Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“Faktor Yang Mempengaruhi Stres”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Tugas

Mata Kuliah Manajemen Konflik

Dosen Pengampu : Rifal Nurkholik, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh

Candra Permana

NIM : 1718.1.1.05.04

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH

GARUT-CIKELET

TAHUN AKADEMIK 2019-2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan
Karunia, Rahmat dan Hidayah-Nya berupa kesehatan sehingga makalah yang
berjudul “Faktor Yang Mempengaruhi Stres” dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.

Makalah ini disusun sebagai tugas Individu mata kuliah Manajemen


Konflik. Kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan
baik dari segi penulisan maupun segi penyususan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati demi
perbaikan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembacanya. Atas


perhatian dan kesempatan yang diberi untuk membuat makalah ini kami ucapkan
terima kasih
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 11
C. Tujuan................................................................................................. 11

BAB II PEMBAHASAN

A. Apa itu Strategi Coping..................................................................... 15


B. Stres yang disebabkan Kecemasan.................................................... 19
C. Dinamika Kelompok pengaruh stres.................................................. 20
D. Partisipasi dalam pengambilan keputusan.......................................... 20
E. Kepuasan Kerja.................................................................................. 21

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 23
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuatu hal dapat terjadi pada setiap orang, baik hal yang buruk ataupun
baik, seperti kondisi stress atau peningkatan kesehatan. Pemahaman tentang stress
dan akibatnya sangatlah penting bagi upaya pengobatan dan pencegahan stress itu
sendiri. Setiap orang mengalami sesuatu yang disebut stress sepanjang
kehidupannya. Masalah stress sering dihubungkan dengan kehidupan modern dan
sepertinya kehidupan modern merupakan sumber bermacam gangguan stress.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu strategi coping ?
2. Stres yang disebabkan kecemasan !
3. Dinamika kelompok pengaruh stres !
4. Partisipasi dalam pengambilan keputusan
5. Pengararuh kepuasan kerja terhadap stres tidaknya seseorang !
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui apa itu strategi coping ?
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi stres
?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Strategi Coping
- Apa itu coping skill?

Dikutip dari Medical Dictionary, coping skill adalah suatu pola karakter
atau perilaku yang dapat meningkatkan kemampuan adaptasi seseorang. Hal
tersebut termasuk kemampuan dalam memegang teguh nilai atau kepercayaan,
kemampuan mengatasi masalah, bersosialisasi, menjaga kesehatan, dan juga
kemampuan dalam menjaga komitmen. Coping skill juga dapat dipandang sebagai
suatu kemampuan menghadapi stres untuk mendorong diri agar tetap terus maju
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

- Kenapa kita perlu punya kemampuan mengatasi masalah (coping


skill)?

Kondisi kesehatan mental seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh tiga


faktor utama, yaitu genetik, adanya pemicu stress dari lingkungan serta coping
skill itu sendiri terhadap kondisi stress. Kedua faktor pertama, yaitu genetik dan
stress dari luar, termasuk hal yang cenderung tidak bisa kendalikan. Akan tetapi,

coping skill merupakan sesuatu karakter yang dapat dipelajari dan diterapkan
untuk menjaga kesehatan mental.

Coping skill dilakukan dengan mengenali apa masalah yang sebenarnya


sedang kita hadapi dengan mengurangi stres terlebih dahulu, misalnya
mengalihkan perhatian sejenak dengan bersantai atau melakukan pekerjaan lain.
Dengan berkurangnya tingkat stress, kita jadi dapat berpikir lebih jernih dan
mampu mengatasi masalah dengan lebih efektif.

Banyak masalah mental yang dipicu stress juga pada akhirnya berdampak
pada kesehatan fisik dan sosial. Dengan demikian, memiliki kemampuan
mengatasi masalah (coping skill) juga sangat bermanfaat untuk mencegah
komplikasi kesehatan yang mungkin nanti ditimbulkan.

