Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

OSTEOMALASIA
SKENARIO 3

DI SUSUN OLEH :

REZKI MENTODO

C1814201037

KELOMPOK 3

TUTORIAL SISTEM MUSKULOSKELETAL

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STELLA MARIS MAKASSAR

2020/2021
LAPORAN TUTORIAL

SISTEM MUSKULOSKELETAL

KELOMPOK 3

Skenario 3

Seorang perempuan berusia 65 tahun datang ke Puskesmas untuk memeriksakan


kesehatannya. Dari hasil pengkajian pasien mengeluh nyeri pada persendian, susah
digerakkan, nyeri pada tulang yang menyebar, mudah lelah, pasien mengatakan tidak ada
nafsu makan. Tampak adanya pembengkakan dan kemerahan pada sendi yang asimetris mulai
dari kaki dikedua asimetris. Pasien mengatakan pernah mengkonsumsi obat prednisolon. Dari
hasil pemeriksaan fisik diperoleh data nyeri tekan pada tulang, tampak kifosis, pasien tampak
kurus dengan BB: 49 kg TB: 168 cm. Hasil pemeriksaan laboratorium hipokalsemia, asam urat
9 gr, hasil rontgen pasien mengalami kondrokalsinosis pada area lutut.

A. Kata Sulit :
 Hipokalsemia : penurunan kadar kalsium dalam darah dibawah normal.
 Kondrokalsinosis : suatu kondisi dimana kalsium mengkristal dan menumpuk
pada sendi sehingga menyebabkan terjadinya nyeri.
 Kifosis : kelainan pada tulang belakang yang melengkung secara tidak normal
(bungkuk).
 Asam urat : suatu kondisi yang khas dalam penyakit persendian dimana jika
kadar asam urat berada diatas nilai normal maka akan menyebabkan nyeri.
 Bentuk sendi asimetris : bentuk sendi yang tidak seimbang karena pengaruh
dari kondisi penyakit ataupun gaya hidup.

B. Membuat Pertanyaan :
1. Apa yang bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan dan kemerahan pada sendi
yang asimetris ?
2. Berapa IMT yang didapatkan pada pasien diatas ?
3. Apa hubungan hasil rontgen kondrokalsinosis dengan hasil pengkajian nyeri tekan
pada tulang dan kifosis ?
4. Berapa nilai normal asam urat ?
5. Apakah ada efek samping dari penggunaan obat prednisolone pada pasien di atas ?
6. Apa hubungan penurunan nafsu makan yang dialami pasien dengan nyeri yang
dirasakan ?
7. Kondrokalsinosis merupakan gangguan yang terjadi karena hiperkalsemia lalu
mengapa pada pasien di dapatkan hasil lab hipokalsemia ?

C. Menjawab Pertanyaan :
1. Pembentukan asam urat yang berlebihan menyebabkan asam urat mengkristal pada
sendi sehingga terjadi nyeri dan bengkak.
2. IMT pasien adalah 17,4 kg/m2 maka pasien termasuk dalam kategori kurus.
3. Kondrokalsinosis merupakan suatu keadaan dimana kalsium mengkristal pada
sendi sehingga manifestasinya adalah nyeri yang didapatkan pada pengkajian baik
itu nyeri di daerah sendi yang terkena ataupun nyeri pada tulang disekitar sendi.
Selain itu keadaan ini juga dapat memengaruhi bentuk tulang dan sendi, yang pada
kasus diatas pasien mengalami kifosis.
4. Nilai normal asam urat :
Laki-laki : 7,0 – 7,2 mg/dl atau 2-7 mg/dl
Perempuan : 5,7 – 6,7 mg/dl atau 2 – 6 mg/dl
5. Efek samping obat prednisolone
 Retensi cairan contohnya kaki yang membengkak dan penambahan berat
badan
 Tekanan darah tinggi
 Kehilangan kadar kalium dalam darah
 Sakit kepala
 Kelemahan otot
 Pertumbuhan rambut di wajah
 Penipisan kulit dan mudah memar
 Glaucoma
 Katarak
 Ulkus peptikum
 Memperburuk diabetes
 Menstruasi tidak teratur
 Retardasi pertumbuhan pada anak-anak
 Kejang
 Gangguan psikis (mencakup depresi, euphoria, insomnia, perubahan
suasana hati, perubahan kepribadian, hingga perilaku psikotik)
6. Pasien berfokus pada nyeri yang dirasakan, hal ini pasien menjadi stress sehingga
tubuh mengirimkan sinyal ke otak dan otak melepaskan hormone adrenalin yang
mana dapat membuat jantung berdebar. Ketika hal ini terjadi maka pencernaan
pasien akan melambat sehingga nafsu makannya berkurang.
7. Hormone yang mengatur kadar kalsium dalam darah adalah hormone paratiroid.
Ketika terjadi kondisi kondrokalsinosis maka kerja hormone paratiroid akan
terhambat atau tertekan sehingga kadar kalsium dalam darah akan mengalami
penurunan. Maka dari itu pasien mengalami hipokalsemia.

