Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH ASKEP OSTEOMALASIA

KELOMPOK 13

 AMOY.P.CHAIRUL (P05120219003)
 VEZKA SARI (P05120219038)

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Osteomalcia ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah  membantu
kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis makalah ini.
Atas bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan
masih kurang sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
mendukung dengan tujuan untuk menyempurnakan makalah ini. Dan kami
berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi
diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah...........................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................1

1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................1

1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS................................................................................3

2.1 Konsep Osteomalacia......................................................................................3

2.1.1 Definisi Osteomalacia..............................................................................3

2.1.2 Etiologi Osteomalacia..............................................................................3

2.1.3 Patofisiologi Osteomalacia......................................................................4

2.1.4 Manifestasi Klinis Osteomalacia.............................................................5

2.1.5 Pathway Osteomalacia.............................................................................6

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang Osteomalacia....................................................7

2.1.7 Penatalaksanaan Osteomalacia................................................................7

2.1.8 Komplikasi Osteomalacia........................................................................8

2.2 Konsep asuhan keperawatan...........................................................................8

3
2.2.1 Pengkajian...............................................................................................8

2.2.2 Masalah Keperawatan............................................................................14

2.2.3 Intervensi...............................................................................................15

BAB 3 TINJAUAN KASUS.....................................................................................21

3.1 Pengkajian.....................................................................................................22

3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................27

3.3 Intervensi Keperawatan................................................................................27

BAB 4 PENUTUP......................................................................................................32

4.1 Kesimpulan...................................................................................................32

4.2 Saran.............................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................33

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang adalah
kalsium. Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya
kalsium yang terdapat pada tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi
perubahan pada mikroarstektur tulang dan tulang menjadi lunak. Akibatnya tulang
menjadi kehilangan kepadatan dan kekuatannya, sehingga mudah retak/patah.
Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang
yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah
kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya
ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang. Pada orang
dewasa kondisi ini adalah kronis dan deformitas skeletal tidak separah yang
terjadi pada anak-anak karena pertumbuhan skeletal telah terhenti. Pada pasien
ini, sejumlah osteoid atau remodelling tulang baru tidak mengalami klasifikasi.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang diatas , maka rumusan masalah dalam makalah
ini bagaimana konsep dari osteomalacia dan asuhan keperawatan pada
osteomalacia

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui pembahasan lengkap tentang penyakit pada system
musculoskeletal Osteomalacia.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui pengertian dari Osteomalacia

2. Untuk mengetahui etiologi atau penyebab dari Osteomalacia

5
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Osteomalacia

4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Osteomalacia

5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Osteomalacia

6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Osteomalacia

7. Untuk mengetahui komplikasi dari Osteomalacia

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini disesuaikan dengan tujuan yang telah
dibuat diantaranya :

1. Memberitahukan kepada pembaca apa dan bagaimana penyakit


Osteomalacia itu.

2. Memberitahukan kepada pembaca bagaimana tindakan keperawatan


untuk pasien dengan Osteomalacia.

3. Sebagai bahan masukan untuk penulisan laporan lebih lanjut mengenai


Osteomalacia.

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Osteomalacia
2.1.1 Definisi Osteomalacia
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristik
oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-
anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis

6
dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang
anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap
(komplit). (Smeltzer. 2001: 2339)

Osteomalasia adalah manifestasi defisiensi vitamin D. Perubahan


mendasar pada penyakti ini adalah gangguan mineralisasi tulang, disertai
meningkatnya osteoid yang tidak mengalami mineralisasi. (Robins, 2007)

Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh


gagalnya pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari
osteomalasia adalah ”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan
rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada lempeng
epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang dewasa sudah
tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.

2.1.2 Etiologi Osteomalacia


Umumnya penyebab utama adalah tidak cukupnya mineralisasi tulang
terutama kekurangan vitamin D. Ada berbagai kasus osteomalacia yang terjadi
akibat gangguan umum metabolisme mineral, antara lain :

1. Adanya malnutrisi

Kekurangan vitamin D yang berhubungan dengan asupan kalsium yang


jelek, terutama akibat kemiskinan, makanan kurang matang dan kurangnya
pengetahuan mengenai nutrisi juga merupakan salah satu faktor. Paling sering
terjadi dimana vitamin D tidak ditambahkan dalam makanan juga kekurangan
dalam diet dan jauh dari sinar matahari.

2. Faktor resiko berkaitan dengan penyakit patologis.

Penyakit-penyakit patologik yang dapat memicu terjadinya


osteomalacia meliputi gagal ginjal kronik sehingga proses
ekskresi/pembuangan kalsium akan meningkat. Dengan begitu proses
mineralisasi akan terhambat. Penyakit hati karena organ hatinya tak mampu

7
memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi. terapi
antikonvulsan berkepanjangan (fenitoin fenobarbital), dan gastrektomi.
Osteomalacia dalam hal ini terjadi sebagai akibat kegagalan absorpsi kalsium
ataupun kehilangan kalsium yang berlebihan dari tubuh.

2.1.3 Patofisiologi Osteomalacia


Ada berbagai macam penyebab dari Osteomalasia yang umumnya
menyebabkan gangguan metabolisme mineral. Faktor yang berbahaya untuk
osteomalasia adalah kesalahan diet, malabsobrsi, gastrectomi, GGK, terapi
anticonvilsan jangka lama (phenyton, phenorbar bital) dan insufisiensi vitamin D
(diet sinar matahari). Tipe malnutrisi (defisiensi vitamin D sering di golongkan
dalam hal kekurangan kalsium) terutama terjadi gangguan fungsi tetapi faktor dan
kurangnya pengetahuan tentang nutrisi juga dapat menjadi faktor pencetus hal itu
terjadi dengan frekuensi tersering dimana kandungan vitamin D dalam makanan
kurang dan adanya kesalahan diet serta kekurangan sinar matahari.

