabungan menunjukkan berbeda subtipe genom dan penyakit

associations.
Kejadian lingkungan Pre - onset yang dapat mengganggu sistem saraf dan
kekebalan tubuh dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi seperti: infeksi
ringan, imunisasi, paparan agen infeksi baru, transfusi darah, bahan kimia
beracun, logam berat, trauma fisik yang parah seperti cedera spinal/operasi.

3) Patofisiologi
1.

Post - Exertional Neuroimmune Exhaustion ( PENE )


Kelelahan yang normal biasanya sebanding dengan intensitas dan durasi
aktivitas, diikuti oleh pemulihan cepat energi. PENE ditandai dengan kelelahan
fisik yang patologis dan disertai nyeri. Hal ini diikuti oleh periode pemulihan
berkepanjangan . Kelelahan dan rasa sakit adalah bioalarms yang diperlukan
pasien agar waspada untuk memodifikasi kegiatan mereka dalam rangka untuk
mencegah kerusakan lebih lanjut.
Patofisiologi yang mendasari PENE melibatkan disfungsi jaringan
kontrol regulasi dalam dan di antara systems saraf, ini berinteraksi dengan
sistem kekebalan tubuh dan endokrin yang mempengaruhi hampir semua sistem
tubuh, metabolisme sel dan ion dan gangguan produksi energi aerobik sehingga
terjadi ketidakmampuan untuk menghasilkan energi yang cukup.

2.

Neurological Abnormalities
Neurokognitif, otonom dan gangguan sensorik, nyeri, sakit kepala, dan
parestesia adalah tanda dan gejala neurologic yang menonjol. Kognitif termasuk
pengolahan informasi yang lambat, kurang perhatian, penggunaan kata, dan
memori kerja adalah beberapa symptoms paling fungsional. Kelainan struktural
dan fungsional dalam otak dan sumsum tulang belakang konsisten dengan
patologis disfungsi pusat regulasi dan jaringan komunikasi otak, CNS dan ANS.
Kontrol umpan balik loop dapat menekan motorik otak dan aktivitas kognitif,
mengganggu SSP homeostasis, dan reset elemen ANS. Kelainan ini merupakan
peran penting dalam gejala neurologis. Dapat dilaporkan tidur tidak nyenyak,
rasa sakit dan fatigue luar biasa yang patologis dan perubahan yang konsisten
dengan gangguan neurologis tetapi bukan kondisi kejiwaan.
20

3.

Immune Impairments
Virus neuropatik dapat menginfeksi dan merusak otak, ganglia dan selsel imun. Infeksi awal dapat menyebabkan disregulasi dari sistem kekebalan
tubuh, yang mungkin dapat menyebabkan infeksi persisten atau respon imun
abnormal. Aktivasi kompleks imun, termasuk peningkatan kadar berbagai
sitokin, penyebab peradangan kronis dengan latar belakang imunosupresi, yang
membuat tubuh lebih rentan terhadap agen infeksi oportunistik dan mungkin
bisa seperti flare pasca-exertional dan gejala seperti flu.

4.

Energy Production and Ion Transport Impairments


Penurunan energi yang sangat besar menunjukkan disregulasi
mitokondria dan produksi energi sel, channelopathy, dan transportasi ion. Ada
hubungan terbalik antara variasi diurnal tekanan darah (BP) dan kelelahan.
Penurunan meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular. Intoleransi ortostatik
(OI) menunjukkan gangguan autoregulation sirkulasi cerebral. Oksigen yang
rendah, stroke volume, dan kurang sirkulasi berhubungan dengan keparahan
gejala dan impairment.

4) Fase ME
1.

Infeksi Onset / Fase Akut <6 bulan


Kebanyakan pasien memiliki gejala fase akut yang berbeda, seperti flu
atau tanda-tanda lain dari proses infeksi yang jelas. Mudah lelah adalah gejala
yang paling khas. Masa inkubasi biasanya berjalan beberapa hari sampai
seminggu.

Kondisi

pasien

bisa

memburuk,

dan

gejala-gejala

yang

mengidentifikasi karakter khas ME mulai muncul seperti cluster. Sekitar 20% dari
pasien memiliki onset bertahap yang dapat membahayakan sistem kekebalan
tubuh, membuat mereka rentan terhadap infeksi atau reaktivasi infeksi laten
2.

persisten yang lebih lanjut dapat mengganggu system kekebalan tubuh.


Fase kronik > 6 bulan
Umumnya, gejala cenderung lebih stabil dalam fase kronis. beberapa
pasien mengalami beberapa perbaikan dalam fase kronis sementara yang lain
memiliki penurunan rogresif di bidang kesehatan.

