BLOK MUSKULOSKELETAL
KELOMPOK 1
UNIVERSITAS JAMBI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Osteomalcia ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami,
sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis makalah ini. Atas
bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih
kurang sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung
dengan tujuan untuk menyempurnakan makalah ini. Dan kami berharap, semoga
makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi diri sendiri maupun
yang membaca makalah ini.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1
2.2.1 Pengkajian...............................................................................................9
ii
2.2.2 Masalah Keperawatan............................................................................16
2.2.3 Intervensi...............................................................................................16
3.1 Pengkajian.....................................................................................................24
BAB 4 PENUTUP......................................................................................................35
4.1 Kesimpulan...................................................................................................35
4.2 Saran.............................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................36
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian dari Osteomalacia
2
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya
pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari
osteomalasia adalah ”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan rakitis,
hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis (tempat
pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang dewasa sudah tidak lagi dijumpai
lempeng epifisis.
3
1. Adanya malnutrisi
4
Defisiensi vitamin D menyebabkan penurunan kalsium serum, yang
merangsang pelepasan hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid
meningkatkan penguraian tulang dan ekskresi fosfat oleh ginjal. Tanpa mineralisasi
tulang yang adekuat, maka tulang menjadi tipis. Terjadi penimbunan osteoid yang
tidak terkristalisasi dalam jumlah abnormal yang membungkus saluran-saluran tulang
bagian dalam, hal ini menimbulkan deformitas tulang. Diperkirakan defek primernya
adalah kekurangan vitamin D aktif yang memacu absorbsi kalsium dari traktus
gastrointestinal dan memfasilitasi mineralisasi tulang. Pasokan kalsium dan fosfat
dalam cairan ekstrasel rendah. Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium dan fosfat
tidak dapat dimasukkan ke tempat kalsifikasi tulang, sehingga mengakibatkan
kegagalan mineralisasi, terjadi perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh.
1. Lemahnya tulang.
2. Nyeri tulang.
6. Kelemahan otot.
7. Hipokalsemia.
5
9. Pendataran pelvis.
1. Nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya
terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak terhuyung-huyung atau
cara berjalan loyo/lemah. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama
pada daerah pinggang dan paha.
2. Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan
tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan
kelainan bentuk thoraks (kifosis).
5. Kelemahan otot.
7. Pada penyakit yang lebih lanjut, tungkai melengkung (karena berat tubuh dan
tarikan otot).
6
2.1.5 Pathway Osteomalacia
Demineralisasi tulang
osteomalasia
Gangguan mobilitas
Gangguan
fisik mobilitas fisik Nyeri Resiko cedera
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang Osteomalacia
1. Pemeriksaan Diagnostik
Foto Rontgen, pada sinar-x jelas terlihat demineralisasi tulang secara umum.
Pemeriksaan vertebra memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas
vertebra yang jelas. Pada radiogram, osteomalasia tampak sebagai pengurangan
densitas tulang, terutama pada tangan, tengkorak, tulang iga dan tulang belakang.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil lab memperlihatkan kadar kalsium serum dan fosfor yang rendah dan
peningkatan moderat kadar alkali fosfatase. Ekskresi kreatinin dan kalsium urine
rendah serta biopsi tulang yang menunjukkan peningkatan jumlah osteoid.
8
b. Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak
konsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan
susu. Untuk membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh cobalah sering
berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7 - 9 pagi dan sore pada
pukul 16 - 17.
2.2.1 Pengkajian
Riwayat kesehatan meliputi infomasi tentang aktivitas hidup sehari-hari,pola
ambulasi, alat bantu yang digunakan (misalnya kursi roda,tongkat, walker), dan nyeri
(jika ada nyei tetapkan lokasi,derajat nyeri,lama, faktor yang memperberat dan fakto
pencetus) kram atau kelemahan.