D. Peta Konsep :
Nyeri pada pada persendian

Peningkatan asam urat Penggunaan obat Pe nafsu makan


prednisolon

Kondrokalsinosis Defisit vit. D untuk


Pembengkakan dan penyerapan kalsium
kemerahan pada sendi
Osteoporosis
Hipokalsemia

Kifosis Gout Arthritis


Osteomalasia

E. Sasaran Pembelajaran :
a. Hal yang harus di identifikasi dalam KDM. yaitu :
1. Definisi
2. Klasifikasi
3. Etiologi
4. Manifestasi Klinik
5. Patofisiologi(Patoflow)
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Pencegahan (Edukasi)
9. Penanganan
b. Hal yang perlu di identifikasi dalam KDK, yaitu :
1. Pengkajian
2. Diagnosa
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi
KONSEP DASAR MEDIS

1. DEFINISI

Osteomalasia adalah penyakit tulang metabolic yang dijumpai pada orang

dewasa akibat penurunan mineralisasi osteoid. Osteomalasia terjadi akibat defisiensi

vitamin D (Perry, 2006).

Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan tidak

memadainya mineralisasi tulang. Pada orang dewasa, osteomalasia bersifat kronis dan

deformitas skeletalnya tidak seberat pada anak karena pertumbuhan skeletal telah

selesai (Price, Sylvia A, Lorraine, 1995).

Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya

pendepositan kalsium ke dalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari osteomalasia

adalah “soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan rakhitis, hanya saja

pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis (tempat pertumbuhan

tulang pada anak) karena pada orang dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng

epifisis.

2. ANATOMI FISIOLOGI

Sistem musculoskeletal merupakan suatu kesatuan yang menunjang tubuh dan

berperan dalam pergerakan. Sistem muskuloskeletal terdiri atas tulang, sendi,

rangka, tendon, ligament, bursa, serta jaringan yang menghubungjan bagian-bagian

tulang tersebut (Price, Sylvia A, Lorraine, 1995).

Tulang merupakan suatu jaringan yang tersusun atas osteoblast, osteosit, dan

osteoklas. Osteoblast menyusun tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan

proteoglikan sebagai matriks tulang dan jaringan osteosit melalui proses osifikasi.
Saat sedang aktif menghasilkan osteoid, osteoblast mensekresikan sejumlah

besar fosfatase alkali, yang memegang peran penting dalam mengendapkan

kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian fosfatase alkali memasuki

aliran darah, maka kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator

yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau

pada kasus metastase kanker ke tulang.

Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan

untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel besar

dengan inti yang banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang di

absorpsi.

Secara umum fungsi tulang menurut Price and Wilson (2006) adalah :

A. Sebagai kerangka tubuh, tulang dapat menyokong dan memberi bentuk

pada tubuh.

B. Proteksi, sistem muskuloskeletal melindungi organ-organ vital. Contohnya

otak dilindungi oleh os cranium (tulang tengkorak) serta jantung dan paru-

paru yang dilindungi oleh tulang-tulang costae.

C. Ambulasi dan mobilisasi, adanya sistem muskuloskeletal memungkinkan

terjadinya suatu pergerakan tubuh dan perpindahan tempat.

D. Deposit mineral, sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-

elemen lain.

E. Hemopoesis, tulang berperan dalam pembentukan sel darah merah dan sel

darah putih serta trombosit pada sumsum tulang tertentu.


