Anda di halaman 1dari 9

1) Satuan Acara Penyuluhan

PRA PLANNING
PENYULUHAN OSTEOMALASIA
MAHASISWA STIKES YATSI TANGERANG
MAHASISWA TK IA KEPERAWATAN STIKes YATSI TANGERANG
Hari/ Tanggal : Selasa/06 Oktober 2015
Waktu

: 10:30 WIB

Topik

: Penyuluhan Kesehatan Osteomalasia

Tempat

: Kampus B : Rumah Sakit Umum Melati, Jl. Merdeka No. 92 Tangerang

A. Latar Belakang Kegiatan


Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang adalah kalsium.
Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya kalsium yang terdapat
pada tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan pada mikroarstektur tulang
dan tulang menjadi lunak Akibatnya tulang menjadi kehilangan kepadatan dan
kekuatannya, sehingga mudah retak/patah.
Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang yang
disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang
diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara
mineral tulang dengan matriks tulang berkurang..
Banyak faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia. Kekurangan kalsium dan
vitamin D terutama di masa kecil dan remaja saat di mana terjadi pembentukan massa
tulang yang maksimal, merupakan penyebab utama osteomalasia Konsumsi kalsium yang
rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium yang umumnya
terjadi pada dewasa , dapat menyebabkan osteomalasia ,selain itu ganguan pada sindroma
malabsorbsi usus ,penyakit hati, gagal ginjal kronis dapat juga menyebab terjadinya
osteomalasia.
Terjadinya osteomalasia merupakan rangkaian awal terjadinya osteoporosis . Pada
saat sekarang ini angka kejadian tersebut sangat meningkat tajam baik pada anak
anak,dewasa atau pun orang tua. Berdasarkan hasil penelitian University of Otago,
Selandia Baru, bekerja sama dengan Seameo Tropmed RCCN, Universitas Indonesia dan
Universitas Putra Malaysia, yang dipublikasikan European Journal of Clinical Nutrition
tahun 2007, perempuan Indonesia hanya mengonsumsi 270 miligram kalsium per hari.

Hal tersebut berarti asupan perempuan Indonesia bahkan kurang dari 50%
rekomendasi kalsium harian yang dibutuhkan untuk menjaga kekuatan dan kesehatan
tulang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan

gambaran

dan

mengetahui

tentang

bagaimana Asuhan

Keperawatan pada klien Osteomalasia.


2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan meliputi :
a. Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian pada klien dengan Osteomalasia
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Osteomalasia
c. Mampu membuat rencana keparawatan pada klien dengan Osteomalasia
d. Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan keperawatan
pada anak dengan Osteomalasia
C. Peserta
1) Mahasiswa/Mahasiswa 38 Orang Tingkat 3B Keperawatan
2) Pembimbing Akademik 1 orang
3) Mahasiswa 7 Orang dari Kelompok 1
D. Kepanitiaan
Leader 1
Leader II
Sekretaris
Sie. Acara
Sie. Humas
Sie. Perlengkapan
Sie. Dokumentasi
Sie. Evaluasi

: Jenius Berutu
: Diki
: Nuril Anwar Fauzi
: Ridwan Gunawan
: Ricky Anggara
: Dwiky Shandi
: Kosim
: Kosim
P

E. Seting Tempat
Keterangan :
P : Pembicara
M: Mahasiswa

MMMM MMMM
MMMM MMMM
MMMM MMMM

F. Setting Waktu
No
1

Waktu
3 menit

15 menit

MMMM MMMM
MMM
Kegiatan penyuluhan
Pembukaan :

MMM

Kegiatan peserta
1. Menjawab salam

1. Memberi salam

2. Mendengarkan

dan

2. Menjelaskan tujuan pembelajaran


Pelaksanaan :

memperhatikan
Menyimak

dan

1. Menjelaskan materi penyuluhan mendengarkan

secara berurutan dan teratur


Materi :
1. Pengertian Osteomalasia
2. Etiologi Osteomalasia
3. Gejala Osteomalasia
4. Penanganan Osteomalasia
3

4 menit

Demontrasi
Evaluasi :

Bertanya dan menjawab

Meminta

kepada pertanyaan

Mahasiswa/Mahasiswi
Menjelaskan

kembali

untuk
atau

Menyebutkan :
1. Pengertian Osteomalasia
4

3 menit

2. Tanda bahaya Osteomalasia


Penutup :

