Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH OSTEOMALACIA

DISUSUN OLEH:

Kelompok 5

NAMA NIM

Husna Dayanti 181440118

Kintan Aldhia Deninta 181440121

Nelly Lestari 181440128

Nurhadi 181440130

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu : Ns. A. Kadir Hasan, SST., M.Kes

PROGRAM PRODI DIII KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
segala kemampuan rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelasaikan
tugas makalah yang berjudul “Osteomalacia” ini dengan lancar pada mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Serta tak lupa sholawat dan salam
kami haturkan kepada Baginda junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW
atas petunjuk dan risalah-Nyalah yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan ke zaman terang benderang, dan atas doa restu dan dorongan dari
berbagai pihak-pihak yang telah membantu kami memberikan referensi
dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Terutama kepada search engine google yang ikut berperan
besar dalam pembuatan makalah ini.

Kami sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami sangat menghargaikan saran
dan kritik untuk membangun makalah ini menjadi lebih baik lagi. Demikian
yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat memberikan
manfaat dan wawasan bagi kita semua.

Pangkalpinang, 24 Januari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 2
1.3 Tujuan............................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana Definisi Osteomalacia…………………...........................................6


2.2 Bagaimana Anatomi fisiologi Osteomalacia………............................................6
2.3 Bagaimana Etiologi Osteomalacia.....…….........................................................10
2.4 Bagaimana Manifestasi klinis Osteomalacia..……………….............................10
2.5 Bagaimana Komplikasi Osteomalacia.................................................................11
2.6 Bagaimana Patofisiologi Osteomalacia……………...........................................11
2.7 Bagaimana Pathways Osteomalacia……………................................................15
2.8 Bagaimana Penatalaksanaan Osteomalacia.........................................................16

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN……………………………..……....….…..17

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan………………………………………………………....…………...25

4.2 Saran………………………………………………………………………….....25

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................26
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tubuh manusia memerlukan berbagai macam hal untuk dapat beraktivitas


dengan baik. Salah satunya adalah nutrisi. Nutrisi sangat dibutuhkan tubuh,
karena dari nutrisi inilah tubuh mendapatkan kekuatan untuk dapat bergerak
sehingga manusia mampu melaksanakan aktivitasnya. Nutrisi dapat
tercukupi melalui makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Diantara berbagai
macam zat yang dapat mencukupi nutrisi kita, ada sebuah zat yang berperan
aktif dalam gerak tubuh secara langsung, zat ini adalah kalsium.

Kalsium merupakan bagian dari mineral utama penyusunan tulang.


Berbicara tentang kalsium, maka akan berkaitan erat dengan pertumbuhan
dan perkembangan tulang. Itu berarti kurangnya konsumsi kalsium akan
mengakibatkan berkurangnya kalsium didalam tulang yang jika tidak teratasi
dengan baik maka akan menimbulkan berbagai macam penyakit tulang. Kali
ini, kelompok kami diberikan kesempatan untuk membahas salah satu
penyakit tersebut, yaitu osteomalacia.

Osteomalacia adalah salah satu penyakit yang akan terjadi ketika tulang
kekurangan kalsium akibat konsumsi kalsium yang tidak tercukupi. Dalam
penyakit ini, penderita akan merasakan kelemahan otot akibat dari perubahan
yang terjadi yang membuat tulang kehilangan kepadatan dan kekuatannya
sehingga mudah retak atau patah. Faktor lain yang dapat menyebabkan
penyakit ini yaitu kekurangan vitamin D khususnya pada masa anak-anak dan
remaja dimana pada saat tersebut tulang mengalami pembentukan massa yang
maksimal. Jadi dengan kata lain, ostemalacia adalah keadaaan melunaknya
tulang yang disebabkan karena kekurangan vitamin D dan kalsium. Untuk
mengenal penyakit Osteomalcia lebih dalam lagi, maka kami akan
membahasnya dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1 Bagaimana definisi dari penyakit osteomalacia?
2 Bagaimana anatomi fisiologi dari osteomalacia?
3 Bagaimana etiologi dari osteomalacia?
4 Bagaimana manifestasi klinis dari osteomalacia?
5 Bagaimana komplikasi dari osteomalacia?
6 Bagaimana patofisiologi dari osteomalacia?
7 Bagaimana pathway dari osteomalacia?
8 Bagaimana penatalaksanaan dari osteomalacia?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa itu Osteomalcia