9
a. Anamnesis
1. Data demografi : data ini meliputi nama,usia, jenis kelamin, tempat tinggal
orang yang dekat dengan klien.
2. Riwayat perkembangan : data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan
pada neonatus,bayi,prasekolah,remaja,dewasa,tua.
3. Riwayat sosial : data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Sseorang yang
terpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaan status kesehatan
dapat dipengaruhi.
4. Riwayat penyakit keturunan : riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk
menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi misalnya (penyakit
diabetes melitus yang merupakan predisposisi penyakit sendi
degeneratif,TBC,artritis,riketsia,osteomielitis dll).
5. Riwayat diet : identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini
dapat mengakibatkan stes pada sendi penyangga tubuh dan predisposisi terjadi
instabilitas ligamen,khsu pada punggung bagian bawah, kurangnya asupan
kalsium dapat menimbulkan fraktur karena adanya delkasifikasi. Bagaimana
menu makanan sehari-hari dan konsumsi vitamin A,D, kalsium, serta protein
yang merupakan zat untuk menjaga kondisi muskuloskeletal.
6. Aktivitas kegiatan sehari-hari : identifikasi pkerjaan pasien dan aktivitas
sehari-hari. Kebiasaan membawah benda-benda berat yang dapat menimbulkan
regangan otot dan trauma lainya. Kurangnya melakukan aktivitas
mengakibatkan tonus otot menurun. Fraktur atau trauma dapt timbul pada
olahraga sepak bola dan hoki, sedangkan nyeri sendi tengan dapat timbul
akibat olahraga tenis. Pemakaian hak sepatu yang terlalu tinggi dapat
menimbulkan kontraksi pada tendon achiles dan dapat terjadi dislokasi. Perlu
di kaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat ambulasi apakah ada nyeri pada
sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi roda,tongkat ataupun walker).
7. Riwayat ksehatan masa lalu : data ini meliputi kondisi kesehatan individu.
10
Data tentang adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap
muskulokeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang rawan,
riwaya artritis osteomielitis.
8. Riwayat kesehatan sekarang : sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat
trauma. Hal-hal yang menimbulkan gejala. Timbulnya gejala mendadak atau
berlahan. Timbulnya untuk pertamakalinya atau berulang. Perlu ditanyakan
pula tentang ada tidak gangguan pada sistem lainnya kaji klien untuk
mengungkapkan alasan klien emeriksa diri atau mengunjungi fasilitas
kesehatan, keluhan utama pasien dan ganngguan muskuloskeletal meliputi :
a) Nyeri : identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan pembuluh
darah,sendi,fasia atau periosteum. Nyeri berdenyut biasanya berkaitan
dengan tulang dan sakit berkaitan dengan otot, sedangkan nyeri yang
menusuk berkaitan dengan fraktur atau infeksi tulang. Identifikasi apakah
nyeri timbul setelah diberi aktivitas atau gerakan. Nyeri saat bergerak
merupakan satu tanda masalah persendian. Degenerasi panggul
menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada sendi tersebut. Degenerasi
pada lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan. Nyeri pada
osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan kapan nyeri
makin meningkat pada pagi atau malam hari. Inflamasi pada bursa dan
tendon makin meningkat pada malam hari. Tanyakan apakah nyeri hilang
saat istirahat. Apakah nyeri bisa diatasi dengan obat tersebut.
b) Kekuatan sendi : tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya
kekakuan tersebut dan apakah selalu terjadi kekakuan. Beberapa kondisi
seperti spondilitis ankilosis terjadi remisi kekakuan beberapa kali sehari.
Pada penyakit degenerasi sendi sering terjadi kekakuan yang meningkat
pada pagi setelah bangun tidur (inaktivitas). Bagaimana dengan perubahan
suhu dan aktivitas. Suhu dingin dan kurang aktivitas biasanya
meningkatkan kekakuan sendi. Suhu panas biasanya menurunkan spasmen
otot.