- Bagaimana cara menerapkan coping skill di kehidupan sehari-hari?

Strategi coping skill setiap orang dapat berbeda-beda, tergantung


kepribadian seseorang serta jenis dan sumber stress yang dialami. Namun pada
umumnya ahli psikologi membedakan strategi coping skill ke dalam kedua
kategori utama, yaitu Emotion-focused Coping dan Problem-focused Coping.

1. Emotion-focused coping

Ini merupakan strategi koping yang berfokus pada kondisi emosional


seseorang dengan cara mengurangi respon emosi negatif dari suatu kondisi stress
misalnya merasa malu, berduka kehilangan seseorang, kecemasan, ketakutan, dan
frustasi. Strategi ini merupakan satu-satunya cara penerapan coping skills ketika
sumber stress tersebut berada di luar kendali seseorang yang mengalaminya.
Emotion-focused coping dilakukan dengan cara mengalihkan fokus dan perhatian
dari sumber masalah, misalnya dengan curhat atau menuliskan tentang masalah
yang dihadapinya, meditasi, ataupun dengan berdoa.

Namun terkadang, strategi emotion-focused coping justru membuat


seseorang cenderung menunda-nunda mengatasi sumber masalahnya. Inilah yang
membuat strategi ini cara yang tidak efektif dalam menyelesaikan masalah jangka
panjang.

Strategi ini juga justru berbahaya ketika masalah yang dihadapi sesungguhnya
memerlukan penanganan segera, seperti pengobatan dini penyakit kronis dan
masalah finansial.

Selain itu, strategi emotion-focused coping juga dapat bersifat destruktif


atau justru menambah masalah dan stress. Ini bisa terjadi ketika Anda jadi
mengalami ketergantungan terhadap teknik pengalihan yang tidak sehatn sepeti
menggunakan obat-obatan terlarang, konsumsi alkohol berlebih, merokok karena
alasan stress, binge eating, hingga menghabiskan waktu terlalu lama untuk
bermain game atau menonton TV.

2. Problem-focused coping

Pada umumnya hal ini merupakan strategi koping terbaik. Problem-


focused coping tidak hanya berfokus pada tingkat stres, namun juga akar masalah
penyebab dari stres tersebut. Namun strategi ini tidak dapat diterapkan untuk
setiap situasi dan hanya akan efektif ketika sumber stress berasal dari pekerjaan
atau tekanan saat sedang mencapai suatu tujuan. Emosi negatif seperti sedih dan
frustasi akibat kehilangan seseorang misalnya, hanya dapat ditangani dengan
emotion-focused coping.

Terdapat tiga hal penting dalam menerapkan problem-focused coping,


diantaranya kemampuan pemecahan masalah, manajemen waktu yang baik, dan
adanya dukungan sosial. Meskipun strategi coping skill satu ini sangat efektif,
tidak semua orang dapat menerapkan metode ini sehingga membutuhkan latihan
dalam penerapannya. Kepribadian optimis juga sangat diperlukan dalam
menerapkan metode ini. Karena untuk mengatasi masalah diperlukan keyakinan
diri sendiri untuk menilai dan menimbang apakah situasi tersebut dapat
dikendalikan.

- Tips melatih coping skills

Efektivitas suatu strategi coping dipengaruhi oleh jenis masalah yang


dihadapi, namun ada sejumlah cara agar Anda dapat mengatasi masalah dengan
efisien, diantaranya:

1) Berpikir positif dengan melihat suatu masalah sebagai kesempatan untuk


mendapatkan pengalaman dan belajar.
2) Berusaha tenang – hindari reaksi berlebihan terhadap stress saat pertama kali
Anda mengalaminya. Hal ini dapat dilakukan dengan menarik napas dan
menenangkan diri dahulu sebelum membuat pilihan atau mengambil
keputusan.
3) Menerima diri sendiri dan orang lain – pahami bahwa tidak ada orang yang
sempurna dan setiap orang dapat berbuat kesalahan.
4) Pelajari kesalahan – setiap kesalahan dapat membuat Anda membuat
keputusan yang lebih baik di waktu yang akan datang.
5) Objektif – Sadari dan pahami dengan tepat terkait masalah apa yang
sebenarnya sedang dialami dengan mengesampingkan perasaan stress atau
tertekan yang ditimbulkan.
6) Komunikasi – hindari memendam amarah, pendapat, atau emosi negatif terlau
sering. Cobalah mengomunikasikan masalah secara baik-baik dengan
seseorang yang bersangkutan.
7) Jalin hubungan baik dengan orang lain – dukungan sosial sangat diperlukan
dalam membantu Anda dalam memecahkan masalah ataupun mencapai
tujuan.
8) Bangun pengendalian diri dan disiplin – kedua hal ini merupakan hal penting
dalam konsistensi mencapai tujuan.

B. Kecemasan

Merasa cemas ketika sedang menghadapi situasi yang menegangkan


adalah hal yang normal. Namun, jika Anda merasakan kecemasan berlebihan
tanpa sebab yang jelas, mungkin saja Anda mengalami gangguan kecemasan.
Kenali apa saja gejalanya, agar bisa segera ditangani.

Rasa cemas yang normal biasanya akan mereda sendiri ketika faktor
pemicu kecemasannya hilang. Misalnya seseorang yang merasa cemas saat
menghadapi ujian akan merasa tenang kembali setelah ujiannya selesai.

Kecemasan Berlebihan, Kenali Gejala dan Cara Efektif Mengatasinya -


Alodokter

Namun, berbeda dengan rasa cemas yang normal, orang yang mengalami
kecemasan berlebihan biasanya akan terus merasa cemas tanpa sebab yang jelas.
Munculnya rasa cemas berlebihan ini sering kali disebabkan oleh gangguan
kecemasan.

Orang yang mengalami kecemasan berlebihan kerap kali merasa khawatir


dan takut yang berlebihan secara terus-menerus. Seiring berjalannya waktu,
gangguan kecemasan ini bisa bertambah parah dan mengganggu kualitas hidup
penderitanya.

Apabila tidak mendapatkan penanganan, penderita gangguan kecemasan


yang merasakan kecemasan berlebihan bisa mengalami kesulitan dalam menjalani
aktivitas sehari-hari, menurunnya performa kerja atau prestasi belajar di sekolah,
dan juga kesulitan untuk menjalani interaksi sosial dengan orang lain.

- Tipe-Tipe Gangguan Kecemasan dan Gejalanya

Rasa cemas berlebihan yang muncul akibat gangguan kecemasan bisa


disebabkan oleh beberapa jenis gangguan kecemasan, yaitu:

1) Gangguan kecemasan umum

Generalized anxiety disorder (GAD) atau gangguan kecemasan umum


ditandai dengan perasaan cemas, khawatir, atau takut berlebihan yang berlangsung
setidaknya selama 6 bulan.

Orang yang mengalami gangguan kecemasan umum dapat merasa cemas


kapan saja, bahkan tanpa ada faktor pemicu stres yang jelas.

Selain rasa cemas berlebihan, orang yang menderita gangguan kecemasan umum
dapat merasakan gejala lain, seperti:

 Susah tidur
 Sulit berkonsentrasi
 Khawatir berlebihan terhadap hal-hal kecil
 Dada berdebar-debar
 Keringat dingin
 Mudah lelah
 Otot terasa kaku dan tegang
2) Gangguan panik

Gangguan panik atau serangan panik adalah gangguan cemas yang


ditandai dengan munculnya kecemasan berlebihan atau rasa takut yang sangat
intens secara tiba-tiba.

Ketika serangan panik muncul, orang yang menderita kecemasan


berlebihan ini akan merasa tidak berdaya, tidak dapat berpikir dengan tenang, dan
juga merasakan gejala fisik tertentu, seperti nyeri dada, berdebar-debar, sesak
napas, pusing, atau sakit perut, atau merasa seperti akan pingsan.