Defisiensi vitamin D menyebabkan penurunan kalsium serum, yang


merangsang pelepasan hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid
meningkatkan penguraian tulang dan ekskresi fosfat oleh ginjal. Tanpa
mineralisasi tulang yang adekuat, maka tulang menjadi tipis. Terjadi penimbunan
osteoid yang tidak terkristalisasi dalam jumlah abnormal yang membungkus
saluran-saluran tulang bagian dalam, hal ini menimbulkan deformitas tulang.
Diperkirakan defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif yang memacu
absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinal dan memfasilitasi mineralisasi
tulang. Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah. Tanpa vitamin
D yang mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan ke tempat
kalsifikasi tulang, sehingga mengakibatkan kegagalan mineralisasi, terjadi
perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh.

2.1.4 Manifestasi Klinis Osteomalacia


Secara umum terdapat sepuluh tanda klinis utama dari osteomalsia yaitu
sebagai berikut:

8
1. Lemahnya tulang.

2. Nyeri tulang.

3. Nyeri tulang pelvis.

4. Nyeri tulang panjang.

5. Nyeri tulang belakang.

6. Kelemahan otot.

7. Hipokalsemia.

8. Tulang vertebra mengalami tekanan.

9. Pendataran pelvis.

10. Fraktur, baik secara jumlah dan mudahnya patah tulang

Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :

1. Nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium,


biasanya terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak terhuyung-
huyung atau cara berjalan loyo/lemah. Nyeri tulang yang dirasakan
menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha.

2. Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan


kerapuhan tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh
pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).

3. Penurunan berat badan.

4. Nyeri tulang dan nyeri tekan tulang.

5. Kelemahan otot.

6. Cara berjalan seperti bebek atau pincang.

9
7. Pada penyakit yang lebih lanjut, tungkai melengkung (karena berat tubuh
dan tarikan otot).

8. Vertebra yang melunak mengalami kompresi, sehingga mengalami


pemendekan tinggi badan dan merusak bentuk toraks (kifosis).

9. Sakrum terdorong ke bawah dan depan, pelvis tertekan ke lateral

2.1.5 Pathway Osteomalacia

Gangguan gastrointestinal Gagal ginjal kronis

Absorbsi lemak terganggu Asidosis

Pembentukan vitamin D
terganggu Kalsium yang terdapat
dalam tubuh
Kekurangan vitamin D
digunakan untuk
Penyerapan kalsium usus dan kalsium dalam diet
menetralkan asidosis
menurun

Kalsium ekstra sel berkurang

Transport kalsium ke tulang


terganggu
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang Osteomalacia
1. Pemeriksaan Diagnostik Demineralisasi tulang
osteomalasia
Foto Rontgen, pada sinar-x jelas terlihat demineralisasi tulang secara
umum. Pemeriksaan vertebra memperlihatkan adanyatubuh
Perlunakan kerangka patah tulang kompresi
tanpa batas vertebra yang jelas. Pada radiogram, osteomalasia tampak sebagai
Harga diri rendah
pengurangan
Berat densitas tulang, terutama
badan dan tarikan pada
Kompresi tangan,
pada tengkorak, tulang iga dan
vertebra
tulang belakang.
tubuh
Pemendekan tinggi
Penekanan saraf
2. Pemeriksaan Laboratorium badan
Tulang melengkung vertebra

Deformitas
Resiko fraktur meningkat 10Nyeri punggung

Cara berjalan pincang


Gangguan mobilitas fisik Nyeri
Resiko cedera
Hasil lab memperlihatkan kadar kalsium serum dan fosfor yang rendah
dan peningkatan moderat kadar alkali fosfatase. Ekskresi kreatinin dan kalsium
urine rendah serta biopsi tulang yang menunjukkan peningkatan jumlah
osteoid.

2.1.7 Penatalaksanaan Osteomalacia


1. Penatalaksanaan Medik

a. Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan


vitamin D 200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian
dilanjutkan dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6
bulan.

b. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati


dengan mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.

2. Penatalaksanan non medik

a. Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah


memperbanyak konsumsi unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk
tulang) bisa bekerja lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi sayur-
sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, yogurt. Konsumsi
suplemen kalsium sangatlah disarankan.

b. Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak


konsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan
susu. Untuk membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh cobalah
sering berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7 - 9 pagi dan
sore pada pukul 16 - 17.

2.1.8 Komplikasi Osteomalacia


Pada anak-anak jika penyakit ini tidak segera diobati maka
pertumbuhannya akan terhalang, anak jadi lambat untuk duduk, merangkak dan
berjalan. Berat tubuhnya mungkin akan membengkokan lutut, tulang serta

11
persendian lainya sehingga menyebabkan kaki O (genu varum), dada busung
(pigeon chest) dan lutut bengkok ke dalam (genu valgum). Pada orang dewasa
kelemahan tulang menimbulkan resiko fraktur. Os vertebrata yang melunak akan
tertekan menjadi pendek sehingga orang itu akan berkurang tingginya atau cebol.
Trunkus yang memendek, sehingga mengubah bentuk toraks disebut kifosis
dimana terlihat bungkuk dan skoliosis.