11
c) Bengkak : tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga
disertai dengan nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai cedera
pada otot. Penyakit degenerasi sendi sering kali tidak timbul bengkak pada
awal serangan, tetepi muncul setelah beberapa minggu terjadi nyeri. Dengan
istirahat dan meninggikan bagian tubuh,ada yang dipasang gips. Identifikasi
apakah ada padas atau kemerahan karen tanda tersebut menunjukan adanya
inflamasi,infeksi atau cedera.
d) Derformitas dan imobilitas : tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba
atau bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin
memburuk dengan aktivitas, apakah dengan posisi tertentu makin
memburuk. Apakah klien menggunakan alat bantu (kruk,tongkat dll).
e) Perubahan sensori : tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh
tertentu. Apakah menurutnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan dengan
nyeri. Penekanan pada syaraf dan pembuluh darah akibat bengkak,tumor
atau fraktur dapat menyebabkan menurunnya sensasi.
b. Pemeriksaan fisik
12
d) Angulasi abnormal pada tulang panjang. Gerakan pada titik buka sendi
teraba krepitus pada titik gerakan abnormal. Manunjukan adanya patah
tulang
Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju pasien dilepaskan untuk
melihat seluruh punggung,bkng dan tungkai. Pemeriksaan kurvantura tulang belakang
dan kesimetrisan batang tubuh dilakukan dari pandangan anterior,posterior,dan
lateral. Dengan berdiri dibelakang pasien,perhatikan setiab perbedaan tinggi bahu dan
krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris. Kesimetrisan bahu,pinggul dan
kelurusan tulang belakang diperiksa pada posisi pasien berdiri tegak dan
membungkuk ke depan.
Pengkajian sistem persendian dengan pemeriksaan luas gerak sendi baik aktif
maupun pasif,deformitas ,stabilitas dan adanya benjolan. Pemeriksaan sendi
13
menggunakan alat goniometer. Yaitu busur derajat yang yang dirancang khusus untuk
evakuasi gerak sendi.
1. Jika sendi diekstensikan maksimal namun masih ada sisa fleksi, luas grakan
ini dianggap terbatas. Keterbatasan ini dapat disebabkan oleh deformitas
skeletal, patologi sendi, kontraktur otot dan tendon sekitar.
2. Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau nyeri, harus dipaksa adanya
kelebihan cairan dalam kapsulnya (efusi) pembengkakan dan inflamasi.
Tempat yang sering terjadi efusi adalah pada lutut.
Palpasi sendi sambil sendi digerakkan secara pasif akan memberi informasi mengenai
inegritas sendi. Suara “gemeletuk” dapat menunjukan adanya ligamen yang tergelncir
di antara tonjolan tulang. Adanya krepitus karena permukaan sendi yang tidak rata di
temukan pada pasien artritis. Jaringan sekitar sendi terdapat benjolan yang khas di
temukan pada pasien :
Kadang-kadang ukuran sendi menonjol akibat artrofi otot di proksimal dan distal
sendi sering terlihat pada artritis reumatoid sendi lutut.
14
Palpasi otot dilakukan ketika ekstremitasi rileks dan di gerakkan secara pasif.
Perawat akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat dapat diukur dengan minta
pasien menggerakkan ekstremitasdengan atau tanpa tahanan. Musalnya, otot bisep
yang diuji dengan meminta klien mluruskan dengan sepenuhnya kemudian fleksikan
lengan melawan tahanan yang diberikan oleh perawat. Tonis otot (konteksi ritmk
otot)dapat dibangkitkan pada pergelangan kaki dengan dorso-fleksi kaki mendadak
dan kuat,dan tangan dengan ekstensi pergelangan tangan.
15
Abnormalitas neourologis yang berhubungan dengan cara berjalan. Misalnya, pasien
hemiparesis – stroke menunjukkan cara berjalan spesifik, pasien dengan penyakit
parkinson nmenunjukkan cara berjalan bergetar.
