Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III
D o s e n P e m b i m b i n g : N u r i s K u s h a y a ti , S . K e p . N s . , M . K e s .
Disusun Oleh :
MOJOKERTO 2021-2022
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul Makalah Osteomalacia Penulisan makalah ini
adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III Program Studi D3-Keperawatan.
Penulis
K A T A P E N G A N T A R ………………………………………........................................………………………………… 2
D A F T A R I S I ………..............................................………………………………………………………………………… 3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 L A T A R B E L A K A N G ……………………………………………………….......................…………. 4
1.2 R U M U S A N M A S A L A H ……………………………………………………………....................... 4
1.3 T U J U A N ……………………………………………………………………………….............................. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 P E N G E R T I A N ……………………………………………………………………............................... 6
2.2 E T I O L O G I …………………………………………….………………………….................................. 7
2.3 F A K T O R R E S I K O ………………………………………………………………………..................... 7
2.4 P A T O F I S I O L O G I ………………………………………………………………............................... 8
2.5 PATHWAY ..................................................................... 9
2.6 MANIFESTASI KLINIK ...................................................... 9
2.7 P E M E R I K S A A N P E N U N J A N G ………………………………………………..................... 10
2.8 K O M P L I K A S I ……………………………………………………………………................................ 11
2.9 P E N A T A L A K S A N A A N M E D I S …………………………………………….......................... 11
3.1 PENGKAJIAN.................................................................12
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN.............................................. 17
3.3 INTERVENSI................................................................. 18
3.4 IMPLEMENTASI ............................................................ 23
3.5 EVALUASI ................................................................... 23
BAB IV PENUTUP
D A F T A R P U S T A K A ................................................................................................................... 25
2 . 1 D e fi n i s i O s t e o m a l a c i a
Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya pendepositan
kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari osteomalasia adalah ”soft bone”
atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak
ditemukan kelainan pada lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena
pada orang dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.
2 . 2 E ti o l o g i o s t e o m a l a c i a
Umumnya penyebab utama adalah tidak cukupnya mineralisasi tulang terutama kekurangan
vitamin D. Ada berbagai kasus osteomalacia yang terjadi akibat gangguan umum metabolisme
mineral, antara lain :
1 . Adanya malnutrisi
Kekurangan vitamin D yang berhubungan dengan asupan kalsium yang jelek, terutama
akibat kemiskinan, makanan kurang matang dan kurangnya pengetahuan mengenai
nutrisi juga merupakan salah satu faktor. Paling sering terjadi dimana vitamin D tidak
ditambahkan dalam makanan juga kekurangan dalam diet dan jauh dari sinar matahari.
2.4 P a t o fi s i o l o g i O s t e o m a l a c i a
Ada berbagai macam penyebab dari Osteomalasia yang umumnya menyebabkan
gangguan metabolisme mineral. Faktor yang berbahaya untuk osteomalasia adalah
kesalahan diet, malabsobrsi, gastrectomi, GGK, terapi anticonvilsan jangka lama (phenyton,
phenorbar bital) dan insufisiensi vitamin D (diet sinar matahari). Tipe malnutrisi (defisiensi
vitamin D sering di golongkan dalam hal kekurangan kalsium) terutama terjadi gangguan
fungsi tetapi faktor dan kurangnya pengetahuan tentang nutrisi juga dapat menjadi faktor
pencetus hal itu terjadi dengan frekuensi tersering dimana kandungan vitamin D dalam
makanan kurang dan adanya kesalahan diet serta kekurangan sinar matahari.
Defisiensi vitamin D menyebabkan penurunan kalsium serum, yang merangsang
pelepasan hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid meningkatkan penguraian
tulang dan ekskresi fosfat oleh ginjal. Tanpa mineralisasi tulang yang adekuat, maka tulang
menjadi tipis. Terjadi penimbunan osteoid yang tidak terkristalisasi dalam jumlah abnormal
yang membungkus saluran-saluran tulang bagian dalam, hal ini menimbulkan deformitas
tulang. Diperkirakan defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif yang memacu
absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinal dan memfasilitasi mineralisasi tulang. Pasokan
kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah. Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium
dan fosfat tidak dapat dimasukkan ke tempat kalsifikasi tulang, sehingga mengakibatkan
kegagalan mineralisasi, terjadi perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh.
1 . Pemeriksaan Diagnostik
Foto Rontgen, pada sinar-x jelas terlihat demineralisasi tulang secara umum.
Pemeriksaan vertebra memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas
vertebra yang jelas. Pada radiogram, osteomalasia tampak sebagai pengurangan
densitas tulang, terutama pada tangan, tengkorak, tulang iga dan tulang belakang.
2 . Pemeriksaan Laboratorium
Hasil lab memperlihatkan kadar kalsium serum dan fosfor yang rendah dan
peningkatan moderat kadar alkali fosfatase. Ekskresi kreatinin dan kalsium urine
rendah serta biopsi tulang yang menunjukkan peningkatan jumlah osteoid.
1. Data demografi : data ini meliputi nama,usia, jenis kelamin, tempat tinggal orang
yang dekat dengan klien.
2. Riwayat perkembangan : data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan pada
neonatus,bayi,prasekolah,remaja,dewasa,tua.