2.2 Konsep asuhan keperawatan

2.2.1 Pengkajian
Riwayat kesehatan meliputi infomasi tentang aktivitas hidup sehari-hari,pola
ambulasi, alat bantu yang digunakan (misalnya kursi roda,tongkat, walker), dan
nyeri (jika ada nyei tetapkan lokasi,derajat nyeri,lama, faktor yang memperberat
dan fakto pencetus) kram atau kelemahan.

Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis,teliti dan terarah. Data yang


dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diasnotik.

a. Anamnesis

1. Data demografi : data ini meliputi nama,usia, jenis kelamin, tempat tinggal
orang yang dekat dengan klien.
2. Riwayat perkembangan : data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan
pada neonatus,bayi,prasekolah,remaja,dewasa,tua.
3. Riwayat sosial : data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Sseorang yang
terpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaan status
kesehatan dapat dipengaruhi.
4. Riwayat penyakit keturunan : riwayat penyakit keluarga perlu diketahui
untuk menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi misalnya
(penyakit diabetes melitus yang merupakan predisposisi penyakit sendi
degeneratif,TBC,artritis,riketsia,osteomielitis dll).

12
5. Riwayat diet : identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini
dapat mengakibatkan stes pada sendi penyangga tubuh dan predisposisi
terjadi instabilitas ligamen,khsu pada punggung bagian bawah, kurangnya
asupan kalsium dapat menimbulkan fraktur karena adanya delkasifikasi.
Bagaimana menu makanan sehari-hari dan konsumsi vitamin A,D, kalsium,
serta protein yang merupakan zat untuk menjaga kondisi muskuloskeletal.
6. Aktivitas kegiatan sehari-hari : identifikasi pkerjaan pasien dan aktivitas
sehari-hari. Kebiasaan membawah benda-benda berat yang dapat
menimbulkan regangan otot dan trauma lainya. Kurangnya melakukan
aktivitas mengakibatkan tonus otot menurun. Fraktur atau trauma dapt
timbul pada olahraga sepak bola dan hoki, sedangkan nyeri sendi tengan
dapat timbul akibat olahraga tenis. Pemakaian hak sepatu yang terlalu
tinggi dapat menimbulkan kontraksi pada tendon achiles dan dapat terjadi
dislokasi. Perlu di kaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat ambulasi
apakah ada nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi
roda,tongkat ataupun walker).
7. Riwayat ksehatan masa lalu : data ini meliputi kondisi kesehatan individu.
Data tentang adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap
muskulokeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang rawan,
riwaya artritis osteomielitis.
8. Riwayat kesehatan sekarang : sejak kapan timbul keluhan, apakah ada
riwayat trauma. Hal-hal yang menimbulkan gejala. Timbulnya gejala
mendadak atau berlahan. Timbulnya untuk pertamakalinya atau berulang.
Perlu ditanyakan pula tentang ada tidak gangguan pada sistem lainnya kaji
klien untuk mengungkapkan alasan klien emeriksa diri atau mengunjungi
fasilitas kesehatan, keluhan utama pasien dan ganngguan muskuloskeletal
meliputi :
a) Nyeri : identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan
pembuluh darah,sendi,fasia atau periosteum. Nyeri berdenyut biasanya
berkaitan dengan tulang dan sakit berkaitan dengan otot, sedangkan
nyeri yang menusuk berkaitan dengan fraktur atau infeksi tulang.

13
Identifikasi apakah nyeri timbul setelah diberi aktivitas atau gerakan.
Nyeri saat bergerak merupakan satu tanda masalah persendian.
Degenerasi panggul menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada
sendi tersebut. Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan
setelah berjalan. Nyeri pada osteoartritis makin meningkat pada suhu
dingin. Tanyakan kapan nyeri makin meningkat pada pagi atau malam
hari. Inflamasi pada bursa dan tendon makin meningkat pada malam
hari. Tanyakan apakah nyeri hilang saat istirahat. Apakah nyeri bisa
diatasi dengan obat tersebut.
b) Kekuatan sendi : tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan,
lamanya kekakuan tersebut dan apakah selalu terjadi kekakuan.
Beberapa kondisi seperti spondilitis ankilosis terjadi remisi kekakuan
beberapa kali sehari. Pada penyakit degenerasi sendi sering terjadi
kekakuan yang meningkat pada pagi setelah bangun tidur (inaktivitas).
Bagaimana dengan perubahan suhu dan aktivitas. Suhu dingin dan
kurang aktivitas biasanya meningkatkan kekakuan sendi. Suhu panas
biasanya menurunkan spasmen otot.
c) Bengkak : tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga
disertai dengan nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai cedera
pada otot. Penyakit degenerasi sendi sering kali tidak timbul bengkak
pada awal serangan, tetepi muncul setelah beberapa minggu terjadi
nyeri. Dengan istirahat dan meninggikan bagian tubuh,ada yang
dipasang gips. Identifikasi apakah ada padas atau kemerahan karen
tanda tersebut menunjukan adanya inflamasi,infeksi atau cedera.
d) Derformitas dan imobilitas : tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba
atau bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah
semakin memburuk dengan aktivitas, apakah dengan posisi tertentu
makin memburuk. Apakah klien menggunakan alat bantu (kruk,tongkat
dll).
e) Perubahan sensori : tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian
tubuh tertentu. Apakah menurutnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan

14
dengan nyeri. Penekanan pada syaraf dan pembuluh darah akibat
bengkak,tumor atau fraktur dapat menyebabkan menurunnya sensasi.

