LANGKAHNYA
Nah, untuk lebih jelasnya, yuk, simak penjelasan Glints dalam artikel ini!
Mungkin, istilah issue managemet terdengar mirip dengan manajemen krisis (crisis
management). Pasalnya, kedua hal ini sama-sama merupakan teknik public relations untuk
menyelesaikan suatu permasalahan. Ternyata, keduanya memiliki perbedaan yang perlu kamu
pahami.
Secara singkat, manajemen isu adalah tindakan proaktif, sementara manajemen krisis bersifat
reaktif.
1. Keberlanjutan (sustainability)
Dalam hal ini, PR tidak hanya bertindak ketika ada suatu permasalahan yang
perlu diselesaikan. Dengan kata lain, manajemen isu lebih menekankan mekanisme yang
lebih sustainable atau berkelanjutan yang bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau
bahkan bertahun-tahun. Untuk manajemen isu di perusahaan, PR harus mengetahui semua
kemungkinan permasalahan yang ada dan membuat keputusan berdasarkan informasi
yang diperoleh. Jadi, sebelum suatu hal pecah menjadi isu yang besar, PR harus sudah
bisa memperkirakan implikasinya dan melakukan tindakan yang tepat.
2. Biaya
Manajemen krisis dilakukan saat itu juga tanpa pengumpulan informasi yang
menyeluruh. Biaya proses ini tentunya lebih besar daripada manajemen isu dan bisa
membuat perusahaan cukup kewalahan. Ketika sebuah kejadian negatif terjadi, PR harus
segera siap meminimalkan konsekuensinya agar tidak berdampak lebih besar terhadap
stakeholder dan perusahaan.
3. Dampak
Istilah ‘isu’ dan ‘krisis’ juga memiliki makna yang berbeda. Suatu isu tidak
memerlukan respon cepat saat itu juga, sedangkan suatu krisis tentu memerlukan
penyelesaian secepat mungkin. Hal ini bukan berarti bahwa isu tidak lebih penting dari
krisis, tapi keduanya memang memerlukan respon yang berbeda.
4. Jangka waktu
Menurut Lucid Chart, ada lima tahap untuk melakukan issue management. Tahap-
tahap ini dilakukan untuk mengidentifikasi risiko dan menghindarkannya dari menjadi
masalah di kemudian hari.
1. Identifikasi risiko
Pada tahap pertama ini, kamu perlu menghumpulkan anggota tim dan melakukan
brainstorming untuk memikirkan apa saja permasalahan yang dapat terjadi di perusahaan.
Sebenarnya, hal ini juga bisa diaplikasikan untuk skala yang lebih kecil, misalnya ketika
suatu proyek sedang berlangsung. Gunakan mind map untuk mempermudah visualisasi
hasil brainstorming sehingga semua yang terlibat bisa memahaminya.
2. Analisis risiko
Dari semua risiko yang sudah dapat teridentifikasi, kamu perlu memikirkan mana
yang paling mungkin terjadi. Pasalnya, tak semua risiko memiliki kemungkinan yang
sama. Untuk hal ini, kamu bisa memanfaatkan decision tree atau decision matrix untuk
mengetahui konsekuensi dari setiap risiko yang potensial.
Dari tahap isu manajemen sebelumnya, kini kamu dapat mengetahui risiko mana
yang menjadi prioritas untuk siap dimitigasi. Buatlah daftar urut berdasarkan mana yang
memiliki kemungkinan paling besar dan paling penting untuk diselesaikan.
4. Kelola risiko
Buatlah rencana penyelesaian masalah atau risiko berdasarkan hasil dari tahap 1
sampai 3 yang sudah dilalui.
5. Monitor risiko
Meski risiko sudah teratasi, kamu tetap harus memantau terus output-nya.
Evaluasi seberapa baik penanganan risiko tersebut dalam pencegahan isu perusahaan, dan
apakah perbaikan diperlukan. Begitulah penjelasan Glints mengenai manajemen isu atau
issue management yang begitu penting di perusahaan. Untuk bisa mencegah
permasalahan-permasalahan agar tak terjadi maupun menyelesaikannya dengan baik,
tentu kamu perlu banyak belajar.
Kamu bisa, lho, dapat ilmu di dunia PR dari Glints. Di kategori Public Relations,
ada banyak info tepercaya yang bantu kamu jadi humas yang andal. Dari tips hingga skill,
ada banyak artikel yang bisa meningkatkan pengetahuanmu di bidang public relations.