Anda di halaman 1dari 4

AKHLAK DALAM KELUARGA

MAKALAH TUGAS KULIAH

Disusun Oleh :
Nama : Yunari
NIM : 20201221114
Prodi : Manajemen P2K

Program Studi Strata Satu (S1) Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)
Universitas Muhammadiyah Surabaya
Semester Gasal 2021 – 2022
A. Urgensi keluarga dalam hidup manusia
Dalam suatu keluarga keutuhan sangat diharapkan oleh seorang anak, saling
membutuhkan, saling membantu dan lain-lain, dapat mengembangkan potensi diri dan
kepercayaan pada diri anak. Dengan demikian diharapkan upaya orang tua untuk
membantu anak menginternalisasi nilai-nilai moral dapat terwujud dengan baik.
Keluarga yang seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh adanya keharmonisan
hubungan atau relasi antara ayah dan ibu serta anak-anak dengan saling menghormati dan
saling memberi tanpa harus diminta. Pada saat ini orang tua berprilaku proaktif dan
sebagai pengawas tertinggi yang lebih menekankan pada tugas dan saling menyadari
perasaan satu sama lainnya. Sikap orang tua lebih banyak pada upaya memberi
dukungan, perhatian, dan garis-garis pedoman sebagai rujukan setiap kegiatan anak
dengan diiringi contoh teladan, secara praktis anak harus mendapatkan bimbingan,
asuhan, arahan serta pendidikan dari orang tuanya, sehingga dapat mengantarkan seorang
anak menjadi berkepribadian yang sejati sesuai dengan ajaran agama yang diberikan
kepadanya. Lingkungan keluarga sangat menentukan berhasil tidaknya proses
pendidikan, sebab di sinilah anak pertama kali menerima sejumlah nilai pendidikan.

B. Akhlak suami – istri


1) Menjadikan Pasangan sebagai pusat perhatian (sejak awal tidur – bangun tidur
yang   lihat hanya pasangan)
2) Menempatkan kepribadian sebagai seorang suami atau isteri (isteri pakaian untuk
suami dan begitu juga sebaliknya)
3) Jangan menabur benih keraguan/kecurigaan
4) Merasakan tanggung jawab bersama baik suami maupun isteri (saling mengingatkan
dan jangan selalu menuntut)
5) Selalu bermusyawarah (berdialog), lakukan komunikasi dengan baik, instospeksi
masing-masing
6) Menyiapkan diri untuk melakukan peranan sebagai suami atau isteri g. Nampakkan
cinta dan kebanggaan dengan pasangannya/jangan kikir memberi pujian
7) Adanya keseimbangan ekonomi dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
8) Jangan melupakan dengan keluarga besar masing-masing (ortu)
9) Menjaga hubungan dengan pihak lain.

C. Akhlak orang tua terhadap anak


Dalam ajaran Islam diatur bagaimana hubungan antara anak-anaknya serta hak dan
kewajiban mnasing-masing. Orang tua harus mengikat hubungan yang harmonis dan
penuh kasih sayang dengan anak-anaknya. Sebaik-baik orang tua adalah orang tua yang
mampu membuat anaknya menjadi generasi rabbani, yang memiliki akhlak dan adab
seperti Rasulullah SAW. Poin yang  terpenting adalah teladan dari orang tuanya.
Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ini tidak lain adalah untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia. Akhlak sangat berkaitan dengan adab. Untuk itulah beliau
mengajarkan kita adab sejak bangun tidur hingga tidur. Semua ada tuntunannya.
Termasuk adab anak kepada orang tuanya, murid  kepada gurunya, pendidik kepada
peserta didik.  Para pakar pendidikan sering mengatakan bahwa ketika orang tua
mengajarkan adab kepada anaknya, walaupun sebelumnya ia juga belum melakukan adab
itu, dengan belajar adab tersebut bersama anaknya, maka hal itu bisa berubah menjadi
kebiasaan dalam beradab. Hal ini akan berujung pada terbentuknya karakter yang bagus.
Ada beberapa langkah yang dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam peranannya
mendidik anak, antara lain:
1) Orang tua sebagai panutan
2) Orang tua sebagai motivator anak
3) Orang tua sebagai cermin utama anak
4) Orang tua sebagai fasilitator anak

