Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PARKINSON

Dosen : Edy Siswantoro, S. Kep. Ns., M.Mkes., M.Kep

Di Susun Oleh :

1. Attala Enrico P [19.005]

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

AKPER DIAN HUSADA MOJOKERTO 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan askep ini dengan judul Askep Pasien
Dengan Parkinson

Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Keperawatan Anak Program Studi D3-Keperawatan. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada pembimbing, Edy Siswantoro, S. Kep. Ns., M.Mkes.,
M.Kep. yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan dalam
penyusunan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca sebagai koreksi dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Mojokerto, 11 Maret 2021.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………………4


1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………...
1.3 TUJUAN………………………………………………………………………………
1.4 MANFAAT……………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN……………………………………………………………………
2.2 EPIDIMIOLOGI………………………………………………………………….
2.3 ETIOLOGI…………………………………………….………………………….
2.4 PATOFISIOLOGI………………………………………………………………..
2.5 PATHWAY………………………………………………………………………
2.6 KOMPLIKASI……………………………………………………………………
2.7 GEJALA KLINIK ……………………………………………………………….
2.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ………………………………………………
2.9 PENATALAKSANAAN…………………………………………………………

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN……………………………………………………………………….
2. DIAGNOSA KEPERAWAATAN…………………………………………………..
3. INTERVENSI……..…………………………………………………………………
4. IMPLEMANTASI…………………………………………………………………..
5. TINDAKAN KEPERAWATAN……………………………………………………
6. EVALUASI KEPERAWATAN…………………………………………………….

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………….

3.2 SARAN……………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif,
merupakan penyakit terbanyak kedua setelah demensia Alzheimer. Penyakit ini memiliki
dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kualitas hidup penderita maupun keluarga.
Penyakit Parkinson pertama kali ditemukan oleh seorang dokter inggris yang bernama James
Parkinson pada tahun 1887. Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika seseorang
mengalami ganguan pergerakan yang memiliki karakteristik yang khas yakni tremor,
kekakuan dan gangguan dalam cara berjalan (gait difficulty).
Penyakit Parkinson bisa menyerang laki-laki dan perempuan. Rata-rata usia mulai
terkena penyakit Parkinson adalah 61 tahun, tetapi bisa lebih awal pada usia 40 tahun atau
bahkan sebelumnya. Jumlah orang di Amerika Serikat dengan penyakit Parkinson
diperkirakan antara 500.000 sampai satu juta, dengan sekitar 50.000 ke 60.000 terdiagnosa
baru setiap tahun. Angka tersebut meningkat setiap tahun seiring dengan populasi umur
penduduk Amerika. Sementara sebuah sumber menyatakan bahwa Penyakit Parkinson
menyerang sekitar 1 diantara 250 orang yang berusia diatas 40 tahun dan sekitar 1 dari 100
orang yang berusia diatas 65 tahun.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa Pengertian Parkinson ?
b. Bagaimana Etiologi dari Parkinson ?
c. Bagaimana Patofisiologi dari Parkinson ?
d. Bagaimana Kompilkasi dari Parkinson ?
e. Bagaimana Gejala klinik dari Parkinson ?
f. Bagaimana Pemeriksaan penunjang dari Parkinson ?
g. Bagaimana Penatalaksaan dari Parkinson ?

1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawata Medikal Bedah II (KMB II

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Parkinson adalah suatu penyakit kronis yang diakibatkan oleh kelainan neurologis
progresif yang menyerang pusat otak yang bertanggung jawab terhadap kontrol dan
regulasi gerakan. Terjadi penipisan dopamin dalam substansi nigra dan korpus stratum
karena proses degenerasi. Kondisi ini megakibatkan gejala khas bradikinestesia
(melambatnya gerakan), tremor, dan rigiditas (kekakuan otot).

2.2 Epidemiologi
Penyakit parkinson lebih sering pada usia 60 tahun(Hickey, 1997). Perubahan
psikologis pada SSP mencakup hilangnya neuron berpigmen dan adanya badan Lewy
pada substansia nigra tanpa menyebab yang diketahui. Seiring dengan penyakit
memburuk, seluruh pergerakan semakin lamban, termasuk mengunyah, menelan dan
bicara dan pasien menjadi emobil. Diam atau emobilitas penuh akan terlihat paling
sering saat pasien mulai bergerak.

