Anda di halaman 1dari 7

1. Uraikan bagaimana kiat manajemen bagi pemimpin yang sedang mengalami krisis.

Jawab :

1. Kiat manajemen bagi pemimpin yang sedang mengalami krisis adalah sebagai

berikut :

Menjadi Visioner.

Di dalam dunia kerja, bukan hanya tantangan yang akan kita hadapi, namun juga beberapa keuntungan
lainnya yang dapat diraih setelah menghadapi semua ujian tersebut. Penting bagi kita untuk menjadi
seorang yang visioner agar kita dapat memvisualisasikan masa depan karier atau bisnis kita. Kita harus
mulai menuliskan segala hal yang ada di dalam pikiran kita, bayangkan dan rencanakan bagaimana kita
dapat merespons setiap masalah yang ada. Dengan memiliki bayangan tersebut, kita bisa mencari solusi
sebelum semua permasalahan tersebut benar-benar terjadi. Mencari pekerja yang baik, media yang
tepat, dan investor yang kuat. Jadi, cara menghadapi manajemen krisis yang pertama adalah berpikir
visioner seperti para pemimpin yang hebat.

Memimpin dengan Rasa Empati.

Beberapa krisis yang terjadi perlu dikelola dengan perasaan empati yang tinggi. Apabila kita menghadapi
setiap permasalahan dan krisis yang ada tanpa rasa empati, maka semuanya akan semakin kacau balau.
Sebagai contoh, jika perusahaan kita tersangkut masalah dan itu memang kesalahan dari perusahaan
kita, maka solusi ampuh yang paling tepat adalah meminta maaf dengan setulus hati kepada pihak yang
dirugikan. Permintaan maaf yang sederhana dan tulus selalu menjadi solusi yang terbaik bagi banyak
permasalahan. Lebih baik lagi untuk meminta maaf secara langsung, bukan melalui media sosial, web
atau platform lainnya yang tidak secara langsung berinteraksi dengan para pihak yang dirugikan.

Hal ini dilakukan karena kita mengerti perasaan dan kekecewaan mereka atas kesalahan kita yang tidak
disengaja. Selain itu, ini juga dapat membantu menghentikan informasi-informasi negatif yang bisa saja
dipublikasikan oleh media sosial atau media berita lainnya. Jadi, cara menghadapi manajemen krisis
yang kedua adalah memimpin dan bertindak dengan rasa empati seperti para pemimpin yang hebat.

Jangan Selalu Menghindari Risiko.

Kebanyakan para perusahaan dan bisnis yang sedang mengalami krisis atau membuat suatu kesalahan,
mereka memiliki divisi hubungan masyarakat (humas) yang sangat defensif untuk membela dan
menutup-nutupi kesalahan yang telah diperbuat oleh perusahaan mereka. Mereka menutupinya dengan
sangat baik. Bahkan, tidak sedikit perusahaan yang mencoba ‘menutup mulut’ dari para klien agar tidak
membeberkan permasalahan yang ada kepada awak media. Ini bukanlah strategi yang bagus untuk
perusahaan kita saat menghadapi sebuah krisis. Terlebih lagi, jika pihak yang menyebabkan masalah
tersebut adalah kita. Dalam hal ini, terlalu sering menghindari risiko yang datang, bukanlah hal yang
baik. Kita akan cenderung menjauhi konflik baik dan menghindari segala risiko yang datang, sehingga
kita tidak dapat belajar banyak dari segala permasalahan yang ada. Jadi, cara menghadapi manajemen
krisis yang ketiga adalah bertanggung jawab atas segala yang kita lakukan, bukan terus-menerus
menghindari risiko yang berdatangan, itulah cara mengelola manajemen krisis seperti para pemimpin
yang hebat.

Mengambil Tindakan dengan Cepat dan Tepat.

Apabila krisis terjadi karena kesalahpahaman dari pelanggan atau pelanggan sudah terpengaruh dengan
kesan-kesan buruk terhadap perusahaan kita, yang sudah terlanjur tersebar di media sosial, maka
jangan khawatir. Ada cara lain yang dapat kita lakukan dalam hal ini yaitu, dengan membuat acara atau
dukungan-dukungan lainnya yang dapat mengubah pandangan para pelanggan terhadap perusahaan
dan bisnis kita. Kita perlu mengambil tindakan yang cepat dan tepat untuk segera menyelesaikan
kesalahpahaman yang terjadi. Misalnya, membuat pernyataan terbuka kepada para pelanggan untuk
meluruskan kesalahpahaman tersebut. Positifnya, jika permasalahan yang sama terjadi lagi kedepannya,
kita dan rekan-rekan kerja lainnya sudah memiliki prosedur dan template yang tepat untuk merespons
kejadian yang ada. Bila diperlukan, kita juga bisa memberikan janji-janji yang realistis kepada para
pelanggan, tentunya janji tersebut harus ditepati. Jangan lupa untuk belajar dari setiap kesalahan yang
kita perbuat, sehingga kedepannya kita bisa menghindari kesalahan-kesalahan tersebut. Saat kritis
datang, jangan menjadi seorang yang terlalu berhati-hati, karena ini hanya membuat kita terlihat ragu-
ragu dalam menyelesaikan masalah. Intinya, kita perlu berani mengambil tindakan yang cepat dan tepat
dalam mengatasi krisis seperti para pemimpin yang hebat.

