Anda di halaman 1dari 13

MENGELOLA

KOMUNIKASI
KETIKA
KRISIS
AGUNG RACHMADAN
44216310027
TEKNIK PERSUASI

Persuasi merupakan komunikasi yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pilihan


orang. Sebagai salah satu unsur strategis dalam bidang kehumasan krisis, persuasi
merupakan salah satu kunci sukses praktisi kehumasan dalam setiap aktivitas
komunikasinya terutama mengubah opini, meubah persepsi, mengubah keadaan
emosi dan mengubah perilaku fisik.
PESAN PERSUASIVE

Pesan persuasif terdiri dari 4 bagian, Menurut Bettinghaus dan Taylor (1974) :

A. Proposisi atau Tesis. Proposisi atau tesis adalah rumusan tentang tindakan-tindakan persuasi yang diinginkan pelaku atau
komunikator dari komunikan setelah menerima pesan pesan

B. Imbauan. Imbauan adalah pembenaran atau justifikasi atau alasan yang diberikan komunikator terhadap tindakan yang diharapkan.

C. Evidence. Fungsi bukti (evidence) adalah memperkuat imbauan. Oleh sebab itu, bukti yang dikemukakan bukanlah yang
bertentangan dengan imbauan. Bukti perlu mempunyai kekuatan asosiatif yang sejalan dengan imbauan.

D. Argimentasi Penunjang. Sebuah pesan akan lebih kuat lagi efek persuasifnya bila dilengkapi dengan argumentasi yang dapat
mendukung imbauan dan bukti. Bukti saja kadang-kadang tidak cukup kuat menggiring orang pada asosiasi tertentu.
PERAN JURU BICARA

Sebuah pesan akan lebih kuat lagi efek persuasifnya bila dilengkapi dengan argumentasi
yang dapat mendukung imbauan dan bukti. Bukti saja kadang-kadang tidak cukup kuat
menggiring orang pada asosiasi tertentu. juru bicara yang kredibel sangat menentukan
keberhasilan manajemen krisis (Barret, 2005; Coombs, 2007). Pertanyaannya sekarang
adalah siapa yang harus menjadi jurubiacara tersebut? Berikut adalah tiga argumen
umum dan apa yang harus Anda pertimbangkan.
KOMUNIKASI INTERNAL DAN KOMUNIKASI EKSTERNAL

Situasi krisis terjadi tidak dapat diprediksi kapan datangnya, namun ketika krisis
tersebut melanda maka stakeholder yang menjadi korban atau mengalami dampak yang
signifikan haruslah yang menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, untuk menangani
krisis komunikasi dalam perusahaan seorang Public Relations harus memahami 5C’s
dalam penyampaian pesannya. Elemen 5C’s dalam situasi krisis yang harus ada ketika
menyampaikan pesan kepada publik
 Care

Merupakan bentuk perhatian yang mendalam dari perusahaan. Pesan yang disampaikan dalam
elemen Care ini hendaknya menunjukkan rasa peduli dan rasa empati yang sungguh-sungguh
dari pihak perusahaan terhadap stakeholder yang terkena dampak krisis. Karena publik akan
lebih menerima dan memberikan dampak positif apabila perusahaan menunjukkan kesungguhan
dan perhatiannya atas krisis yang sedang terjadi.
 Commitment

Elemen ini menunjukkan tanggung jawab perusahaan. Manajemen haruslah menyampaikan


pesan kepada publik bahwa perusahaan segera bertindak menyelesaikan masalah, menemukan
sumber terjadinya krisis dan meminimalisir kemungkinan terjadinya krisis yang sama.
 Consistency and Coherency

Ini merupakan elemen dimana semua pihak perusahaan menunjukkan konsistensi perhatian dan tanggung jawab atas
krisis yang melanda. Ketika krisis sudah terjadi, maka semua pihak dalam perusahaan mulai dari CEO hingga para
staff harus memberikan pernyataan yang sama. Maksudnya disini adalah ada keseragaman informasi di internal
perusahaan sehingga pesan yang disampaikan kepada publik adalah yang sebenarnya. Elemen ini merupakan output
dari manajemen krisis tahapan awal before the crisis dimana manajemen telah menginternalisasi semua pihak dalam
perusahaan tentang apa yang harus dilakukan dan dikatakan kepada publik ketika terjadi krisis.
 Clarity

