Osteoblast sebagai sel pembentuk tulang dapat dijumpai baik dibagian luar
maupun di bagian dalam dari tulang. Sel ini juga memiliki respon terhadap
rangsangan yang dapat membentuk matriks tulang. Saat permulaan matriks
tulang dibentuk masih dalam tahap yang disebut osteoid (tulang muda), yang
akan diikuti dengan pengendapan garam-‐garam kalsium dan dalam beberapa
minggu / bulan akan mengeras . Saat ini osteoblas masih merupakan bagian dari
tulang, tetapi istilahnya berganti menjadi osteosit (sel tulang sejati). Bersamaan
dengan pengerasan dari matriks tulang, sel-‐sel tulang sejati membentuk
suatu tonjolan-‐tonjolan yang berhubungan dengan osteosit lainnya dan
membentuk suatu sistem saluran mikroskopik tulang.
a. Hormon
Estrogen, testoteron dan hormon pertumbuhan merupakan promotor
kuat dari aktivitas pembentukan dan pertumbuhan dari tulang. Hal ini
disebabkan pada saat masa pubertas, hormon –hormon jenis ini
meningkat kuantitasnya di dalam tubuh suatu individu. Walaupun
disebutkan dari beberapa penelitian yang melaporkan bahwa estrogen
dan testoteron memberikan pengaruh terhadap pemberhentian
pertumbuhan dari tulang panjang dan merangsang penutupan lempeng
epifisis dari tulang tersebut.
b. Asupan Mineral
Vitamin D berperanan dalam pertumbuhan tulang baik secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung, vitamin D diyakini dapat
merangsang peningkatan osteoblas pada tulang; sedangkan secara tidak
langsung, vitamin D berpengaruh terhadap rangsangan penyerapan
kalsium dalam usus. Hal ini berakibat dapat meningkatkan konsentrasi
kalsium dalam darah dan mendorong aktivitas mineralisasi pada tulang.
Namun, kadar konsentrasi vitamin D yang terlalu tinggi dalam darah akan
berdampak pada rangsangan kebutuhan akan ion kalsium, dilain pihak
juga dapat meningkatkan penguraian tulang. Dengan demikian, kadar
vitamin D yang tinggi apabila tidak diimbangi dengan kadar ion kalsium
dan phospor yang cukup maka akan dapat meningkatkan proses absorbsi
tulang.
Patologi Tulang
Osteopetrosis
Penyakit ini umumnya menyerang anak babi yang baru lahir (merupakan
sebuah contoh pada kasus diaphyseal dysplasia) dengan karakterisasi berupa
formasi periosteal pada tulang baru pada permukaan tulang panjang. Lesi dapat
merupakan hasil dari disorganisasi dari perichondral ossifikasi. Tulang pada
bagian ekstremitas biasanya dapat terlihat menebal oleh edema dan dari
perputaran spikula dari tulang yang terbentuk pada permukaan periosteal dari
metaphysis dan diaphysis. Pada anak babi yang terinfeksi biasanya mengalami
stillborn atau mengalami kematian sesaat setelah lahir karena komplikasi dari
penyakit yang lain.
Craniomandibular Osteopathy
Penyakit ini memiliki nama lain lion jaw, dan secara tipical terjadi pada anjing
Scottish terrier atau West Highland. Kelainan ini mempunyai karakteristis lesi
yang bilateral simetris dan merupakan efek dari pembentukan tulang periosteal
yang baru dan hasil dari penyerapan yang tidak teratur dari beberapa penebalan
yang irregular pada mandibula, occipital dan temporal tulang serta terkadang
pada tulang tengkorak. Tetapi bagian yang umumnya parah adalah tympani
bullae, dan jarang pada tulang periosteal yang baru terjadi pada bagian tulang
kaki. Pada pengamatan histopatologi, ada banyak bentukan garis-‐garis
basophilic yang tipis dan irregular yang merupakan indikasi tempat berhentinya
penyerapan; serta formasi dari pembentukan tulang yang terjadi menyebabkan
adanya mosaik karakteristik pada pengamatan mikroskopis.
Kelainan ini umumnya teramati pada anjing dengan rentan umur 4 – 7 tahun dan
dapat pula sembuh. Pada anjing yang mengalami kelainan, biasanya mengalami
kesulitan mastikasi yang disertai rasa sakit dan otot pada tengkorak mengalami
atropi .