2. Untuk mengetahui dan memahami anatomi fisiologi Osteomalacia
3. Untuk mengetahui dan memahami etiologi Osteomalacia
4. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis Osteomalacia
5. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi Osteomalacia
6. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari Osteomalacia
7. Untuk mengetahui dan memahami pathway dari Osteomalacia
8. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksaan dari Osteomalacia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Osteomalasia, sering kali dikenal sebagai rakitis dewasa, merupakan


gangguan metabolik tulang yang ditandai dengan ketidakadekuatan atau
hambatan mineralisasi matriks tulang pada tulang padat dan tulang spons
matur, menyebabkan pelunakan tulang (Praptiani:2012).

Osteomalasia (osteomalacia), adalah kelainan tulang dimana tulang


menjadi lunak, lemah dan rapuh, sehingga sangat mudah menjadi fraktur
tulang (fragility fracture) (Tandra :2009). Osteomalasia “tulang yang lunak”
merupakan akibat gangguan pada mineralisasi matriks osteoid. Hal ini
menyebabkan deformitas tulang pada usia muda dan timbulnya nyeri pada
tulang. Osteomalsia (tulang menjadi lunak) merupakan penyakit yang
terdapat mineralisasi tulang yang tidak adekuat.

Sehingga dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa osteomalasia


adalah suatu penyakit akibat kekurangan vitamin D yang menghasilkan
terjadinya kekurangan atau kehilangan garam kalsium, yang menyebabkan
tulang menjadi semkain lembut, fleksibel, rapuh dan cacat. Hal ini ditandai
dengan mineralisasi cacat tulang, nyeri tulang, peningkatan kerapuhan tulang
dan patah tulang.

2.2 Anatomi dan Fisiologis

Anatomi yang berkaitan dengan penyakit osteomalacia adalah tulang dan


kelenjar paratiroid. Tulang berlaku seperti bank kimia yang menyimpan
elemen-elemen untuk penggunaan selanjutnya oleh tubuh. Tubuh dapat
mengambil bahan kimia ini sesuai kebutuhan. Sebagai contoh, tingkat
minimum kalsium yang dibutuhkan dalam darah; bila tingkatnya turun terlalu
rendah, sensor kalsium menyebabkan kelenjar paratiroid melepaskan
sebagian parathormone ke darah, dan hal ini menyebabkan tulang melepaskan
kalsium yang dibutuhkan. Tulang mengandung sekitar 97% kalsium yang
terdapat di dalam tubuh. Kalsium tersebut berupa senyawa anorganik maupun
garam-garam, terutama kalsium fosfat. Kalsium akan dilepaskan ke darah bila
dibutuhkan.

Bentuk tulang
Berdasarkan bentuk dan ukurannya tulang yang menyusun rangka tubuh
manusiadibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu tulang pipa, tuulang
pendek,tulang pipih, dan tulang tidak beraturan.

 Tulang pipa (tulang panjang)