Pada elemen ini perusahaan memberikan pesan dengan jelas. Pesan yang disampaikan kepada publik haruslah jelas,
mudah dipahami, sederhana dan tidak ambigu. Mengapa harus jelas? Tentunya agar pesan tidak diplintir sedemikan
rupa sehingga berkembang informasi yang salah. Kita harus ingat bahwa di era digital ini orang bisa saja mengolah
kembali informasi yang sebenarnya menjadi berita hoax yang malah akan memperkeruh suasana krisis dalam
perusahaan. oleh sebab itu pesan haruslah jelas, padat, tidak ambigu dan manis didengar oleh publik.
 Cooperation

Perusahaan dalam elemen ini menyampaikan kerjasama dengan pihak terkait dalam menyelesaikan krisis. Pada
dasarnya, perusahaan haruslah mengembangkan kerjasama dengan berbagai pihak yang telah dimulai jauh hari
sebelum terjadinya krisis. Kerjasama tersebut dilakukan misalnya dengan media, pihak berwajib, pemerintah, juga
masyarakat. Kerjasama perlu dilakukan karena bagian dari cara perusahaan dalam mempertahankan image, kontribusi
terhadap lingkungan sosial dimana perusahaan berada. Juga sebagai dukungan ketika terjadi krisis, sehingga bisa
meredam informasi negatif yang mungkin saja berkembang dalam masyarakat atas kriris yang melanda perusahaan.
STRATEGI KOMUNIKASI KRISIS

1. Punya Tim Komunikasi. Mengatur sebuah tim komunikasi krisis yang terpadu (lintas bidang, termasuk
pakar/konsultan eksternal yang terpercaya) dengan koordinasi yang kuat dan diikat oleh perencanaan komunikasi
krisis yang baik, termasuk pembagian kerjanya.

2. Kontak Media Massa. Segera kontak media massa untuk memberikan informasi awal dengan prinsip “begin it at
once from the top of the organization”. (Regester & Larkin, 2008.). tujuannya mengurangi spekulasi-spekulasi
khususnya diawal-awal krisis.

3. Fakta-fakta. Mengumpulkan fakta-fakta dan mempersiapkan pernyataan terhadap publik. Tujuannya untuk
mengurangi risiko munculnya shock, kepanikan dan kekhawatiran publik.; kepanikan dapat terjadi jika organisasi
tidak memberikan informasi sejak awal sehingga muncul spekulasi-spekulasi.
4. Konferensi Pers Berkala. Konferensi pars perlu dilakukan secara berkala. Tujuannya untuk update informasi
sehingga tidak muncul kekurangan informasi serta mengonter berita-berita atau publisitas negatif di media.

5. Tidak Menutup Informasi. Terkait dengan meng-update informasi secara reguler, organisasi janang memilih-
milih informasi, informasi positif disampaikan dan yang negatif disembunyikan. Meskipun negatif, perlu
disampaikan dan jangan di tutu-tutupi. Kuncinya cara menyampaikan informasi negatif ini jangan sampai
membuat reputasi organisasi menurun.

6. Hati-hati Menyampaikan Informasi. Dalam menyampaikan informasi harus benar-benar hati-hati dan jangan
sampai menimbulkan masalah-masalah baru dan membuat situasi makin keruh, seperti: terburu-buru
menyampaikan informasi padalah informasi padahal belum mempunyai fakta yang jelas (berspekulasi), tidak
menyampaikan simpati/empati; atau menyalahkan pihak lain.
7. Komunikasi Reputasi. Melindungi perusahaan dari kritik-kritik spekulasi, yang biasanya muncul dari diskursus
publik di media massa. Bersifat dapat dipercaya (accountability), keterbukaan (disclosure), dan komunikasi
berbasis keseimbangan kepentingan

8. Satu suara. Memiliki sistem ‘’one gate communication’’ melalui sebuah media center dengan satu orang juru
bicara.

9. Komunikasi Empati. Wujud dari rasa empati: jangan menyebut nama korban sebelum
mengonfirmasi/mengontak anggota keluarga. Hal ini juga untuk mencegah kesalahan identfikasi korban.

Anda mungkin juga menyukai