Anda di halaman 1dari 20

2.1.

Anatomi Fisiologi Tulang

Anatomi system skelet ada 206 tulang dalam tubuh manusia ,yang terbagi dalam
kategori tulang panjang ,tulang pendek ,tulang pipih dan tulang tak teratur .Bentuk dan
kontriksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan gaya yang bekerja padanya

Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus atau kortikal .tulang terdiri atas batang
tulang ( diafisis ) yang terdiri darikortikal . ujung tulang panjang yang disebut epifisis
dan terutama tersusun oleh tulang canselus .plat epifisis memisahkan epifisis dari
diafisis dan merupakan pusat pertumbuhan longitudinal pada anak – anak .ujung tulang
panjang di tutup oleh kartilago artikular pada sendi – sendinya .tulang panjang disusun
untuk menyangga berat badan dan gerakan .tulang pendek terdiri dari tulang canselus
ditutpi selapis tulang kompak ,tulang pipih merupakan tempat penting untuk
hematopoesis ,dan sering memberikan perlindungan bagi organ vital .tulang pipih
tersusun dari tulang calselus diantara 2 tulang kompak .tulang tak tetratur mempunyai
bentuk yang unik ,sesuai dengan fungsinya.secara umum struktur tulang tak teratur
sama dengan tulang pipih.

Tulang tersusun atas sel ,matriks tulang ,protein dan deposit mineral ,sel – sel nya terdiri
atas 3 jenis dasar yaitu Ostoblas ,Osteosit dan Osteosklas .

Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang


.matrik tulang tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar dan proteiglikan
.matrik merupakan kerangka dimana garam – garan mineral anorganik ditimbun.

Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak
dalam osteon . Osteoklas adalah sel multi nuclear yang berperan dalam penghancuran ,
resobsi dan remodeling tulang .osteon merupakan unit fungsional mikroskopis tulang
dewasa .di tengah osteon terdapat kapiler .di keliling kapiler tersebut merupakan matrik
tulng yang disebut lamella .di dalam lamella terdapat osteosit yang memperoleh nutrisi
melaui proses yang berlanjut ke dalam kanalikuli yang halus .

Pertumbuhan dan perkembangan tulang merupakan suatu proses pembentukan tulang


dalam tubuh. Karena adanya matriks yang keras dalam tulang,maka pertumbuhan
interstisial tulang,seperti yang terjadi pada kartilago, tidak mungkin terjadi dan tulang
terbentuk melalui penggantian jaringan yang sudah ada. Tulang mempertahankan
bentuk eksternalnya selama masa pertumbuhan akibat proses reorganisasi konstan,
disertai proses pengerassan tulang dan proses resorpsi yang terjadi pada pada
permukaan di dalam tulang.Tulang adalah jaringan plastik yang hidup. Tulang
mengadaptasikan bentuk dan arsitekturnya terhadap stress, aktifitas, saat pemakaian,
saat tidak dipakai, dan penyakit melalui keseimbangan kerja osteoblas dan osteoklas
yang dikendalikan oleh faktor hormon dan nutrisi.

DEFINISI

Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh


kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang
disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi
deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena
pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). ( Smeltzer. 2001 )
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan tidak
memadainya mineralisasi tulang. Pada orang dewasa,osteomalasia bersifat kronis dan
deformitas skeletalnya tidak seberat pada anak karena pertumbuhan skeletal telah
selesai.pada pasien ini, sejumlah besar osteosid atau remodelling tulang baru tidak
mengalami kalsifikasi. (Suratun,Heriyati,Santa manurung,Een raenah. 2008)

Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya
pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari osteomalasia
adalah ”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan rakitis, hanya saja pada
penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis (tempat pertumbuhan
tulang pada anak) karena pada orang dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.

Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang yang


disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang
diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara
mineral tulang dengan matriks tulang berkurang.

2.1. Etiologi

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami osteomalasia yaitu:

2.3.1. Anak kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan kalsium
akan mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian juga apabila ia
kekurangan vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi membantu penyerapan
kalsium di dalam tubuh. Jika kedua unsur ini tidak terpenuhi dalam makanan tulang-
tulang anak menjadi lunak dan mudah patah. Proses mineralisasi adalah proses - proses
terakhir pembentukan tulang. Jika kebutuhan kalsium anak tercukupi maka otomatis
proses mineralisasi dalam tubuhnya akan berlangsung dengan baik.