Osteogenesis imperfecta
Merupakan bentuk kelainan tulang yang umum terjadi pada sapi, domba, dan
anjing muda. Kelainan ini meliputi tulang, dentin dan tendon. Secara klinis,
hewan yang mengalami kelainan ini akan tampak mengalami multipel fraktur,
dislokasi sendi, serta kerusakan dentin. Dasar dari kelainan ini berupa kegagalan
fungsional pada produksi osteoblastik collagen tipe I, dan pada beberapa kasus,
terjadi akibat menurunnya sintesis protein non colagenus, seperti; osteonectin
yang sangat berperanan pada pembentukan dan pertumbuhan dari tulang, sendi
dan gigi.
Angular Limb deformity
Kelainan ini berupa deviasi dari bagian distal tulang-‐tulang pada kaki pada suatu
individu. Kelainan bentuk ini dapat terjadi pada spesies hewan apapun, tapi yang
paling sering adalah pada kuda yang masih muda.
Deviasi ini asalnya bisa dari berbagai lokasi, misalnya bagian distal radial physis,
carpus, distal metatarsal physis. Kelainan ini bisa juga terlihat pada saat hewan
baru lahir ataupun bisa muncul disaat hewan itu tumbuh besar. Causatif
faktornya bervariasi, dari malposisi disaat fetus didalam uterus, joint yang
bermasalah / kendor, hypotiroidisme, trauma, over nutrisi (konsumsi jumlah
protein dan kalori yang berlebihan), dan kegagalan endocondral osifikasi dari
epiphyses dari karpal, tarsal, dan tulang-‐tulang panjang. Kelainan ini juga dapat
berkembang dari tidak seimbangnya pertumbuhan pada bagian yang
bersebrangan dengan epifise, seperti pada bagian distal radius, dan dapat
disebabkan oleh trauma atau kerusakan lokal dari supply darah baik pada bagian
physis dari samping epiphysis ataupun bagian komplek dari artikular epifisis.
Contohnya, kerusakan supply darah ke bagian lateral epiphysis yang dapat
menyebabkan penurunan pertumbuhan tulang longitudinal pada bagian lateral
pada suatu tulang, dan terjadi deviasi lateral dari tulang kaki karena
pertumbuhan tulang yang hanya terjadi pada bagian dalam dari tulang tersebut.
Hal yang sama juga dapat terjadi bila kerusakan atau retardasi yang terjadi pada
pertumbuhan satu aspek dari kartilago komplek articular-‐epipisis. Hal ini dapat
mengakibatkan epipisis mengalami malformasi berupa kelainan bentuk pada
tulang kaki yang disebut angular limb deformity.
Kelainan tulang yang bersifat sistemik ini umumnya diakibatkan karena faktor
nutrisional, endokrin, dan / atau toxin. Abnormalitas secara struktural terjadi
baik pada saat tulang itu tumbuh maupun sudah dewasa atau selama normal
modeling dan remodeling. Kelainan ini sering disebut osteodystrophy.
Osteodystrophy merupakan kelainan yang relatif masih bersifat umum dan
berupa kelainan formasi tulang. Kelainan osteodystropi metabolik yang bersifat
klasik dapat berupa osteoporosis, fibrous osteodystropy, rickets, and
osteomalacia. Istilah-‐istilah ini mengindikasikan perubahan-‐perubahan patologi
yang spesifik, tetapi belum tentu mengindikasikan penyebabnya yang spesifik.
Misalnya, osteoporosis bisa terjadi karena kekurangan kalsium, terapi
glukokortikoid dalam waktu yang lama, atau kurangnya aktivitas fisik. Perlu
diingat bahwa tipe osteodystrophy yang berbeda dapat terjadi pada tulang yang
sama, contohnya osteodistrophy pada hewan dengan kekurangan kalsium yang
parah yang dibarengi dengan asupan posphor yang tinggi dapat menyebabkan
kelainan dari osteoporosis dan fibrous osteodystrophy. Praktisnya, kebanyakan
kasus kekurangan nutrisi pada hewan tidak hanya melibatkan satu elemen
nutrisi, namun lebih sering bersifat multipel.
