Disusun Oleh :
Nama : Yunari
NIM : 20201221114
Prodi : Manajemen P2K
Dalam bahasa Arab “Sakinah” sendiri memiliki arti tenang, aman, damai, serta penuh
kasih sayang. Pastinya konteks Keluarga Sakinah ini adalah idaman bagi setiap Muslim.
“Mawaddah” sendiri berarti Cinta, kasih sayang yang tulus kepada pasangan dan
keluarganya. Dengan sifat ini diharapkan keluarga Muslim dapat bertahan sekalipun
harus mendapatkan cobaan dalam dinamika rumah tangganya. “Wa Rahmah” terdiri dari
dua kata, yaitu “Wa” yang berarti dan, dan “Rahmah” yang berarti Rahmat, karunia,
berkah, dan anugerah. Tentunya hal ini diharapkan agar keluarga senantiasa berada di
jalan yang benar dan mendapatkan segala Rahmat disisi Allah SWT.
Untuk mewujudkan keluarga sakinah dengan cara :
1) Memilih pasangan yang Shaleh/Shalehah yang taat kepada perintah Allah SWT dan
sunnah Rasulullah SAW.
2) Mengutamakan keimanan dibandingkan penampilan dalam memilih pasangan.
3) Melihat latar belakang keluarga dan nasab dari pasangan yang dipilih. Diutamakan yang
memiliki nasab terjaga(baik) dan terhormat.
4) Niatkan dari awal untuk beribadah kepada Allah SWT dan menjauhi segala hubungan
yang dilarang-Nya.
5) Berkomitmen untuk tetap menjaga keutuhan hubungan dalam rumah tangga.
F. Larangan kekerasan dalam rumah tangga
Agama adalah ketentuan-ketentuan Tuhan yang membimbing dan mengarahkan manusia
menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Tidak ada perbedaan dari segi asal kejadian baik
laki-laki maupun perempuan, artinya adanya kesetaraan/kebersamaan/kemintraan dan
tidak akan sempurna laki-laki kalau belum mempunyai pasangan hidup (suami-isteri)
begitu juga sebaliknya
Al Qur’an sebagai rujukan prinsip masyarakat Islam, pada dasarnya mengakui bahwa
kedudukan laki-laki dan perempuan adalah sama, dengan kata lain laki-laki memiliki hak
dan kewajiban terhadap perempuan dan sebaliknya perempuan juga memiliki hak dan
kewajiban terhadap laiki-laki.
Dalam kehidupan berumah tangga, prinsip menghindari adanya kekerasan baik fisik
maupun psikis sangat diutamakan, jangan sampai ada pihak dalam rumah tangga yang
merasa berhak memukul atau melakukan tindak kekerasan dalam bentuk apapun dengan
dalih atau alasan apapun baik terhadap suami-isteri ataupun anak. Hal ini senada dengan
UU PKDRT No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga,
pasal 1 “Kekerasan dalam Rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang,
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.