Menjawab salam

Mengucapkan terima kasih dan


Mengucapkan salam
G. Metode
1. Diskusi
2. Demontrasi
3. Tanya Jawab
H. Media
Leaflet, LCD, Bahan dan Alat Demontrasi
I. Rencana Evaluai Kegiatan
Evaluasi
1) Struktur
Rencana kegiatan dipersiapan 2 hari sebelumnya kegiatan dan informasi ke pengurus 1
hari.
2) Proses
a. Peserta yang hadir 100%
b. Tempat : Kampus B , Rumah Sakit Umum Melati, Jl. Merdeka No. 92 Tangerang
c. 80% peserta aktif bertanya
3) Hasil
a. Mahasiswa/Mahasiswi dapat menjawab pertanyaan dan mengulang kembali definisi
Osteomalasia
b. Mahasiswa/Mahasiswi Pengertian dan Penyebab Osteomalasia
c. Mahasiswa/Mahasiswi dapat menyebutkan Gejala dan Tanda terkena Osteomalasia

d. Mahasiswa/Mahasiswi dapat mengidentifikasi tanda bahaya Penyakit harus dibawa


ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.

Panitia Praktek Keperawatan Komunitas


Mahasiswa S1 Keperawatan STIKes YATSI Tangerang
MAHASISWA TK III B KEPERAWATAN STIKes YATSI
Ketua

Sekretaris

Kosim

Nuril Anwar Fauzi

NIM : 13210072

NIM: 13210080
Mengetahui,
Pembimbing Akademik

NS .Meynur Rohmah.S.kep

2) Materi Penyuluhan

A. Pengertian
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh
kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang
disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi
deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena
pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). ( Smeltzer. 2001:
2339 )

B. Etiologi
1. Primer
Kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan kalsium akan
mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian juga apabila ia kekurangan
vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi membantu penyerapan kalsium di
dalam tubuh. Jika kedua unsur ini tidak terpenuhi makan tulang-tulang si kecil
menjadi lunak dan mudah patah. Proses mineralisasi adalah proses proses terakhir
pembentukan tulang. Jika kebutuhan kalsium anak tercukupi maka otomatis proses
mineralisasi dalam tubuhnya akan berlangsung dengan baik.
2. Resiko
a. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ hatinya tak
mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi.
b. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium
akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat. Dan

Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat (acquired), renal


tubular acidosis yang disertai disproteinemia kronik.
c. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek
pemakaian obat seperti streroid dalam jangka waktu yang panjang rentan terhadap
penyakit ini.
d. Gangguan malabsorbsi
e. Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit mukosa usus
halus proksimal dan penyakit ileum.
f. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang me- nyebabkan peningkatan
kerja enzim-enzim oksidase hati.

C. Patofisiologi
Ada berbagai macam penyebab dari Osteomalasia yang umumnya menyebabkan
gangguan metabolisme mineral. Factor yang berbahaya untuk osteomalasia adalah
kesalahan diet, malabsobrsi, gastrectomi, GGK, terapi anticonvulsan jangka lama
( fenytoin, fenorbarbital ) dan insufisiensi vitamin D ( diet, sinar matahari ).
Tipe malnurisi ( defisiensi vitamin D sering berhubungan dengan asupan kalsium
yang buruk ) terutama akibat kemiskinan, tetapi mematangkan makanan dan kurangnya
pengetahuan tentang nutrisi juga dapat menjadi factor pencetus. Hal itu terjadi dengan
frekuensi tersering dimana kandungan vitamin D dalam makanan kurang dan adanya
kesalahan diet serta kekurangan sinar matahari.
Osteomalasia dapat terjadi sebagai akibat dari kegagalan dari absorbsi kalsium
atau kehilangan kalsium berlebihan dari tubuh. Gangguan gastrointestinal dimana
kurangnya absorbsi lemak menyebabkan osteomalasia melalui kehilangan vitamin D
(semua vitamin yang larut dalam lemak) dan kalsium. Ekskresi yang paling terakhir
terdapat dalam faeces bercampur dengan asam lemak(fatty acid). Kelainan ini meliputi
penyakit seliac, obstruksi traktus biliaris kronis, pancreatitis kronik dan reseksi usus
halus.

D. Komplikasi
Pada anak-anak yang menderita penyakit rachitis, jikalau penyakit ini tidak
segera diobati, maka pertumbuhannya akan terhalang, anak itu menjadi lambat untuk
duduk, merangkak, dan berjalan. Berat tubuhnya mungkin akan membengkokkan lutut,
tulang, serta persendian lainnya sehingga menyebabkankaki-O (Genu Varum), dada
busung (Pigeon Chest), dan lutut bengkok kedalam atau kaki-X (Genu Valgum).
Pada orang dewasa, kelemahan tulang akan menimbulkan risiko fraktur. Os
vertebra yang melunak akan tertekan menjadi pendek sehingga orang itu akan

berkurang tingginya atau cebol. Trunkus klien yang memendek sehingga mengubah
bentuk toraks disebut kifosis, dimana klien terlihat seperti bungkuk, dan skoliosis.

