Anda di halaman 1dari 6

MANAJEMEN KRISIS

Menurut Purwaningwulan (2013: 167), krisis adalah peristiwa, rumor, atau informasi yang
membawa pengaruh buruk terhadap reputasi, citra, dan kredibilitas perusahaan. Banyak
perusahaan berpikir, bahwa krisis hanya akan menyerang perusahaan besar, padahal krisis dapat
menyerang siapa aja, baik individu, organisasi, maupun perusahaan, kapan dan di mana saja. Oleh
karena itu, semua pihak harus siap berhadapan dengan krisis, terutama seorang public relations
(PR).

Menurut Umami dan Putri (2014), public relations issues and crisis management
merupakan bagian dari aktivitas public relations. Dalam aktivitas tersebut, seorang PR bertugas
menjalin komunikasi dua arah dan menjaga kepentingan publik. Kedua tugas tersebut bukanlah
tugas yang mudah, mengingat dampaknya pada suatu perusahaan atau instansi pemerintah. Bahkan
perusahaan yang berskala kecil pun, membutuhkan program public relations yang perlu dilakukan
dengan cara sosial dan penuh tanggung jawab.

Menurut Kriyantono (2015: 219), pada tahap awal krisis, PR harus membatasi persoalan
atau area krisis. Pembatasan ini perlu dilakukan, untuk meminimalkan persoalan atau area krisis.
Hal tersebut juga sebagai upaya untuk meminimalkan efek kerusakan bagi perusahaan. Tujuan PR
melakukan manajemen krisis adalah untuk menghentikan dampak negatif dari suatu peristiwa,
melalui sejumlah upaya persiapan dan penerapan beberapa strategi dan taktik. Sejumlah upaya
tersebut, bertujuan juga untuk membangun reputasi positif yang lebih baik, daripada sebelum
terjadi krisis.

Secara umum manajemen krisis dapat dilakukan melalui enam prinsip berikut.

1. Perencanaan Krisis dan Tim Manajemen Krisis: “Worst Case/Possible Scenario.


Artinya, buatlah skenario mengatasi krisis dengan menganggap bahwa ada
kemungkinan situasi akan terus memburuk. Skenario yang dibuat, dimulai dari skenario
optimisme, sampai pesimis. Perencanaan krisis ini berguna untuk mengantisipasi krisis
yang sejenis muncul lagi atau terjadi krisis lainnya, namun perusahaan sudah mempunyai
pedoman untuk meresponsnya.
2. Respon Cepat dan Tidak Panik: Delay is Deadly.
Melakukan respon sesegera mungkin. Tujuannya agar organisasi dapat secepat
mungkin mengontrol situasi. Jika terlambat, situasi semakin tidakterkendali, misalnya,
akan beredar banyak rumor atau banyak korban yang tidak terurus. Contoh: CEO Exxon
tidak cepat merespons pertanyaan media dan tidak langsung mendatangi lokasi tumpahan
minyak, sehingga dia gagal menghentikan persepsi negatif tentang perusahaan.
Seharusnya, Ia secepatnya bertemu media dan datang kelokasi untuk memberikan
informasi awal tentang kejadian apa, apa yang sudah, sedang, dan akan dilakukan, sehingga
publik tercukupi informasi.

3. Kepentingan Publik.
Meletakkan prioritas utama pada keselamatan dan kepentingan publik, bukan untuk
mempertahankan profit. Contohnya, menarik semua produk dari pasar untuk mencegah
banyak korban lagi.

4. Tindakan untuk Harapan Publik.


Melakukan tindakan yang dapat memenuhi harapan publik. Di awal krisis, biasanya
publik mempunyai harapan, seperti segala sesuatu dapat diperbaiki atau dikembalikan,
seperti sebelum krisis. Perusahaan mempunyai rencana antisipasi untuk kemungkinan-
kemungkinan krisis yang akan terjadi, dengan cara memahami apa yang harus dilakukan
dan memilih orang yang memiliki kemampuan menangani krisis dengan cepat.