Kebutuhan Kalsium Per Hari pada anak:

Umur Kebutuhan Kalsium

Usia 0 - 6 bulan Kalsium 210 Mg/ hari


Usia 6 bulan - 1 tahun Kalsium 270 Mg/ hari

Usia 1 -- 3 tahun Kalsium 500 Mg/ hari

Usia 4 - -8 tahun Kalsium 800 Mg/ hari

2.3.2. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ hatinya tak
mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi.

2.3.3. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium


akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat.

2.3.4. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek
pemakaian obat seperti streroid dalam jangka waktu yang panjang rentan terhadap
penyakit ini.

2.3.5. Gangguan malabsorbsi

Penyebab utama osteomalasia yang terjadi setelah masa anak-anak ialah :

a. Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit mukosa usus


halus proksimal dan penyakit ileum.

b. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang menyebabkan peningkatan


kerja enzim-enzim oksidase hati.

c. Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat (acquired), renal


tubular acidosis yang disertai disproteinemia kronik.

2.3.6 Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan tulang

a. Hormon somatotrof (growth stimulating hormane)

Hormon ini berfungsi dalam menstimulasi pertumbuhan tubuh terutama pada bagian
epifisis tulang panjang. Hormon pertumbuhan ini disekresi terutama selama masa
pertumbuhan, tetapi kemudian berkurang pada waktu pubertas.
Somatotropin berperan dalam mengendalikan pertumbuhan tulang, otot dan organ serta
memengaruhi kecepatan pertumbuhan tubuh dengan memberikan stimulasi kepada hati
untuk mensekresi hormon somatomedin, sebuah hormon perkembangan yang
memberikan stimulasi lebih lanjut terhadap sel untuk berkembangbiak.

Setelah pubertas, sekresi berlangsung dengan kecepatan hampir sama seperti waktu
anak-anak. Selanjutnya kecepatan sekresi meningkat atau menurun dalam keadaan
seseorang stres, gerak badan, gelisah, dan trauma.

Kekurangan hormon ini pada usia dini menyebabkan berhentinya pertumbuhan


sehingga menjadi kerdil (dwarfisme), sedangkan kelebihan hormon ini akan
menyebabkan pertumbuhan menjadi bertambah secara abnormal sehingga tubuh
menjadi sangat tinggi (gigantisme). Jika kelebihan hormon ini terjadi setelah dewasa,
yaitu ketika pertumbuhan tulang dan cakram epifise sudah bergabung, maka keadaan ini
disebut akromegali. Akromegali ditandai dengan pertumbuhan tak seimbang pada
tulang rahang, jari, tangan, kaki, dan hidung.

Hormone paratiroid

Kelenjar paratiroid adalah sebuah kelenjar endokrin di leher yang memproduksi hormon
paratiroid. Manusia biasanya mempunyai empat kelenjar paratiroid, yang biasanya
terdapat di bagian belakang daripada kelenjar tiroid atau kelenjar yang dekat dengan
kelenjar tiroid sehingga disebebut dengan "paratiroid".

Hormon paratiroid mengontrol jumlah kalsium di darah dan di dalam tulang. Hormon
Paratiroid bisa menurun sangat rendah pada pasien post operasi pengangkatan kelenjar
tiroid karena ikut terangkatnya kelenjar paratiroid yang akibatnya adalah penurunan
kadar kalsium dalam darah hipokalsemia.

Hormon Paratiroid mengakibatkan : peningkatan resorpsi kalsium dari tulang,


peningkatan reabsorbsi kalsium di ginjal, peningkatan absorbsi kalsium di Saluran cerna
oleh Vitamin D. Namun, Peningkatan kadar hormon paratiroid juga mengakibatkan
penurunan kadar fosfat dalam darah, karena hormon ini meningkatkan sekresi fosfat
dalam darah.

c. Hormone Kalsitonin
Kalsitonin adalah hormon yang diproduksi oleh sel parafolikular dari kelenjar tiroid.
Kalsitonin dapat mengurangi kadar kalsium dalam aliran darah dengan menghambat
aksi perombakan sel tulang oleh osteoklas, sel-sel yang menghancurkan matrix
ekstraseluler. Sekresi hormone kalsitonin mengontrol umpan balik negative.