2.3 Etiologi

Penyebab yang pasti dari penyakit Parkinson (parkinsonism) tidak diketahui.


Dalam banyak kasus, penyebabnya adalah idiopathie. Bagaimanapun, gejala atau
parkinsonism sekunder berhubungan dengan berbagai gangguan pada sistem saraf
seperti bahan beracun, tumor otak di dalam basal ganglia, trauma cerebral,
infeksi/peradangan, pengapuran pembuluh darah cerebral, dan induksi obat.
Dua hipotesis yang disebut juga sebagai mekanisme degenerasi neural pada
penyakit parkinson ialah : hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin.
1. Hipotesis radikal bebas
Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamin dapat merusak neuron
nigrostriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogen peroksid dan radikal-oksi
lainnya, walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan dari stres
oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal.
2. Hipotesis neurotoksin

5
Diduga bahwa satu atau lebih macam zat neurotoksin berperan dalam proses
neurodegenerasi pada parkinson,n sebagai contoh dikemukakan kemampuan zat
MPTP (1-methyl-4phenyl-1,2,3,6-tetrahydropyridine) atau toksin sejenis MPTP
yang secara selektif toksik terhadap substansi nigra dan lokus seruleus dan
mencetus sindrom yang serupa dengan parkinson pada manusia.

2.4 Patofisiologi
Penyakit parkinson diakibatkan oleh pembusukan dopaminergik neurons di
dalam substansia nigra, bagian dari basal ganglia yang menhasilkan dan menyimpan
neurotransmitter dopamine. Substansi nigra memainkan suatu peran kritis di dalam
extrapyramidal sistem motor, yang mana bertanggung jawab untuk mengendalikan
postur dan koordinasi dan pergerakan volunter.
Basal ganglia menjadi anggota caudate nucleus, putamen, dan globus pallidus.
Di bawah ini adalah strukturdari nucleus yang Lebih kecil, termasuk, nucleus yang
subthlamic, nukleus merah, dan substansia nigra. Secara normal rangsangan basal
ganglia mengakibatkan perbaikan dari aktivitas motor volunter melalui keseimbangan
neurotransmitters acetylcolin dan dopamin.
Dopamine, yang mana diproduksi oleh substansia nigra, diteruskan kepada
putamen dan caudate nucleus dan mempunyai suatu efek yang bersifat mencegah
pergerakan. Acetylcholine, yang mana diproduksi sepanjang seluruh basal ganglia,
mempunyai suatu excitatory yang mempengaruhi pergerakan. Pembusukan substansia
nigra mengakibatkan ketidak seimbangan excitatory acetylcholin dan bersifat
mencegah dopamin. Penghabisan dopamin yang relatif itu mengakibatkan dominasi
oleh aktivitas cholinergic, menimbulkan karakteristik gejala kekakuan otot, tremor, dan
bradykinesia (melambatnya gerakan).

6
2.5 PATHWAY

Ketidakseimbangan Berkurang dopamin Lesi di ganglio


aktivitas gamma dan di substansi nigra basal dan batang
alfa,  gamma,  dan korpus striatum otak
alfa karena proses
degenerasi

Kelaianan sistem

Motorik

Piramidal Ekstra piramidal cerebral Neuromuskuler

Rigiditas Tremor Bradikinensia Instabilitas postur

Kerusakan  Kurang perawatan  Kerusakan Konstipasi


mobilitas fisik diri komunikasi
 Perubahan nutrisi verbal
kurang dari  Ketidakefektif
kebutuhan tuhuh an koping

7
2.6 Komplikasi
 Kelemahan gaya berjalan, keseimbangan dan sikap
 Dysfungsi Autonomic
 Dysarthria
 Dysphagia
 Dementia
 Depression