Osteoporosis
Rickets merupakan kelainan pada tulang yang umumnya terjadi pada tulang
yang masih muda, sedangkan osteomalacia merupakan kelainan yang terjadi
pada tulang yang telah dewasa. Lesi dari kedua kelainan ini berupa kegagalan
tulang mengalami mineralisasi sehingga tulang bisa menjadi rapuh, mengalami
kelainan bentuk dan fraktur. Pada hewan yang sedang tumbuh, rickets
merupakan kelainan pada tulang termasuk kartilago yang terjadi pada saat
proses endochondral osifikasi berlangsung. Sedangkan pada hewan yang telah
dewasa, osteomalacia merupakan kelainan yang hanya terjadi pada tulang, yang
umumnya disebabkan oleh kekurangan asupan vitamin D dan / atau phospor.
Akan tetapi kegagalan dari mineralisasi tulang dan osteomalacia dapat terjadi
pada kasus penyakit ginjal kronis dan kasus kronik flourosis. Secara
mikroskopis, lesi dari kasus rickets merupakan refleksi dari kegagalan
mineralisasi dari lempeng tulang rawan dan tulang secara umum dan akan
tampak disorganisasi pada bagian chondrosit tulang yang sedang tumbuh.
Fibrous Osteodystrophy
Aseptik nekrosis tulang pada manusia terjadi dengan klinis yang beragam
termasuk infark pada tulang, hiperadrenokorticism, emboli lemak dan nitrogen
maupun intramedullary neoplasia. Pada hewan, aseptic nekrosis pada tulang
umumnya berhubungan dengan intramedullary neoplasia dan berbagai kelainan
non neoplastik. Penurunan supply darah dari pembuluh darah pada tulang dan
meningkatnya tekanan sumsum tulang merupakan faktor penting dalam
pathogenesis dari kasus aseptic nekrosis tulang. Pengamatan patologi anatomi
pada kasus ini bervariasi tergantung luasnya daerah nekrosis. Bila terjadi pada
tulang dengan daerah nekrosis yang luas, tulang akan tampak kering, berkapur,
dengan bagian periosteum dapat dilepas dengan mudah. Sedangkan secara
mikroskopis, karakteristik dari kasus ini ditandai dengan kematian sel-‐sel tulang
pada bagian yang nekrosis dan kehilangan osteosit pada bagian lacuna dari
tulang tersebut.
Osteitis
Osteitis dan turunan kelainannya dapat disebabkan oleh bakteri walaupun agen
lain seperti virus, jamur dan protozoa dapat terlibat di dalamnya. Actinomyces
pyogenes dan bakteri pyogenes lainnya, merupakan bakteri yang umum dapat
menginfeksi tulang dan mampu menimbulkan kasus yang disebut suppuratif
osteomyelitis pada hewan. Namun, bakteri Staphillococcus intermedius
merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan osteomyelitis pada anjing.
Tulang merupakan jaringan yang relatif mudah meluas dan terkena neoplasia.
Banyak jaringan tulang yang mengalami neoplasia yang terjadi bersamaan
dengan kasus kelainan resorbsi dan formasi pembentukan tulang baru. Namun
dilaporkan, rasa sakit, hiperkalsemia, peningkatkan aktivitas serum alkalin
phospatase, fraktur, metastasis merupakan faktor lain yang dapat menyebabkan
terjadinya neoplasia pada tulang. Pada pembentukan tulang baru, neoplasia
umumnya terjadi yang ditandai dengan kelainan bentuk sel-‐sel penyusun tulang
dan biasanya disusun oleh plasma sel myeloma dan limphosarkoma. Sedangkan
terjadinya neoplasia pada tulang akibat dari destruksi pada tulang, berhubungan
dengan osteoklas dalam fungsinya memfagosit tulang-‐tulang yang sudah tua.
Aktivitas dari absorbsi dan formasi dari jaringan neoplasia tulang tidak terlepas
dari aktivitas sitokin yang diproduksi oleh sel-‐sel inflamasi dan neoplastik
sel, seperti: Prostaglandin, asam metabolic, dan beberapa enzym yang bersifat
katabolisme. Pada kasus hiperkalsemia pada hewan, contoh kasus yang sering
terjadi yaitu adenokarsinoma dari glandula apokrin pada kantong bagian anal
dari anjing. Neoplasia ini sering menyebabkan peningkatan produksi
PTH-‐ related protein dan metastasis secara luas.