Ketika kalsium dalam darah tinggi, kalsitonin menurunkan kalsium dan fosfat dalam
darah dengan menghambat resorbsi tulang (pemecahan/penghancuran matrix
extraseluler tulang) oleh osteoklas dan meningkatkan uptake kalsium dan fosfat ke
dalam matrix ekstraseluler tulang. Miacalcin, sebuah ekstak kalsitonin dari ikan salmon
sepuluh kali lebih manjur daripada kalsitonin hasil sekresi dari tubuh manusia, ini dapat
menjadi resep untuk mencegah osteoporosis.

Kalsitonin diproduksi oleh sel C kelenjar tiroid, juga memiliki pengaruh pada kadar
kalsium plasma. Seperti PTH, kalsitonin memiliki dua efek pada tulang, tetapi dalam
hal ini kedua efek menurunkan kadar kalsium plasma. Pertama dalam jangka pendek
kalsitonin menurunkan perpindahan kalsium dari cairan tulang ke dalam plasma. Kedua,
dalam jangka panjang kalsitonin menurunkan resorpsi tulang menurunkan kadar fosfat
serta mengurangi konsentrasi kalsium plasma. Efek hipokalsemik dan hipofosfatemik
kalsitonin seluruhnya disebabkan oleh efek hormon ini pada tulang. Hormon ini tidak
berefek pada ginjal atau usus.

2.1. Patofisiologi

Ada berbagai macam penyebab dari osteomalasia yang umumnya menyebabkan


gangguan metabolisme mineral. Faktor yang berbahaya untuk perkembangan
osteomalasia diantaranya kesalahan diet, malabsorbsi, gastrectomy, gagal ginjal kronik,
terapi anticonvulsan jangka lama (phenyton, phenobarbital) dan insufisiensi vitamin D
(diet, sinar matahari). Tipe malnutrisi (defisiensi vitamin D sering digolongkan dalam
hal kekurangan calsium) terutama gangguan fungsi menuju kerusakan, tetapi faktor
makanan dan kurangnya pengetahuan tentang nutrisi yang juga dapat menjadi faktor
pencetus hal itu terjadi dengan frekuensi tersering dimana kandungan vitamin D dalam
makanan kurang dan adanya kesalahan diet serta kurangnya sinar matahari.
Osteomalasia kemungkinan terjadi sebagai akibat dari kegagalan dari absorbsi calsium
atau kekurangan calsium dari tubuh. Gangguan gastrointestinal dimana kurangnya
absorbsi lemak menyebabkan osteomalasia. Kekurangan lain selain vitamin D (semua
vitamin yang larut dalam lemak) dan kalsium. Ekskresi yang paling terakhir terdapat
dalam faeces bercampur dengan asam lemak (fatty acid). Sebagai contoh dapat terjadi
gangguan diantaranya celiac disease, obstruksi sistem pencernaan kronik, pankreatitis
kronis dan reseksi perut yang kecil. Lagi pula penyakit hati dan ginjal dapat
menyebabkan kekurangan vitamin D, karenanya organ-organ tersebut mengubah
vitamin D ke dalam bentuk aktif. Terakhir, hyperparatiroid menunjang terjadinya
kekurangan pembentukan calsium, dengan demikian osteomalasia menyebabkan
kenaikan ekskresi fosfat dalam urine.

2.6.1. Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :

a. Nyeri tulang dan kelemahan.


b. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot,
c. Pasien kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah..
d. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha
e. Kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang),
f. Vertebra menjadi tertekan,
g. Pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).
h. Penurunan berat badan
i. Anoreksia

2.6.2. Pada anak – anak


a. Munculnya tonjolan tulang pada sambungan antara tulang iga dan tulang rawan di
bagian dada.
b. Tulang terasa lunak dan jika disenduh akan merasakan nyeri mengigit
c. Sakit pada seluruh tulang tubuhnya
d. Mengalami gangguan motorik karena kurang beraktivitas dan menjadi pasif.
e. Merasakan sakit saat duduk & mengalami kesulitan bangun dari posisi duduk ke
posisi berdiri.
f. Mudah Sekali mengalami patah tulang. Terutama di bagian tulang panjang seperti
tulang lengan atau tulang kaki.