2.7 Gejala Klinik


Tremor
Biasanya merupakan gejala pertama pada paralisis agitans. Tremor biasanya
bermula disatu ekstermitas atas dan kemudian melibatkan ekstermitas bawah pada
sisi yang sama, beberapa waktu kemudian sisi lainnya juga terlibat dengan urutan
yang serupa. Kepala,bibir dan lidah sering tidak terlibat, atau terlibat pada stadium
penyakit yang lanjut. Frekuensi tremor parkinson berkisar antara 4-7 gerakan
pemenit. Tremor terutama timbul bila penderita dalam keadaan istirahat dan dapat
ditekan untuk sementara bila ekstermitas digerakan. Sering dapat dihentikan
sebentar bila diusahakan. Tremor nebjadi bertambah hebat dalam keadaan emosi
dan menghilang bila tidur.
Rigiditas
Pada stadium dini, rigiditas otot terbatas pada satu ekstermitas atas, dan hanya
terdeteksi pada gerakan pasif. Biasanya lebih jelas bila pergelangan di fleksi dan
ekstensi secara pasif dan pronasi serta supinasi lengan bawah secara pasif. Pada
stadium lanjut, rigiditas menjadi menyeluruh dan berat sehingga memberikan
tahanan bila persendian-persendian digerakan secara pasif.
Rigiditas merupakan peningkatan jawaban terhadap regangan otot pada otot
antagonis dan agonis.
Salah satu gejala dini dari rigiditas ialah hilangnya gerak asosiasi lengan bila
berjalan.
Meningkatnya tonus otot pada sindrom parkinson disebabkan oleh meningkatnya
aktivitas neuron motorik alfa.
Bradikinensia (gerakan menjadi lamban)
Pada bradikinensia, gerakan voluntar menjadi lamban dan memulai suatu
gerakan menjadi sulit. Didapatkan berkurangnya gerak asosiatif bila berjalan. Sulit

8
untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lamban mengenakan pakaian,
lambat mengambil suatu obyek. Ekspresi atau mimik muka berkurang (seolah
muka topeng). Bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Gerak halus
sewaktu menulis atau mengerjakan benda-benda berukuran kecil menjadi sulit dan
menghilang.
Bradikinensia merupakan hasil dari gangguan integrasi pada impuls optik,
labirin, proprioseptik, dan impuls sensorik lainnya di ganglia basal, ini
mengakibatkan berubahnya aktivitas refleks yang mempengaruhi neuron motorik,
gamma dan alfa.
Migrografia
Bila tangan yang dominan yang terlibat, maka tulisan tangan secara gradual
menjadi kecil dan rapat.
Sikap parkinson
Bradikinensia mengakibatkan langkah menjadi kecil, yang khas pada penyakit
parkinson. Pada stadium yang lebih lanjut, sikap penderita dalam fleksi, kepala
difleksi ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung ke depan,
dan lengan tidak melengkung bila berjalan.
Bicara
Rigiditas dan bradikinensia otot pernapasan, pita suara, otot faring, lidah dan
bibir mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang monoton dengan
volume kecil, yang khas pada penyakit parkinson.
Disfungsi autonom
Dapat terjadi disfungsi autonom karena berkurangnya secara progresif sel-sel
neuron di ganglia simpatis. Ini mengakibatkan keringat berlebihan, gangguan
spingter terutama inkontenesia dan hipotensi ortostatik.
Demensia
Penderita penyakit parkinson idiopatik banyak yang menunjukkan perubahan
status mental selama perjalanan penyakitnya. Disfungsi visuospasial merupakan
defisit kognitif yang sering dilaporkan pada penyakit parkinson. Gangguan mental
ini dapat pula disertai halusinasi visual atau auditoar dan waham.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil

9
Tidak ada test khusus untuk mendiagnosa penyakit Parkinson, Hasil diagnosa
didasarkan pada riwayat dan pemeriksaan fisik.

