Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III

D o s e n P e m b i m b i n g : N u r i s K u s h a y a ti , S . K e p . N s . , M . K e s .

Disusun Oleh :

1. Florenda Devara [18.013]


2 . A l fi n D a l i l a h F [19.003]
3 . A tt a l a E n r i c o [19.005]
4. Fitri Pomalia C.N [19.009]
5. Lellya Imro’atus S [19.013]
6. Putri A’uliyatus S [19.015]

AKADEMI KEPERAWATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO 2021-2022

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA | 1


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul Makalah Osteomalacia Penulisan makalah ini
adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III Program Studi D3-Keperawatan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada


p e m b i m b i n g , N u r i s K u s h a y a ti , S . K e p . N s . , M . K e s . y a n g t e l a h m e l u a n g k a n
waktunya dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan makalah ini
sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan k r i ti k dari pembaca sebagai koreksi dalam
penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat, akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.

Mojokerto, 10 September 2021

Penulis

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA | 2


DAFTAR ISI

K A T A P E N G A N T A R ………………………………………........................................………………………………… 2

D A F T A R I S I ………..............................................………………………………………………………………………… 3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 L A T A R B E L A K A N G ……………………………………………………….......................…………. 4
1.2 R U M U S A N M A S A L A H ……………………………………………………………....................... 4
1.3 T U J U A N ……………………………………………………………………………….............................. 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 P E N G E R T I A N ……………………………………………………………………............................... 6
2.2 E T I O L O G I …………………………………………….………………………….................................. 7
2.3 F A K T O R R E S I K O ………………………………………………………………………..................... 7
2.4 P A T O F I S I O L O G I ………………………………………………………………............................... 8
2.5 PATHWAY ..................................................................... 9
2.6 MANIFESTASI KLINIK ...................................................... 9
2.7 P E M E R I K S A A N P E N U N J A N G ………………………………………………..................... 10
2.8 K O M P L I K A S I ……………………………………………………………………................................ 11
2.9 P E N A T A L A K S A N A A N M E D I S …………………………………………….......................... 11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS OSTEOMALACIA

3.1 PENGKAJIAN.................................................................12
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN.............................................. 17
3.3 INTERVENSI................................................................. 18
3.4 IMPLEMENTASI ............................................................ 23
3.5 EVALUASI ................................................................... 23

BAB IV PENUTUP

3.1 SIMPULAN ................................................................... 24


3.2 SARAN ........................................................................ 24

D A F T A R P U S T A K A ................................................................................................................... 25

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA | 3


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang adalah kalsium.
Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya kalsium yang terdapat pada
tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan pada mikroarsektur tulang dan
tulang menjadi lunak. Akibatnya tulang menjadi kehilangan kepadatan dan kekuatannya,
sehingga mudah retak dan patah. Osteomalaisea ialah perubahan patologik berupa
hilangnya mineralisasi tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai
tingkat dibawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil
akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang. Pada orang
dewasa kondisi ini adalah kronis dan deformitas skeletal tidak separah yang terjadi pada
anak-anak karena pertumbuhan skeletal telah terhenti. Pada pasien ini, sejumlah osteoid
atau remodeling tulang baru tidak mengalami klasifikasi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1 . A p a P e n g e r ti a n O s t e o m a l a c i a ?
2 . B a g a i m a n a E ti o l o g i Osteomalacia ?
3 . A p a F a k t o r R e s i k o Osteomalacia?
4 . Bagaimana Patofisiologi Osteomalacia ?
5 . Bagaimana pathway osteomalaci ?
6 . Apa M a n i f e s t a s i K l i n i k O s t e o m a l a c i a ?
7 . B a g a i m a n a P e m e r i k s a a n D i a g n o s ti k Osteomalacia ?
8 . Bagaimana Komplikasi O s t e o m a l a c i a ?
9. Bagaimana Penatalaksanaan Osteomalacia ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan osteomalacia ?
1.3 TUJUAN
1 . U n t u k m e n g e t a h u i d a n m e m a h a m i P e n g e r ti a n O s t e o m a l a c i a ,
2 . U n t u k m e n g e t a h u i d a n m e m a h a m i E ti o l o g i Osteomalacia ,
3 . U n t u k m e n g e t a h u i d a n m e m a h a m i F a k t o r R e s i k o Osteomalacia,
4 . U n t u k m e n g e t a h u i d a n m e m a h a m i Patofisiologi Osteomalacia,
5. Untuk mengetahui dan memahami Pa thway Osteomalacia,
6. Untuk mengetahui dan memahami Manifestasi Klinik Osteomalacia,
7. Untuk mengetahui dan memahami Pemeriksaan D i a g n o s ti k
Osteomalacia,
8 . U n t u k m e n g e t a h u i d a n m e m a h a m i k omplikasi O s t e o l m a l a c i a ,
9. Untuk mengetahui dan memahami Penatalaksanaan Osteomalacia,
10. Untuk mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan Pada Kasus
Osteomalacia.
1.4