3. Riwayat sosial : data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Sseorang yang terpapar
terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaan status kesehatan dapat
dipengaruhi.
4. Riwayat penyakit keturunan : riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk
menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi misalnya (penyakit diabetes
melitus yang merupakan predisposisi penyakit sendi
degeneratif,TBC,artritis,riketsia,osteomielitis dll).
5. Riwayat diet : identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat
mengakibatkan stes pada sendi penyangga tubuh dan predisposisi terjadi instabilitas
ligamen,khsu pada punggung bagian bawah, kurangnya asupan kalsium dapat
menimbulkan fraktur karena adanya delkasifikasi. Bagaimana menu makanan sehari-
hari dan konsumsi vitamin A,D, kalsium, serta protein yang merupakan zat untuk
menjaga kondisi muskuloskeletal.
6. Aktivitas kegiatan sehari-hari : identifikasi pkerjaan pasien dan aktivitas sehari-hari.
Kebiasaan membawah benda-benda berat yang dapat menimbulkan regangan otot
dan trauma lainya. Kurangnya melakukan aktivitas mengakibatkan tonus otot
menurun. Fraktur atau trauma dapt timbul pada olahraga sepak bola dan hoki,
sedangkan nyeri sendi tengan dapat timbul akibat olahraga tenis. Pemakaian hak
sepatu yang terlalu tinggi dapat menimbulkan kontraksi pada tendon achiles dan
dapat terjadi dislokasi. Perlu di kaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat ambulasi
apakah ada nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi roda,tongkat
ataupun walker).
7. Riwayat ksehatan masa lalu : data ini meliputi kondisi kesehatan individu.
b. Pemeriksaan fisik
Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju pasien dilepaskan untuk
melihat seluruh punggung,bkng dan tungkai. Pemeriksaan kurvantura tulang
belakang dan kesimetrisan batang tubuh dilakukan dari pandangan
anterior,posterior,dan lateral. Dengan berdiri dibelakang pasien,perhatikan setiab
perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris.
Kesimetrisan bahu,pinggul dan kelurusan tulang belakang diperiksa pada posisi
pasien berdiri tegak dan membungkuk ke depan.
Pengkajian sistem persendian dengan pemeriksaan luas gerak sendi baik aktif
maupun pasif,deformitas ,stabilitas dan adanya benjolan. Pemeriksaan sendi
menggunakan alat goniometer. Yaitu busur derajat yang yang dirancang khusus untuk
evakuasi gerak sendi.
1. Jika sendi diekstensikan maksimal namun masih ada sisa fleksi, luas grakan ini
dianggap terbatas. Keterbatasan ini dapat disebabkan oleh deformitas skeletal,
patologi sendi, kontraktur otot dan tendon sekitar.
2. Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau nyeri, harus dipaksa adanya
kelebihan cairan dalam kapsulnya (efusi) pembengkakan dan inflamasi. Tempat
yang sering terjadi efusi adalah pada lutut.
Palpasi sendi sambil sendi digerakkan secara pasif akan memberi informasi
mengenai inegritas sendi. Suara “gemeletuk” dapat menunjukan adanya ligamen yang
tergelncir di antara tonjolan tulang. Adanya krepitus karena permukaan sendi yang tidak
rata di temukan pada pasien artritis. Jaringan sekitar sendi terdapat benjolan yang khas di
temukan pada pasien :
Kadang-kadang ukuran sendi menonjol akibat artrofi otot di proksimal dan distal
sendi sering terlihat pada artritis reumatoid sendi lutut.
Palpasi otot dilakukan ketika ekstremitasi rileks dan di gerakkan secara pasif.
Perawat akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat dapat diukur dengan minta
pasien menggerakkan ekstremitasdengan atau tanpa tahanan. Musalnya, otot bisep yang
diuji dengan meminta klien mluruskan dengan sepenuhnya kemudian fleksikan lengan
melawan tahanan yang diberikan oleh perawat. Tonis otot (konteksi ritmk otot)dapat
Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya,
pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila
perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien terhadap setiap
intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan
lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi
rencana keperawatan berikutnya.
1.5 EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yaitu menilai efektifitas
rencana yang telah dibuat, strategi dan pelaksanaan dalam asuhan keperawatan serta
menentukan perkembangan dan kemampuan pasien dalam mencapai sasaran yang
telah diharapkan. Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian
hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifian intervensi
keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari
proses keperawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan perawat
mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.
1. Nyeri menurun
2. Tiidak terjadi resiko cedera
3. Mampu melakukan mobilitas fisik secara mandiri
4. Harga diri Meningkat
PENUTUP
4.1 simpulan
4.2 saran
Dengan adanya makalah osteomalasica ini semoga dapat membantu untuk memudahkan
mahasiswa dalam proses perkuliahan dan belajar sehingga diharapkan pemahaman yang
didapat lebih maksimal.
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4.
Jakarta : EGC, 1998
Robbins, Kumar. Buku Ajar Patofisiologi II. Edisi 4. Jakarta: EGC, 1995
Smeltzer & Brenda G. bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8.
Jakarta : EGC, 2002
https://www.scribd.colm/dolcument/440631204/OLsteomalsia