b. Pemeriksaan fisik

1. Pengkajian skeletal tubuh

Hal-hal yang perlu dikaji pada skelet tubuh,yaitu :

a) Adanya derformitas dan ketidak sejajaran yang dapat disebabkan oleh


penyakit sendi
b) Pertumbuhan tulang abnormal. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya
tumor tulang
c) Pendekatan eksteremitas, aputasi dan bagian tubuh yang tidak sejajar
dengan anatomis
d) Angulasi abnormal pada tulang panjang. Gerakan pada titik buka sendi
teraba krepitus pada titik gerakan abnormal. Manunjukan adanya patah
tulang

2. Pengkajian tulang belakang

Deformitas tulang belakang yang sering terjadi perlu diperhatikan yaitu :

a) Skoliosis (deviasi kurvantura lateral tulang belakang)


1) Bahu tidak sama tinggi
2) Garis pinggang yang tidak simetris
3) Skapula yang menonjol
Skoliosis tidak diketahui penyebabnya (idiopatik),kelainan
kongenital, atau akibat kerusakan otat para-spinal,seperti poliomielitis
b) Kifosis (kenaikan kurvantura tulang belakang bagian dada). Sering
terjadi pada lansia dengan osteoporosis atau penyakit neuromuskular.
c) Lordosis (membbek, kurvantura tulang bagian pinggang yang
berlebihan lordosis biasa di temukan pada wanita hamil

15
Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju pasien dilepaskan untuk
melihat seluruh punggung,bkng dan tungkai. Pemeriksaan kurvantura tulang
belakang dan kesimetrisan batang tubuh dilakukan dari pandangan
anterior,posterior,dan lateral. Dengan berdiri dibelakang pasien,perhatikan setiab
perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris.
Kesimetrisan bahu,pinggul dan kelurusan tulang belakang diperiksa pada posisi
pasien berdiri tegak dan membungkuk ke depan.

c. Pengkajian sistem persendian

Pengkajian sistem persendian dengan pemeriksaan luas gerak sendi baik


aktif maupun pasif,deformitas ,stabilitas dan adanya benjolan. Pemeriksaan sendi
menggunakan alat goniometer. Yaitu busur derajat yang yang dirancang khusus
untuk evakuasi gerak sendi.

1. Jika sendi diekstensikan maksimal namun masih ada sisa fleksi, luas
grakan ini dianggap terbatas. Keterbatasan ini dapat disebabkan oleh
deformitas skeletal, patologi sendi, kontraktur otot dan tendon sekitar.
2. Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau nyeri, harus dipaksa adanya
kelebihan cairan dalam kapsulnya (efusi) pembengkakan dan inflamasi.
Tempat yang sering terjadi efusi adalah pada lutut.

Palpasi sendi sambil sendi digerakkan secara pasif akan memberi informasi
mengenai inegritas sendi. Suara “gemeletuk” dapat menunjukan adanya ligamen
yang tergelncir di antara tonjolan tulang. Adanya krepitus karena permukaan sendi
yang tidak rata di temukan pada pasien artritis. Jaringan sekitar sendi terdapat
benjolan yang khas di temukan pada pasien :

1. Artritis reumatoid,benjolan lunak di dalam dan sepanjang tendon


2. Gout, benjolan keras di dalam dan di sebelah sendi
3. Osteoatritis,benjolan keras dan tidak nyeri merupakan pertumbuhantulang
akibat destruksi permukaan kartilago pada tulang kapsul sendi, biasanya
ditemukan pada lansia.

16
Kadang-kadang ukuran sendi menonjol akibat artrofi otot di proksimal dan distal
sendi sering terlihat pada artritis reumatoid sendi lutut.

d. Pengkajian sistem otot

Pengkajian sistem otot meliputi kemampuan mengubah pasisi, kekuatan


dan koordianasi otot,serta ukuran masing-masing otot. Kelemahan sekelompok
otot menunjukkan berbagai kondisi seperti polineuropati,gangguan
elektrolit,miastenia grafis,poliomielitis dan distrofi otot.

Palpasi otot dilakukan ketika ekstremitasi rileks dan di gerakkan secara


pasif. Perawat akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat dapat diukur
dengan minta pasien menggerakkan ekstremitasdengan atau tanpa tahanan.
Musalnya, otot bisep yang diuji dengan meminta klien mluruskan dengan
sepenuhnya kemudian fleksikan lengan melawan tahanan yang diberikan oleh
perawat. Tonis otot (konteksi ritmk otot)dapat dibangkitkan pada pergelangan
kaki dengan dorso-fleksi kaki mendadak dan kuat,dan tangan dengan ekstensi
pergelangan tangan.

Lingkaran ekstremitas harus diukur untuk membantu pertambhan ukuran


akibat edema atau perdarahan, penurunan akibat atrofi dan dibandingkan
ekstremitas yang sehat. Pengukuran otot dilakukan di lingkaran terbesar
ektremitas pada lokasi yang sama, pada posisi yang sama dan otot dalam keadaan
istirahat.

Gradasi Ukuran Kekuatan Otot

0 (zero) Tidak ada kontraksi saat palpasi


1 (trace) Terasas adanya kontraksi otot, tetapi tidak ada gerakan
Dengan bantuan atau menyangga sendi dapat melakukan gerakan
2 (poor)
sendi (range of motion, ROM) secara penuh
Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara penuh dengan
3 (fair)
melawan gravitasi, tetapi tidak dapat melawan tahanan
Dapat melakukan ROM secara penuh dan dapat melawan tahanan
4 (good)
tingkat sedang

17
5 Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara penuh dan dapat
(normal) melawan gravitasi dan tahanan
e. Pengkajian Cara Berjalan

Pada pengkajian ini, pasien diminta berjalan. Perhatikan hal berikut :

1. Kehalusan dan irama berjalan, gerakan teratur atau tidak


2. Pincang dapat disebabkan oleh nyeri atau salah satu ekstrimitas pendek
3. Keterbatassan gerak sendi dapat memengaruhi cara berjalan

Abnormalitas neourologis yang berhubungan dengan cara berjalan. Misalnya,


pasien hemiparesis – stroke menunjukkan cara berjalan spesifik, pasien dengan
penyakit parkinson nmenunjukkan cara berjalan bergetar.