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA | 4


BAB II
PEMBAHASAN

2 . 1 D e fi n i s i O s t e o m a l a c i a

Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristik oleh kurangnya


mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada
orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak
separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang
sudah lengkap (komplit). (Smeltzer. 2001: 2339)

Osteomalasia adalah manifestasi defisiensi vitamin D. Perubahan mendasar pada penyakti


ini adalah gangguan mineralisasi tulang, disertai meningkatnya osteoid yang tidak mengalami
mineralisasi. (Robins, 2007)

Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya pendepositan
kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari osteomalasia adalah ”soft bone”
atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak
ditemukan kelainan pada lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena
pada orang dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.

2 . 2 E ti o l o g i o s t e o m a l a c i a

Umumnya penyebab utama adalah tidak cukupnya mineralisasi tulang terutama kekurangan
vitamin D. Ada berbagai kasus osteomalacia yang terjadi akibat gangguan umum metabolisme
mineral, antara lain :

1 . Adanya malnutrisi

Kekurangan vitamin D yang berhubungan dengan asupan kalsium yang jelek, terutama
akibat kemiskinan, makanan kurang matang dan kurangnya   pengetahuan mengenai
nutrisi juga merupakan salah satu faktor. Paling sering terjadi dimana vitamin D tidak
ditambahkan dalam makanan juga kekurangan dalam diet dan jauh dari sinar matahari.

2 . Faktor resiko berkaitan dengan penyakit patologis.

Penyakit-penyakit patologik yang dapat memicu terjadinya osteomalacia meliputi gagal


ginjal kronik sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium akan meningkat. Dengan
begitu proses mineralisasi akan terhambat. Penyakit hati karena organ hatinya tak
mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi. terapi
antikonvulsan berkepanjangan (fenitoin fenobarbital), dan gastrektomi. Osteomalacia
dalam hal ini terjadi sebagai akibat kegagalan absorpsi kalsium ataupun kehilangan
kalsium yang berlebihan dari tubuh.

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA | 5


2.3 Faktor resiko osteomalacia
Asupan vitamin D yang tidak memadai, merupakan faktor resiko yang paling tinggi bisa
memicu terjadi osteomalasia. Selain itu, minimnya paparan sinar matahari pada tubuh juga
bisa meningkatkan risikonya.

2.4 P a t o fi s i o l o g i O s t e o m a l a c i a
Ada berbagai macam penyebab dari Osteomalasia yang umumnya menyebabkan
gangguan metabolisme mineral. Faktor  yang berbahaya untuk osteomalasia adalah
kesalahan diet, malabsobrsi, gastrectomi, GGK, terapi anticonvilsan jangka lama (phenyton,
phenorbar bital) dan insufisiensi vitamin D (diet sinar matahari). Tipe malnutrisi (defisiensi
vitamin D sering di golongkan dalam hal kekurangan kalsium) terutama terjadi gangguan
fungsi tetapi faktor dan kurangnya pengetahuan tentang nutrisi juga dapat menjadi faktor
pencetus hal itu terjadi dengan frekuensi tersering dimana kandungan vitamin D dalam
makanan kurang dan adanya kesalahan diet serta kekurangan sinar matahari.
Defisiensi vitamin D menyebabkan penurunan kalsium serum, yang merangsang
pelepasan hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid meningkatkan penguraian
tulang dan ekskresi fosfat oleh ginjal. Tanpa mineralisasi tulang yang adekuat, maka tulang
menjadi tipis. Terjadi penimbunan osteoid yang tidak terkristalisasi dalam jumlah abnormal
yang membungkus saluran-saluran tulang bagian dalam, hal ini menimbulkan deformitas
tulang. Diperkirakan defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif yang memacu
absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinal dan memfasilitasi mineralisasi tulang. Pasokan
kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah. Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium
dan fosfat tidak dapat dimasukkan ke tempat kalsifikasi tulang, sehingga mengakibatkan
kegagalan mineralisasi, terjadi perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh.

2.4 PATHWAY OSTEOMALACIA

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA | 6


Gambar 2.1 pathway osteomalacia

2.5 Manifestasi Klinis Osteomalacia


Secara umum terdapat sepuluh tanda klinis utama dari osteomalsia yaitu sebagai berikut:
1. Lemahnya tulang.
2. Nyeri tulang.
3. Nyeri tulang pelvis.
4. Nyeri tulang panjang.
5. Nyeri tulang belakang.
6. Kelemahan otot.
7. Hipokalsemia.
8. Tulang vertebra mengalami tekanan.
9. Pendataran pelvis.
10. Fraktur, baik secara jumlah dan mudahnya patah tulang

Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA | 7


1. Nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya
terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara
berjalan loyo/lemah. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah
pinggang dan paha.
2. Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan
tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan
bentuk thoraks (kifosis).
3. Penurunan berat badan.
4. Nyeri tulang dan nyeri tekan tulang.
5. Kelemahan otot.
6. Cara berjalan seperti bebek atau pincang.
7. Pada penyakit yang lebih lanjut, tungkai melengkung (karena berat tubuh dan
tarikan otot).
8. Vertebra yang melunak mengalami kompresi, sehingga mengalami pemendekan
tinggi badan dan merusak bentuk toraks (kifosis).
9. Sakrum terdorong ke bawah dan depan, pelvis tertekan ke lateral.
10. Kelemahan dan ketidakseimbangan meningkatkan risiko jatuh dan fraktur.

2.6 Pemeriksaan Penunjang Osteomalacia

1 . Pemeriksaan Diagnostik

Foto Rontgen, pada sinar-x jelas terlihat demineralisasi tulang secara umum.
Pemeriksaan vertebra memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas
vertebra yang jelas. Pada radiogram, osteomalasia tampak sebagai pengurangan
densitas tulang, terutama pada tangan, tengkorak, tulang iga dan tulang belakang.

2 . Pemeriksaan Laboratorium

Hasil lab memperlihatkan kadar kalsium serum dan fosfor yang rendah dan
peningkatan moderat kadar alkali fosfatase. Ekskresi kreatinin dan kalsium urine
rendah serta biopsi tulang yang menunjukkan peningkatan jumlah osteoid.

2.7 Komplikasi Osteomalacia


Pada anak-anak jika penyakit ini tidak segera diobati maka pertumbuhannya akan
terhalang, anak jadi lambat untuk duduk, merangkak dan berjalan. Berat tubuhnya mungkin
akan membengkokan lutut, tulang serta persendian lainya sehingga menyebabkan kaki O
(genu varum), dada busung (pigeon chest) dan lutut bengkok ke dalam (genu valgum). Pada
orang dewasa kelemahan tulang menimbulkan resiko fraktur. Os vertebrata yang melunak
akan tertekan menjadi pendek sehingga orang itu akan berkurang tingginya atau cebol.
Trunkus yang memendek, sehingga mengubah bentuk toraks disebut kifosis dimana terlihat
bungkuk dan skoliosis.

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA | 8


2.8 Penatalaksanaan Osteomalacia
1. Penatalaksanaan Medik
a. Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D 200.000
IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan dengan 1.600 IU setiap
hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan.
b. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan
mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.
2. Penatalaksanan non medik
a. Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak konsumsi
unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja lebih keras lagi.
Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, yogurt.
Konsumsi suplemen kalsium sangatlah disarankan.
Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi makanan
seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu. Untuk membantu pembentukan

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA | 9


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan meliputi infomasi tentang aktivitas hidup sehari-hari,pola
ambulasi, alat bantu yang digunakan (misalnya kursi roda,tongkat, walker), dan nyeri
(jika ada nyei tetapkan lokasi,derajat nyeri,lama, faktor yang memperberat dan fakto
pencetus) kram atau kelemahan.
Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis,teliti dan terarah. Data yang
dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diasnotik.
a. Anamnesis

1. Data demografi : data ini meliputi nama,usia, jenis kelamin, tempat tinggal orang
yang dekat dengan klien.
2. Riwayat perkembangan : data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan pada
neonatus,bayi,prasekolah,remaja,dewasa,tua.
3. Riwayat sosial : data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Sseorang yang terpapar
terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaan status kesehatan dapat
dipengaruhi.
4. Riwayat penyakit keturunan : riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk
menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi misalnya (penyakit diabetes
melitus yang merupakan predisposisi penyakit sendi
degeneratif,TBC,artritis,riketsia,osteomielitis dll).
5. Riwayat diet : identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat
mengakibatkan stes pada sendi penyangga tubuh dan predisposisi terjadi instabilitas
ligamen,khsu pada punggung bagian bawah, kurangnya asupan kalsium dapat
menimbulkan fraktur karena adanya delkasifikasi. Bagaimana menu makanan sehari-
hari dan konsumsi vitamin A,D, kalsium, serta protein yang merupakan zat untuk
menjaga kondisi muskuloskeletal.
6. Aktivitas kegiatan sehari-hari : identifikasi pkerjaan pasien dan aktivitas sehari-hari.
Kebiasaan membawah benda-benda berat yang dapat menimbulkan regangan otot
dan trauma lainya. Kurangnya melakukan aktivitas mengakibatkan tonus otot
menurun. Fraktur atau trauma dapt timbul pada olahraga sepak bola dan hoki,
sedangkan nyeri sendi tengan dapat timbul akibat olahraga tenis. Pemakaian hak
sepatu yang terlalu tinggi dapat menimbulkan kontraksi pada tendon achiles dan
dapat terjadi dislokasi. Perlu di kaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat ambulasi
apakah ada nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi roda,tongkat
ataupun walker).
7. Riwayat ksehatan masa lalu : data ini meliputi kondisi kesehatan individu.

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA | 10


a. Data tentang adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap
muskulokeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang rawan, riwaya
artritis osteomielitis.
8. Riwayat kesehatan sekarang : sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat
trauma. Hal-hal yang menimbulkan gejala. Timbulnya gejala mendadak atau
berlahan. Timbulnya untuk pertamakalinya atau berulang. Perlu ditanyakan pula
tentang ada tidak gangguan pada sistem lainnya kaji klien untuk mengungkapkan
alasan klien emeriksa diri atau mengunjungi fasilitas kesehatan, keluhan utama
pasien dan ganngguan muskuloskeletal meliputi :
a) Nyeri : identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan pembuluh
darah,sendi,fasia atau periosteum. Nyeri berdenyut biasanya berkaitan
dengan tulang dan sakit berkaitan dengan otot, sedangkan nyeri yang
menusuk berkaitan dengan fraktur atau infeksi tulang. Identifikasi apakah
nyeri timbul setelah diberi aktivitas atau gerakan. Nyeri saat bergerak
merupakan satu tanda masalah persendian. Degenerasi panggul menimbulkan
nyeri selama badan bertumpu pada sendi tersebut. Degenerasi pada lutut
menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan. Nyeri pada osteoartritis
makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan kapan nyeri makin meningkat
pada pagi atau malam hari. Inflamasi pada bursa dan tendon makin meningkat
pada malam hari. Tanyakan apakah nyeri hilang saat istirahat. Apakah nyeri
bisa diatasi dengan obat tersebut.
b) Kekuatan sendi : tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya
kekakuan tersebut dan apakah selalu terjadi kekakuan. Beberapa kondisi
seperti spondilitis ankilosis terjadi remisi kekakuan beberapa kali sehari. Pada
penyakit degenerasi sendi sering terjadi kekakuan yang meningkat pada pagi
setelah bangun tidur (inaktivitas). Bagaimana dengan perubahan suhu dan
aktivitas. Suhu dingin dan kurang aktivitas biasanya meningkatkan kekakuan
sendi. Suhu panas biasanya menurunkan spasmen otot.
c) Bengkak : tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga disertai
dengan nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai cedera pada otot.
Penyakit degenerasi sendi sering kali tidak timbul bengkak pada awal
serangan, tetepi muncul setelah beberapa minggu terjadi nyeri. Dengan
istirahat dan meninggikan bagian tubuh,ada yang dipasang gips. Identifikasi
apakah ada padas atau kemerahan karen tanda tersebut menunjukan adanya
inflamasi,infeksi atau cedera.
d) Derformitas dan imobilitas : tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba atau
bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin
memburuk dengan aktivitas, apakah dengan posisi tertentu makin memburuk.
Apakah klien menggunakan alat bantu (kruk,tongkat dll).