2.2.3 Intervensi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (NURSING CARE PLAN)
16
Gerakan mempertahankan
melokalisir postur tubuh
nyeri sehingga tidak
terjadi kekakuan
daerah sekitar yang
menyebabkan nyeri.
3. Teknik relaksasi
(nafas dalam) dapat
membantu
menurunkan tingkat
ketegangan
sehingga diharapkan
tekanan otot – otot
sekitar daerah
cedera menurun
4. Analgesik berfungsi
untuk melakukan
hambatan pada
sensor nyeri
sehingga sensasi
nyeri pada klien
berkurang.
2 Hambat Tujuan : 1. Lakukan 1. Imobilisasi dapat
an Setelah imobilisasi mengurangi
mobilit dilakukan 2. Ajarkan pergerakan daerah
as fisik perawatan, klien penggunaan alat cedera sehingga
b/d dapat bantu berpindah tidak terjadi
ganggu melakukan 3. Jelaskan pada kerusakan yang
an cara mobilisasi pasien tentang berlanjut, hal ini
17
berjalan dengan atau pentingnya juga dapat
tanpa bantuan pembatasan membantu
perawat aktivitas menopang berat
Kriteria hasil : 4. Latihan ROM tubuh.
Klien dapat aktif dan 2. Klien mungkin baru
melakukan perpindahan mengenal dan tidak
ROM aktif maksimal 2 kali dapat menggunakan
Klien dapat dalam sehari alat bantu mobilitas
berpindah 5. Anjurkan seperti kruk atau
dengan partisipasi aktif walker sehingga
bantuan alat sesuai kemampuan peran perawat
dalam kegiatan adalah memberikan
sehari - hari pendidikan tentang
cara
penggunaannya.
3. Klien mungkin
tidak mengerti
mengenai tujuan
pembatasan gerak,
sehingga perawat
harus memberikan
penyuluhan tentang
pentingnya
pembatasan
aktivitas pada
pasien cedera.
Pemahaman klien
memungkinkan
18
peningkatan daya
kooperatif.
4. Latihan ROM dapat
mencegah
penurunan masa
otot, kontraktur dan
peningkatan
vaskularisasi.
Sehingga tidak
timbul komplikasi
yang tidak
diharapkan.
5. Partisipasi aktif
dapat membantu
pemulihan
kesehatan dan
melatih kekuatan
otot, sehingga
diharapkan klien
dapat
mempertahankan
kekuatannya.
19
gan tidak menjadi melakukan klien agar kllien
integrit aktual aktivitas sesuai dapat
as Kriteria hasil : kemampuan dan mengkompensasi
tulang -Klien tidak batasi aktivitas ketidakmampuanny
mengalami yang berlebihan a.
cedera 2. Pembatasan
-Stabilisasi aktivitas diperlukan
tubuh dapat agar tulang tidak
dipertahankan bekerja terlalu berat.
Kerja berat dapat
meningkatkan
kontraksi otot
sehingga
dimungkinkan
memperparah
deformitas.
20
3. Dorong partisipasi psikologis yang
dalam aktivitas nyaman bagi pasien
sehari – hari. sehingga
4. Kaji dan kepercayaan pasien
tingkatkan derajat pada perawat
dan dukungan meningkat dan
yang ada untuk berdampak pada
pasien. tingkat kooperatif
klien.
3. Meningkatkan
kemandirian dan
meningkatkan
perasaan harga diri.
Diharapkan klien
memiliki presepsi
positif terhadap
dirinya dengan
kemandirian yang
klien lakukan.
4. Dukungan keluarga,
kerabat ataupun
sahabat terhadap
klien sangat
diperlukan sehingga
perawat harus dapat
mengkaji dan
melakukan
intervensi agar
21
dukungan terhadap
klien dapat
meningkat.