Tulang pipa merupakan tulang yang berbentuk seperti pipa atau
silindris (diafise). Diafise merupakan bagian tengah tulang yang
memanjang dan di tengahnya terdapat rongga sedangkan epifise
merupakan bagian ujung tulang yang tersusun dari tulang rawan.
Diantara epifise dan diafise terdapat metafise. Metafise tersusun dari
tulang rawan. Pada metafise ini terdapat cakra epifise, yaitu bagian
tulang pipa yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh memanjang
bagian tengah tulang pipa memiliki rongga yang didalamnya berisi
sumsum tulang.
Sumsum tulang merupakan kumpulan pembuluh darah dan
pembuluh saraf, sumsum tulang pipa berupa sumsum tulang merah dan
kuning sumsum tulang merah merupakan tempat pembentukan sel-sel
darah merah, sedangkan sumsumsumsum tulang kuning merupakan
tempat pembentukan sel-sel lemak.tulang seperti ini umumnyaditemukan
pada tulang alat gerak , seperti tulang paha, tulang betis, dan tulang kasta.
 Tulang pendek
Tulang pendek merupakan tulang-tulang yang lebih kecil dan tidak
ada perbedaan yang nyata antara ukuran panjang dan lebarnya. Bentuk
tulang pendek seperti kubus, paku atau berbentuk bulat. Tulang pendek
dapat bergerak bebas. Tulang seperti ini ditemukan pada tulang telapak
tangan dan kaki.
 Tulang pipih
Tulang pipih merupakan tulang-tulang yang berbentuk lempengan-
lempengan pipih yang lebar. Tulang pipih berfungsi untuk melindungi
struktur tubuh dibagian bawahnya dan dapat ditemukan pada tulang
pingul, belikat, dan tempurung kepala.
 Tulang tidak beraturan
Tulang tidak beraturan merupakan tulang dengan bentuk
kompleks yang berhubungan dengan fungsi khusus. Tulang tidak
beraturan ditemukan pada tulang rahang, tulang-tulang kepala, dan ruas-
ruas tulang belakang.

Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1. Mendukung jarinagn tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
2.  Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru)
dan jaringan lunak.
3. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi
dan pergerakan).
4. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang
(hematopoiesis).
5. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.
Kelenjar Paratiroid
 Paratiroid adalah 4 kelenjar kecil yang biasanya berada dibelakang
tiroid. Kelenjar paratiroid mensekresikan hormon paratiroid (PTH)
yang mengatur kadar kalsium dalam darah. Penurunan kalsium serum
merangsang pelepasan PTH, PTH meningkatkan kadar kalsium
dengan metabolisme kalsium dari tulang, meningkatkan arbsobsi
kalsium dari usus, mempercepat reabsorpsi kalsium dari tubulus
renalis. Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu
dihambat sintesisnya bila kadar kalsium tinggi dan dirangsang bila
kadar kalsium rendah.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa penyakit oseomalacia ini dapat terjadi


karena penurunan asupan vitamin D, kalsium dan fosfat pada tulang,
yang menyebabkan tulang menjadi lunak dan rapuh sehingga tulang
mudah mengalami pata tulang.
Kelenjar paratiroid ada 4 berada di belakang kelenjar tiroid, yang
berfungsi untuk menjaga tingkat normal kalsium (komponen
struktural utama dari tulang yang memberi kekakuan pada tulang).
Hormon paratiroid memiliki pengaruh yang sangat kuat pada sel-sel
tulang.
2.3 Etiologi

Osteomalacia disebabkan oleh tidak sempurnanya proses perkembangan


tulang, sehingga tulang tidak mengeras. Hal ini terjadi akibat
tubuh kekurangan kalsium, fosfor, atau vitamin D. Selain karena asupannya
yang kurang dari makanan, beberapa kondisi di bawah ini juga dapat membuat
tubuh kekurangan ketiga zat tersebut:

 Kurangnya paparan sinar matahari


 Efek samping obat-obatan antikejang
 Usia lanjut
 Obesitas morbid
 Gangguan fungsi ginjal atau hati
 Penyakit celiac, di mana usus halus tidak mampu menyerap nutrisi dari
makanan
 Pernah menjalani operasi pengangkatan sebagian atau seluruh lambung
(gastrektomi).

2.4 Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis yang sering ditemui pada osteomalacia adalah nyeri


tulang dan nyeri tekan pada tulang, yang diakibatkan oleh kekurangan
kalsium. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan kelemahan otot. Biasanya
orang yang terkena osteomalacia akan mengalami cara jalan bebek atau
pincang.