D. Akhlak anak terhadap orang tua


Orang tua adalah perantara perwujudan kita. Kalau mereka itu tidak ada, kitapun tidak
akan pernah ada. Kita tahu bahwa perwujudan itu disertai dengan kebaikan dan
kenikmatan yang tak terhingga banyaknya, berbagai rizki yang kita peroleh dan
kedudukan yang kita raih. Orang tua sering kali mengerahkan segenap jerih paya mereka
untuk menghindarkan bahaya dari diri kita. Mereka bersedia kurang tidur agar kita bisa
beristirahat. Mereka memberikan kesenangan-kesenangan kepada kita yang tidak bisa
kita raih sendiri. Mereka memikul berbagai penderitaan dan mesti berkorban dalam
bentuk yang sulit kita bayangkan.
Menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka tidak mungkin terjadi
kecuali dari jiwa yang bengis dan kotor, berkurang dosa, dan tidak bisa diharap menjadi
baik. Sebab, seandainya seseorang tahu bahwa kebaikan dan petunjuk Allah SWT
mempunyai peranan yang sangat besar,  berbuat baik kepada orang adalah kewajiban dan
semestinya  mereka diperlakukan dengan baik, bersikap mulia terhadap orang yang telah
membimbing, berterima kasih kepada orang yang telah memberikan kenikmatan sebelum
dia sendiri bisa mendapatkannya, dan yang telah melimpahinya dengan berbagai
kebaikan yang tak mungkin bisa di balas. Orang tua adalah orang-orang yang bersedia
berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan apa balasan yang akan diterimanya.
E. Membangun keluarga sakinan

Dalam bahasa Arab “Sakinah” sendiri memiliki arti tenang, aman, damai, serta penuh
kasih sayang. Pastinya konteks Keluarga Sakinah ini adalah idaman bagi setiap Muslim.
“Mawaddah” sendiri berarti Cinta, kasih sayang yang tulus kepada pasangan dan
keluarganya. Dengan sifat ini diharapkan keluarga Muslim dapat bertahan sekalipun
harus mendapatkan cobaan dalam dinamika rumah tangganya. “Wa Rahmah” terdiri dari
dua kata, yaitu “Wa” yang berarti dan, dan “Rahmah” yang berarti Rahmat, karunia,
berkah, dan anugerah. Tentunya hal ini diharapkan agar keluarga senantiasa berada di
jalan yang benar dan mendapatkan segala Rahmat disisi Allah SWT.
Untuk mewujudkan keluarga sakinah dengan cara :
1) Memilih pasangan yang Shaleh/Shalehah yang taat kepada perintah Allah SWT dan
sunnah Rasulullah SAW.
2) Mengutamakan keimanan dibandingkan penampilan dalam memilih pasangan.
3) Melihat latar belakang keluarga dan nasab dari pasangan yang dipilih. Diutamakan yang
memiliki nasab terjaga(baik) dan terhormat.
4) Niatkan dari awal untuk beribadah kepada Allah SWT dan menjauhi segala hubungan
yang dilarang-Nya.
5) Berkomitmen untuk tetap menjaga keutuhan hubungan dalam rumah tangga.
F. Larangan kekerasan dalam rumah tangga
Agama adalah ketentuan-ketentuan Tuhan yang membimbing dan mengarahkan manusia
menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Tidak ada perbedaan dari segi asal kejadian baik
laki-laki maupun perempuan, artinya adanya kesetaraan/kebersamaan/kemintraan dan
tidak akan sempurna laki-laki  kalau belum mempunyai pasangan hidup (suami-isteri)
begitu juga sebaliknya
Al Qur’an sebagai rujukan prinsip masyarakat Islam, pada dasarnya mengakui bahwa
kedudukan laki-laki dan perempuan adalah sama, dengan kata lain laki-laki memiliki hak
dan kewajiban terhadap perempuan dan sebaliknya perempuan juga memiliki hak dan
kewajiban terhadap laiki-laki.
Dalam kehidupan berumah tangga, prinsip menghindari adanya kekerasan baik fisik
maupun psikis sangat diutamakan, jangan sampai ada pihak dalam rumah tangga yang
merasa berhak memukul atau melakukan tindak kekerasan dalam bentuk apapun dengan
dalih atau alasan apapun baik terhadap suami-isteri ataupun anak. Hal ini senada dengan
UU PKDRT No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga,
pasal 1 “Kekerasan dalam Rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang,
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.

Anda mungkin juga menyukai