22
BAB 3 TINJAUAN KASUS
KASUS
Tn. M (48 tahun) alamat Buluran, Telanaipura Jambi, pekerjaan karyawan swasta,
beragama islam datang RS ditemani istrinya Ny.X (42 tahun). Klien masuk RS
dengan keluhan utama nyeri tulang. Pasien mengatakan pinggangnya nyeri yang
dirasakan saat berjalan dan nyeri berkurang jika pasien istirahat, nyeri dirasakan
seperti tertekan benda berat dengan skala nyeri 8/10 dan mudah lelah. Pasien
mengatakan sebulan yang lalu pasien mengaku sudah pernah mengalami nyeri tulang
pinggang. Sampai dia izin kerja selama 2 hari di pabriknya. Pasien mengaku setelah
membeli obat di toko terdekat dan beristirahat selama 2 hari sudah sembuh. Namun
beberapa hari setelah itu pasien mengaku mudah lelah, nafsu makan menurun,
semakin kurus, dan pasien merasakan tidak sekuat sebelumnya dan jika aktifitasnya
berat pinggangnya nyeri lagi. Keadaan seperti itu terus berulang sampai kemarin
pasien merasa sudah tidak kuat menahan nyeri pinggang dan akhirnya pada tanggal
28 November 2018 pasien masuk rumah sakit. Pasien mengatakan dalam keluarga
pasien tidak ada yang mengalami penyakit yang sama seperti klien. Berdasarkan
hasil pengkajian didapatkan KU : Compos mentis, TTV : Tekanan Darah : 160/100
mmHg, Nadi : 110x/mnt, RR : 20 x/mnt, Suhu : 36,8º C, BB : 50 kg, TB : 165 cm.
Pada saat pemeriksaan klien tampak meringis terlihat mulut klien kotor, mukosa
kering, perut klien kembung dengan peristaltic usus 3x/menit, kulit kering dan turgor
jelek. Pada saat perawat memeriksa ternyata porsi makan klien tak habis. Pada
pemeriksaan sistem musculoskeletal didapatkan pergerakan sendi terbatas, kekuatan
otot 5 5 4 4, pasien terlihat bungkuk, cara berjalan seperti bebek atau pincang. Hasil
dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Creatinin : 0,5 mg/dl, kalium : 3 mml/1,
Kalsium : 7 mg/dl, Phosfor : 2,2 mg/dl, fosfat aorgaik : rendah, fosfatase alkali ;
tinggi, pemeriksaan sinar X : terlihat demineralisasi secara umum, biopsi tulang
menujukkan peningkatan osteoid.
23
3.1 Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Klien :
Nama : Tn. M
Umur : 48 tahun
Alamat : Buluran, Telanaipura Jambi
Pekerjaan : karyawan swasta
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 28 November 2018
b. Penanggung jawab :
Nama : Ny. X
Usia : 42 tahun
2. Keluhan utama
Klien datang ke rs mengeluh nyeri tulang, pasien mengatakan pinggangnya
nyeri, cara jalan seperti bebek atau pincang dan mudah lelah
3. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat kesehatan Sekarang :
Sebulan yang lalu pasien mengaku sudah pernah mengalami nyeri tulang
pinggang. Sampai dia izin kerja selama 2 hari di pabriknya. Pasien
mengaku setelah membeli obat di toko terdekat dan beristirahat selama 2
hari sudah sembuh. Namun beberapa hari setelah itu pasien mengaku
mudah lelah, nafsu makan menurun, semakin kurus, dan pasien merasakan
tidak sekuat sebelumnya dan jika aktifitasnya berat pinggangnya nyeri
lagi. Keadaan seperti itu terus berulang sampai kemarin pasien merasa
24
sudah tidak kuat menahan nyeri pinggang dan akhirnya pada tanggal 28
November 2018 pasien masuk rumah sakit.