2.1. Penatalaksanaan

2.7.1. Penatalaksanaan medik


a. Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D
200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan dengan 1.600
IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan.
b. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan
mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.

2.7.2. Penatalaksanan non medik


Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak konsumsi
unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja lebih keras lagi.
Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, yogurt.
Konsumsi suplemen kalsium sangatlah disarankan.
Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi makanan
seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu. Untuk membantu
pembentukan vitamin D dalam tubuh cobalah sering berjemur di bawah sinar matahari
pagi antara pukul 7 - 9 pagi dan sore pada pukul 16 –- 17

a. Makanan yang kaya akan kalsium dan vitamin D

1. Yogurt

Kebanyakan orang mendapatkan vitamin D melalui paparan sinar matahari, tapi


makanan tertentu, seperti yoghurt juga kaya dengan vitamin D. Satu cangkir yoghurt
bebas lemak cukup untuk memenuhi kebutuhan kalsium harian Anda.

2. Susu

Delapan ons susu bebas lemak akan menghasilkan 90 kalori. Pilihlah produk susu tanpa
lemak yang diperkaya dengan vitamin D untuk mendapatkan manfaat ganda.
Seandainya tidak gemar susu murni, bisa juga digantikan produk olahan seperti
smothies atau jus buah yang dicampur dengan susu.

3. Keju

Hanya karena keju penuh kalsium tidak berarti Anda perlu makan keju berlebihan.
Sebanyak 1,5 ons keju cheddar mengandung lebih dari 30% dari nilai harian kalsium.
Kebanyakan keju mengandung sedikit vitamin D namun tidak akan cukup memenuhi
kebutuhan kalsium.

4. Ikan sarden

Ikan sarden ini biasanya dikemas dalam kaleng. Ia memiliki pemenuhan kalsium dan
Vitamin D yang cukup tinggi. Rasanya pun gurih bisa ditambahkan di pasta dan salad.

5. Telur

Meskipun telur hanya mengandung 6% vitamin D harian Anda. Jangan memilih hanya
bagian putih atau kuning saja karena akan mengurangi kalori. Vitamin D justru terdapat
dalam bagian kuning telurnya.

6. Ikan salmon

Salmon dikenal karena banyak mengandung lemak omega 3 yang baik untuk jantung.
Sepotong salmon dengan berat 3 ons sudah memenuhi 100 persen kebutuhan vitamin D
Anda.

7. Bayam

Tidak suka susu? Bayam akan jadi cara favorit Anda untuk mendapatkan kalsium. Satu
cangkir bayam yang dimasak mengandung hampir 25% dari kebutuhan kalsium harian
Anda. Bayam diperkaya serat, besi, dan vitamin A.

8. Sereal

Sereal mengandung 25% vitamin D. Ini adalah cara termudah daripada memasak ikan
salmon atau mesti berjemur.

9. Ikan tongkol
Tuna atau lemak ikan lainnya merupakan sumber vitamin D. Tiga ons tuna kaleng
mengandung 154 IU, atau sekitar 39% dari dosis harian Anda dari vitamin sinar
matahari.

10. Sawi hijau

Sama seperti bayam, sayuran berdaun hijau ini kaya akan kalsium. Satu cangkir sawi
yang dimasak mengandung 25% kalsium untuk kebutuhan harian Anda. Sawi ini mudah
diselipkan dalam makanan Anda.

11. Jus jeruk

Segelas jus jeruk segar yang diperas tidak memiliki kalsium atau vitamin D. Penelitian
telah menunjukkan bahwa asam askorbat dalam jus jeruk dapat membantu dengan
penyerapan kalsium, sehingga Anda akan lebih mungkin mendapatkan manfaat dari
minuman ini.