3) Fobia

Fobia merupakan ketakutan berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu,


misalnya darah, laba-laba, ketinggian, atau ruangan sempit. Rasa takut yang

dialami bahkan bisa sampai membuat penderitanya menghindari objek atau situasi
tersebut.

Orang yang menderita fobia akan merasa sangat ketakutan atau panik
ketika berhadapan dengan hal yang menyebabkan fobianya atau bahkan sekadar
memikirkan tentang hal tersebut.

4) Gangguan kecemasan sosial

Gangguan yang sering juga disebut sebagai fobia sosial ini ditandai oleh
rasa cemas yang berlebihan terhadap kondisi sosial sehari-hari, seperti berbicara
di depan orang banyak atau menyapa orang lain.

Penderita gangguan kecemasan sosial atau social anxiety disorder bahkan


sering kali menghindari interaksi sosial karena merasa takut dipermalukan atau
dinilai oleh orang lain.

5) Gangguan stres pascatrauma


Post-traumatic stress disorder (PTSD) atau gangguan stres pascatrauma
dapat terjadi ketika seseorang mengalami peristiwa atau kejadian yang
menyebabkan trauma psikologis berat, seperti kecelakaan, kekerasan seksual, atau
bencana alam.

Penderita PTSD biasanya akan mengalami kecemasan berlebihan dan


sering mengingat peristiwa yang dialami, mimpi buruk, serta rasa takut yang
muncul terus-menerus.

6) Gangguan obsesif kompulsif

Gangguan kecemasan yang juga disebut obsessive-compulsive disorder


(OCD) ini membuat penderitanya harus melakukan suatu tindakan secara
berulang-ulang. Misalnya, penderita OCD harus mencuci tangan sebanyak 3 kali,
karena bila tidak ia akan merasa bahwa tangannya tetap kotor dan dapat
membahayakannya.

- Penyebab Munculnya Kecemasan Berlebihan dan Cara Mengatasinya

Penyebab munculnya rasa cemas berlebihan akibat gangguan kecemasan


hingga kini belum diketahui dengan pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan seseorang lebih berisiko terkena gangguan cemas, yaitu:

1) Faktor genetik

Stres berat yang berkepanjangan, misalnya akibat tekanan batin, masalah


keluarga, atau kesulitan memenuhi kebutuhan ekonomi

2) Riwayat trauma psikologis di masa kecil

Berbeda dengan rasa cemas yang normal dan dapat mereda sendiri,
kecemasan berlebihan akibat gangguan cemas tidak akan menghilang tanpa
penanganan dari psikolog atau psikiater.

Oleh karena itu, jika Anda merasakan kecemasan berlebihan yang tidak
kunjung menghilang, Anda sebaiknya berkonsultasi ke psikolog atau psikiater.
Untuk membantu menenangkan perasaan Anda dan meredakan kecemasan
berlebihan yang Anda rasakan, psikolog atau psikiater akan memberikan
penanganan berupa:

3) Psikoterapi

Saat menjalani psikoterapi, Anda dapat menceritakan dan meluapkan apa


yang Anda rasakan. Selain itu, psikolog atau psikiater akan memberi saran tentang
bagaimana cara untuk memahami dan mengatasi kecemasan berlebihan yang
Anda alami.

Dalam sesi psikoterapi, Anda juga akan dibimbing untuk mengurangi


stres, misalnya dengan melakukan relaksasi atau meditasi.

Teknik psikoterapi yang dijalani ada bermacam-macam, tergantung apa


penyebab kecemasan berlebihan yang Anda rasakan. Namun, beberapa teknik
psikoterapi yang umum dilakukan adalah terapi perilaku kognitif.

