Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang
selalu berubah-ubah. Manusia sebagaimana dia ada pada suatu ruang dan
waktu, merupakan hasil interaksi antara jasmani, rohani, dan lingkungan.
Ketiga unsur tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Setiap
individu memiliki intensitas atau derajat perasaan yang berbeda walaupun
menghadapi stimulus yang sama. Sumber gangguan jasmani (somatik)
maupun psikologis adalah stress. Penyesuaian yang berorientasi pada tugas
disebut adaptasi dan yang berorientasi pada pembelaan ego disebut
mekanisme pertahanan diri.
Pemahaman tentang stres dan akibatnya penting bagi upaya
pengobatan maupun pencegahan gangguan kesehatan jiwa. Masalah stress
sering dihubungkan dengan kehidupan modern dan nampaknya kehidupan
modern merupakan sumber gangguan stress lainya. Perlu diperhatikan bahwa
kepekaan orang terhadap stress berbeda. Hal ini juga bergantung pada kondisi
tubuh individu yang turut menampilkan gangguan jiwa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Cara Mencegah Gangguan Stres dan Emosi ?
2. Bagaimana Bentuk Bantuan Melalui Pelayanan Konseling ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Cara Mencegah Gangguan Stres dan Emosi.
2. Untuk Mengetahui Bentuk Bantuan Melalui Pelayanan Konseling.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mencegah Gangguan Emosi Dan Stres


Tidak ada yang dapat menghindari stres dalam kehidupan. Namun
yang penting bagaimana cara mengadapi stres tanpa terkena dampak yang
merugikan. Apa dampak stres? stres adalah reaksi seseorang, baik secara
jasmani maupun kejiwaan apabila ada tuntutan terhadap dirinya. Stres
berpengaruh terhadap keadaan jasmani dan kejiwaan. Dan reaksi seseorang
terhadap stres juga berbeda-beda. Reaksi yang bersifat jasmani yaitu jantung
berdebar-debar, otot tegang, sakit kepala, migren, sakit perut (kembung, perih
dan mencret), letih dan lelah, gangguan makan (tak nafsu makan atau makan
berlebihan). Sedangkan reaksi yang bersifat kejiwaan yakni cemas, kuatir
berlebihan, takut, mudah tersinggung, sulit memusatkan pikiran atau
perhatian, bersifat ragu-ragu atau merasa rendah diri, merasa kecewa,
pemarah dan agresif. Pada tahap yang lebih berat dan berlangsung lama, stres
dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, asma, serangan jantung, stroke, dan
gangguan jiwa.
Para ahli mengatakan bahwa stres dapat timbul sebagai akibat tekanan
atau ketegangan yang bersumber dari ketidakselarasan antara seseorang
dengan lingkungannya. Dengan perkataan lain, apabila sarana dan tuntutan
tugas tidak selaras dengan kebutuhan dan kemampuan seseorang, ia akan
mengalami stres. Biasanya stres semakin kuat apabila seseorang menghadapi
masalah yang bertubi-tubi.1
Banyak cara untuk mengatasi stres. Antara lain dengan memelihara
kesehatan fisik dengan makanan yang gizinya seimbang, istirahat yang
cukup, berolah raga teraktur, jangan merokok dan hindari narkoba. Selain itu,

1 Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara,


2006), Hal. 300.

2
setiap perubahan itu menimbulkan stres. Jangan membuat beberapa
perubahan besar dalam waktu yang berdekatan. Seperti pindah rumah, pindah
kerja, menikahkan anak, dan sebagainya. Berikan waktu untuk menyesuaikan
diri terhadap setiap perubahan yang baru. Dan bila Anda stres dapat juga
dengan berpikir atau bersikap positif2, pergi menikmati hiburan,
melaksanakan kegiatan yang anda sukai seperti memancing, berkebun, dan
menyanyi. Kegiatan ini dapat mengurangi dampak negatif dan stres. Jadi
jangan larut-larut hidup dalam keadaan stres. Tinggal bagaimana Anda
mencari cara mengatasinya.3
Ada beberapa pendekatan dalam mencegah gangguan emosi dan
stress, yaitu :
1. Pendekatan Pribadi
Pada dasarnya stres perlu dikelola dan diatasi, paling tidak dalam
pikiran orang pernah berusaha untuk membiarkan atau menghindari
kondisi, situasi, dan peristiwa yang pernuh dengan tekanan. Tetapi, juga
ada orang yang berusaha untuk mengubah, mengelola atau mengatasinya
secara tepat dan efektif. Untuk pendekatan pribadi ini dapat
menggunakan dua strategi, yaitu:4
a. Strategi Psikologis
Strategi psikologis ini menitik beratkan pada usaha mengelola
stres kerja untuk tujuan perubahan perilaku melalui:
1) Peningkatan kesadaran diri
Memahami gejala-gejala munculnya ketegangan secara
lebih dini dengan sikap wajar yang dalam bekerja merupakan
salah satu cara efektif untuk meningkatkan kesadaran diri dalam
memahami stres kerja. Kesadaran diri bertujuan untuk
membantu menjernihkan pikiran seseorang agar dapat