 Rontgen dada : tampak scoliosis


 Rontgen tengkorak : normal
 Computed tomography (CT) scan : normal ( dengan
riwayat demensia kronik mungkin tampak atrophy cerebral)
 Elektroccephalography : normal tau menunjukkan
minimum dan/atau disorganisasi (ditandai dengan dementia dan bardikinensia,
mungkin menunjukkan moderat sampai menunjukkan tanda dan difusi
disorganisasi)
 Cineradiographic study of swallowing (menelan) :
gambaran abnormal, relaksasi yang tertahan dari otot cricopharingeal

2.8 Penatalaksanaan
Tujuan utama perawatan medis adalah mengatasi gejala yang timbul dengan obat-
obatan. Beberapa penatalaksanaan yang sedang dilakukan adalah dengan
neurotransplantantion dari jaringan medula ginjal, tetapi langkah ini masih dalam tahap
persiapan untuk pengembangannya.

1. Management Umum
Therapi fisik : untuk memelihara hubungan mobilitas dan gaya berjalan yang
normal.

Ocupational therapi (therapi kerja) : Untuk menolong pasien berpartisipasi dalam


kegiatan sehari hari (ADL).

Therapi suara : Untuk fasilitas komunikasi

Psychotherapi : Untuk fasilitas pasien menyesuaikan diri secara alamiah dengan


penyakit yang kronis.

2. Therapi obat-obatan
Peraturan tentang therapi pharmachologic kompleks dan memerlukan
pengetahuan tentang itu dan pengalaman dari seorang dokter berkwalitas. Beberapa
jenis obat dapat mengurangi gejala penyakit parkinson; anticholenergics, obat anti
alergi, obat dopaminergic, dan dopamine agonists. Sebab efek samping dari
beberapa obat dapat membahayakan, Pemberian obat harus diatur dengan teliti.

10
Anticholinergics : (menghalangi efek acetylcholine di dalam CNS; berpengaruh
atas terjadinya tremor dan kekakuan otot tetapi sering efeknya sedikit di dalam
mengendalikan bradykinensia dan masalah keseimbangan); Trihexyphenidyl HCL
(artane); cycrimine (pagitine);procyklidine (kemadrin); hiperiden (Akineton);
Benztopine Mesyiate ( Cogentin).

Antihistamin : (mungkin digunakan untuk tambahan dengan anticholinergik;


mungkin digunakan kombinasi dengan obat yang lebih kuat); Diphenhidramine
( Benadryl); Orphenadrine ( Disipal).

Antiviral : (Amantadine-accidentally ditemukan mempunyai efek


antiparkinsonism, tindakan atau mekanisme tepat adalah kontroversi pokok, efek
cenderung untuk berkurang dalam beberapa bulan, mungkin digunakan kombinasi
dengan obat lain; Amantadine HCL (symmetrel).

Tricyclic Antidepressants : (efektif dalam mengatasi gejala parkinsonian seperti


halnya gejala berhubungan dengan depresi, obat ini menghalangi pengambilan
kembali dopamine dan mempunyai kandungan anticholinergic, sering digunakan
dikombinasi dengan obat lain); imipramine (Tofranil); Amitriptyline (Elavil).

11
ASUHAN KEPERAWATAN PARKINSON

KASUS

Pasien Tn x dating ke IGD rumah sakit Sari mutiara Medan dengan keluhan sulit
menelan,mengalami kekakuan dibagian kaki kanan & tangan kanan tidak bisa menggerakan
tangan kanan. Keadaan tersebut sudah dialami selama 1 minggu yang lalu. Pasien tampak
berkeringat, keluar air liur dan kaku berjalan. TD 130/80 mmHg. Hasil pemeriksaan
penunjang CT Scan : atropi kortikal difus.

1. Pengkajian

a) Anamnesis
Anamnesis pada parkinson meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan pengkajian psikososial.

a.  Identitas Klien.

b. Meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, pada usia 50-60 tahun),
jenis kelamin (lebih banyak pada laki-laki), pendidikan. Alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal dan jam masuk RS, nomor register, dan diagnosa medis.

c.   Keluhan Utama

Gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya
refleks postural.

d.    Riwayat penyakit saat ini

Klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke
bagian yang lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral.
Adanya perubahan pada sensasi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Adanya
keluhan rigiditas deserebrasi, berkeringat, kulit berminyak dan sering menderita
dermatitis seboroik, sulit menelan, konstipasi.

e.    Riwayat penyakit dahulu

Riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat


antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam
jangka waktu yang lama.