3. ETIOLOGI

Umumnya penyebab utama osteomalasi adalah tidak cukupnya mineralisasi tulang

terutama kekurangan vitamin D. Beberapa penyebab umumnya antara lain :

a. Adanya malnutrisi

Kekurangan vitamin D yang berhubungan dengan asupan kalsium yang kurang

terutama akibat kemiskinan, makanan kurang matang, dan kurangnya

pengetahuan mengenai nutrisi juga merupakan salah satu faktor. Paling sering

terjadi dimana vitamin D tidak ditambahkan dalam makanan dan juga

kekurangan dalam diet dan jauh dari sinar matahari.

b. Faktor risiko berkaitan dengan penyakit patologis

Penyakit-penyakit patologik yang dapat memicu terjadinya osteomalasia

meliputi gagal ginjal kronik sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium

akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat. Penyakit

hati karena organ hatinya tidak mampu untuk memproses vitamin D sehingga

fase mineralisasi tidak terjad tetapi antikonvulsan berkepanjangan (fenitoin

fenobarbital), dan gastrektomi. Osteomalasia dalam hal ini terjadi sebagai

akibat kegagalan absorpsi kalsium ataupun kehilangan kalsium yang berlebihan

dari tubuh.
4. MANIFESTASI KLINIK

Tanda dan gejala yang nampak pada pasien dengan osteomalasia adalah sebagai

berikut.

a. Nyeri tulang dan nyeri tekan tulang.

b. Kelemahan otot.

c. Cara berjalan seperti bebek/pincang.

d. Pada penyakit yang lebih lanjut, tungkainya melengkung (karena berat tubuh

dan tarikan otot).

e. Vertebra yang melunak mengalami kompresi sehingga mengalami pemendekan

tinggi badan dan merusak bentuk thorax (kifosis).

f. Sacrum terdorong ke bawah dan ke depan, pelvis tertekan ke lateral.

g. Kelemahan dan ketidakseimbangan meningkatkan risiko jatuh dan fraktur.

5. PATOFISIOLOGI

Defisiensi vitamin D menyebabkan penurunan kalsium serum, yang

merangsang pelepasan hormone paratiroid. Peningkatan hormone paratiroid

meningkatkan penguraian tulang dan ekskresi fosfat oleh ginjal. Tanpa mineralisasi

tulang yang adekuat, maka tulang menjadi lebih tipis. Terjadi penimbunan osteoid

yang tidak terkristalisasi dalam jumlah abnormal yang membungkus saluran-saluran

tulang bagian dalam, hal ini menimbulkan deformitas tulang.

Diperkirakan defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif yang memacu

absorpsi kalsium dari traktus gastrointestinal dan memfasilitasi mineralisasi tulang.

Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah. Tanpa vitamin D yang

mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan ke tempat klasifikasi tulang,
sehingga mengakibatkan kegagalan mineralisasi, terjadi pelunakan dan kelemahan

rangka tubuh.

Penyebab osteomalasia adalah kekurangan kalsium dalam diet, malabsorpsi

kalsium (kegagalan absorpsi atau kehilangan kalsium berlebihan dari tubuh), kelainan

gastrointestinal (absorpsi lemak tidak memadai sehingga mengakibatkan kehilangan

vitamin D dan kalsium) gagal ginjal berat dapat menyebabkan asidosis (kalsium yang

tersedia dalam tubuh digunakan untuk menetralkan asidosis, pelepasan kalsium skelet

terus-menerus mengakibatkan demineralisasi tulang), dan kekurangan vitamin D (diet

dan sinar matahari).

Rakhitis (riskets) adalah penyakit tulang pada anak akibat defisiensi vitamin D.

Rakhitis menyebabkan disorganisasi tulang, terutama di lempeng pertumbuhan atau

epifisis sehingga pertumbuhan terhambat. Rakhitis jarang dijumpai di Amerika Serikat,

tetapi mungkin ditemukan pada keluarga yang sangat miskin atau yang berada di

daerah-daerah pinggiran. Malabsorpsi kalsium dan makanan pada para pengidap

penyakit Chron syndrome malabsorpsi atau fibrosis kistik dapat menyebabkan

osteomalasia rakhitis.

6. KOMPLIKASI

Pada anak-anak jika penyakit ini tidak segera diobati maka pertumbuhannya

akan terhalang, anak menjadi lambat untuk duduk, merangkak, dan berjalan. Berat

tubuhnya mungkin akan membengkokkan lutut, tulang, serta persendian lainnya

sehingga menyebabkan kaki O (genu varum), dada busung (pigeon chest), dan lutut

bengkok ke dalam (genu valgum). Pada orang dewasa, kelemahan tulang menimbulkan

risiko fraktur. Os vertebrata yang melunak akan tertekan menjadi pendek sehingga

mengubah bentuk thorax disebut kifosis dimana terlihat bungkuk dan scoliosis.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Evaluasi dengan sinar-X dapat memperlihatkan penurunan

osifikasi/demineralisasi tulang secara umum.

b. Pengukuran kalsium dan fosfat serum akan memperlihatkan nilai yang rendah.

c. Pemeriksaan urine menunjukkan kalsium dan kreatinin rendah.

d. Pemeriksaan vertebra akan memperlihatkan adanya patah tulag kompresi tanpa

batas vertebra yang jelas.

e. Biopsy tulang akan menunjukkan peningkatan jumlah osteoid.