2.2.2 Masalah Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf spinal
2. Resiko cedera berhubungan dengan kehilangan integritas tulang
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan
4. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan peran

2.2.3 Intervensi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (NURSING CARE PLAN)

Diagno Tujuan dan


No Intervensi Rasional
sa Kriteria Hasil
1 Nyeri Tujuan : 1. Pantau tingkat dan 1. Tingkat dan
b/d Setelah intensitas nyeri intensitas nyeri
proses dilakukan 2. Lakukan merupakan data
pelunak perawatan klien imobilisasi besar yang
an melaporkan 3. Ajarkan teknik dibutuhkan perawat
tulang nyeri berkurang relaksasi (nafas sebagai pedoman
atau hilang dalam) pengambilan

18
Kriteria hasil : 4. Kolaborasi intervensi, sehingga
 Skala nyeri pemberian setiap perubahan
0–4 analgesik sesuai hqarus terus
 Tidak program terapi dipantau.
adanya 2. Imobilisasi dapat
Grimace membantu
 Tidak meringankan tugas
adanya tulang dalam
Gerakan mempertahankan
melokalisir postur tubuh
nyeri sehingga tidak
terjadi kekakuan
daerah sekitar yang
menyebabkan nyeri.
3. Teknik relaksasi
(nafas dalam) dapat
membantu
menurunkan tingkat
ketegangan
sehingga
diharapkan tekanan
otot – otot sekitar
daerah cedera
menurun
4. Analgesik berfungsi
untuk melakukan
hambatan pada
sensor nyeri
sehingga sensasi
nyeri pada klien
berkurang.

19
2 Hambat Tujuan : 1. Lakukan 1. Imobilisasi dapat
an Setelah imobilisasi mengurangi
mobilit dilakukan 2. Ajarkan pergerakan daerah
as fisik perawatan, klien penggunaan alat cedera sehingga
b/d dapat bantu berpindah tidak terjadi
ganggu melakukan 3. Jelaskan pada kerusakan yang
an cara mobilisasi pasien tentang berlanjut, hal ini
berjalan dengan atau pentingnya juga dapat
tanpa bantuan pembatasan membantu
perawat aktivitas menopang berat
Kriteria hasil : 4. Latihan ROM tubuh.
 Klien dapat aktif dan 2. Klien mungkin baru
melakukan perpindahan mengenal dan tidak
ROM aktif maksimal 2 kali dapat menggunakan
 Klien dapat dalam sehari alat bantu mobilitas
berpindah 5. Anjurkan seperti kruk atau
dengan partisipasi aktif walker sehingga
bantuan alat sesuai kemampuan peran perawat
dalam kegiatan adalah memberikan
sehari - hari pendidikan tentang
cara
penggunaannya.
3. Klien mungkin
tidak mengerti
mengenai tujuan
pembatasan gerak,
sehingga perawat
harus memberikan
penyuluhan tentang
pentingnya
pembatasan

20
aktivitas pada
pasien cedera.
Pemahaman klien
memungkinkan
peningkatan daya
kooperatif.
4. Latihan ROM dapat
mencegah
penurunan masa
otot, kontraktur dan
peningkatan
vaskularisasi.
Sehingga tidak
timbul komplikasi
yang tidak
diharapkan.
5. Partisipasi aktif
dapat membantu
pemulihan
kesehatan dan
melatih kekuatan
otot, sehingga
diharapkan klien
dapat
mempertahankan
kekuatannya.

3 Resiko Tujuan : 1. Ajarkan klien 1. Klien


cedera Setelah untuk dimungkinkan tidak
berhub dilakukan mempergunakan mengerti cara
ungan perawatan, alat bantu penggunaan alat
dengan diagnosa bantu mobilisasi,

21
kehilan keperawatan mobilisasi. sehingga perawat
gan tidak menjadi 2. Sarankan untuk dapat mengajarkan
integrit aktual melakukan klien agar kllien
as Kriteria hasil : aktivitas sesuai dapat
tulang -Klien tidak kemampuan dan mengkompensasi
mengalami batasi aktivitas ketidakmampuanny
cedera yang berlebihan a.
-Stabilisasi 2. Pembatasan
tubuh dapat aktivitas diperlukan
dipertahankan agar tulang tidak
bekerja terlalu
berat. Kerja berat
dapat meningkatkan
kontraksi otot
sehingga
dimungkinkan
memperparah
deformitas.

4 Harga Tujuan : 1. Dorong ekspresi 1. Ekspresi emosi


diri Kriteria hasil : ketakutan, membantu klien
rendah  Klien perasaan negatif mulai menerima
berhub menunjukka dan kehilangan kenyataan dan
ungan n perilaku bagian tubuh. realita, dalam hal ini
dengan adaptasi 2. Berikan perawat membantu
perubah  Klien lingkungan yang mempercepat proses
an menyatakan terbuka pada berduka.
penamp penerimaan pasien untuk 2. Penerimaan terbuka
ilan pada situasi mendiskusikan perawat dapat
peran. ini. masalah yang memberikan
dialami. lingkungan
3. Dorong partisipasi psikologis yang

22
dalam aktivitas nyaman bagi pasien
sehari – hari. sehingga
4. Kaji dan kepercayaan pasien
tingkatkan derajat pada perawat
dan dukungan meningkat dan
yang ada untuk berdampak pada
pasien. tingkat kooperatif
klien.
3. Meningkatkan
kemandirian dan
meningkatkan
perasaan harga diri.
Diharapkan klien
memiliki presepsi
positif terhadap
dirinya dengan
kemandirian yang
klien lakukan.
4. Dukungan keluarga,
kerabat ataupun
sahabat terhadap
klien sangat
diperlukan sehingga
perawat harus dapat
mengkaji dan
melakukan
intervensi agar
dukungan terhadap
klien dapat
meningkat.