Tetap tenang.

Dalam mengambil tindakan, kita juga perlu bersikap tenang. Tujuannya, agar tindakan yang kita ambil
bukanlah cerminan dari sikap gegabah kita. Saat keadaan kritis datang menghampiri kita, jangan
langsung mengambil tindakan di lima menit pertama. Luangkanlah waktu untuk berpikir selama 15
hingga 20 menit, berpikir dengan tenang sampai kita bisa mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan
keadaan

2. Uraikan secara teoritis konsep kepemimpinan transformasional dan contoh disekitar Anda dalam
prakteknya.

Jawab :

Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Transformasional

Semua tipe dan gaya kepemimpinan yang telah diuraikan di atas, pada dasarnya dapat dikategorikan
sebagai Kepemimpinan Transaksional yang ditandai dengan pemimpin yang memandu atau memotivasi
bawahan atau anggota organisasinya mengarah pada pencapaian tujuan dengan memperjelas peran dan
tuntutan tugas. Seiring dengan tuntutan perubahan dan perkembangan iklim kerja ke arah peningkatan
pemberdayaan (impowerment) anggota organisasi sebagai sumber daya, sedikit demi sedikit telah
terjadi pergeseran dari kepemimpinan transaksional ke kepemimpinan transformasional. Pergeseran itu
tidak berarti kepemimpinan transaksional merupakan pendekatan yang berlawanan dengan
kepemimpinan transformasional karena kepemimpinan transformasional dapat dibangun melalui
pendekatan kepemimpinan transaksional. Di samping itu, pendekatan transformasional tidak
berdampak pada kepemimpinan transaksional atau yang lainnya sehingga menjadi usang karena
kepemimpinan terkait dengan gaya dan bahkan juga dengan karakter atau kepribadian pemimpin.
Dengan demikian, tidak dapat dikatakan kepemimpinan dengan tipe dan gaya lainnya tidak dapat
diterapkan.

Pendekatan kepemimpinan lain pada dasarnya, menuntut anggota Organisasi/bawahan untuk mengikuti
arahan yang diberikan pemimpin, sedangkan kepemimpinan transformasional, lebih menekankan pada
kegiatan pemberdayaan (empowerment) melalui peningkatan konsep diri bawahan/ anggota organisasi
yang positif. Para bawahan/anggota organisasi yang memiliki konsep diri positif itu akan mampu
mengatasi permasalahan dengan mempergunakan potensinya masing-masing, tanpa rasa tertekan atau
ditekan sehingga dengan kesadaran sendiri membangun komitmen yang tinggi terhadap pencapaian
tujuan organisasi.

Untuk lebih memahami kepemimpinan transaksional, berikut ini diketengahkan ciri-cirinya.

1. Kepemimpinan ini cenderung kharismatik, melalui perumusan visi dan misi secara jelas, menanamkan
kebanggaan pada organisasi dan pemimpin, memperoleh penghargaan, dukungan dan kepercayaan dari
bawahan/anggota organisasi dan/atau rekan kerja.

2. Kepemimpinan ini mengutamakan inspirasi, yang mencakup mengkomunikasikan harapan yang tinggi,
menggunakan lambanglambang, dan slogan-slogan untuk memfokuskan usaha mengungkapkan sesuatu
yang penting secara sederhana.

3. Kepemimpinan ini memiliki kemampuan memberikan rangsangan intelektual, menggalakkan


penggunaan kecerdasan, membangun organisasi belajar (Jearning organization), mengutamakan
rasionalitas, dan melakukan pemecahan masalah secara teliti.

4. Kepemimpinan ini memberikan pertimbangan yang diindividualkan, memberi perhatian secara


pribadi, memperlakukan bawahan/anggota organisasi secara individual, menyelenggarakan, pelatihan,
dan menasihati.

Kepemimpinan transformasional berbeda, tetapi bersinggungan erat dengan kepemimpinan


kharismatik, meskipun sebenarnya kepemimpinan transformasional lebih dari pada pemimpin
kharismatik. Kepemimpinan kharismatik menginginkan bawahan/anggota organisasi sebagai
pengikutnya untuk mengadopsi pandangan pemimpin tanpa atau dengan sedikit mungkin perubahan.
Sebaliknya, kepemimpinan transformasional berusaha menanamkan dan mendorong para
bawahan/anggota organisasi untuk bersikap kritis terhadap pendapat dan pandangan yang sudah
mapan di lingkungan organisasi atau yang ditetapkan oleh pemimpin.

Sehubungan dengan itu, Scott Burd dalam Transformational Leadership (http:/strateadchange.com/files


courses.htnt, 2002) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan pendekatan
yang diterapkan dalam rangka mempertahankan pemimpin dan organisasinya dengan cara,
penggabungan tiga unsur, yakni Strategi, Kepemimpinan, dan Budaya Organisasi.

Strategi yang dimaksud Burd mencakup kemampuan dalam menetapkan arah yang akan dituju
organisasi, dengan membangun visi dan kesamaan visi, merumuskan Rencana Strategik (RENSTRA),
menerjemahkan visi dan misi ke dalam tindakan, mengembangkan komitmen pada prestasi dan kualitas
kerja, serta merumuskan dan menerapkan Rencana Operasional (RENOP). Dari uraian tentang strategi
tersebut di atas, berarti Burd menyatakan peranan kepemimpinan transformasional untuk
mengefektifkan organisasi ke dalam Manajemen Strategik sejalan dengan perkembangan ilmu
manajemen yang telah disinggung dalam uraian terdahulu.

Kepemimpinan, mencakup kegiatan merealisasikan strategi melalui tindakan kepemimpinan


transformasional yang sesuai dengan fungsi dan situasi, menjadi pemimpin yang dapat mempengaruhi
dan diakui bawahan/anggota organisasi, memotivasi bawahan/anggota organisasi untuk
mempersiapkan diri menjadi pemimpin pada semua jenjang, menciptakan lingkungan yang kondusif
untuk pertumbuhan organisasi, memimpin untuk mempertahankan kejayaan (eksistensi) organisasi, dan
menciptakan cara kerja yang lebih mudah.

Budaya organisasi, Realisasi kepemimpinan transformasional mencakup kemampuan memotivasi


bawahan/anggota organisasi untuk menerap strategi, memahami budaya kerja yang tumbuh dan
berkembang di dalam organisasi, berlaku adil pada semua bawahan/anggota organisasi, cepat
menerima perubahan yang bersifat inovatif, menjadi teladan bagi bawahan/anggota organisasi,
membangkitkan, dan membina semangat team kerja.

Demikian pula, Johnson and Johnson (1997, hal 208) menjelaskan bahwa kepemimpinan
transformasional selalu berusaha menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan di antara
bawahan/anggota organisasi, dengan saling melindungi satu dengan yang lainnya, dan saling
mendukung untuk mengaktualisasikan visi yang menguntungkan. Di samping itu, dikatakan pula bahwa
kepemimpinan transformasional dapat diidentifikasi melalui beberapa pertanyaan sebagai berikut.

a) Bagaimana mengelola tantangan status guo dari persaingan tradisional dan modal individual dalam
manajemen? Sehubungan dengan itu pemimpin harus mampu memberikan spirit (semangat) dan
contoh untuk senantiasa maju dengan meningkatkan kualitas ke dalam jaringan kerja (net work) yang
saling terkait erat, untuk meningkatkan produktivitas, promosi yang lebih sportif dan akan meningkatkan
kualitas hubungan serta nilai-nilai dari bawahan/anggota organisasi.
b. Bagaimana menggagas visi yang dapat dan harus diraih organisasi, menjabarkan visi menjadi misi
yang jelas dan dapat diwujudkan, serta merumuskan tujuan yang dapat dijadikan panduan bagi anggota
organisasi/bawahan dalam bekerja.

c. Sejauh mana anggota organisasi/bawahan dapat diperdayakan melalui kerja sama team yang saling
mendukung. Untuk itu, yang perlu dilakukan oleh pemimpin adalah menciptakan iklim kerja yang
mengedepankan hubungan antara bawahan/anggota organisasi dan berusaha memberdayakan
bawahan/anggota organisasi melalui team kerja yang solid.

d. Sejauh mana pemimpin menjadi contoh (teladan) dalam menerapkan prosedur tim kerja dan berani
menanggung risiko dalam melakukan sesuatu yang dapat meningkatkan keahliannya. Dalam kegiatan ini,
pemimpin harus menjadi model dan motivator dalam mewujudkan iklim organisasi belajar (learning
organization).

e. Seberapa besar kesadaran anggota organisasi/bawahan untuk meningkatkan kemampuan hubungan


interpersonalnya.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional adalah


pendekatan kepemimpinan dengan melakukan usaha mengubah kesadaran, membangkitkan semangat,
dan mengilhami bawahan/anggota organisasi untuk mengeluarkan usaha ekstra dalam mencapai tujuan
organisasi, tanpa merasa ditekan atau tertekan.

Kepemimpinan transformasional seperti diuraikan di atas, sangat positif dilaksanakan dalam


kepemimpinan untuk mengefektifkan organisasi yang tawan konflik, baik konflik individual maupun
konflik kelompok.

Contohnya di llingkungan saya adalah pak pendri, beliau adalah pemimpin dari beberapa cabang
matabak yang ada di bengkulu, dia selalu memotivasi setiap karyawannya dan setiap hari dia selalu
mengunjungi setiap cabang martabaknya hanya untuk mempererat hubungan karyawannya . Beliau
selalu membuat inovasi baru baik dari playanan dan juga menu-menu baru. Dia juga mebuat strategi-
trategi baru untuk meningkatkan penjualan martabak di berbagai cabangnya.
3. Jelaskan dua kecenderungan gaya atau karakter pemimpin dalam melakukan perannya sebagai
pemimpin.

Jawab :

Kepemimpinan Bebas merupakan kebalikan dari tipe atau gaya kepemimpinan otoriter. Dilihat dari segi
perilaku ternyata gaya kepemimpinan ini cenderung didominasi oleh perilaku kepemimpinan kompromi
(compromiser) dan perilaku kepemimpinan pembelot (deserter). Dalam prosesnya, ternyata sebenarnya
tidak dilaksanakan kepemimpinan dalam arti sebagai rangkaian kegiatan menggerakkan dan memotivasi
anggota kelompok/organisasinya dengan cara apa pun juga. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol.
Kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam
mengambil keputusan dan melakukan kegiatan (berbuat) menurut kehendak dan kepentingan masing-
masing, baik secara perseorangan maupun berupa kelompok-kelompok kecil.

Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasihat, yang dilakukan dengan memberi kesempatan
untuk berkompromi atau bertanya bagi anggota kelompok yang memerlukannya. Kesempatan itu
diberikan baik sebelum maupun sesudah anggota yang bersangkutan menetapkan keputusan atau
melaksanakan suatu kegiatan.

Kepemimpinan dijalankan tanpa berbuat sesuatu karena untuk bertanya atau tidak (kompromi) tentang
sesuatu rencana keputusan atau kegiatan, tergantung sepenuhnya pada orang-orang yang dipimpin.
Dalam keadaan seperti itu, setiap terjadi kekeliruan atau kesalahan maka pemimpin selalu berlepas
tangan karena merasa tidak ikut serta menetapkannya menjadi keputusan atau kegiatan yang
dilaksanakan kelompok/organisasinya. Pemimpin melepaskan diri dari tanggung jawab (deserter),
dengan menuding bahwa yang salah adalah anggota kelompok/organisasinya yang menetapkan atau
melaksanakan keputusan dan kegiatan tersebut. Oleh karena itu, bukan dirinya yang harus dan perlu
diminta pertanggungjawaban telah berbuat kekeliruan atau kesalahan.

Sehubungan dengan itu, apabila tidak seorang pun orang-orang yang dipimpin atau bawahan yang
mengambil inisiatif untuk menetapkan suatu keputusan dan tidak pula melakukan sesuatu kegiatan
maka kepemimpinan dan keseluruhan kelompok/organisasi menjadi tidak berfungsi. Kebebasan dalam
menetapkan suatu keputusan atau melakukan suatu kegiatan dalam tipe kepemimpinan ini diserahkan
sepenuhnya pada orang-orang yang dipimpin.

Oleh karena setiap manusia mempunyai kemauan dan kehendak sendiri maka akan berakibat suasana
kebersamaan tidak tercipta, kegiatan menjadi tidak terarah, dan simpang siur. Wewenang tidak jelas
dan tanggung jawab menjadi kacau, setiap anggota saling menunggu, dan bahkan saling salah
menyalahkan apabila diminta pertanggungjawaban.

Gaya atau perilaku kepemimpinan yang termasuk dalam tipe kepemimpinan bebas ini seperti berikut.

1. Kepemimpinan Agitator
Tipe kepemimpinan ini diwarnai dengan kegiatan pemimpin dalam bentuk tekanan, adu domba,
memperuncing perselisihan, menimbulkan, dan memperbesar perpecahan/pertentangan dan lain-lain
dengan maksud untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri. Agitasi yang dilakukan terhadap
orang luar atau organisasi lain adalah untuk mendapatkan keuntungan bagi organisasinya dan bahkan
untuk kepentingan pemimpin sendiri.

2. Kepemimpinan Simbol Tipe kepemimpinan ini menempatkan seorang pemimpin sekedar sebagai
lambang atau simbol, tanpa menjalankan kegiatan kepemimpinan yang sebenarnya.

ADPU4334, HAL, 5.52-5.55

ADPU4334, HAL, 5.39-5.30

Anda mungkin juga menyukai