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA | 11


e) Perubahan sensori : tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh
tertentu. Apakah menurutnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan dengan
nyeri. Penekanan pada syaraf dan pembuluh darah akibat bengkak,tumor atau
fraktur dapat menyebabkan menurunnya sensasi.

b. Pemeriksaan fisik

1. Pengkajian skeletal tubuh

Hal-hal yang perlu dikaji pada skelet tubuh,yaitu :

a) Adanya derformitas dan ketidak sejajaran yang dapat disebabkan oleh


penyakit sendi
b) Pertumbuhan tulang abnormal. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya tumor
tulang
c) Pendekatan eksteremitas, aputasi dan bagian tubuh yang tidak sejajar dengan
anatomis
d) Angulasi abnormal pada tulang panjang. Gerakan pada titik buka sendi teraba
krepitus pada titik gerakan abnormal. Manunjukan adanya patah tulang

2. Pengkajian tulang belakang

Deformitas tulang belakang yang sering terjadi perlu diperhatikan yaitu :

a) Skoliosis (deviasi kurvantura lateral tulang belakang)


1) Bahu tidak sama tinggi
2) Garis pinggang yang tidak simetris
3) Skapula yang menonjol
Skoliosis tidak diketahui penyebabnya (idiopatik),kelainan kongenital, atau
akibat kerusakan otat para-spinal,seperti poliomielitis
b) Kifosis (kenaikan kurvantura tulang belakang bagian dada). Sering terjadi pada
lansia dengan osteoporosis atau penyakit neuromuskular.
c) Lordosis (membbek, kurvantura tulang bagian pinggang yang berlebihan
lordosis biasa di temukan pada wanita hamil

Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju pasien dilepaskan untuk
melihat seluruh punggung,bkng dan tungkai. Pemeriksaan kurvantura tulang
belakang dan kesimetrisan batang tubuh dilakukan dari pandangan
anterior,posterior,dan lateral. Dengan berdiri dibelakang pasien,perhatikan setiab
perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris.
Kesimetrisan bahu,pinggul dan kelurusan tulang belakang diperiksa pada posisi
pasien berdiri tegak dan membungkuk ke depan.

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA | 12


c. Pengkajian sistem persendian

Pengkajian sistem persendian dengan pemeriksaan luas gerak sendi baik aktif
maupun pasif,deformitas ,stabilitas dan adanya benjolan. Pemeriksaan sendi
menggunakan alat goniometer. Yaitu busur derajat yang yang dirancang khusus untuk
evakuasi gerak sendi.

1. Jika sendi diekstensikan maksimal namun masih ada sisa fleksi, luas grakan ini
dianggap terbatas. Keterbatasan ini dapat disebabkan oleh deformitas skeletal,
patologi sendi, kontraktur otot dan tendon sekitar.
2. Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau nyeri, harus dipaksa adanya
kelebihan cairan dalam kapsulnya (efusi) pembengkakan dan inflamasi. Tempat
yang sering terjadi efusi adalah pada lutut.

Palpasi sendi sambil sendi digerakkan secara pasif akan memberi informasi
mengenai inegritas sendi. Suara “gemeletuk” dapat menunjukan adanya ligamen yang
tergelncir di antara tonjolan tulang. Adanya krepitus karena permukaan sendi yang tidak
rata di temukan pada pasien artritis. Jaringan sekitar sendi terdapat benjolan yang khas di
temukan pada pasien :

1. Artritis reumatoid,benjolan lunak di dalam dan sepanjang tendon

2. Gout, benjolan keras di dalam dan di sebelah sendi

3. Osteoatritis,benjolan keras dan tidak nyeri merupakan pertumbuhantulang akibat


destruksi permukaan kartilago pada tulang kapsul sendi, biasanya ditemukan pada
lansia.

Kadang-kadang ukuran sendi menonjol akibat artrofi otot di proksimal dan distal
sendi sering terlihat pada artritis reumatoid sendi lutut.

d. Pengkajian sistem otot

Pengkajian sistem otot meliputi kemampuan mengubah pasisi, kekuatan dan


koordianasi otot,serta ukuran masing-masing otot. Kelemahan sekelompok otot
menunjukkan berbagai kondisi seperti polineuropati,gangguan elektrolit,miastenia
grafis,poliomielitis dan distrofi otot.