23
BAB 3

TINJAUAN KASUS
KASUS

Tn. M (48 tahun) alamat Buluran, Telanaipura Jambi, pekerjaan karyawan swasta,
beragama islam datang RS ditemani istrinya Ny.X (42 tahun). Klien masuk RS
dengan keluhan utama nyeri tulang. Pasien mengatakan pinggangnya nyeri yang
dirasakan saat berjalan dan nyeri berkurang jika pasien istirahat, nyeri dirasakan
seperti tertekan benda berat dengan skala nyeri 8/10 dan mudah lelah. Pasien
mengatakan sebulan yang lalu pasien mengaku sudah pernah mengalami nyeri
tulang pinggang. Sampai dia izin kerja selama 2 hari di pabriknya. Pasien
mengaku setelah membeli obat di toko terdekat dan beristirahat selama 2 hari
sudah sembuh. Namun beberapa hari setelah itu pasien mengaku mudah lelah,
nafsu makan menurun, semakin kurus, dan pasien merasakan tidak sekuat
sebelumnya dan jika aktifitasnya berat pinggangnya nyeri lagi. Keadaan seperti itu
terus berulang sampai kemarin pasien merasa sudah tidak kuat menahan nyeri
pinggang dan akhirnya pada tanggal 28 November 2018 pasien masuk rumah
sakit. Pasien mengatakan dalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami
penyakit yang sama seperti klien. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan KU :
Compos mentis, TTV : Tekanan Darah : 160/100 mmHg, Nadi : 110x/mnt, RR :
20 x/mnt, Suhu : 36,8º C, BB : 50 kg, TB : 165 cm. Pada saat pemeriksaan klien
tampak meringis terlihat mulut klien kotor, mukosa kering, perut klien kembung
dengan peristaltic usus 3x/menit, kulit kering dan turgor jelek. Pada saat perawat
memeriksa ternyata porsi makan klien tak habis. Pada pemeriksaan sistem
musculoskeletal didapatkan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot 5 5 4 4,
pasien terlihat bungkuk, cara berjalan seperti bebek atau pincang. Hasil dari
pemeriksaan laboratorium didapatkan Creatinin : 0,5 mg/dl, kalium : 3 mml/1,
Kalsium : 7 mg/dl, Phosfor : 2,2 mg/dl, fosfat aorgaik : rendah, fosfatase alkali ;
tinggi, pemeriksaan sinar X : terlihat demineralisasi secara umum, biopsi tulang
menujukkan peningkatan osteoid.

24
3.1 Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Klien :
Nama : Tn. M
Umur : 48 tahun
Alamat : Buluran, Telanaipura Jambi
Pekerjaan : karyawan swasta
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 28 November 2018

b. Penanggung jawab :
Nama : Ny. X
Usia : 42 tahun

2. Keluhan utama
Klien datang ke rs mengeluh nyeri tulang, pasien mengatakan
pinggangnya nyeri, cara jalan seperti bebek atau pincang dan mudah lelah

3. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat kesehatan Sekarang :
Sebulan yang lalu pasien mengaku sudah pernah mengalami nyeri
tulang pinggang. Sampai dia izin kerja selama 2 hari di pabriknya.
Pasien mengaku setelah membeli obat di toko terdekat dan beristirahat
selama 2 hari sudah sembuh. Namun beberapa hari setelah itu pasien
mengaku mudah lelah, nafsu makan menurun, semakin kurus, dan
pasien merasakan tidak sekuat sebelumnya dan jika aktifitasnya berat
pinggangnya nyeri lagi. Keadaan seperti itu terus berulang sampai
kemarin pasien merasa sudah tidak kuat menahan nyeri pinggang dan
akhirnya pada tanggal 28 November 2018 pasien masuk rumah sakit.

25
b. Riwayat kesehatan dahulu : tidak ada
c. Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada keluarga yang mengalami
penyakit yang sama

4. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis

b. TTV :
 Tekanan Darah : 160/100 mmHg
 Nadi : 110x/mnt
 RR : 20 x/mnt
 Suhu : 36,8º C

c. Berat badan : 50 Kg
Tinggi badan : 165 Cm
IMT : 18.3 Kg/m2 ( N : 18.5- 22.9)

d. Pemeriksaan Persistem :
1) Sistem pencernaan
 Mulut : kotor
 Mukosa : kering
 Abdomen : kembung
 Peristaltik : 3 x/menit
 Nafsu makan: Menurun
 Porsi makan : tidak habis

2) Sistem musculoskeletal dan integumen


 Pergerakan sendi : terbatas
 Kekuatan otot :5544

26
 Kelainan T. Belakang : ya (bungkuk)
 Fraktur : tidak
 Traksi / spalk / gips : tidak
 Kulit : kering
 Turgor : jelek
 Cara berjalan klien seperti bebek atau pincang