8. PENATALAKSANAAN

a. Jika penyebabnya kekurangan vitamin D maka dapat disuntikkan vitamin D

200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan dengan

1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setial 4-6 bulan, selain itu perbanyak

konsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan , dan susu.

Untuk membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh cobalah sering berjemur

di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7-9 pagi dan sore pada pukul 4-5

sore.

b. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan

mengkonsumsi 1,25 dihydroxy vitamin D.

c. Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak

konsumsi unsur kalsium agar sel osteoblast (pembentuk tulang) bisa bekerja

lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, tahu,

tempe, ikan teri, daging, dan yogurt. Konsumsi suplemen kalsium sangatlah

disarankan.
Patoflowdiagram

DEFINISI

Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya pendepositan kalsium ke dalam tulang yang baru

tumbuh. Istilah lain dari osteomalasia adalah “soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan rakhitis, hanya saja pada

penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang dewasa

sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.

ETIOLOGI

Gangguan gastrointestinal Kekurangan vitamin D dan Kondisi patologik (gagal


kalsium dalam diet ginjal kronik, dll)

Absorpsi lemak terganggu


Asidosis

Pembentukan vitamin D
Kalsium yang terdapat
dalam tubuh digunakan
untuk menetralkan
Penyerapan kalsium
asidosis
dalam usus menurun
Pemeriksaan diagnostik Kalsium ekstrasel
berkurang
- Evaluasi dengan sinar-X dapat Komplikasi
memperlihatkan penurunan Pada anak-anak jika penyakit ini tidak segera
osifikasi/demineralisasi tulang secara Transport tulang ke diobati maka pertumbuhannya akan terhalang,
kalsium terganggu anak menjadi lambat untuk duduk, merangkak,
umum.
- Pengukuran kalsium dan fosfat serum
dan berjalan. Berat tubuhnya mungkin akan
membengkokkan lutut, tulang, serta persendian
akan memperlihatkan nilai yang rendah.
Demineralisasi tulang lainnya sehingga menyebabkan kaki O (genu
- Pemeriksaan urine menunjukkan kalsium varum), dada busung (pigeon chest), dan lutut
dan kreatinin rendah. bengkok ke dalam (genu valgum). Pada orang
- Pemeriksaan vertebra akan OSTEOMALASIA dewasa, kelemahan tulang menimbulkan risiko
memperlihatkan adanya patah tulag
fraktur. Os vertebrata yang melunak akan
tertekan menjadi pendek sehingga mengubah
kompresi tanpa batas vertebra yang jelas.
Pelunakan kerangka bentuk thorax disebut kifosis dimana terlihat
- Biopsy tulang akan menunjukkan bungkuk dan scoliosis.
tulang
peningkatan jumlah osteoid.

Berat badan dan tarikan Kompresi pada vertebrata


tubuh

Tulang melengkung Penekanan saraf


vertebrata
Risiko fraktur  Kesulitan bergerak Nyeri sendi

TG : kekuatan otot Ketidakmampuan TG : mengeluh nyeri,


menurun, sendi kaku, memenuhi kebutuhan tampak meringis,
gerakan terbatas, nyeri
saat bergerak
TG : IMT dibawah normal, MK : Nyeri akut
nafsu makan menurun
SLKI : Tingkat nyeri
MK : Gangguan mobilitas fisik
SIKI : Manajemen nyeri
SLKI : Pergerakan sendi MK : Defisit nutrisi

SIKI : Teknik latihan penguatan sendi SLKI : Status nutrisi

SIKI : Manajemen nutrisi


KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Skenario 3

Seorang perempuan berusia 65 tahun datang ke Puskesmas untuk memeriksakan

kesehatannya. Dari hasil pengkajian pasien mengeluh nyeri pada persendian, susah

digerakkan, nyeri pada tulang yang menyebar, mudah lelah, pasien mengatakan tidak ada

nafsu makan. Tampak adanya pembengkakan dan kemerahan pada sendi yang asimetris mulai

dari kaki dikedua asimetris. Pasien mengatakan pernah mengkonsumsi obat prednisolon. Dari

hasil pemeriksaan fisik diperoleh data nyeri tekan pada tulang, tampak kifosis, pasien tampak

kurus dengan BB: 49 kg TB: 168 cm. Hasil pemeriksaan laboratorium hipokalsemia, asam urat

9 gr, hasil rontgen pasien mengalami kondrokalsinosis pada area lutut.