12
f.     Riwayat penyakit keluarga

Menanyakan apakah ada anggota keluarga terdahulu yang menderita hipertensi dan
diabetes melitus.

g.    Pengkajian psiko-sosio-spiritual

Menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya,perubahan peran


klien dalam keluarga dan masyarakat,dan respons atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

b) Pemeriksaan fisik

Keadaan umum

Adanya perubahan pada tanda vital,yaitu bradikardi,hipotensi,dan penurunan frekuensi


pernapasan

B1 (Breathing)

Inspeksi: penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum,sesak


napas,dan penggunaan otot bantu napas.

Palpasi: ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.

Perkusi: ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.

Auskultasi: ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi.

B2 (Blood)

Hipotensi postural.

B3 (Brain)

Perubahan pada gaya berjalan,tremor secara umum pada seluruh otot,dan kaku pada
seluruh gerakan.

Tingkat kesadaran

Biasanya compos mentis

13
Pemeriksaan fungsi serebri

Status mental : penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik
jangka pendek dan memori jangka panjang.

Pemeriksaan saraf kranial

Saraf  I: Fungsi penciuman tidak ada kelainan

Saraf  II: Penurunan ketajaman penglihatan

Saraf  III,IV,dan VI: Sewaktu melakukan konvergensi penglihatan menjadi kabur karena


tidak mampu mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata.

Saraf  V: Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami
penurunan,saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata)

Saraf  VII: Persepsi pengecapan dalam batas normal

Saraf  VIII : Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan proses
senilis dan penurunan aliran darah regional

Saraf  IX dan X: Ditemukan kesulitan dalam menelan makanan

Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius

Saraf XII: Lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.

Sistem motorik

Inspeksi gaya berjalan,tremor dan kaku pada seluruh gerakan tonus otot, ditemukan
meningkat.

Keseimbangan dan koordinasi,ditemukan mengalami gangguan karena adanya kelemahan


otot,kelelahan,perubahan pada gaya berjalan,tremor dan kaku pada seluruh gerakan.

Sistem Sensorik

Mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif

B4 (Bladder)

14
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan
persepsi klien secara umum. Ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan
postural.

B5 (Bowel)

Penurunan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena
kelemahan fisik umum dan kesulitan dalam menelan,konstipasi karena penurunan
aktivitas.

B6 (Bone)

Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor dan kaku
pada seluruh gerakan memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas

2.  Diagnosa Keperawatan

a.    Gangguan mobilitas fisik b.d tremor otot, rigiditas, bradikinesia.

b.    Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurunnya


kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi.

c.    Resiko Cedera b.d tremor otot, regiditas, bradikinesia.

d. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tremor otot, regiditas,
bradikinesia dan kesulitan mengunyah dan menelan.

e.    Koping individu tidak efektif berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena
perkembangan penyakit

15
3. Intervesi Keperawatan

1. Gangguan mobilitas fisik b.d tremor otot, rigiditas, bradikinesia.


Data pendukung :
1) Pasien mengatakan kesulitan bergerak, kekakuan otot
2) Tremor
3) Kesulitan dalam pergerakan, kekakuan
4) Ketidakmampuan dalam melakukan ADL
5) Kekuatan otot, tonus otot
6) Perubahan tanda vital

Kriteria hasil :

1) Kesulitan pergerakan berkurang


2) Tremor berkurang atau tidak ada
3) Pasien dapat melakukan ADL secara mandiri

No Rencana tindakan Rasional


1. Kaji adanya rigiditas, tremor, kesulitan pergerakan,
Kurangnya dopamine
bradikinesia setiap 8 jam. menimbulkan tanda-tanda
Parkinson.
2. Tetapkan derajat ambulasi (ketergantungan atau Menentukan rencana lebih
mandiri) lanjut
3. Bantu pasien melakukan ambulasi. Memenuhi kebutuhan
aktivitas.
4. Lakukan ROM aktif. Mencegah kontraktur dan
kelemahan.
5. Kolaborasi dengan fisioterapis dalam penyediaan Membantu dalam latihan
alat pergerakan. pergerakan.
6. Anjurkan pasien untuk merubah posisi setiap 2 Mencegah trauma pada daerah
jam. tertekan.
7. Lakukan program pengobatan dan observasi respon Membantu memulihkan
obat. pergerakan.