5) Manifestasi Klinis

21

Kelelahan yang ekstrim yang berlangsung setidaknya 6 bulan adalah gejala khas
dari ME. Kelelahan yang terus-menerus dan merasa bahwa stamina tubuhn terus
merendah. Gejala lain termasuk:
- Demam ringan
- Sakit tenggorokan
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Penurunan kemampuan untuk berkonsentrasi
- Kelemahan otot dan nyeri sendi
- Sakit kepala
- Memori dan konsentrasi masalah
- Sulit tidur
- Masalah dengan konsentrasi dan memori sering terjadi. Seseorang mungkin memiliki
penurunan kekuatan mental, memori jangka pendek gangguan, atau ketidakmampuan
untuk berkonsentrasi ke titik di mana kegiatan rutin yang terganggu.
- Gejala lain seperti masalah pencernaan, gangguan tidur, atau suhu tubuh normal juga
sering dilaporkan.
- Gejala mungkin cukup parah bisa mengganggu kinerja kerja, yang menyebabkan cuti
sakit dan waktu yang istirahat di tempat tidur. Gejala ME dapat berlangsung selama
beberapa tahun. Namun, mereka biasanya terburuk pada tahap awal penyakit.
Beberapa orang tidak pernah kembali ke tingkat energi asli mereka. Gejala cenderung
muncul kembali selama masa stres emosional atau fisik.
6) Prognosis
-

Saat ini tidak ada obat dikenal.


Intervensi dini dan strategi pengobatan yang tepat dapat mengurangi keparahan gejala.
Prognosis bagi seorang individu tidak dapat diprediksi dengan pasti.
Pediatri: Anak-anak bisa menderita sangat parah.

7) Penatalaksanaan

Medis
Karena tidak ada obat secara khusus terbukti telah menyembuhkan ME, obat
yang digunakan untuk mengobati beberapa gejala yang terlihat dengan ME adalah obat
depresi, antidepresan seperti selective serotonin reuptake inhibitor (misalnya;
paroxetine, sertraline) atau antidepresan trisiklik (misalnya; amitriptyline, imipramine)
dapat digunakan. Obat anti ansietas seperti lorazepam dapat digunakan untuk
mengobati kecemasan. Pil tidur, seperti zopiclone, dapat digunakan untuk mengobati

22

gangguan tidur tertentu. Nonsteroidal anti - inflammatory drugs (NSAID ) yang


digunakan untuk sakit kepala, demam, dan nyeri umum dan nyeri.
ME / CFS kadang-kadang bisa hilang dengan sendirinya. Oleh karenanya
harus meminum obat untuk waktu yang singkat dan kemudian berhenti dan status
orang tersebut harus ditinjau kembali sebelum melanjutkan dengan pengobatan obat.
Non medis
Meskipun tidak ada rekomendasi atau perawatan yang terbukti sampai saat
ini, manajemen ME termasuk jaminan dan dukungan tentang kondisi dan bagaimana
hal-hal akan membaik seiring berjalannya waktu. Sulit untuk memprediksi kapan dan
bagaimana seseorang dengan ME hidupnya akan meningkat karena ini sangat
bervariasi pada setiap individu.
Terapi perilaku kognitif dan latihan ( meningkat dari waktu ke waktu )
muncul untuk menghasilkan banyak keuntungan. Seorang dokter mungkin akan
menggabungkan sejumlah perawatan yang berbeda yang bertujuan mengatasi gejala
spesifik termasuk :
intervensi medis dan obat-obatan
terapi alternatif
psikoterapi ( terapi perilaku kognitif )
penyesuaian fisik dan gaya hidup
Psikoterapi adalah strategi lain yang dapat membantu orang dengan ME dan
keluarga mereka untuk mengatasi gejala ME. Terapi perilaku kognitif dapat membantu
mengurangi beberapa tekanan dan kekhawatiran tentang ME dan yang mempengaruhi
pada pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Perubahan fisik dan gaya hidup juga mungkin dianjurkan. Kurangnya
olahraga dapat memperburuk kelemahan fisik. Sebuah latihan dinilai dapat menjadi
sarana untuk memulihkan beberapa kerugian energi dan stamina. Dengan memulai
latihan perlahan-lahan, secara bertahap dan meningkatkan jumlah dan intensitas dari
waktu ke waktu.