Pada penyakit yang telah lanjut, tungkai menjadi melengkung (karena


berat tubuh dan tarikan otot). Vertebra yang melunak mengalami kompresi,
sehingga mengakibatkan pemendekan tinggi badan dan merusak bentuk
toraks (kifosis). Sakrum terdorong ke bawah dan ke depan, dan pelvis
tertekan ke lateral. Kedua deformitas tersebut menerangkan bentuk khas
pelvis yang sering mengakibatkan perlunya dilakukan seksio sesaria pada
wanita hamil yang terkena penyakit ini. Kelemahan dan ketidakseimbangan
meningkatkan resiko jatuh dan fraktur.

2.5 Komplikasi

Penderita osteomalasia lebih banyak akan mengalami patah tulang,


terutama di tulang rusuk, tulang belakang dan kaki. Namun, osteomalasia
pada anak dan dewasa dapat menimbulkan komplikasi yang berbeda, seperti:

1. Pada anak
a. Pertumbuhan tulangnya terhambat, sehingga menjadi terlambat untuk
bisa duduk, merangkak, dan berjalan.
b. Berat tubuhnya akan membengkokkan lutut, tulang, serta persendian
lainnya.
c. Hal ini menyebabkan kaki melengkung ke dalam menyerupai huruf O
(Genu Varum), dada busung (Pigeon Chest), dan lutut bengkok
kedalam atau kaki menyerupai huruf X (Genu Valgum).
2. Pada dewasa
a. Kelemahan tulang akan menimbulkan risiko fraktur. Os vertebra yang
melunak akan tertekan menjadi pendek sehingga orang itu akan
berkurang tingginya atau cebol
b. Terjadi kelemahan tulang membuat tulang menjadi lunak dan menjadi
pendek, sehingga penderita akan berkurang tinggi badannya.
c. Trunkus atau tulang tengkorak yang memendek, sehingga mengubah
bentuk tulang toraks (bagian antara kepala dan perut) disebut kifosis.
Hal ini membuat pasien terlihat seperti bungkuk, dan skoliosis

2.6 Patofisiologi
Ada berbagai kasus osteomalasia yang terjadi akibat gangguan umum
metabolisme mineral. Faktor risiko terjadinya osteomalasia meliputi
kekurangan dalan diet, malabsorpsi, gastrektomi, gagal ginjal kronik , terapi
antikonvulsan berkepentingan (fenitoinm fenobarbital) dan kekurangabn
vitamin D (diet, sinar matahari).
Tipe malnutrisi (kekurangan vitamin D) sering berhubungan dengan
asupan kalsium yang jelek) terutama akibat kemiskina, tapi mematang
makanan dan kurangnya pengetahuan mengenai nutrisi juga merupakan salah
satu faktor paling sering terjadi di bagian dunia di mana vitamin D tidak
ditambahkan dalam makanan dan dimana terjadi kekurangan dalam diet dan
jauh dari sinar matahari.
Osteomalasia dapat terjadi sebagai akibat kegagalan absorpsi kalsium atau
kehilangan kalsium berlebihan dari tubuh. Kelainan gastrointestinal dimana
absorpsi lemak tidak memadai sering menimbulkan osteomalasia melalui
kehilangan vitamin D (bersama dengan vitamin yang larut lemak lainnya) dan
kalsium, kalsium diekskresikan melalui feses dalam kombinasi dengan asam
lemak. Kelainan ini meliputi penyakit seliak, obstruksi traktus biliaris kronik,
pankreatitis kronik dan reseksi usus halus.
Gagal ginjal berat mengakibatkan asidosis. Kalsium yang bersedia
dipergunakan untuk menetralkan asidosis, dan hormon paratiroid terus
menyebabkan pelepasan dan hormon paratiroid terus menyebabkan pelepasan
klasiun dari kalsium skelet sebagai usaha untuk mengembalikan pH fisiologis.
Selama pelepasan kalsium skelet terus menerus ini, terjadi fibrosis tulang dan
kista tulang. Glomerulonefritis kronik, uropati obstruksi dan keracunan logam
berat mengakibatkan berkurangnya kadar fosfat serum dan demineralisasi
tulang.
Selain itu, penyakit hati dan ginjal dapat mengakibatkan kekurangan
vitamin D, karena keduanya merupakan organ yang melakukan konversi
vitamin D ke bentuk aktif. Akhirnya, hiperparatiroidisme mengakibatkan
dekalfisikasi skelet dan artinya oateomalasia dengan peningkatan eksresi fosfat
dalam urine.
Pertimbangan Gerontologik. Diet yang bergizi tinggi sangat penting
terutama pada lansia. Dianjurkan peningkatan asupan kalsium dan vitamin D.
karena sinar matahari penting, lansia harus didorong untuk banyak berjemur di
bawah sinar matahari.
Pencegahan, identifikasi dan penanganan osteomalasia pada lansia sangat
penting untuk men urunkan insidensi fraktur. Bila osteomalasia terjadi bersama
dengan osteoporosis, maka insidensi fraktur akan semakin meningkat.
2.8 Penatalaksanaan Medis
 Penatalaksanaan Medik
Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin
D 200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan
dengan 1600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan. Jika terjadi
kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan
mengkonsumsi 1,25 dihydroxy vitamin D.