5. Pengkajian 11 pola funsi kesehatan Gordon


a. Pola persepsi kesehatan atau penanganan kesehatan :
Pasien mengaku sebelumnya setelah membeli obat di toko terdekat
dan beristirahat selama 2 hari nyeri yang dirasakan sudah sembuh
namun jika aktifitas berat nyeri timbul lagi dan keadaan seperti itu
terus berulang sampai pasien merasa sudah tidak kuat menahan nyeri
pinggang dan datang ke RS.
b. Pola nutrisi metabolik :
Pasien mengaku nafsu makan menurun, semakin kurus, porsi
makan sering tak habis.
c. Pola eliminasi : -
d. Pola aktivitas/latihan :
Pasien merasakan tidak sekuat sebelumnya dan jika aktifitasnya
berat pinggangnya nyeri lagi serta pasien mengaku mudah lelah.
e. Pola persepsi diri/konsep diri : -
f. Pola istirahat/tidur : -
g. Pola kognitif/perceptual :
Persepsi nyeri :
 P : Terasa nyeri saat berjalan dan nyeri berkurang jika istirahat.
 Q : Seperti tertekan benda berat.
 R : Pada pinggang
 S : 8 (1-10)
 T : Pada saat beraktivitas.

27
h. Pola peran/hubungan :
Pasien mengatakan akibat nyeri pinggang yang dialaminya pasien
izin kerja selama 2 hari di pabriknya
i. Pola seksualitas :-
j. Pola koping/toleransi stress :-
k. Pola nilai/kepercayaan : -

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboraturium
1) Kimia Darah Ureum :
Creatinin : 0,5 mg/dl ( N : 0,7 - 1,5 mg / dl )
2) Analisa elektrolit Natrium :
a) Kalium : 3 mml/1 ( N : 3,5 - 5,0 mml / l )
b) Calsium : 7 mg/dl ( N : 7,6 - 11,0 mg / dl )
c) Phospor : 2,2 mg/dl ( N : 2,5 - 7,07 mg / dl )
d) Fosfat anorganik : rendah
e) Fosfatase alkali : tinggi

b. Pemeriksaan Sinar X : terlihat demineralisasi secara umum.


c. Biopsi tulang : menunjukan peningkatan osteoid.

7. Analisa Data

Masalah
No Data Etiologi
keperawatan

28
1. Ds: Agen cedera Nyeri Akut
1. Pasien mengatakan nyeri biologis
pada pinggang seperti
tertekan benda berat.
2. Pasien mengatakan nyeri
saat bergerak/aktifitas
dan berkurang saat
istirahat.
3. Klien mengatakan Skala
nyeri 8

Do :
1. TD: 160/100 mmHg
2 . N : 110x/mnt
3. Wajah meringis

2. Ds: Faktor biologis Ketidakseimbangan


1. Pasien mengatakan nafsu nutrisi kurang dari
makannya menurun. kebutuhan tubuh
2. Pasien mengatakan
semakin kurus
Do:
1. Porsi makan tidak habis
2. BB 50 kg
3. TB 165 cm
4. Kulit kering
5. Turgor kulit jelek
6. Mulut kotor

3. Ds : Intoleransi Hambatan
1. Pasien mengatakan mudah aktivitas mobilitas fisik

29
lelah
2. Pasien mengatakan tidak
sekuat sebelumnya

Do:
1. Pasien berjalan seperti
bebek atau pincang
2. Pasien tidak bersemangat
3. Gerakan pasien terbatas
4. kekuatan otot : 5 5 4 4
5. Terlihat kelainan Tulang
belakang (bungkuk)

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis d.d Pasien mengatakan nyeri pada
pinggang seperti tertekan benda berat, nyeri saat beraktivitas dan
berkurang saat istirahat, nyeri dengan skala 8, wajah tampak meringis,
TD : 160/100 mmHg, Nadi : 110x/mnt

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Faktor


biologis d.d Pasien mengatakan nafsu makannya menurun, semakin kurus,
mulut kotor, turgor kulit jelek, mukosa kering, BB 50 Kg dan TB 165 cm

3. Hambatan mobilitas fisik b.d Intoleransi aktivitas d.d pasien mengatakan


mudah lelah, tidak sekuat sebelumnya, pasien berjalan seperti bebek atau
pincang, pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot 5 5 4 4 dan terlihat
kelainan tulang belakang (bungkuk)

30
1.3 Intervensi Keperawatan

Tujuan Dan
No Diagnosa Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Mengetahui
b.d agens tindakan 2. Melakukan keadaan umum
cedera keperawatan pengkajian nyeri pasien
biologis. selama 8 jam secara 2. Untuk
diharapkan komperhensif membantu
masalah nyeri meliputi : lokasi, mengalihkan
akut berkurang karakteristik, pasien agar
atau teratasi durasi, frekuensi, tidak terfokus
Dengan Kriteria kualitas dan faktor pada nyeri
Hasil : presipitasi 3. Berikan
1. Pasien 3. Ajarkan teknik kesempatan
mengatakan nonfarmakologis pada otot-otot
tidak lagi untuk mengatasi untuk relaksasi
merasakan nyeri seperti tarik 4. Membantu
nyeri pada nafas dalam, teknik menurunkan
pinggang distraksi, seperti nyeri serta
2. Pasien membaca, meningkatkan
mengatakan menonton televisi, istirahat
tidak lagi 4. Posisikan pasien 5. Supaya nyeri
merasa nyeri senyaman mungkin berkurang atau
saat bergerak sesuai keinginan hilang
3. Skala nyeri pasien
pada klien (0- 5. Kolaborasi
3) pemberian obat
4. TTV dalam analgesik sesuai
batas normal kebutuhan