4) Pemberian obat-obatan

Pemberian obat-obatan untuk meredakan kecemasan hanya bisa dilakukan


oleh psikiater. Untuk meredakan gangguan cemas yang Anda rasakan, psikiater
dapat meresepkan obat-obatan penenang dan antidepresan.

- Kiat Sehat Mengendalikan Kecemasan Berlebihan

Selain dengan penanganan medis oleh psikolog atau psikiater, Anda juga
bisa melakukan langkah-langkah berikut untuk mengendalikan atau mengatasi
kecemasan berlebihan:

a) Hindari konsumsi minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh,


atau minuman berenergi, karena dapat memperburuk gejala gangguan
kecemasan.
b) Lakukan olahraga secara teratur, seperti joging, senam aerobik, dan
bersepeda, untuk membantu mengurangi stres dan memperbaiki suasana
hati.
c) Cukupi waktu istirahat selama 7–9 jam setiap malam.
d) Coba untuk curhat atau bercerita kepada orang terdekat mengenai perasaan
Anda dan masalah yang Anda hadapi.
e) Hindari konsumsi minuman beralkohol, obat-obatan terlarang, dan
merokok karena bisa memperparah gangguan kecemasan yang dialami.

Kecemasan berlebihan tidak bisa hilang begitu saja tanpa adanya


penanganan medis. Oleh karena itu, Anda perlu berkonsultasi dengan psikolog
atau psikiater, jika Anda merasakan kecemasan berlebihan yang sudah
mengganggu aktivitas sehari-hari atau kehidupan sosial Anda, terlebih jika
perasaan tersebut muncul beserta pikiran untuk bunuh diri atau menyakiti diri.

C. Dinamika Kelompok
- Pengertian dinamika kelompok

Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau
lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu
dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara
bersama. Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang
menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah. Dinamika
kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain:

a) Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap


anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling
menghargai
b) Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati
dan saling menghargai pendapat orang lain
c) Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota
kelompok
d) Menimbulkan adanya i‟tikad yang baik diantara sesama anggota
kelompok.
Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang
masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum
mengenal antar individu yang ada dalam kelompok. Mereka membeku seperti es.
Individu yang bersangkutan akan berusaha untuk mengenal individu yang lain. Es
yang membeku lama-kelamaan mulai mencair, proses ini disebut sebagai “ice
breaking”. Setelah saling mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang
kadang diskusi bisa sampai memanas, proses ini disebut ”storming”. Storming
akan membawa perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada proses ini
individu mengalami ”forming”. Setiap kelompok harus ada aturan main yang
disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan pengatur perilaku semua
anggota kelompok, proses ini disebut ”norming”. Berdasarkan aturan inilah
individu dan kelompok melakukan berbagai kegiatan, proses ini disebut
”performing

- Alasan pentingnya dinamika kelompok:


a) Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat
b) Individu tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya
c) Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar
pekerjaan dapat terlaksana dengan baik
d) Masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial
dapat bekerja dengan efektif
- Pendekatan-pendekatan Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok seperti disebutkan di bagian awal, menjadi bahan


persaingan dari para ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli psikologi sosial, maupun
ahli yang menganggap dinamika kelompok sebagai eksperimen. Hal tersebut
membawa pengaruh terhadap pendekatan-pendekatan yang ada dalam dinamika
kelompok.

a) Pendekatan oleh Bales dan Homans

Pendekatan ini mendasarkan pada konsep adanya aksi, interaksi, dan


situasi yang ada dalam kelompok. Homans menambahkan, dengan adanya
interaksi dalam kelompok, maka kelompok yang bersangkutan merupakan sistem
interdependensi, dengan sifat-sifat:

 Adanya stratifikasi kedudukan warga


 Adanya diferensiasi dalam hubungan dan pengaruh antara anggota
kelompok yang satu dengan yang lain
 Adanya perkembangan pada sistem intern kelompok yang diakibatkan
adanya pengaruh faktor-faktor dari luar.
b) Pendekatan oleh Stogdill