 Penatalaksanaan Non Medik


Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah
memperbanyak konsumsi unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk
tulang) bisa bekerja lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi sayur-sayuran,
buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, dan yogurt mengkonsumsi suplemen
kalsium sangatlah disarankan. Jika kekurangan vitamin D, sangat
dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi makanan seperti ikan salmon,
kuning telur, minyak ikan, dan susu. Untuk membantu pembentukan
vitamin D dalam tubuh cobalah sering berjemur di bawah sinar matahari
pagi antara pukul 07.00 - 09.00 pagi dan sore pada pukul 16.00 - 17.00. 
Selain itu diperlukan diet vitamin D disertai suplemen kalsium, apabila
osteomalasia atau rakitis disebabkan oleh penyakit lain, maka penyakit
tersebut akan memerlukan penanganan terlebih dahulu, Pemajanan sinar
matahari dianjurkan, serta jika terjadi deformitas ortopedik persisten perlu
penggunaan brace atau korset atau dengan pembedahan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS

A. Pengkajian
1. Identitas klien.
2. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Pasien mengeluh nyeri tulang
2) Ekstremitas disertai nyeri tekan
3) Kelemahan otot
4) Cara jalan bebek atau pincang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Kemungkinan klien pernah Malabsorbsi.
2) Kekurangan calsium dalam diet.
3) Klien pernah mengalami gagal ginjal kronik.
4) Klien pernah mengalami gangguan hati.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Orangtua klien pernah mengalami osteomalasia

B. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi, observasi gaya jalan, postur, cara berdiri, posisi duduk
mulai pada saat pasien memasuki ruangan. Perhatikan kesimetrisan
ekstremitas tubuh, adanya deformitas kasar, genu valgum, lordosis, kifosis,
serta adanya kelemahan atau atropi otot-otot skelet.
Pada pemeriksaan fisik pasien osteomalasia didapatkan deformitas skelet.
Deformitas vertebra dan deformitas lengkungan tulang panjang membuat
penampakan pasien menjadi tidak normal dan jalannya membebek. Dapat
terjadi kelemahan / atropi otot, serta rasa tidak nyaman dengan penampilan
mereka.
Palpasi tulang, sendi, dan otot mengenai pembengkakan, nyeri tekan,
perubahan suhu lokal, ataupun adanya krepitasi. Pasien osteomalasia
biasanya mengeluh nyeri tulang umum pada  punggung bawah dan
ekstremitas disertai dengan nyeri tekan.