b. Riwayat kesehatan dahulu : tidak ada
c. Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada keluarga yang mengalami penyakit
yang sama
4. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
b. TTV :
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi : 110x/mnt
RR : 20 x/mnt
Suhu : 36,8º C
c. Berat badan : 50 Kg
Tinggi badan : 165 Cm
IMT : 18.3 Kg/m2 ( N : 18.5- 22.9)
d. Pemeriksaan Persistem :
1) Sistem pencernaan
Mulut : kotor
Mukosa : kering
Abdomen : kembung
Peristaltik : 3 x/menit
Nafsu makan: Menurun
Porsi makan : tidak habis
25
2) Sistem musculoskeletal dan integumen
Pergerakan sendi : terbatas
Kekuatan otot :5544
Kelainan T. Belakang : ya (bungkuk)
Fraktur : tidak
Traksi / spalk / gips : tidak
Kulit : kering
Turgor : jelek
Cara berjalan klien seperti bebek atau pincang
26
Persepsi nyeri :
P : Terasa nyeri saat berjalan dan nyeri berkurang jika istirahat.
Q : Seperti tertekan benda berat.
R : Pada pinggang
S : 8 (1-10)
T : Pada saat beraktivitas.
h. Pola peran/hubungan :
Pasien mengatakan akibat nyeri pinggang yang dialaminya pasien izin
kerja selama 2 hari di pabriknya
i. Pola seksualitas :-
j. Pola koping/toleransi stress :-
k. Pola nilai/kepercayaan : -
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboraturium
1) Kimia Darah Ureum :
Creatinin : 0,5 mg/dl ( N : 0,7 - 1,5 mg / dl )
2) Analisa elektrolit Natrium :
a) Kalium : 3 mml/1 ( N : 3,5 - 5,0 mml / l )
b) Calsium : 7 mg/dl ( N : 7,6 - 11,0 mg / dl )
c) Phospor : 2,2 mg/dl ( N : 2,5 - 7,07 mg / dl )
d) Fosfat anorganik : rendah
e) Fosfatase alkali : tinggi
27
7. Analisa Data
Masalah
No Data Etiologi
keperawatan
1. Ds: Agen cedera Nyeri Akut
1. Pasien mengatakan nyeri biologis
pada pinggang seperti
tertekan benda berat.
2. Pasien mengatakan nyeri
saat bergerak/aktifitas
dan berkurang saat
istirahat.
3. Klien mengatakan Skala
nyeri 8
Do :
1. TD: 160/100 mmHg
2 . N : 110x/mnt
3. Wajah meringis
28
4. Kulit kering
5. Turgor kulit jelek
6. Mulut kotor
3. Ds : Intoleransi Hambatan
1. Pasien mengatakan mudah aktivitas mobilitas fisik
lelah
2. Pasien mengatakan tidak
sekuat sebelumnya
Do:
1. Pasien berjalan seperti
bebek atau pincang
2. Pasien tidak bersemangat
3. Gerakan pasien terbatas
4. kekuatan otot : 5 5 4 4
5. Terlihat kelainan Tulang
belakang (bungkuk)
29
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Faktor biologis
d.d Pasien mengatakan nafsu makannya menurun, semakin kurus, mulut
kotor, turgor kulit jelek, mukosa kering, BB 50 Kg dan TB 165 cm
30
mengatakan menonton televisi, istirahat
tidak lagi 4. Posisikan pasien 5. Supaya nyeri
merasa nyeri senyaman mungkin berkurang atau
saat bergerak sesuai keinginan hilang
3. Skala nyeri pasien
pada klien (0- 5. Kolaborasi
3) pemberian obat
4. TTV dalam analgesik sesuai
batas normal kebutuhan
31
mengatakan 6. Anjurkan pasien 5. Agar dapat
Pasien untuk mneghindari membantu
menghabiskan makanan yang proses
setiap porsi mengandung penyembuhan
makan yang garam pasien
diberikan 7. Timbang BB 6. Dengan
3. Turgor kulit pasien setiap hari menghindari
baik 8. Kolaborasi dengan makanan yang
4. BB bertambah ahli gizi untuk mengandung