Pendekatan ini lebih menekankan pada sifat-sifat kepemimpinan dalam


bentuk organisasi formal. Stogdill menambahkan bahwa yang dimaksud
kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok yang
terorganisir sebagai usaha untuk mencapai tujuan kelompok. Kelompok
terorganisir yang dimaksud disini adalah kelompok yang tiap-tiap anggotanya
mendapat tanggungan dalam hubungannya dengan pembagian tugas untuk
mencapai kerja sama dalam kelompok.

c) Pendekatan dari ahli Psycho Analysis (Sigmund Freud dan Scheidlinger)

Scheidlinger berpendapat bahwa aspek-aspek motif dan emosional


memegang peranan penting dalam kehidupan kelompok. Kelompok akan
terbentuk apabila didasarkan pada kesamaan motif antar anggota kelompok,
demikian pula emosional yang sama akan menjadi tenaga pemersatu dala
kelompok, sehingga kelompok tersebut semakin kokoh. Freud berpendapat bahwa
di dalam setiap kelompok perlu adanya kesatuan kelompok, agar kelompok
tersebut dapat berkembang dan bertahan lama. Kesatua kelompok akan terbentuk
apabila tiap-tiap anggota kelompok melaksanakan identifikasi bersama antara
anggota yang satu dengan yang lain.

d) Pendekatan dari Yennings dan Moreno

Yennings mengungkapkan konsepsinya tentang pilihan bebas, spontan,


dan efektif dari anggota kelompok yang satu terhadap angota kelompok yang lain
dalam rangka pembentukan ikatan kelompok. Moreno membedakan antara psikhe
group dan sosio group sebagai berikut:

 Psikhe group merupakan suatu kelompok yang terbentuk atas dasar


suka/tidak suka, simpati, atau antipati antar anggota
 Sosio group merupakan kelompok yang terbentuk atas dasar tekanan dari
pihak luar.

Yennings menambahkan bahwa pelaksanaan tugas akan lebih lancar


apabila pembentukan Sosio group disesuaikan dengan Psikhe group, dengan
memperhatikan faktor-faktor efisiensi kerja dan kepemimpinan dalam kelompok.

- Fungsi Dinamika Kelompok


a. Individu satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling
membutuhkan (individu tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat)
b. Dinamika kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika
kelompok ada saling bantu antara anggota satu dengan anggota yang lain)
c. Melalui dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan
pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang
terlalu besar, sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur
secara tepat, efektif dan efisien (dalam dinamika kelompok pekerjaan
besar akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya masing-
masing)
d. Meningkatkan masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang
lain dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan
memiliki peran yang sama dalam masyarakat.

D. Partisipasi Dalam Pengambilan Keputusan

Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan


tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan
atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam
organisasi sehingga membuat karyawan menjadi stres. Oleh karenanya dalam
partisipasi pengamnbilan keputusan harus jelas dan dapat diterima oleh semua
pihak.

E. Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja akhir-akhir ini semakin terasa penting artinya dalam


lingkup organisasi. Kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap produktivitas organisasi baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Ketidakpuasan merupakan titik awal dari masalah-masalah yang muncul dalam
organisasi, seperti kemangkiran, konflik manager-pekerja, „turn-over‟, serta
banyak masalah lainnya yang menyebabkan terganggunya proses pencapaian
tujuan organisasi. Dari sisi pekerja, ketidakpuasan dapat menyebabkan
menurunnya motivasi, menurunnya moril kerja, menurunnya tampilan kerja baik
secara kualitatif maupun secara kuantitatif.

Secara umum dapat dikemukan bahwa pemecahan masalah-masalah


organisasi dari segi manusianya dapat dilakukan melalui prinsip-prinsip kepuasan
kerja. Dengan adanya kepuasan kerja yang tinggi akan muncul ikatan yang positif
antara pekerja dengan pekerjaannya, sehingga dari pekerja ini dapat diharapkan
suatu hasil yang optimal. Dari hampir semua perusahaan yang mengalami
kemajuan yang pesat ditandai dengan gejala kepuasan kerja yang tinggi di antara
para pekerjanya.

Pada dasarnya, prinsip-prinsip kepuasan kerja diarahkan kepada


pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pekerja. Milton menyata-kan bahwa kepuasan
kerja merupakan kondisi emosional positif atau menyenangkan yang dihasilkan
dari penilaian pekerja berdasarkan pengalamannya (Milton, hal.151). Lebih jauh
lagi, Milton mangatakan reaksi efektif pekerja terhadap pekerja-annya tergantung
kepada taraf pememnuhan kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis pekerja
tersebut oleh pekerjaannya. Kesenjangan antara yang diterima pekerja dari
pekerjaannya dengan yang diharapkannya menjadi dasar bagi munculnya kepu-
asan atatu ketidakpuasan. Beberapa ahli telah mencoba mengemukakan faktor-
faktor yang terlibat dalam kepuasan kerja. Herzberg, seperti yang dikutif oleh
Gilmer (1961), mengemukakan faktor-faktor kemapanan atau keamanan
pekerjaan, kesempatan untuk maju, pandangan pekerja mengenai perusahaan dan
manajemennya, gaji, aspek-aspek intrinsik pekerjaan, kualitas penyeliaan, aspek-
aspek sosial dari pekerjaan, komunikasi, serta kondisi kerja fisik dan jam kerja
sebagai faktor-faktor yang menentukan kepuasan kerja. Perlu dicatat bahwa hasil
penelitian diatas diperoleh dari laporan pekerja yang sebagian besar pekerja dalam
kondisi yang cukup baik, dengan gaji yang mencukupi dan hubungan dengan
atasan-bawahan yang baik.

Ruth Johnston (1975) menekankan bahwa kebutuhan akan uang dan


kondisi fisik relatif tidak penting bila dua hal tersebut, paling tidak sampai pada
taraf tertentu, telah terpenuhi. Lebih lanjut lagi, penelitian yang dilakukan
Johnston menunjukkan urutan preferensi di antara pekerja pria untuk pekerjaan
yang menarik adalah rekan sekerja yang ramah, manajemen yang efisien, gaji
yang tinggi, dan penyelia yang penuh perhatian. Sedangkan bagi pekerja wanita,
urutan prefensinya bergerak dari rekan sekerja yang ramah, penyelia yang penuh
perhatian, manajemen yang efisien, dan gaji yang tinggi. Dalam penelitian
berikutnya (Johnston, 1973) menun-jukan bahwa pekerja menilai keramahan dan
perhatian pada pekerjaan sebagi suatu sifat yang istimewa (Fraser, hal. 55).

Dari kenyataan-kenyataan di atas tampak bahwa faktor-faktor relasi sosial


yang baik dan penghargaan terhadap prestasi kerja merupakan faktor-faktor yang
sangat menetukan kepuasan kerja. Faktor gaji dan imbalan lainnya walaupun
masih dianggap penting, tidak memperoleh penekanan yang khusus. Dengan
demikian, untuk meningkatkan kepuasan kerja kedua hal itu harus terpenuhi
terlebih dahulu.
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan
Dari pembahasan yang sudah jelaskan dapat disimpulkan bahwa
yang mempengaruhi stres ada lima, yaitu :
a. Strategi coping
b. Kecemasan
c. Dinamika Kelompok
d. Partisipasi dalam pengambilan keputusan
e. Kepuasan Kerja
Daftar Pustaka

Buku Kesehatan Mental Konsep,Cakupan dan Perkembangan. oleh


Siswanto,S.Psi.,M.Si.. 2007. Yogyakarta.

www.slideshare.net/suherlambang/stresskesehatan-dan-coping.

Anda mungkin juga menyukai