2 Suroto, Stres, Cara Mengendalikan, ( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press,


1997 ), h, 50.
3 http://www.detiknews.com/read/2007/10/03/044049/837085/10/mengenal-stres-
dampaknya-bagi-kesehatan-jiwa.
4 Ustarto Wijono, Psikologi Industri & Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2010), Hal. 139-
140.

3
mengendalikan emosi dan menghindari beban psikis dan stres
kerja yang bersumber dari kondisi, situasi, atau peristiwa dalam
pekerjaannya.
2) Pengurangan ketegangan
Strategi yang digunakan dalam pengurangan ketegangan
dalam stres kerja ini adalah mencari tempat yang tenang untuk
melakukan “meditasi”, menempatkan posisi tubuh dengan
nyaman dan rileks, memejamkan mata dan melepaskan
ketegangan otot-otot dengan mendengarkan pernapasan kita
secara teratus selama lebih kurang 15 hingga 20 menit.
Tujuannya adalah agar dapat menghilangkan perasaan-perasaan
yang menegangkan yang ditimbulkan oleh sekumpulan otot-otot
yang mengalami ketegangan yang meliputi otot-otot tangan,
bagian tangan dari siku ke pergelangan tangan, bagian belakang,
leher, wajah, kaki, dan pergelangan kaki.
3) Konseling atau psikoterapi
Usaha yang dilakukan dalam konseling dan psikoterapi ini
adalah menemukan masalah dan sumber-sumber ketegangan
yang dapat menimbulkan stres kerja, menolong mengubah
pandangan seseorang terhadap kondisi, situasi atau peristiwa
yang menimbulkan stres kerja, dan mengembangkan berbagai
alternatif untuk menentukan strategi yang peling tepat dalam
menghadapi stres kerja, menentukan tindakan, dan menilai hasil
serta melakukan tindak lanjut.
b. Strategi Fisiologis
Strategi fisiologis ini menitikberatkan pada usaha mengelola
stres kerja untuk tujuan melatih kesehatan fisik. Ilmu-ilmu medis
telah menunjukkan bahwa perubahan fisiologis dan biokimia yang
dihasilkan melalui fisik/olahraga berperan positif untuk mengurangi
pengaruh-pengaruh stres kerja dengan mengadakan latihan fisik,
emosi dan pikiran yang menggelisahkan, mencemaskan, mudah

4
marah, dan depresi. Beberapa jenis latihan fisik di antaranya
mengatur makan secara bijaksana, berhenti merokok ataupun
olahraga seperti renang, senam kebugaran jasmani, badminton,
basket, lari atau jalan pagi dan bersepeda.
2. Pendekatan Organisasi
Dalam setiap menghadapi stres kerja, individu diharapkan dapat
lebih efektif dalam mengatasi atau mengelolanya. Dengan demikian,
dapat mengurangi adanya pemborosan, mengurangi absensi kerja, dan
prestasi kerja diharapkan dapat lebih meningkat dalam organisasi. Untuk
dapat mengatasi atau mengelola stres kerja dengan cara yang efektif,
individu diharapkan mempunyai program-program pengelolaan stres
kerja. Selanjutnya para peneliti juga menunjukkan bahwa program-
program pengelolaan stres kerja dalam suatu organisasi dapat menjadi
efektif untuk mengurangi stres kerja mereka.
Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengelola stres dalam
organisasi, yaitu:5
a. Meningkatkan komunikasi.
Salah satu cara yang efektif untuk mengurangi ketidakjelasan
peran dan konflik adalah meningkatkan komunikasi yang efektif di
antara manajer dan karyawan, sehingga akan tampak garis-garis
tugas dan tanggung jawab yang jelas di antara keduanya. Situasi
semacam ini dapat mengurangi timbulnya stres kerja dalam
organiasi.
b. Sistem penilaian prestasi dan sistem ganjaran yang efektif
Sistem penilaian prestasi dan ganjaran yang efektif perlu
diberikan oleh manajer kepada karyawan mereka. Situasi semacam
ini dapat mengurangi ketidakjelasan peran dan konflik peran. Ketika
ganjaran tersebut berhubungan dengan prestasi kerjanya. Ia
menyadari juga bahwa ia tergantung jawab atas pekerjaan yang
diberikan kepadanya. Situasi ini terjadi bila hubungan di antara

5 Ibid., Hal. 141-142.

5
atasan dan bawahan berada dalam suasana kerja dan sistem penilaian
prestasi kerja efektif.
c. Meningkatkan partisipasi.
Pengelola perlu meningkatkan partisipasi terhadap proses
pengambilan keputusan, sehingga setiap karyawan yang ada dalam
organisasi mempunyai tanggung jawab bagi peningkatan prestasi
kerja karyawan. Dengan demikian, kesempatan partisipasi yang
diberikan oleh manajer kepada karyawan-karyawannya dalam
menyumbangkan pikiran atau gagasan-gagasannya, memungkinkan
karyawan dapat meningkatkan prestasi dan kepuasan kerjanya dan
mengurangi stres kerjanya.
d. Memperkaya tugas.
Setiap manajer perlu memberikan dan memperkaya tugas
kepada karyawan agar mereka dapat lebih bertanggung jawab, lebih
mempunyai makna tugas yang dikerjakan, dan lebih baik dalam
melaksanakan pengendalian serta umpan balik terhadap
produktivitas kerja karyawan baik secara kuantitas maupun kualitas.
Situasi semacam ini dapat meningkatkan motivasi kerja dan
memenuhi kebutuhan karyawan sehingga dapat mengurangi stres
yang ada dalam diri mereka.
e. Mengembangkan keterampilan, kepribadian, dan pekerjaan
Mengembangkan keterampilan, kepribadian dan pekerjaan
merupakan salah satu cara untuk mengelola stres kerja di dalam
organisasi. Pengembangan keterampilan dapat diperoleh melalui
latihan-latihan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan dan
organisasi atau pengembangan kepribadian yang dapat mendukung
usaha pengembangan pekerjaan baik secara kuantitas maupun
kualitas.
Dalam buku psychologhy, ada beberapa cara untuk mengatasi stres,
diantaranya ialah :
1. Mendinginkan kepala

6
Cara yang paling efektif untuk mengatasi tekana fisiologis dari stres
adalah dengan menenangkan diri dan mengurangi rangsang fisik tubuh
melalui meditasi atau relaksasi.
2. Memecahkan masalah
3. Memikirkan kembali masalah
Disaat anda tidak dapat menyelesaikan suatu masalah, anda dapat
mengubah cara berfikir anda mengenai masalah tersebut. Berikut ini ada
tiga cara efektif untuk melakukan metode cognitive coping :
a. Menilai atau meninjau kembali situasi
b. Belajar dari pengalaman
c. Membuat perbandingan sosial
4. Mendapatkan dukungan sosial
5. Sembuh dengan membantu orang lain.6
Menurut Mahmud, dalam bukunya Alex Sobur Psikologi Umum Dalam
Lintas Sejarah, ada beberapa peraturan untuk mengendalikan emosi, yaitu7:
1. Hadapilah emosi tersebut. Orang yang membual bahwa dia tidak takut
menghadapi bahaya, sebenarnya melipatduakan rasa takutnya sendiri.
2. Jika mungkin, tafsirkanlah kembali situasinya. Emosi adalah bentuk dari
suatu intepretasi. Bukan stimulasi sendiri yang menyebabkan atau
mengakibatkan reaksi emosional, tetapi stimulus yan salah ditafsirkan.
3. Kembangkanlah rasa humor dan sikap realistis.
Program pengembangan manajemen stres melalui kecerdasan emosi
dilakukan dengan cara, yaitu:8
1. Mengelola hubungan dengan orang lain. Mengembangkan hubungan-
hubungan yang tulus dan cerdas secara emosional dengan orang lain.
2. Mengelola lingkungan yaitu mencatat perubahan-perubahan yang terjadi
pada tingkat stres, pikiran apa yang anda harus lakukan terhadap

6 Carole Wade, Carol Tavris, Psychologhy, ( Jakarta : Erlangga, 2007 ), h. 86-90.


7 Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintas Sejarah, ( Bandung : CV Pustaka Setia,
2003 ), h. 443.
8 Anwar Prabu Mangkunegara, Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,
(Bandung: Refika Aditama, 2006), Hal. 181-183.

7
perasaan anda, gunakan pikiran positif dan luangkan waktu yang tepat
agar anda mampu merasa senang dan segar.
3. Mengelola gaya hidup yaitu mengubah gaya hidup dengan
menghilangkan penyebab-penyebab stres, manajemen waktu secara
efektif, lakukan olah raga secara fisik yang aman, gunakan waktu
istirahat yang cukup tetapi efektif.
4. Mengelola sikap dan reaksi-reaksi yaitu berusaha bersikap positif dan pro
terhadap kondisi dan situasi apapun dan kendalikan reaksi-reaksi yang
memungkinkan menambah stres.9

B. Gangguan Emosi Dan Stres Serta Bantuan Melalui Pelayanan Konseling


Permasalahan emosi yang sering dijumpai dalam konseling adalah:
1. Sakit hati (hurt)
Rasa sakit hati adalah pengalaman yang dialami seseorang ketika
terluka secara psikologis yang mengakibatkan ganguan mental sehingga
menimbulkan berbagai konflik dan rasa marah.
Ada tiga implikasi konseling dalam hubungan penyebab sakit hati
yaitu;
a. Respon awal konselor adalah membiarkan klien mencurahkan rasa
sakit hatinya selengkap mungkin.
b. Membantu klien memandang sakit hati secara realistik.
c. Membantu klien yang sakit hati dalam melakukan
pembalasanterhadap perlakuan tertentu yang menyebabkan sakit
hati.
Konselor harus berupaya mengungkapkan sakit hati klien dengan
memberikan sikap terbuka, dan hubungan yang jujur, karna hal ini akan
menghindari salah persepsi, salah paham,kesalahan nilai-nilai.jalan
terbaik adalah konelor harus menunjukkan perasaan sakit hati itu dapat
dijadikan sebagai pegangan klien untuk mencoba memberikan reaksi
yang baik dan tepat apabila menghadapi situasi dan kondisi kehidupan

9 Jenathan Ling, Psikologi Kognitif, ( Jakarta : Erlangga, 2012 ), h. 105.

8
yang sebenarnya,karena hal ini akan mempermudah konselor untuk
menyelesaikan permasalahan klien dalam proses konseling.
2. Takut (fear)
Rasa takut timbul dari antisipasi terhadap anti fisik atau psikologis
spesifik.ancaman psikologis merupakan sumber utama timbulnya rasa
takutyang dibawa pada umumnya oleh klien ke dalam konseling.10
Ada empat ketakutan yang di bawa klien dalam proses konseling
yaitu:
a. Takut terhadap keakraban
Ada empat implikasi konseling terhadap takut keakraban:
1) Konselor meminta klien untuk mengatasi takut keakraban dalam
hubungan konseling dalam cara yang sama seperti di luar
konseling.
2) Konselor membantu klien mengembangkan kopetensi
psikologis yang diperlukan untuk mendekati keakraban dengan
penuh rasa percaya
3) Konselor menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga klien
dapat memasuki hubungan konseling secara akrabdengan
konselor sehingga memberikan dampak positif di akhir
konseling.
4) Konselor menyediakan waktu untuk menghadapi rasa takut.
b. Takut terhadap penolakan.
Ada empat implikasi dalam konseling yang dapat diterapkan dalam
kaitannya dengan ketakutan penolakan yaitu:
1) Konselor dapat membantu klien dengan meyakinkan klien
bahwa hal-hal yang dipersepsi negatif belumtentu semuanya
negatif.
2) Membantu klien menetapkan prioritas yang tinggi untuk
menjadi terbuka dengan orang lain.

10 Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Bandung:CV, Pustaka Setia, 2004), h. 58

9
3) Konselor dapat meyakinkan diri klien dalam memperoleh
pemahaman yang sebenarnya.
4) Konselor harus menjadi rujukan klien dan memberi contoh
dengan dirinya sendiri.
c. Takut terhadap kegagalan.
Empat implikasi konseling dalam menghadapi klien yang takut
terhadap kegagalan yaitu:
1) Dengan meyakinkan dan mengajak klien untuk lebih
konstruktif.
2) Mengembangkan gambaran kekuatan dan kelemahan klien
secara realistis.
3) Membawa klien bahwa untuk mencapai sukses terdapat tahapan-
tahapan yang didalamnya mengandung serangkaian sukses dan
kegagalan yang harus disikapi secara realistis.
4) Menunjukkan sikap yang benar dan jangan menunjukkan sikap
yang sama dengan klien.
d. Takut terhadap kebahagiaan.
Lima implikasi terhadap konseling dalam menghadapi klien yang
merasa takut terhadap kebahagiaan adalah sebagai berikut:11
1) Konselor membantu klien dalam mengatasi ketakutannya
trhadap kebahagiaan dengan cara mendorong klien agar bersifat
jujur dan mau melakukan perubahan terhadap diri klien.
2) Konseior meyakinkan klien bahwa takut terhadap kebahagiaan
itu sebagai tantangan dan membantu klien agar mampu
mengatasi tantangan itu untuk menuju kebahagiaan.
3) Membantu klien dalam menghilangkan ketakutan,kemarahan,
kebosanan,dan rasa bersalah yang menyebabkan penolakan
terhadap kebahagiaan.
4) Membantu klien mempersiapkan diri untuk keluar dari penjara
ketakutan dan hidup dalam kebahagian.

11 Ibid, h. 59

10
5) Konselor sendiri harus mampu menjadi model orang yang tidak
takut kebahagian.
3. Marah
Dalam konseling konselor harus bisa memahami menifestasi dan
dinamika marah terhadap diri sendiri agar bisa membantu klien untuk
mengatasi masalah yang timbul karena marah terhadap diri sendiri.
konselor membantu klien melihat realitas dan mengembangkan
penyaluran marah melalui cara-cara yang sehat dan konstruktif.suasana
konseling harus tercipta sedemikian rupa sehingga klien dapat
pengalaman mengendalikan marah terhadap dirinya sendiri.12
4. Rasa bersalah.
Rasa bersalah adalah perasan tidak nyaman atau gundah atau malu
pada saat seseorang melakukan kesalahan,keburukan atau amoral.
Konselor harus dapat membantu klien apa bila merasakan rasa
bersalah dan membantu mereka apabila rasa bersalah itu benar atau salah,
kemudian menemukan cara yang tepat untuk menghindari masalah yang
timbul. Konselor harus memahami adanya tiga macam rasa bersalah
yaitu:
1) Rasa bersalah psikologis, yang terjadi apabila individu berperilaku
yang bertentangan dengan konsep dirinya.
2) Rasa brsalah sosial,yang terjadi karena perilaku yang dirasakan
bertentangan dengan aturan-aturan sosial.
3) Rasa bersalah religi, yang timbul karena berperilaku bertentangan
dengan kaidah-kaidah agama.

12 Hartono, Boy Soedarmadji, Psikologi Konseling, ( Jakarta : Prenada Media Group,


2012 ), h. 86.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tidak ada yang dapat menghindari stres dalam kehidupan. Namun yang
penting bagaimana cara mengadapi stres tanpa terkena dampak yang
merugikan. Banyak cara untuk mengatasi stres. Antara lain dengan
memelihara kesehatan fisik dengan makanan yang gizinya seimbang, istirahat
yang cukup, berolah raga teraktur, jangan merokok dan hindari narkoba.
Selain itu, setiap perubahan itu menimbulkan stres. Jangan membuat
beberapa perubahan besar dalam waktu yang berdekatan. Seperti pindah
rumah, pindah kerja, menikahkan anak, dan sebagainya. Berikan waktu untuk
menyesuaikan diri terhadap setiap perubahan yang baru. Dan bila Anda stres
dapat juga dengan berpikir atau bersikap positif, pergi menikmati hiburan,
melaksanakan kegiatan yang anda sukai seperti memancing, berkebun, dan
menyanyi. Kegiatan ini dapat mengurangi dampak negatif dan stres. Jadi
jangan larut-larut hidup dalam keadaan stres. Tinggal bagaimana Anda
mencari cara mengatasinya.

B. Kritik dan Saran


Dalam penyusunan makalah ini, pemakalah menyadari masih terdapat
kelemahan-kelemahan. Untuk itu, pemakalah sangat mengharapkan saran dan
masukan dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini dikemudian hari. Atas
saran dan masukannya, saya selaku penulis makalah mengucapkan terimakasih.

12

Anda mungkin juga menyukai