5. Rencana Komunikasi Krisis.

Mengarahkan publik agar mendukung manajemen krisis secara keseluruhan,


sehingga reputasi organisasi tidak menjadi negatif. Untuk membangun komunikasi
tersebut, PR mengupayakan satu suara yang melakukan komunikasi tersebut, yaitu melalui
crisis center dengan satu juru bicara. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan
ketercukupan informasi dan mencegah rumor. Hal lainnya, mengajak publik melakukan
kerjasama dalam bentuk partisipasi, dan ada penghargaan atas hal tersebut dari perusahaan.
Lalu, menghindari diri, menyalahkan pihak lain, mencari kambing hitam, dan
menggunakan jalur hukum. Namun teliti dan cermat mencari penyebab krisis. Jika
ditenggarai ada oknum, diteliti motivasinya.

6. Komitmen.
Ditunjukan dengan cara memperbaiki kulitas produk, menjalin koordinasi dengan
semua elemen internal dan eksternal, seperti karyawan, pemerintah, LSM, atau pakar.
Koordinasi adalah hal penting, karena sebuah krisis bukan hanya masalah organisasi,
tetapi, masalah bersama. Karena dampak yang ditimbulkan dapat sangat luas dan
memengaruhi sistem sosial yang lebih luas, tidak hanya operasional organisasi.

5 MANAJEMEN KRISIS UNTUK MENGUBAHNYA MENJADI PELUANG

Setiap harinya, kita sebagai karyawan, pemimpin, pebisnis atau pengusaha selalu
berhadapan dengan berbagai masalah. Baik masalah yang dapat diprediksi maupun masalah yang
tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Beberapa masalah yang sering kita hadapi adalah terjebak
macet padahal ada rapat kerja di pagi hari, berjuang untuk bisa membayar gaji karyawan, bertemu
dengan klien yang menyebalkan, mendapatkan karyawan yang membocorkan rahasia perusahaan,
dan lain sebagainya.

Setiap orang perlu memiliki manajemen krisis yang baik. Manajemen krisis dapat
membantu kita untuk menghadapi dan menyelesaikan segala permasalahan yang ada. Setidaknya,
manajemen krisis dapat membantu kita menjadi pribadi yang berani dalam mengambil risiko.
Bukan menjadi individu yang menjauhi setiap permasalahan yang datang, karena pada
kenyataannya kita memang tidak bisa menghindar dari permasalahan yang hadir di kehidupan kita.

Masalah hadir untuk diselesaikan, bukan untuk dijauhi. Jika kita menunda penyelesaian
masalah, semakin lama kita menundanya, maka masalah tersebut akan menjadi semakin rumit.
Pada artikel kali ini, kita akan membahas tentang 5 manajemen krisis yang sangat penting, dan
akan membantu kita dalam mengubah krisis menjadi sebuah peluang.
Terlebih lagi, salah satu kriteria orang sukses adalah selalu melihat masalah sebagai
peluang emas. Jadi bagi rekan-rekan Career Advice yang ingin menjadi orang sukses, Yuk mulai
dari sekarang kita ubah krisis menjadi peluang. Menurut website entrepreneur, ada 5 manajemen
krisis yang kita perlukan dalam hal ini yaitu sebagai berikut :

1. Menjaga Pikiran agar Tetap Tenang.

Ini mungkin cara yang sangat klasik dan sudah diperbincangkan oleh banyak orang
sebelumnya. Namun kenyataannya, cara ini merupakan manajemen krisis yang paling
utama. Untuk bisa menghadapi permasalahan, baik terkait kehidupan dan pekerjaan di
kantor. Pikiran yang tenang dan jernih sangatlah diperlukan. Tanpa pikiran yang tenang,
kita tidak bisa berpikir dengan baik. Efeknya, kita akan membuat keputusan yang kurang
tepat, bahkan mungkin membahayakan bagi diri sendiri dan banyak orang.

Ketika masalah datang, coba langsung bayangkan bahwa masalah tersebut adalah
“santapan lezat” yang perlu kita makan. Untuk menikmati santapan tersebut, kita perlu
menyantapnya dengan pisau, garpu dan sendok sebagai alat yang tepat untuk menyantap
makanan lezat yang kita miliki. Nah, pikiran yang tenang akan membantu kita untuk
memikirkan alat-alat atau strategi apa saja yang bisa kita gunakan untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada. Apakah kita harus bertemu dengan klien untuk mengadakan rapat
kerja? Apakah kita harus mengadakan pelatihan khusus kepada para karyawan? dan lain
sebagainya.