C. Data dasar Pengkajian


1. Aktivitas / istirahat
Tanda: keterbatasan fungsi pada bagian yang terkena, nyeri.
2. Sirkulasi
Tanda: takikardia (Respon stress).
3. Neurosensori
Gejala: hilang gerakan .
Tanda: Deformitas lokal, kelemahan.
4. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri tekan

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf spinal
2. Resiko cedera berhubungan dengan kehilangan integritas tulang
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan
4. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan peran

E. Intervensi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (NURSING CARE PLAN)

Diagnosa Tujuan dan


No Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Nyeri b/d Tujuan : 1. Pantau tingkat 1. Tingkat dan
kompresi saraf Setelah dan intensitas intensitas nyeri
spinal dilakukan nyeri merupakan data
perawatan 2. Lakukan besar yang
klien imobilisasi dibutuhkan
melaporkan 3. Ajarkan teknik perawat sebagai
nyeri relaksasi (nafas pedoman
berkurang atau dalam) pengambilan
hilang 4. Kolaborasi intervensi,
Kriteria hasil : pemberian sehingga setiap
-Skala nyeri 0 analgesik sesuai perubahan hqarus
–4 program terapi terus dipantau.
-Tidak adanya 2. Imobilisasi dapat
Grimace membantu
-Tidak adanya meringankan tugas
Gerakan tulang dalam
melokalisir mempertahankan
nyeri postur tubuh
sehingga tidak
terjadi kekakuan
daerah sekitar yang
menyebabkan
nyeri.
3. Teknik relaksasi
(nafas dalam)
dapat membantu
menurunkan
tingkat ketegangan
sehingga
diharapkan tekanan
otot – otot sekitar
daerah cedera
menurun
4. Analgesik
berfungsi untuk
melakukan
hambatan pada
sensor nyeri
sehingga sensasi
nyeri pada klien
berkurang.
2 Gangguan Tujuan : 1. Lakukan 1. Imobilisasi dapat
mobilitas fisik Setelah imobilisasi mengurangi
b/d nyeri dilakukan 2. Ajarkan pergerakan daerah
ketidaknyaman perawatan, penggunaan alat cedera sehingga
an klien dapat bantu berpindah tidak terjadi
melakukan 3. Jelaskan pada kerusakan yang
mobilisasi pasien tentang berlanjut, hal ini
dengan atau pentingnya juga dapat
tanpa bantuan pembatasan membantu
perawat aktivitas menopang berat
Kriteria hasil : 4. Latihan ROM tubuh.
-Klien dapat aktif dan 2. Klien mungkin baru
melakukan perpindahan mengenal dan tidak
ROM aktif maksimal 2 kali dapat menggunakan
-Klien dapat dalam sehari alat bantu mobilitas
berpindah 5. Anjurkan seperti kruk atau
dengan partisipasi aktif walker sehingga
bantuan alat sesuai peran perawat
kemampuan adalah memberikan
daloam kegiatan pendidikan tentang
sehari - hari cara penggunaannya.
3. Klien mungkin
tidak mengerti
mengenai tujuan
pembatasan gerak,
sehingga perawat
harus memberikan
penyuluhan tentang
pentingnya
pembatasan aktivitas
pada pasien cedera.
Pemahaman klien
memungkinkan
peningkatan daya
kooperatif.
4. Latihan ROM dapat
mencegah
penurunan masa
otot, kontraktur
dan peningkatan
vaskularisasi.
Sehingga tidak
timbul komplikasi
yang tidak
diharapkan.
5. Partisipasi aktif
dapat membantu
pemulihan
kesehatan dan
melatih kekuatan
otot, sehingga
diharapkan klien
dapat
mempertahankan
kekuatannya.