16
2. Resiko Cedera b.d tremor otot, regiditas, bradikinesia.
Data pendukung :
1) Pasien mengatakan kesulitan bergerak, tremor.
2) Tremor, ketidakseimbangan berjalan.
3) Kesulitan dalam pergerakan, kekakuan.
4) Ketidakmampuan dalam melakukan ADL.
5) Postural hipotensi.

Kriteria hasil :

1) Kesulitan pergerakan berkurang


2) Tremor berkurang atau tidak ada
3) Pasien dapat melakukan ADL secara mandiri

N RencanaTindakan Rasional
o
1. Monitor fungsi motoric dan Menetapkan kemungkinan jatuh
keseimbangan berjalan
2. Bantu ambulasi sesuai kebutuhan Mencegah resiko jatuh
3. Berikan alat bantu tongkat, walkers, kursi Membantu melakukan pergerakan dan
roda sesuai kebutuhan mengurangi resiko jatuh
4. Jelaskan pada pasien untuk merubah Menghindari jatuh
posisi dengan pelan-pelan
5. Jelaskan pada pasien setelah bangun tidur Postural hipotensi kemungkinan terjadi
tidak langsung melakukan pergerakan sehingga dapat mengakibatkan pasien
jatuh
6. Gunakan kursi, kamar mandi yang ada Menghindari resiko jatuh
pegangannya
7. Penerangan yang cukup dan lantai tidak Mengurangi resiko jatuh
licin serta pemakaian alas kaki tidak licin

17
3. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tremor otot, regiditas,
bradikinesia dan kesulitan mengunyah dan menelan.
Data pendukung :
1) Pasien mengatakan kesulitan mengunyah dan menelan, mual, muntah
2) Makan tidak habis sesuai porsi
3) Kekakuan otot wajah
4) Berat badan menurun
5) Tanda-tanda anemia
6) Diet yang diberikan

Kriteria hasil :

1) Berat badan meningkat secara bertahap


2) Tanda-tanda anemia tidak ada
3) Pasien dapat menghabiskan makanan sesuai porsi

No Rencana tindakan Rasional


1. Monitor berat badan setiap 3 hari Perubahan BB menentukan status nutrisi
2. Catat intake makanan Menentukan asupan makanan
3. Berikan makanan yang mudah Membantu memudahkan makanan
dikunyah dan ditelan masuk
4. Posisi kepala ditinggikan saat Menghindari terjadinya aspirasi
memberikan makan
5. Berikan pengobatan sebelum makan Mengurangi tremor dan kekakuan otot
mengunyah
6. Berikan makanan dengan tinggi Mempertahankan intake yang adekuat
kalori
7. Monitor tanda-tanda anemia, hasil Menentukan status nutrisi
Hb

18
4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan depresi dan disfungsi b.d
perkembangan penyakit
Data pendukung :
1) Adanya kesulitan dalam pergerakan, pemenuhan adl
2) Tidak nafsu makan
3) Sensitive
4) Kesulitan tidur
5) Apatis
6) Menarik diri

Kriteria hasil :

1) Pasien dapat mendemonstrasikan koping yang efektif


2) Pasien dapat mengekspresikan perasaan kehilangan dan berespon positif terhadap
keadaan dirinya.
3) Pasien kooperatif dan berpartisipasi dalam perawatan dirinya

No Rencana tindakan Rasional


1. Kaji perilaku dan mekanisme koping Penyakit Parkinson dapat
pasien menimbulkan perubahan perilaku
dan gaya hidup
2. Gali perasaan dan ketakutan terhadap Memberikan kesempatan kepada
penyakitnya pasien untuk mengekspresikan
perasaannya
3. Berikan kesempatan pasien untuk Membantu menurunkan ketegangan
mengungkapkan secara verbal tentang
gambaran masa depan
4. Libatkan pasien untuk berpartisiasi Pasien merasa dihargai dan
dalam perawatan diri sesuai meningkatkan harga diri
kemampuannya
5. Hargai kemampuan yang telah Meningkatkan harga diri pasien
dimiliki pasien
6. Kolaborasi dengan psikolog/psikiater Membantu meningkatkan koping
dalam meningkatkan kemampuan yang positif
koping pasien