23

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ensefalomielitis adalah radang otak dan sumsum tulang belakang yg tersebar di
beberapa tempat. Radang selaput otak dan sumsum tulang belakang adalah radang selaput
otak bakterial yang ditimbulkan oleh kokus radang selaput otak, berjangkit terutama pada
musim dingin dan musim semi, menular melalui udara dan ludah.
Beberapa virus yang berbeda bisa menginfeksi otak dan medula spinalis, termasuk
virus penyebab herpes dan gondongan (mumps). Beberapa dari infeksi ini merupakan wabah,
dan yang lainnya ditularkan melalui serangga. Peradangan biasanya terjadi dalam 5-10 hari
setelah penyakit karena virus dan bisa menyebabkan kerusakan yang serius pada sistem saraf.
Perandangan otak kadang bisa terjadi beberapa minggu, bulan atau tahun setelah infeksi
virus.
Pengobatan lini pertama untuk ensefalomielitis adalah dosis tinggi kortikosteroid
intravena, seperti methylprednisolone atau deksametason, diikuti oleh 3-6 minggu dosis oral
secara bertahap (Shahar,2002). Pasien yang diobati dengan metilprednisolon bisa
menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan mereka yang diobati dengan deksametason.
Dari berbagai masalah keperawatan tersebut, seorang perawat memiliki tugas
penting dalam menyusun intervensi keperawatan yang tepat dan rasional, yang dapat
digunakan sebagai panduan dalam melaksanakan tindakan asuhan keperawatan sehingga
dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas.
3.2 Saran
1. Bagi mahasiswa supaya memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien
dengan ensefalomielitis sesuai dengan perkembangan ilmu.
2. Bagi institusi agar dapat mengembangkan konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan ensefalomielitis.
3. Bagi tenaga kesehatan agar menerapkan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien
dengan ensefalomielitis sesuai dengan perkembangan ilmu.
24

DAFTAR PUSTAKA
Garg RK. Acute disseminated encephalomyelitis. Postgrad Med J 2003;79:1117.
Compston, A. Coles A (2008). "Multiple sclerosis". Lancet 372(9648): 150217.
Marin SE, Called DJA. The Magnetic Resonance Imaging Appearance of
Monophasic Acute Disseminated Encephalomyelitis An Update Post Application of the
2007 Consensus Criteria. Neuroimag Clin N Am 2013;23:245-266.
Kalat W, James. (2011). Biopsikologi. Jakarta: Salemba Humanika
Latief, abdul dkk. (2007). Ilmu kesehatan anak. Jakarta : bagian ilmu kesahatan anak fakultas
kedokteran universitas Indonesia
Milo R, Kahana E (March 2010). "Multiple sclerosis: geoepidemiology, genetics and the
environment". Autoimmun Rev 9 (5): A38794.
Smeltzer, Suzanne. (2002). Keperawatan Medical Bedah Volume 3 edisi 8. Jakarta : EGC
Sternberg, Robert. (2008). Psikologi Kognitif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wade, Carol. (2007). Psikologi Umum. Jakarta: Erlangga
World Health Organization (2008). Atlas: Multiple Sclerosis Resources in the World 2008.
Geneva: World Health Organization. pp. 1516. ISBN 92-4-156375-3.

25

geneti
k

Infeksi virus : influenza,


enterovirus, campak,
gondok, dll.

Kejadian lingkungan pre-onset yg dapat


mengganggu sist.saraf & kekebalan tubuh
& meningkatkan meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi

ENCHEPHALOMY
Disfungsi jaringan
kontrol regulasi
dalam & diantara
sist.saraf

Interaksi dgn
sist.kekebalan

Infeksi
merusak
otak & selsel
Disregul
asi
sist.imun
Abnormal
respon
kekebalan
activated

Disfungsional
aktivitas/istirah

Disregulasi mitokondria &


produksi energi sel
channelophaty &
transportasi ion

Kehilangan
hasil

Ggn produksi
energi
aerobic
Ketidakmampu
an
menghasilkan
energi

Glikolisi
s

produksi

Penurunan
energi yg
sangat

Kelainan
struktural &
fungsional dlm
otak & sumsum
tulang belakang

Disfungsi pusat
regulasi dan
jaringan
komunikasi otak,

Ggn.pola
eliminasi

26

Menekan motorik
otak & aktivitas
kognitif,
mengganggu SSp
homeostasis & ANS

Nyeri

Nocturia,
inkontinensi
a

kelemah
Peningkat
an sitokin
Penurun
an
Peradanga
n kronis

dema
m
hiperter

Kurang
perawatan

ketergantung
an
Perubah
an peran

Ggn.har
ga diri
rendah

Ggn.neurolo
gis kandung
kemih

Neurologi
cal
abnormali

Gangguan pd
mesensefalon
dan batang
otak atas

gangguan
pd sistem
limbik

gangguan pd
RAS dan BSR

Kerusakan
persepsi/
kognitif

Sulit
Ggn.pola
tidur/

Ggn.mobili
tas fisik
bingung

Kurang
informas

Kurang
pengetahu
an

27

Anda mungkin juga menyukai