Lesi dari jenis ini sering terjadi pada pembentukan tulang yang baru, misalnya:
saat pembentukan tulang baru akibat fraktur, pada kasus kronik osteomyelitis
dan kasus degeneratif pada persendian. Lesi jenis ini dapat berkarakteristik
berupa nodular yang bersifat benigna yang muncul keluar dari permukaan
tulang (Exostosis / Osteophyte). Apabila perluasan dari kelainan jaringan tulang
ini sampai ke ligamen atau tendon, hal ini disebut enthesophyte. Bahkan, lesi
dari tulang ini dapat disertai dengan adanya kandungan kartilago. Hiperostosis
digunakan untuk mengindikasikan dimensi dari tulang itu meningkat, dan
berimplikasi terhadap terjadinya penebalan yang bersifat kesatuan pada lapisan
permukaan periosteal. Sedangkan, enostosis merupakan kelainan pertumbuhan
jaringan tulang yang terdapat di dalam ruang medulla dari tulang. Asalnya
dimulai dari permukaan kortikal-‐endoteal dari jaringan tulang. Kelainan ini
dapat berpengaruh terhadap aktivitas sumsum tulang pada ruang medulla.
Hipertropik Osteopathy
Pada hewan kasus ini sering terjadi pada Anjing, dengan karakteristik lesi
berupa besarnya tulang karena pertumbuhan yang progressif, akibat formasi
dari tulang baru dibagian diaphysis tulang dan biasanya terjadi secara bilateral
pada tulang rusuk bagian distal. Kelainan ini juga disebut sebagai Hypertropik
pulmonary osteopathy karena kebanyakan dari kasus ini terjadi pada bagian
intra-‐thorak dari hewan. Formasi pembentukan tulang yang baru dapat
terjadi secara relatif cepat, akan tetapi dapat juga mengalami regresi jika
penyebab primernya dihilangkan. Peningkatan tekanan darah arteri, hyperemia,
dan edema dari periosteum dapat menyebabkan penebalan pada bagian
periosteum tulang. Pada awalnya akan terjadi peningkatan lapisan jaringan
fibrous dan selanjutnya akan terbentuk formasi tulang yang baru.
Osteochondromas
Kelainan ini dapat terjadi pada anjing dan kuda, dan merupakan kelainan akibat
kesalahan perkembangan dari pertumbuhan tulang dan bukan merupakan
kelainan yang bersifat neoplasia. Lesi ini bersifat turunan dan akan terlihat
segera setelah individu tersebut lahir. Osteochondromas berasal dari masa
eksentrik yang berlokasi dibagian physis tulang yang bisa tumbuh dari tulang
panjang, rusuk, tulang belakang, ataupun scapula. Secara mikroskopis, lesi ini
memiliki penutup katilago hyaline yang bisa muncul pada saat proses
endochondral osifikasi berlangsung dan dalam rangka trabekula membentuk
dasar dari lesi tersebut.
Fibrous dysplasia
Lesi yang tidak umum yang bisa dilihat pada beberapa tempat pada suatu
individu (sering pada daerah tulang kepala dan tulang panjang) pada hewan
muda. Lesi ini dapat berasal dari kegagalan perkembangan tulang yang bisa
bersifat multipel. Secara tipikal, tulang yang telah ada tergantikan oleh perluasan
masa dari jaringan fibro-‐osseus yang bisa memperlemah bagian kortek dari
tulang dan memperluas bagian eksternal dari kontur tulang tersebut. Lesi
tersebut bersifat padat, dan pada saat diseksi akan teramati pada bagian tulang
yang mengalami mineralisasi dan bisa juga diikuti dengan adanya kista multipel
yang di dalamnya terdapat cairan sanguinus.
Referensi:
Ceriana, R., & Sari, W. (2018, February). Perubahan struktur makroskopis hati
dan ginjal mencit yang diberi ekstrak batang Sipatah-Patah (Cissus Quadrangula
Salisb.). In Prosiding Seminar Nasional Biotik (Vol. 4, No. 1).
Ceriana, R., & Sari, W. (2018, February). Perubahan struktur makroskopis hati
dan ginjal mencit yang diberi ekstrak batang Sipatah-Patah (Cissus Quadrangula
Salisb.). In Prosiding Seminar Nasional Biotik (Vol. 4, No. 1).
Kuntoadi, G. B., & SKG, M. (2019). Buku Ajar Anatomi Fisiologi: untuk mahasiswa
APIKES–Semester 1. Pantera Publishing.