3 Resiko cedera Tujuan : 1. Ajarkan klien 1. Klien


berhubungan Setelah untuk dimungkinkan
dengan dilakukan mempergunakan tidak mengerti cara
kehilangan perawatan, alat bantu penggunaan alat
integritas diagnosa mobilisasi. bantu mobilisasi,
tulang keperawatan 2. Sarankan untuk sehingga perawat
tidak menjadi melakukan dapat mengajarkan
aktual aktivitas sesuai klien agar kllien
Kriteria hasil : kemampuan dan dapat
-Klien tidak batasi aktivitas mengkompensasi
mengalami yang berlebihan ketidakmampuann
cedera ya.
-Stabilisasi 2. Pembatasan
tubuh dapat aktivitas
dipertahankan diperlukan agar
tulang tidak
bekerja berat.
Kerja berat
meningkat kan
kontraksi otot
sehingga
dimungkinkan
memperparah
deformitas.

4 Harga diri Tujuan : 1. Dorong ekspresi 1. Ekspresi emosi


rendah Kriteria hasil : ketakutan, membantu klien
berhubungan -Klien perasaan negatif mulai menerima
dengan menunjukkan dan kehilangan kenyataan dan
perubahan perilaku bagian tubuh. realita, dalam hal
penampilan adaptasi 2. Berikan ini perawat
peran. -Klien lingkungan yang membantu
menyatakan terbuka pada mempercepat
penerimaan pasien untuk proses berduka.
pada situasi mendiskusikan 2. Penerimaan terbuka
ini. masalah yang perawat dapat
dialami. memberikan
3. Dorong lingkungan
partisipasi dalam psikologis yang
aktivitas sehari – nyaman bagi
hari. pasien sehingga
4. Kaji dan kepercayaan pasien
tingkatkan pada perawat
derajat dan meningkat dan
dukungan yang berdampak pada
ada untuk tingkat kooperatif
pasien. klien.
3. Meningkatkan
kemandirian dan
meningkatkan
perasaan harga diri.
Diharapkan klien
memiliki presepsi
positif terhadap
dirinya dengan
kemandirian yang
klien lakukan.
4. Dukungan
keluarga, kerabat
ataupun sahabat
terhadap klien
sangat diperlukan
sehingga perawat
harus mengkaji
dan melakukan
intervensi agar
dukungan klien
dapat meningkat.

BAB IV
PENUTUP
4.1    Kesimpulan
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang
dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit
yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa,
osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak
separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa
pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). Adapun beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya osteomalasia : Kekurangan vitamin D, Kekurangan
kalsium dalam diet, Kelainan gastrointestinal, Malabsorbsi kalsium, Gagal
ginjal kronis.
Tanda-tanda yang dapat terjadi pada penderita osteomalsia antara lain :
Nyeri tulang dan kelemahan, penurunan berat badan, Anoreksia, Munculnya
tonjolan tulang pada sambungan antara tulang iga dan tulang rawan di
bagian dada, Sakit pada seluruh tulang tubuhnya, merasakan sakit saat
duduk & mengalami kesulitan bangun dari posisi duduk ke posisi berdiri.
Masalah keperawatan utama yang dapat muncul adalah nyeri, risiko
cedera berhubungan dengan kehilangan integritas tulang, gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan dan harga diri
rendah berhubungan dengan perubahan penampilan peran.

4.2    Saran
Osteomalasia adalah penyakit yang sangat berbahaya dan kita harus
bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan tetap terjaga. Dengan
makalah ini diharapkan seluruh komponen tenaga kesehatan pada
khususnya dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
osteomalasia secara baik dan sesuai dengan prosedur keperawatan serta
tentunya memperhatikan aspek-aspek tertentu yang berhubungan dengan
prosedur yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8.
Jakarta: EGC

Helmi, Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba


Medika.

Priscilla LeMone,dkk.2016.Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah.Jakarta :EGC

Risnanto & Uswatun.2014.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah :


Sistem Muskulokeletal.Yogyakarta :Deepublish

Tandra Hans.2009.Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang


Osteoporosis.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Jurnal Mulyana Ardi (20 juli 2016) (Farmakologi penerbit ECG halaman 568)

Anda mungkin juga menyukai