I. PENGKAJIAN

1. IDENTIFIKASI

1) Pasien

Nama : Ny. J

Usia : 65 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Malang

2) Penanggung jawab

Nama : Tn. Y

Usia : 68 tahun

Jenis kelamin : Laki- laki

Hubungan : Suami pasien


2. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN

1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

a) Keadaan sebelum sakit : Pasien bekerja ibu rumah

tangga. Sehari-hari pasien melakukan tugas dan tanggung

jawabnya. Pasien kemudian memutuskan untuk berobat ke

rumah sakit karena merasakan nyeri di persendiannya yang

mengganggu aktivitasnya.

b) Riwayat penyakit saat ini : Pasien mengeluh nyeri pada

persendiannya dan susah digerakkan, , nyeri pada tulang

menyebar, mudah lelah, pasien mengatakan tidak nafsu

makan. Pasien mengatakan mengkonsumsi obat

prednisolone.

c) Keadaan saat sakit : Pasien tampak meringis, nyeri yang

dirasakan adalah nyeri seperti tertarik dengan skala 7 di

daerah persendiannya. Tampak adanya pembengkakan dan

kemerahan pada sendi yang asimetris mulai dari kaki

pasien. Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh data nyeri

tekan pada tulang, tampak kifosis, pasien tampak kurus

dengan BB 49 kg dan TB 168 cm (IMT : 17,37). Hasil

pemeriksaan laboratorium hipokalsemia, asam urat 9 gr,

hasil rontgen pasien mengalami kondrokalsinosis pada area

lutut.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik

a) Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3x

sehari dengan porsi yang banyak dikarenakan pekerjaannya

membutuhkan banyak tenaga.

b) Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan nafsu makannya

menurun. Tampak pasien terlihat kurus.

3. Pola Eliminasi

a) Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan BAB 2 hari

sekali dan BAK lebih dari 5x sehari tanpa bantuan.

b) Keadaan sejak sakit : pasien tidak dapat BAB dan BAK

sendiri tanpa dibantu.

4. Pola Aktivitas dan Latihan

a) Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan tidak

memiliki gangguan dalam beraktivitas sehari-hari sebagai

seorang ibu rumah tangga.

b) Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan merasakan

nyeri pada persendiannya dan susah untuk digerakkan.

Pasien mengatakan ia tidak dapat bergerak dengan bebas

seperti dulu dan mudah lelah.

5. Pola Tidur dan Istirahat

a) Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan tidak

mengalami gangguan pada saat bangun ataupun saat akan

tidur.
b) Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan saat bangun

terasa nyeri pada sendinya dan melebar ke tulangnya, dan

sulit untuk digerakkan.

6. Pola Persepsi dan Kognitif

a) Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan nyaman

untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien mengatakan

tidak memiliki gangguan dalam pola pikir, penglihatan,

pendengaran, penghiduan, ataupun pengecapan

b) Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan sangat merasa

terganggu dan merasa tidak nyaman dengan nyeri yang

dirasakan. Pasien mengatakan tidak memiliki gangguan

dalam pola pikir, penglihatan, pendengaran, penghiduan,

ataupun pengecapan.

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri

a) Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan mengurus

keluarganya dan menjadi ibu rumah tangga yang baik dan

bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya.

b) Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan merasa tidak

berdaya karena harus dirawat di rumah sakit.

8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama

a) Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan ia banyak

mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di

lingkungan sekitarnya. Pasien mengatakan sering

bersosialisasi dan memiliki hubungan yang baik dengan

tetangganya.
b) Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan ia lebih banyak

ditemani oleh suami dan anak-anaknya. Pasien mengatakan

ada beberapa tetangga yang datang menjenguknya.

9. Pola Reproduksi dan Seksualitas

a) Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan memiliki 1

orang anak laki-laki dan 2 orang anak perempuan dan tidak

ingin menambah anak lagi.

b) Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan memiliki 1

orang anak laki-laki dan 2 orang anak perempuan dan tidak

ingin menambah anak lagi.