pemenuhan nutrisi garam dapat
diet dan pemberian mengindari
vitamin peningkatan
tekanan darah
7. Tindakan ini
memberikan
data akurat dan
memberikan
pengendalian
pada pasien
tentang
makanan yang
dimakan
8. Agar
kebutuhan
nutrisi dan
vitamin
terpenuhi serta
vitamin untuk
32
daya tahan
tubuh
3. Hambatan Selama diberikan 1. Lakukan latihan 1. Tindakan ini
mobilitas tindakan ROM untuk sendi mencegah
fisik keperawatan 3x24 jika tidak kontraktur
berhubungan jam diharapkan merupakan sendi dan atrofi
dengan masalah kontraindikasi, otot
intoleransi keperawatan minimal satu kali 2. Untuk
aktivitas hambatan setiap pergantian menunjang
mobilitas fisik tugas jaga. kontinuitas dan
dapat teratasi Tingkatkan dari menjaga
Dengan Kriteria pasif ke aktif tingkat
Hasil : sesuai toleransi. kemandirian
1. Pasien 2. Identifikasi tingkat yang
mengatakan fungsional dengan teridentifikasi
badannya menggunakan 3. Untuk
terasa lebih skala mobilitas mempertahank
kuat dari fungsional . an tonus otot
sebelumnya 3. Berikan mobilisasi dan mencegah
2. Pasien terlihat progresif untuk komplikasi
tampak rileks keterbatasan imobilitas
3. Pasien lebih kondisi pasien 4. Untuk
leluasa dalam 4. Ajarkan pasien dan membantu
bergerak anggota keluarga mempersiapka
atau teman tentang n pemulangan
latihan ROM, pasien
pemindahan, 5. Untuk
inspeksi kulit, dan membantu
program mobilitas rehabilitasi
33
5. Rujuk ke ahli untuk
terapi fisik untuk membantu
pengembangan rehabilitasi
program mobilitas defisit
muskulokeletal
34
BAB 4
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Osteomalasia adalah penyakit yang ditandai oleh gagalnya pendepositan
kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Penyebab utamanya adalah tidak
cukupnya mineralisasi tulang terutama kekurangan vitamin D. Tanda dan gejala dari
osteomalasia antara lain lemahnya tulang, nyeri tulang, nyeri tulang pelvis, nyeri
tulang panjang, nyeri tulang belakang.
Pada anak-anak jika penyakit ini tidak segera diobati maka pertumbuhannya
akan terhalang, anak jadi lambat untuk duduk, merangkak dan berjalan. Berat
tubuhnya mungkin akan membengkokan lutut, tulang serta persendian lainya
sehingga menyebabkan kaki O (genu varum), dada busung (pigeon chest) dan lutut
bengkok ke dalam (genu valgum). Pada orang dewasa kelemahan tulang
menimbulkan resiko fraktur. Os vertebrata yang melunak akan tertekan menjadi
pendek sehingga orang itu akan berkurang tingginya atau cebol. Trunkus yang
memendek, sehingga mengubah bentuk toraks disebut kifosis dimana terlihat
bungkuk dan skoliosis.
3.2 Saran
Kami berharap para pembaca dapat memahami pembahasan makalah kami
tentang Osteomalacia, saran kami adalah agar setiap calon perawat dapat
memaksimalkan pengetahuanya dan tidak pernah berhenti untuk terus belajar dan
bekerja dengan kemampuan yang maksimal dan intergritas kerja yang baik.
35
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC, 1998
Robbins, Kumar. Buku Ajar Patofisiologi II. Edisi 4. Jakarta: EGC, 1995
Smeltzer & Brenda G. bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8.
Jakarta : EGC, 2002
36