E. Gejala Osteomalasia
Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :
1. Nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya
terdapat kelemahan otot. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada
daerah pinggang dan paha.
2. Pasien akan mengalami cara jalan bebek atau pincang
3. Penyakit lanjut, tungkai terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang,
dan tarikan otot), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan
kelainan bentuk thoraks (kifosis).
4. Sakrum terdorong ke bawah dan ke depan, dan pelvis tertekan ke lateral. Kedua
deformitas tersebut menerangkan bentuk khas pelvis yang sering mengakibatkan
perlunya dilakukan seksio sesaria pada wanita hamil yang terkena penyakit ini.
Kelemahan dan ketidakseimbangan meningkatkan risiko jatuh dan fraktur.
5. Penurunan berat badan
6. Anoreksia
7. Munculnya tonjolan tulang pada sambungan antara tulang iga dan tulang rawan di
bagian dada.
8. Tulang terasa lunak dan jika disenduh akan merasakan nyeri mengigit
9. Mengalami gangguan motorik karena kurang beraktivitas dan menjadi pasif.

F. Penatalaksanaan
1. Koreksi penyebab dasar osteomalasia bila mungkin.
2. Bila osteomalasia akibat kesalahan diet, maka perlu diberikan diet kaya protein dan
kalsium dan vitamin D tinggi.
3. Bila penyebabnya kekurangan Vit D, suplemen vitamin D harus diresepkanmaka
dapat disuntikkan vitamin D 200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang
kemudian dilanjutkan dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6
bulan. Vitamin D akan meningkatkan konsentrasi kalsium dan fosfat dalam cairan
ekstrasel dan maka tersedia ion kalsium fosfat untuk menetralisasi tulangdengan
mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.
4. Bila osteomalasia diakibatkan oleh malabsorpsi, penambahan dosis vitamin D selain
suplemen kalsium biasanya diresepkan.
5. Pemajanan sinar matahari sebagai radiasi ultraviolet untuk mentransformasi bahan
kolesterol (7-dehidrokolesterol) yang tersedia di kulit menjadi vitamin D perlu

dianjurkan. Cobalah sering berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7 - 9
pagi dan sore pada pukul 16 - 17.
6. Sering, masalah skelet yang berhubungan dengan osteomalasia sembuh sendiri bila
kekurangan nutris atau proses patologis yang mendasarinya telah ditangani secara
adekuat.
7. Pemantauan jangka panjang pasien diperlukan untuk meyakinkan stabilitasasi atau
kekambuhan osteomalasia.
8. Berbagai deformitas ortopedik persisten mungkin perlu ditangani dengan brace atau
pembedahan (dapat dilakukan osteotomi untuk mengoreksi deformitas tulang
panjang).
9. Defesiensi vitamin D karena penyakit ginjal/hati dapat diatasi dengan menggunakan
bentuk yang aktif secara metabolic yaitu kalsitrol. Terapi dapat meredakan gejala
dan

memperbaiki

abnormalitas

tulang

dalam

3-4

bulan.

Kadang-kadang

hipertiroidisme menjadim otonom pada osteomalasia yang berlangsung lama


(hipertiroidisme tertier).

10.Pencegahan
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk pencegahan agar tidak terkena
Osteomalasia antara lain:

1. Terkena paparan sinar matahari yang cukup


2. Menjaga diet kaya kalsium
3. Menjaga diet kaya Vit D

DAFTAR PUSTAKA
At a Glance Medicine/Patrick Davey : alih bahasa, Annisa Rahmalia, Cut Novianty; editor,
Amalia Safitri Jakarta : Erlangga, 2005

Doenges, E, Marilyn. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan


keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC, 1999
Patofisiologi : buku saku/Elizabeth J. Corwin ; Alih bahasa, Nike Budhi Subekti ; Editor edisi
bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha[et.al.]-Ed 3.-Jakarta : EGC, 2009
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi
4.Jakarta : EGC, 1998
Robbins, Kumar. Buku Ajar Patofisiologi II. Edisi 4. Jakarta: EGC, 1995
Smeltzer & Brenda G. bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta :
EGC, 2002

Anda mungkin juga menyukai