10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress

a) Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan jika

memiliki masalah dia memilih untuk bercerita kepada

suaminya dan mencoba mencari jalan untuk

menyelesaikannya.

b) Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan jika memiliki

masalah dia memilih untuk bercerita kepada suaminya dan

mencoba mencari jalan untuk menyelesaikannya.

11. Pola Sistem Nilai dan Kepercayaan

a) Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan ia rajin

berdoa dan beribadah di rumah ibadah.

b) Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan ia rajin berdoa

dan beribadah di tempat tidur karena sedang di rawat.


II. ANALISA DATA

No. DATA ETIOLOGI PROBLEM

1. DS : Agen pencedera fisik Nyeri akut

- Pasien mengatakan

nyeri yang dirasakan

seperti tertarik

- Pasien mengatakan

nyeri yang dirasakan

pada daerah sendi

dengan skala nyeri 7

- Pasien mengatakan

nyerinya timbul terus-

menerus

- Pasien mengatakan

nyeri pada tulang yang

dirasakan menyebar

DO :

- Tampak pasien

meringis

- Hasil pengkajian

didapatkan nyeri tekan

pada tulang

2. DS : Kekakuan sendi Gangguan mobilitas fisik

- Pasien mengatakan

sendinya sulit untuk


digerakkan

- Pasien mengatakan

sulit beraktivitas

- Pasien mengatakan

mudah lelah

DO :

- Tampak kebutuhan dan

aktivitas pasien dibantu

oleh suami dan perawat

- Pasien tampak kifosis

3. DS : Faktor psikologis (mis. Defisit nutrisi

- Pasien mengatakan keengganan untuk makan)

nafsu makannya

menurun

DO :

- Didapatkan hasil IMT

pasien 17, 37

- Pasien tampak kurus

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077).

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi (D.0054).

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (D.0019).

(PPNI, 2016)
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

(PPNI, 2018b)

(PPNI, 2018a)

Diagnosa Keperawatan Hasil yang Diharapkan Intervensi Keperawatan


No.
SDKI SLKI SIKI

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)

pencedera fisik (D.0077) - Keluhan nyeri menurun Observasi

- Meringis menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,

- Frekuensi nadi membaik frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

- Identifikasi skala nyeri

- Identifikasi faktor yang memperberat dan

memperingan nyeri

- Monitor keberhasilan terapi komplementer

yang sudah diberikan

Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,

hypnosis, akupresur, terapi musik,

biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,

teknik imajinasi terbimbing, kompres

hangat/dingin, terapi bermain).

- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri

dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu

nyeri

- Jelaskan strategi nyeri

- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan Pergerakan Sendi (L.05044) Teknik Latihan Penguatan Sendi (I.05185)

dengan kekakuan sendi (D.0054). - Pergelangan kaki (kanan) Observasi

meningkat - Identifikasi keterbatasan fungsi dan gerak

- Pergelangan kaki (kiri) meningkat sendi

- Lutut (kanan) meningkat - Monitor lokasi dan sifat ketidaknyamanan

- Lutut (kiri) meningkat atau rasa sakit selama gerakan/aktivitas

Terapeutik

- Berikan posisi tubuh optimal untuk

gerakan sendi pasif atau aktif

- Fasilitasi gerak sendi teratur dalam batas-

batas rasa sakit, ketahanan, dan mobilitas

sendi

Edukasi

- Jelaskan kepada pasien/keluarga tujuan dan

rencanakan latihan bersama


- Anjurkan melakukan latihan rentang gerak

aktif dan pasif secara sistematis

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan fisioterapi dalam

mengembangkan dan melaksanakan

program latihan

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)

faktor psikologis (D.0019). - Porsi makanan yang dihabiskan Observasi

meningkat - Identifikasi status nutrisi

- Indeks Massa Tubuh (IMT) - Monitor asupan makanan

membaik - Monitor berat badan

- Nafsu makan membaik Terapeutik

- Fasilitasi menentukan pedoman diet

- Sajikan makanan secara menarik dan suhu

yang sesuai

- Berikan suplemen makanan, jika perlu


Edukasi

- Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan jenis

nutrient yang dibutuhkan, jika perlu


DAFTAR PUSTAKA

Perry, P. &. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (4th

ed.). EGC.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik

(1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi dan Kriteria Hasil

Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.

Price, Sylvia A, Lorraine, W. M. (1995). Buku 1 Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit (4th ed.). EGC.

Anda mungkin juga menyukai