Anda di halaman 1dari 3

KASUS 1

1. Dalam menyikapi pemberitaan yang dapat mengancam kepercayaan stakeholder, seorang PR


perlu mengambil beberapa langkah strategis melalui media relations, yaitu:

 Mempersiapkan rencana respons darurat: Sebelum terjadi masalah atau pemberitaan yang
merugikan, PR harus sudah memiliki rencana respons darurat yang terperinci dan telah diuji
coba untuk menghadapi situasi-situasi seperti ini. Rencana respons darurat harus mencakup
siapa yang harus berbicara kepada media, bagaimana pesan disampaikan, dan bagaimana
mengelola krisis tersebut.

 Menjalin hubungan baik dengan media: PR harus membangun hubungan yang baik dengan
media dan para jurnalis yang meliput industri atau organisasi tersebut. Hal ini
memungkinkan PR untuk memperoleh kepercayaan para jurnalis dan memastikan bahwa
informasi yang diberikan akurat dan tidak terdistorsi.

 Memberikan informasi yang jelas dan transparan: Dalam menghadapi krisis, PR harus
memberikan informasi yang jelas dan transparan kepada media. PR harus memastikan
bahwa informasi yang diberikan akurat, terbaru, dan tidak menimbulkan kebingungan. Selain
itu, PR juga harus memastikan bahwa informasi tersebut disampaikan secara terbuka dan
tidak menyembunyikan fakta-fakta yang merugikan.

 Membangun citra positif: Untuk mengatasi dampak negatif dari pemberitaan yang
merugikan, PR harus membangun citra positif organisasi atau industri tersebut melalui
pemberitaan positif, acara atau kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat dan kegiatan
sosial lainnya yang mencerminkan tanggung jawab sosial perusahaan.

 Mengukur dampak dan keberhasilan respons: Setelah merespons krisis atau pemberitaan
negatif, PR harus melakukan evaluasi dan mengukur dampak serta keberhasilan respons
tersebut. Hal ini memungkinkan PR untuk menilai keberhasilan dari rencana respons darurat
dan melakukan perbaikan pada masa yang akan datang.

2. Kepentingan Public Relations dan Jurnalistik memang tidak selalu sejalan atau sepaham.
Namun, hal ini tidak berarti keduanya harus saling bertentangan. Beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk menyikapi masalah ini, antara lain:

 Membangun hubungan yang baik: PR harus membangun hubungan yang baik dengan
jurnalis dan media. Ini mencakup membantu jurnalis dalam mencari informasi dan
memberikan akses ke para ahli atau sumber informasi.

 Memberikan informasi yang berkualitas: PR harus memberikan informasi yang berkualitas


kepada jurnalis dan media. Informasi tersebut harus akurat, terkini dan menarik, sehingga
memudahkan jurnalis untuk membuat berita yang baik dan menghindari kesalahan.

 Memahami peran masing-masing: PR harus memahami peran jurnalis dan media, sehingga
dapat memberikan informasi yang relevan dengan tujuan mereka dan memudahkan jurnalis
untuk membuat berita yang akurat. Jurnalis harus memahami bahwa PR bukanlah sumber
berita utama, namun hanya membantu memperoleh informasi yang dib utuhkan untuk
membuat berita. Jurnalis juga harus berusaha untuk mempertahankan independensi dan
integritas dalam melaporkan berita, serta memeriksa kebenaran informasi yang diberikan
oleh PR.
 Menjalin hubungan yang baik: PR dan jurnalis perlu menjalin hubungan yang baik dan saling
menghargai. PR dapat membangun hubungan baik dengan jurnalis dengan cara memahami
jadwal kerja mereka, memberikan informasi yang akurat dan relevan, serta merespon
permintaan jurnalis secara cepat. Sedangkan jurnalis dapat membangun hubungan baik
dengan PR dengan cara memberikan umpan balik yang jujur dan membantu memperbaiki
kualitas informasi yang diberikan oleh PR.

 Menjaga komunikasi terbuka: PR dan jurnalis perlu menjaga komunikasi terbuka dan
transparan. PR harus memberikan informasi yang jujur dan transparan, serta menjawab
pertanyaan dengan jelas dan terbuka. Jurnalis juga perlu memberikan umpan balik yang jujur
dan membuka kemungkinan untuk berdiskusi lebih lanjut dengan PR jika diperlukan.
Press Release

Transaksi Mencurigakan Bukan Korupsi Pegawai

Pada Selasa, 14 Maret 2023, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK) mengklarifikasi transaksi mencurigakan senilai Rp 300 triliun yang viral di
Kementerian Keuangan, Jakarta, untuk menjawab kekhawatiran publik terkait dugaan korupsi atau
TPPU di Kemenkeu. Irjen Kemenkeu akan melakukan pemeriksaan sesuai peraturan terkait informasi-
informasi pegawai yang dicurigai, sedangkan PPATK membantah bahwa transaksi tersebut
merupakan aktivitas dari pegawai Kemenkeu.

Dalam beberapa hari terakhir, publik diramaikan dengan viralnya transaksi mencurigakan senilai Rp
300 triliun di Kementerian Keuangan. Namun, pada Selasa (14/3/2023), Kepala Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana secara langsung datang ke Kementerian
Keuangan untuk memberikan penjelasan.

Irjen Kemenkeu Awan Nurmawan mengklarifikasi bahwa transaksi mencurigakan tersebut bukan
terkait dengan korupsi atau TPPU pegawai Kemenkeu. Terkait informasi mengenai pegawai dengan
transaksi mencurigakan, pihaknya akan melakukan pemeriksaan sesuai peraturan yang berlaku. Ivan
juga membantah bahwa transaksi yang mencurigakan tersebut merupakan aktivitas dari pegawai
Kemenkeu seperti yang sudah beredar di publik. "Kami menemukan sendiri terkait dengan pegawai,
tapi itu nilainya tidak sebesar itu, nilainya sangat minim," tegasnya.

Dalam UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang, Kemenkeu merupakan salah satu penyidik tindak pidana asal. PPATK wajib melaporkan ketika
ada kasus atau transaksi yang mencurigakan yang berkaitan dengan perpajakan dan kepabeanan.
Ivan menjelaskan bahwa dalam kerangka itu perlu dipahami bahwa ini bukan tentang adanya abuse
of power atau korupsi yang dilakukan oleh pegawai dari Kementerian Keuangan, melainkan lebih
kepada tugas dan fungsi Kemenkeu yang menangani kasus-kasus tindak pidana asal.

Sebelumnya, informasi awal dari transaksi mencurigakan ini muncul dari Menko Politik, Hukum, dan
HAM Mahfud MD. Pada Rabu (8/3/2023), Mahfud menjadi pembicara kunci dalam acara Town Hall
Meeting dengan para mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Seusai acara, ia
menyampaikan beberapa pernyataan di hadapan para wartawan di sana, termasuk temuan PPATK
terkait transaksi jumbo dari rekening Rafael Alun Trisambodo (RAT), mantan pejabat eselon III di
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai