NIM : 20201221114
Prodi : Manajemen P2K
UAS Perilaku Organisasi
1. Budaya organisasi adalah suatu sistem yang dipegang oleh anggota suatu organisasi, yang
membedakan organisasi tersebut dari organisasi lainnya. Fungsi budaya organisasi adalah
sebagai perekat sosial di dalam mempersatukan anggota dalam tujuan organisasi berupa
ketentuan atau nilai yang harus dilakukan oleh para anggota. Disini pentingnya suatu
perusahaan memiliki budaya organisasi, karena budaya organisasi juga merupakan
identitas perusahaan selain itu juga juga menggambarkan visi dan misi perusahaan.
Bagaimana pimpinan membentuk budaya organisasi ?
Pemimpin memiliki wewenang dalam mengatur sebuah organisasi, kekuasaan ini bisa
digunakan untuk menetapkan norma norma yang sesuai dengan tujuan perusahaan. Selain
itu, agar budaya baru yang ingin diciptakan bisa terealisasikan maka pemimpin juga
harus bisa menjalankan fungsi serta peranannya. Artinya pemimpin harus bisa
mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan anggotanya supaya perilaku bawahan
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Sebagai seseorang yang disegani, pemimpin
juga harus bisa menjadi sosok yang patut dicontoh oleh anggotanya, dimana kita tahu
Ketika pemimpin melakukan hal yang baik, memberikan contoh perilaku yang baik,
memberikan contoh budaya baru yang ingin diciptakan, maka pempinan ini harus
menjadi orang pertama yang melakukan dan menjadi contoh yang baik untuk
bawahannya.
2. Betul budaya organisasi adalah identitas dari sebuah perusahaan yang membedakan
perusahaan tersebut dengan perusaan lainnya. Dalam pembetukan budaya organisasi
memang tidak mudah, karena pasti ada beberapa hambatan ntah itu dari dalam maupun
dari luar organisasi.
Tantangan internal dalam membentuk budaya organisasi dalam sebuah perusahaan,
diantaranya keterbatasan akses. Kurangnya komunikasi antar departemen menyebabkan
kolaborasi antar departemen kurang baik. Untuk itu pimpinan harus bisa membangun
budaya kolaborasi antar anggota dan departemen agar terciptanya tujuan perusahaan.
Selain itu, kesenjangan generasi juga merupakan hambatan dalam membentuk budaya
organisasi. Hambatan multi-generational yang muncul dengan masuknya tenaga kerja
generasi milenial. Oleh karena itu, menjembatani kesenjangan generasi merupakan
tantangan besar bagi banyak perusahaan saat ini karena peningkatan jumlah tenaga kerja
generasi milenial menyebabkan demografi yang lebih luas dan beragam secara digital.
Pemimpin perusahaan perlu menerima perubahan ini dengan cara mengadakan
pembelajaran dan komunikasi digital, sedangkan departemen SDM perlu
mengembangkan suatu sistem/ strategi yang dapat menghubungkan generasi milenial
dengan lingkungan perusahaan yang ada.
Yang ketiga adalah Perubahan pola kerja tradisional. Di era globalisasi saat ini,
departemen SDM berhadapan dengan kenyataan bahwa pekerjaan “berjalan terus”.
Adanya tenaga kerja generasi milenial saat ini, membuat batas antara kehidupan kerja
dan kehidupan pribadi menjadi kabur karena mereka bekerja dengan waktu kerja yang
bervariasi demi ingin mencapai kepuasan pada kehidupan kerja dan pribadinya.
Departemen SDM perlu merancang sistem/ strategi yang dapat mendukung manajemen
dengan tenaga kerja yang beragam ini. Di samping itu, Perusahaan juga perlu mengenali
kebutuhan pekerjanya, misalnya fleksibilitas jam kerja atau akses ke pemimpin yang
lebih banyak, untuk mencapai lingkungan yang kolaboratif.
Dan yang terakhir adalah Pendiri Perusahaan (Founder). Penelitian menunjukkan 80%
budaya perusahaan ditentukan oleh para pemimpinnya. Perusahaan cenderung
mencerminkan segala sesuatu tentang mereka, baik secara kepribadian, kekuatan, dan
kelemahannya. Jadi, saat hendak mendefinisikan budaya, pertama-tama yang perlu
ditinjau adalah pendiri perusahaannya. Menjadi tantangan tersendiri jika perusahaan
menjalankan value budaya mereka, sedangkan pendiri Perusahaan tidak menjalankan atau
memberikan contoh serupa kepada bawahannya.
Agar budaya perusahaan yang dibentuk berjalan dengan baik, maka pimpinan harus
berpesan aktif dalam menghadapi hambatan-hambatan ini.
3. Pengambilan keputusan jangka pendek maupun jangka Panjang ini keduanya harus
sejalan dengan visi misi yang dimiliki oleh organisasi. Keputusan jangka pendek dengan
memperhatikan tujuan jangka pendek, apa yang diingin dicapai oleh organisasi tersebut
dalam 1 tahun kedepan. Hal ini penting untuk diperhatikan karena akan menentukan
serangkain proses kegiatan yang akan berjalan setahun kedepan. Sama halnya dengan
pengambilan keputusan jangka Panjang harus melihat visi dan misi organisasi, contohnya
dalam 10 tahun kedepan akan jadi seperti apa organisasi tersebut dengan memperhatikan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, seperti teknologi yang semakin maju, atau
factor eksternal lainnya seperti lingkungan. Pengambilan keputusan akan berjalan efektif
dan efisien karena semua pengambilan keputusan berdasarkan visi misi organisasi,
sehingga apa yang dilakukan tidak melenceng dari tujuan organisasi
Pada kasus nomor 4 ini, pendapat saya untuk pengambilan keputusan yang dibuat sudah
baik. Karena untuk menunjang berkembangnya perusahaan kita perlu melakukan
perubahan dari sistem SDM dari sisi manajemen. SDM yang mumpuni tentu sangat
mempengaruhi berkembangnya perusahaan kearah yng lebih baik. Selain itu manajemen
juga sangat membantu dalam pengembangan perusahaan, dimana sistem pencatatan
dengan teknologi yang maju, pembagian tugas dan tanggung jawab dan lainnya ini bisa
menjadi penunjang agar perusahaan itu bisa berkembang.
Agar tujuan dari pengambilan keputusan ini berjalan dengan baik, tentu kita juga harus
melihat resiko yang akan dihadapi dimasa depan, dimana hal baik maupun hal buruk bisa
terjadi dalam sebuah bisnis, untuk itu perusahaan harus bisa menyiapkan antisipasi agar
perkembangan perusahaan berjalan sesuai tujuan.