2.2. Pemeriksaan Penunjang

 Kalsium dan fosfat anorganik rendah atau di bawah normal


 Fosfatase alkali meninggi
 Rontgen menunjukkan fraktur yang khas (Looser's zones) pada tulang-tulang
pelvis dan tulang panjang dan terutama metatarsal dan metacarpal
 Kadar vitamin D
 Diagnosa Banding
 Osteoporosis (senilis atau pasca-menopause)
 Demineralisasi dan tulang yang tidak pernah dipergunakan
 Kelainan tulang akibat hipoparatiroidisme

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OSTEOMALASIA

3.1. Pengkajian
3.1.1. Biografi Klien

Nama lengkap :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat :

Pekerjaan :

Agama :

Status :

3.1.2. Riwayat Kesehatan

a. RKS

1. Pasien mengeluh nyeri tulang

2. Ekstremitas disertai nyeri tekan

3. Kelemahan otot

4. Cara jalan bebek atau pincang

b. RKD

1. Kemungkinan klien pernah Malabsorbsi

2. Kekurangan calsium dalam diet

3. Klien pernah mengalami gagal ginjal kronik

4. Klien pernah mengalami gangguan hati

c. RKK

1. Orangtua klien pernah mengalami osteomalasia

3.1.3. Pemeriksaan Fisik


a. Ekstermitas

1. Deformitas skelet

2. Deformitas vertebra

3. Deformitas lengkungan tulang panjang

4. Otot Lemah

3.1.4. Data dasar Pengkajian

a. Aktivitas / istirahat

Tanda : keterbatasan fungsi pada bagian yang terkena, nyeri

b. Sirkulasi

Tanda : takikardia ( Respon stress )

c. Neurosensori

Gejala : hilang gerakan

Tanda : Deformitas local, kelemahan

d. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : nyeri tekan

3.1.5. Pemeriksaan Diagnostik

Pada foto x – ray umumnya nampak kekurangan mineral dari tulang sangat nyata.
Berdasar dari vertebra mungkin menunjukkan fraktur kompressi dengan nyeri pada
ujung vertebra. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan lambatnya rata-rata serum
kalsium dan jumlah fosfor serta kurangnya kenaikan alkaline phosfat. Ekskresi urine
calsium dan creatinin lambat.
3.2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d fraktur patologis, kelemahan d.d wajah meringi


2. Suplay nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia d.d kelemahan
3. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan d.d cemas
4. PK: anemia
5. Resiko pola napas tidak efektif b.d dipsnea, hipoksia d.d penurunan kadar hb
dalam darah.
6. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, hilangnya integritas struktur tulang d.d .
kelemahan.
7. Gangguan eliminasi urine b.d. pembentukan batu ginjal d.d. dari abdomen
bagian posterior kuadran bawah.
8. Sindrome disuse b.d kerusakan saraf vertebra d.d gangguan ADL
9. Gangguan ADL b.d. defisit pengawasan diri d.d. kelemahan.
10. Gangguan konsep diri : harga diri rendah b.d tungkai melengkung, jalan bebek,
deformitas vertebra

3.3. Rencana Keperawatan

Diagnosa

1. Nyeri b.d fraktur patologis, kelemahan d.d wajah meringis

Ds:

Px mengatakan merasa Keletihan dan takut kembali Terluka

Do:

Atrofi kelompok obat yang terlibat

1. Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas seterusnya

2. Anoreksia

3. Perubahan pola tidur


4. perubahan berat badan.

Tujuan dan NOC

Tujuan: setelah diberi tindakan selama 2 x 60 menit nyeri px berkurang.

NOC:

1. Tingkat kenyamanan : perasaan senang secara fisik dan psikologi

2. Tingkat nyeri : jumlah nyeri yang ditunjuk kan atau dilaporkan

3. Tingkat nyeri dibuktikan dengan indikator berikut (sebutkan nilainya (1-


5:extrem,berat,ringan,tidak ada).

P:degenerasi (penuaan),inflamasi

Q:qualitas nyeri

R:sendi(lutut,tulang belakang)

S:skaka nyeri

0=tidak nyeri

1-3=nyeri ringan

4-6=nyeri sedang

7-10=nyeri meringis

T:tergantung pada etiologi

NIC

NIC:
1. Pemberian analgesik:penggunaan agen agen farmakologi untuk mengurangi atau
menghilangkan nyeri

2. Penatalaksanann nyeri :meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat


kenyamanan yang dapat diterima oleh paasien

Rasional

1. nyeri berkurang atau terkontrol

2. Terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.

Diagnosa

Tujuan dan NOC

NIC

Rasional

2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, hilangnya integritas struktur tulang d.d .
kelemahan.
Ds :

Px mengatakan mengalami kesulitan bergerak dan mengalami keterbatasan kemampuan


melakukan aktifitas sehari-hari.