19
5. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuscular,
menurunnnya kekuatan, kehilangan kontrol otot
Data pendukung
1) Pasien mengatakan kesulitan bergerak
2) Tremor
3) Kesulitan dalam pergerakan, kekakuan
4) Ketidakmampuan dalam melakukan adl

Kriteria hasil :

1) Kesulitan bergerak berkurang


2) Tremor berkurang atau tidak ada
3) Pasien dapat melakukan adl secara mandiri

No Rencana tindakan Rasional


1. Beri kesempatan pasien untuk Melatih bersikap mandiri dalam
melakukan perawatan dirinya jika perawatan dirinya
mungkin
2. Bekerja sama dengan fisioterapi Bekerja tim untuk melatih kemampuan
dan occupational terapi untuk pasien dan teknik adaptasi
menentukan metode terbaik dalam
melakukan aktivitas
3. Latih pasien untuk melakukan adl Melatih secara bertahap kemampuan adl
dari yang paling ringan sampai ke
tahap komplek
4. Bantu pasien seminimal mungkin Terpenuhinya kebutuhan sehari-hari
untuk memenuhi kebutuhan pasien
sehari-hari

20
4. Implementasi Keperawatan

Melaksanakan Tindakan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan


dilakukan sesuai dengan yang dibutuhkan klien/pasien dan tergantung pada kondisinya.
Sasaran utamanyapasien yang mengalami kesulitan bergerak serta pasien yang tidak mampu
melakukan ADL dengan mandiri, pemenuhan kebutuhan nutrisi, termasuk pemberian obat
tanpa komplikasi.

5. Evaluasi Keperawatan

Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien Parkinson diharapkan


sebagai berikut :

1. Dapat melakukan ADL secara mandiri


2. Pasien dapat mengerakkan kaki dan tangannya
3. Pasien mengetahui tentang kondisi dan cara penanganan penyakit yang dideritanya
4. Dapat melakukan perawatan diri secara mandiri

21
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari makalah di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Parkinson adalah suatu
penyakit kronis yang diakibatkan oleh kelainan neurologis progresif yang menyerang
pusat otak yang bertanggung jawab terhadap kontrol dan regulasi gerakan. Terjadi
penipisan dopamin dalam substansi nigra dan korpus stratum karena proses
degenerasi. Kondisi ini megakibatkan gejala khas bradikinestesia (melambatnya
gerakan), tremor, dan rigiditas (kekakuan otot).

Penyebab yang pasti dari penyakit Parkinson (parkinsonism) tidak diketahui.


Dalam banyak kasus, penyebabnya adalah idiopathie. Bagaimanapun, gejala atau
parkinsonism sekunder berhubungan dengan berbagai gangguan pada sistem saraf
seperti bahan beracun, tumor otak di dalam basal ganglia, trauma cerebral,
infeksi/peradangan, pengapuran pembuluh darah cerebral, dan induksi obat.

3.2 SARAN
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari sempurna, hal ini karena keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan kami oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun daripara pembaca.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita.

22
DAFTAR PUSTAKA

Kemp Charles. 2010: Klien Sakit Sterminal Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Prince & Wilson Lorraine M. 2005: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Saputra Lindon. 2009: Kapita Salekta Kedokteran Klinik Edisi Terbaru. Binarupa Aksara

Nanda Internasional. 2009-2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Brunner & Suddarth G. Bare. (1997). Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Vol.3, Edisi 8.
Jakarta : EGC

Dittmar T, Z̈änker KS. 2009. Stem Cell Biology in Health and Disease. Dordrecht: Springer
verlag.

Arenas, et al. 2008.Penyakit Parkinson.j

23

Anda mungkin juga menyukai