2. Ketidakseimb Selama diberikan 1. Observasi TTV 1. Mengetahui

31
angan tindakan 2. Jelaskan manfaat keadaan umum
nutrisi : keperawatan 2x24 makan bila pasien
kurang dari jam diharapkan dihubungkan 2. Dengan
kebutuhan masalah dengan kondisi memahami
tubuh keperawatan pasien saat ini pasien bisa
berhubungan Ketidakseimbang 3. Berikan makanan lebih
dengan faktor an nutrisi kurang dalam keadaan kooperatif
biologis dari kebutuhan hangat, dalam mengikuti
tubuh teratasi porsi sedikit tapi aturan
Dengan Kriteria sering 3. Mencegah
Hasil : 4. Lakukan dan mual,
Ds: ajarkan perawatan meningkatkan
1. Pasien mulut sebelum dan napsu makan
mengatakan sesudah makan 4. Hygiene oral
nafsu makan 5. Anjurkan pasien akan
mulai makanan yang membantu
meningkat disediakan Rumah meningkatkan
2. Pasien terlihat Sakit napsu makan
mengatakan 6. Anjurkan pasien 5. Agar dapat
Pasien untuk mneghindari membantu
menghabiskan makanan yang proses
setiap porsi mengandung penyembuhan
makan yang garam pasien
diberikan 7. Timbang BB 6. Dengan
3. Turgor kulit pasien setiap hari menghindari
baik 8. Kolaborasi dengan makanan yang
4. BB bertambah ahli gizi untuk mengandung
pemenuhan nutrisi garam dapat
diet dan pemberian mengindari
vitamin peningkatan
tekanan darah

32
7. Tindakan ini
memberikan
data akurat dan
memberikan
pengendalian
pada pasien
tentang
makanan yang
dimakan
8. Agar
kebutuhan
nutrisi dan
vitamin
terpenuhi serta
vitamin untuk
daya tahan
tubuh
3. Hambatan Selama diberikan 1. Lakukan latihan 1. Tindakan ini
mobilitas tindakan ROM untuk sendi mencegah
fisik keperawatan 3x24 jika tidak kontraktur
berhubungan jam diharapkan merupakan sendi dan atrofi
dengan masalah kontraindikasi, otot
intoleransi keperawatan minimal satu kali 2. Untuk
aktivitas hambatan setiap pergantian menunjang
mobilitas fisik tugas jaga. kontinuitas dan
dapat teratasi Tingkatkan dari menjaga
Dengan Kriteria pasif ke aktif tingkat
Hasil : sesuai toleransi. kemandirian
1. Pasien 2. Identifikasi tingkat yang
mengatakan fungsional dengan teridentifikasi
badannya menggunakan 3. Untuk

33
terasa lebih skala mobilitas mempertahank
kuat dari fungsional . an tonus otot
sebelumnya 3. Berikan mobilisasi dan mencegah
2. Pasien terlihat progresif untuk komplikasi
tampak rileks keterbatasan imobilitas
3. Pasien lebih kondisi pasien 4. Untuk
leluasa dalam 4. Ajarkan pasien dan membantu
bergerak anggota keluarga mempersiapka
atau teman tentang n pemulangan
latihan ROM, pasien
pemindahan, 5. Untuk
inspeksi kulit, dan membantu
program mobilitas rehabilitasi
5. Rujuk ke ahli untuk
terapi fisik untuk membantu
pengembangan rehabilitasi
program mobilitas defisit
muskulokeletal

34
BAB 4

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Osteomalasia adalah penyakit yang ditandai oleh gagalnya pendepositan
kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Penyebab utamanya adalah tidak
cukupnya mineralisasi tulang terutama kekurangan vitamin D. Tanda dan gejala
dari osteomalasia antara lain lemahnya tulang, nyeri tulang, nyeri tulang pelvis,
nyeri tulang panjang, nyeri tulang belakang.

Pada anak-anak jika penyakit ini tidak segera diobati maka


pertumbuhannya akan terhalang, anak jadi lambat untuk duduk, merangkak dan
berjalan. Berat tubuhnya mungkin akan membengkokan lutut, tulang serta
persendian lainya sehingga menyebabkan kaki O (genu varum), dada busung
(pigeon chest) dan lutut bengkok ke dalam (genu valgum). Pada orang dewasa
kelemahan tulang menimbulkan resiko fraktur. Os vertebrata yang melunak akan
tertekan menjadi pendek sehingga orang itu akan berkurang tingginya atau cebol.
Trunkus yang memendek, sehingga mengubah bentuk toraks disebut kifosis
dimana terlihat bungkuk dan skoliosis.

3.2 Saran
Kami berharap para pembaca dapat memahami pembahasan makalah kami
tentang Osteomalacia, saran kami adalah agar setiap calon perawat dapat
memaksimalkan pengetahuanya dan tidak pernah berhenti untuk terus belajar dan
bekerja dengan kemampuan yang maksimal dan intergritas kerja yang baik.

35
DAFTAR PUSTAKA

Asmin Yasih.2000.Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku Dari Brunner &


Suddarth.Jakarta : EGC

Doenges, E, Marilyn. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk


perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC, 1999

Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC, 1998

Priscilla LeMone,dkk.2016.Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah.Jakarta :EGC

Risnanto & Uswatun.2014.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah :


Sistem Muskulokeletal.Yogyakarta :Deepublish

Robbins, Kumar. Buku Ajar Patofisiologi II. Edisi 4. Jakarta: EGC, 1995

Suratun,dkk.2008. Klien Gangguan Muskulokeletal : Seri Asuhan


Keperawatan.Jakarta : EGC

Smeltzer & Brenda G. bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi
8. Jakarta : EGC, 2002

36

Anda mungkin juga menyukai