Intinya ketika permasalahan datang, langsung ambil tindakan untuk menjaga pikiran
kita agar tetap tenang. Selebihnya, biarkan pikiran kita berpikir dengan baik perihal solusi
yang tepat untuk setiap permasalahan yang ada.

2. Membuang Jauh-jauh Pikiran Negatif.

Apa yang kita pikirkan, itu akan menjadi hasil yang akan kita dapatkan. Apabila
kita selalu berpikir negatif ketika menghadapi krisis, maka alam bawah sadar kita akan
membuat usaha kita menjadi sia-sia. Hasilnya? kita tidak mampu untuk menyelesaikan
konflik dengan baik.
Sebaliknya, jika kita berusaha untuk selalu berpikir positif. Meskipun rasanya dunia
tidak mendukung pikiran positif kita, namun rasa optimis akan lahir di dalam diri kita.
Sehingga sesulit apapun masalahnya, kita selalu punya kemampuan untuk
menyelesaikannya dengan baik dan tepat.

3. Mengabaikan Peraturan yang Ada.

Percaya atau tidak, ada kalanya kita perlu mengabaikan peraturan-peraturan yang
ada. Tetapi, ini bukan berarti bahwa sebuah peraturan diciptakan untuk dilanggar loh!
Alasannya karena peraturan-peraturan yang ada di sekitar kita seringkali sudah tidak sesuai
dengan perkembangan zaman. Sehingga, manajemen krisis terlihat sangat datar. Padahal,
kita bisa lebih berinovasi dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap krisis yang ada di
dalam kehidupan kita.

Dengan kata lain, ada saatnya kita perlu mengambil tindakan yang cukup berani
dan mengabaikan atau berpura-pura tidak tahu terhadap peraturan yang ketinggalan zaman
tersebut, ini dilakukan demi mencapai tujuan yang kita harapkan. Hal yang paling
terpenting adalah permasalahan dapat terselesaikan dengan baik tanpa merugikan orang
lain.

4. Berusaha untuk Berpikir Berbeda.

Berani untuk mengabaikan peraturan-peraturan kuno adalah langkah awal untuk


bisa berpikir secara kreatif dan inovatif dalam menghadapi krisis. Logikanya, jika kita
masih belum berani untuk melangkah keluar dari kotak, selamanya kita akan terperangkap
di dalam kotak tersebut. Dan, selamanya juga kita akan menghadapi krisis dengan
peraturan dan ide-ide kuno yang sebenarnya sudah tidak relevan lagi dengan krisis yang
kita hadapi. Terlebih lagi, bisnis selalu mengalami perubahan yang signifikan dari waktu
ke waktu.
Sehingga, kita dituntut untuk terus bergerak mengikuti perkembangan zaman agar
tidak terbelakang. Begitu juga dengan menyelesaikan krisis, diperlukan pemikiran yang
kreatif dan cemerlang untuk menyelesaikan krisis-krisis zaman sekarang.

5. Mencintai Nasib yang Kita Miliki.

Ada kalanya, kita suka membanding-bandingkan krisis atau masalah yang kita
miliki dengan krisis yang dihadapi orang lain. Padahal, setiap orang sudah memiliki
tantangan dan masalah kehidupannya masing-masing. Untuk memiliki manajemen krisis
yang baik, kita perlu mengesampingkan takdir atau nasib yang dimiliki orang lain.

Cukup berfokus pada apa yang kita hadapi sekarang dan cintai nasib apapun yang
kita miliki sekarang. Dengan menerima kenyataan yang kita hadapi sekarang, kita akan
lebih mudah untuk berpikir dalam menghadapi segala krisis yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Prosiding Konferensi Nasional Komunikasi, Vol. 02, No.01. 2018. Manajemen
Krisis PT. Pembangunan Jaya Terkait Peristiwa Kebakaran Pasar Senen. Universitas Negeri
Jakarta. E-ISSN: 2113-9790

https://www.studilmu.com/blogs/details/5-manajemen-krisis-untuk-mengubahnya-
menjadi-peluang

Anda mungkin juga menyukai