Palpasi otot dilakukan ketika ekstremitasi rileks dan di gerakkan secara pasif.
Perawat akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat dapat diukur dengan minta
pasien menggerakkan ekstremitasdengan atau tanpa tahanan. Musalnya, otot bisep yang
diuji dengan meminta klien mluruskan dengan sepenuhnya kemudian fleksikan lengan
melawan tahanan yang diberikan oleh perawat. Tonis otot (konteksi ritmk otot)dapat

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA | 13


dibangkitkan pada pergelangan kaki dengan dorso-fleksi kaki mendadak dan kuat,dan
tangan dengan ekstensi pergelangan tangan.

Gradasi Ukuran Kekuatan Otot

0 (zero) Tidak ada kontraksi saat palpasi


Terasas adanya kontraksi otot, tetapi tidak ada
1 (trace)
gerakan
Dengan bantuan atau menyangga sendi dapat
2 (poor) melakukan gerakan sendi (range of motion, ROM)
secara penuh
Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara penuh
3 (fair) dengan melawan gravitasi, tetapi tidak dapat
melawan tahanan
Dapat melakukan ROM secara penuh dan dapat
4 (good)
melawan tahanan tingkat sedang
Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara penuh
5 (normal)
dan dapat melawan gravitasi dan tahanan

Lingkaran ekstremitas harus diukur untuk membantu pertambhan ukuran akibat


edema atau perdarahan, penurunan akibat atrofi dan dibandingkan ekstremitas yang
sehat. Pengukuran otot dilakukan di lingkaran terbesar ektremitas pada lokasi yang
sama, pada posisi yang sama dan otot dalam keadaan istirahat.

e. Pengkajian Cara Berjalan

Pada pengkajian ini, pasien diminta berjalan. Perhatikan hal berikut :

1. Kehalusan dan irama berjalan, gerakan teratur atau tidak


2. Pincang dapat disebabkan oleh nyeri atau salah satu ekstrimitas pendek
3. Keterbatassan gerak sendi dapat memengaruhi cara berjalan
Abnormalitas neourologis yang berhubungan dengan cara berjalan. Misalnya,
pasien hemiparesis – stroke menunjukkan cara berjalan spesifik, pasien dengan penyakit
parkinson nmenunjukkan cara berjalan bergetar.

1.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1 . Nyeri b/d Kompresi vertebrata
2 . Gangguan Mobilisasi Fisik b/d Resiko Fratur meningkat
3 . Resiko Cidera d/d Cara Berjalan Pincang
4 . Harga Diri Rendah d/d Pemendekan Tinggi badan

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA | 14


1.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVE
1 Nyeri berhubungan dengan Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan :
kompresi saraf spinal tindakan keperawatan 2x24jam, Observasi :
nyeri menurun  Identifikasi lokasi, karakte
Batasan Karakteristik : nyeri
 Mengeluh nyeri Kriteria Hasil :  Identifikasi skala nyeri
 Tampak meringis  Keluhan nyeri menurun  Identifikasi respon nyeri n
 Bersikap protektif (mis. waspada,  Tidak ada raut wajah meringis  Identifikasi factor yang me
posisi menghindari nyeri)  Tidak ada sikap protektif  Identifikasi pengetahuan d
 Gelisah  Tidak ada kesulitan tidur  Identifikasi pengaruh buda
 Frekuensi nadi meningkat [L.08066]  Identifikasi pengaruh nyer
 Sulit tidur  Monitor keberhasilan tera
[ D.0078 ]  Monitor efek samping pen
Terapeutik :
 Berikan teknik nonfarmak
TENS, hypnosis, akupresur
aromaterapi, teknik, imajin
terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang m
ruangan, pencahayaan, ke
 Fasilitas istirahat dan tidur

 Pertimbangan jenis dan su


meredakan nyeri
Edukasi :
 Jelaskan penyebab, period
 Jelaskan strategi meredak
 Anjurkan memonitor nyer
 Anjurkan menggunakan an
 Ajarkan teknik nonfarmak
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian ana
[I.0823]
2 Resiko cedera berhubungan dengan Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan :
kehilangan integritas tulang tindakan keperawatan 2x24jam, Observasi :
tidak terjadi resiko cedera  Identifikasi kebutuhan kes
Faktor Resiko : dan riwayat perilaku)
 Terpapar pathogen Kriteria Hasil :  Monitor perubahan status

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA | 15


 Terpapar zat kimia toksik  Tidak ada kejadian cedera Terapeutik :
 Terpapar agen nosocomial  Tidak ada luka/lecet  Hilangkan bahaya keselam
 Ketidakamanan transportasi  Tidak adanya fraktur kimia), jika memungkinkan
[D.0136] [L.14136]  Modifikasi lingkungan unt
 Sediakan alat bantu keam
pegangan tangan)
 Gunakan perangkat pelind
pintu terkunci, pagar)
 Hubungi pihak berwenang
puskesmas, polisi, damkar
 Fasilitas relokasi ke lingkun
 Lakukan program skrining
Edukasi :
 Ajarkan individu, keluarga
lingkungan
[I.14513]
3 Gangguan mobilitas fisik Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan :
berhubungan dengan tindakan keperawatan 2x24jam, Observasi
nyeri/ketidaknyamanan dapat melakukan mobilitas fisik  Identifikasi adanya nyeri a
secara mandiri  Identifikasi toleransi fisik m
Batasan Karakteristik :  Monitor frekuensi jantung
 Mengeluh sulit menggerakkan Kriteria Hasil : mobilisasi
ekstermitas  Pergerakan ekstermitas  Monitor kondisi umum sel
 Kekuatan otot menurun meningkat Terapeutik
 Rentang gerak (ROM) menurun  Kekuatan otot meningkat  Fasilitasi aktivitas mobi
[D.0054]  Rentang gerak (ROM) tempat tidur)
meningkat  Fasilitasi melakukan pe
[L.05042]  Libatkan keluarga untu
pergerakan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prose
 Anjurkan melakukan mobi
 Ajarkan mobilisasi sederha
tempat tidur, duduk di sisi
kursi)
[I.06171]
4 Harga diri rendah berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan :
dengan perubahan penampilan tindakan keperawatan 2x24jam, Observasi :
peran dapat meningkatkan harga diri  Identifikasi harapan untuk

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA | 16


Terapeutik :
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil :  Diskusikan tanggungjawab
 Berbicara pelan dan lirih  Penilaian diri positif  Jadwalkan kegiatan terstru
 Menolak berinteraksi dengan  Minat mencoba hal baru  Ciptakan dan pertahankan
orang lain  Berjalan menampakkan wajah konsisten setiap dinas
 Berjalan menunduk  Postur tubuh tegap  Tingkatkan aktivitas fisik s
 Postur tubuh menunduk  Adanya kontak mata  Batasi jumlah pengunjung
 Kontak mata kurang [L.09069]  Bicara dengan nada renda
[D.0087]  Cegah perilaku pasif dan a
 Beri penguatan positif terh
perilaku
 Lakukan pengekangan fisik
 Hindari bersikap menyudu
 Hindari sikap mengancam
 Hindari berdebat atau me
ditetapkan
Edukasi :
 Informasikan keluarga bah
kognitif
[I.12463]

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA | 17


1.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implemetntasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana


keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitasyang telah ditentukan,
pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah
dicatat dalam rencan perawatan klien.

Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya,
pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila
perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien terhadap setiap
intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan
lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi
rencana keperawatan berikutnya.

1.5 EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yaitu menilai efektifitas
rencana yang telah dibuat, strategi dan pelaksanaan dalam asuhan keperawatan serta
menentukan perkembangan dan kemampuan pasien dalam mencapai sasaran yang
telah diharapkan. Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian
hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifian intervensi
keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari
proses keperawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan perawat
mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.

1. Nyeri menurun
2. Tiidak terjadi resiko cedera
3. Mampu melakukan mobilitas fisik secara mandiri
4. Harga diri Meningkat

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA | 18


BAB IV

PENUTUP

4.1 simpulan

4.2 saran

Dengan adanya makalah osteomalasica ini semoga dapat membantu untuk memudahkan
mahasiswa dalam proses perkuliahan dan belajar sehingga diharapkan pemahaman yang
didapat lebih maksimal.

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA | 19


DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4.
Jakarta : EGC, 1998

Robbins, Kumar. Buku Ajar Patofisiologi II. Edisi 4. Jakarta: EGC, 1995

Smeltzer & Brenda G. bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8.
Jakarta : EGC, 2002

https://www.scribd.colm/dolcument/440631204/OLsteomalsia

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALACIA | 20

Anda mungkin juga menyukai