Do:

1. Kesulitan bergerak.

2. Pergerakan melambat.

3. Ketidakstabilan posisi tubuh saat melakukan rutinitas

Tujuan: setelah di lakukan tindakan selama 3 x 24 jam mobilitas fisik pasien mulai
membaik.

NOC

1. Menunjukkan tingkat mobilitas di tandai dengan indikator berikut (sebutkan


nilainya 1-5 {ketergantungan tidak berpartisipasi} membutuhkan bantuan orang lain dan
alat, mandiri dengan alat bantu, atau mandiri penuh)

2. Menunjukkan penggunaan alat bantu secara benar dengan pengawasan.

3. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

NIC

1. Kaji kebutuhan akan bantuan pelayanan kesehatan dirumah dan kebutuhan akan
peralatan pengobatan yang tahan lama

2. Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas ( misalnya :
tongkat, walker, kruk,atau kursi roda)
3. Kaji kebutuhan pasien akan pendidikan kesehatan.

1. Membantu meenentukan intervensi yang akan dilakukan.

2. Membantu perawatan diri dan memandirikan pasien tehnik pemindahan yang tepat
mencegah abrasikulit dan jatuh.

3. Untuk menentukan tindakan yang dibutuhkan oleh pasien.

Diagnosa

NIC

NOC

Rasional

3. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan d.d cemas

Ds:

Px Mengatakan keletihan atau kelemahan secara verbal.

Do:
Tujuan : setelah di lakukan tindakan pada pasien selama 2 x 24 jam maka nyeri
berkurang.

NIC

1. Mentoleransi aktivitas yang biasa di lakukan dan di tunjukkan dengan daya tahan,
penghematan energi, dan perawatan diri: aktifitas kehidupan sehari- hari.

2. Mengidentifikasi aktifitas dan / atau yang menimbulkan kecemasan yang


berkontribusi pada intoleransi aktifitas.

3. Menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan beberapa bantuan (misalnya:


eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi).

NOC

1. Kaji respon emosi , sosial dan spiritual terhadap aktivitas

2. Evaluasi ke inginan pasien untuk meningkatkan aktivitas.

3. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas.

4. Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi, fisik atau rekreasi untuk merencanakan
atau memantau program aktivitas , sesuai dengan kebutuhan.

5. Hindarkan dari menjadwalkan aktifitas perawatan selama periode istirahat.

1.Tirah baring lama dapat menurunkan .ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas
yang mengganggu periode istirahat.
DAFTAR PUSTAKA

Adelina. 2009. Askep osteomalasia.


http://adelinecalonperawat.blogspot.com/2009/03/askep-osteomalasia.html. Diakses
tanggal 25 september 2012 pukul 19.30 WIB

Anonimus. 2011. Askep klien dengan osteomalasia. http://akatsuki-


ners.blogspot.com/2011/02/askep-klien-dengan-osteomalasia.html. Diakses tanggal 22
september 2012 pukul 16.20 WIB

Anonimus. 2011. Asuhan keperawatan


osteomalasia.http://www.scribd.com/doc/56775038/Asuhan-Keperawatan-
Osteomalasia. Diakses tanggal 25 september 2012 pukul 20.30 WIB

Anonimus. 2011. Osteomalasia.


http://serpihanilmuku.blogspot.com/2011/10/osteomalasia.html. Diakses tanggal 25
september 2012 pukul 20.30 WIB

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta :


EGC.
Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.

Ganong, W.F. 1999. Fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC.

Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III.
Edisi 8. Jakarta : EGC.

Suratun, Heryati, Santa manurung, Een raenah. 2008. Klien gangguan sistem
musculuskeletal. Jakarta : EGC.

Teguh, Aris.2011. Askep osteomalasia. http://aries-teguh.blogspot.com/2011/11/askep-


osteomalasia.html. Diakses tanggal 23 september 2012 pukul 08.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai