MANAJEMEN STRES
No Uraian Isi Keterangan
1 Pengertian I. Manajemen stres Beberapa pakar
II. Stres
III. Stres kerja
2 Makna dan tujuan I. flight (melarikan diri) Beberapa pakar
II. fight (melawan)
III. Fisik
IV. Psikologis
3 Metode I. Tidak dapat dihindari Beberapa pakar
II. freezeframe
4 Faktor penyebab I. Internal Beberapa pakar
II. Eksternal
5 Macam I. Distres Beberapa pakar
II. Eustres
Gambar 4.1 Skema Manajemen Stres (Sumber: Data Olahan, 2019)
Manusia dalam suatu organisasi atau sistem selalu berinteraksi dengan
lingkungan organisasi yang menantang dan kompleks, sehingga diperlukan
adanya penyesuaian diri terhadap lingungan agar tidak mengancam dirinya dan
bahkan membayakan bagi fisik maupun mental dirinya. Pada dasarnya, manusia
memiliki keterbatasan tenaga dan keterbatasan berfikir dalam bekerja. Sehingga
halini akan menimbulkan kecemasan, kejenuhan, dan stres terutama ketika
dirinya tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya sehingga muncul
ketidak seimbangan antara keinginan dirinya dengan organisasi. Ketidak
mampuan dalam beradaptasi dapat menimbulkan frustasi, konflik, gelisah dan
rasa bersalah yang netral (Marliani, 2015:259).
Sistem memperoleh masukan mentah dan masukan instrumental. Bahan
baku kemudian diolah oleh masukan instrumental dalam sistem dan
menghasilkan keluaran. Perusahaan sebagai sistem memperoleh berbagai bahan
baku yang diperlukan,yang diolah oleh tenaga kerja dengan menggunakan mesin
dan peralatan lainnya (masukan instrumental) sehingga dapat menghasilkan
barang atau jasa sebagai produknya. Selama proses pengolahan bahan baku,
tenaga kerja bekerja sesuai dengan ketentuan perusahaan dimana berinteraksi
dan membiasakan diri dengan lingkungannya sehingga merasa nyaman pada
saat bekerja dan mendapatkan imbalan atau balas jasa atas apa yang telah
dikorbankan selama proses bekerja dalam perusahaan. Manusia sebagi tenaga
kerja atau anggota dari sekelompok tenaga kerja dalam perusahaan, dalam
melakukan kegiatan tidak menutup kemungkinan akan merasa stres karena
berbagai faktor. Stres tersebut merupakan hasil dari kegiatan yang dapat
mempengaruhi fisik dan mental tenaga kerja sehingga tidak dapat bekerja secara
optimal (Munandar, 2012:371).
Stres dapat muncul pada semua bidang kehidupan manusia, termasuk
stres yang terdapat pada bidang pekerjaan. Stres akan menyebabkan individu
mengalami kehilangan kontak dengan realitas di lingkungan sosial, bahkan
dapat menyebabkan kematian (Saputri, 2012). Dalam dunia kerja stres selalu
dikaitkan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dengan tujuan untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani karyawan sehingga
produktivitas perusahaan akan meningkat. Kecelakaan kerja bukanlah topik baru
dalam dunia pekerjaan, yang menjadi penyebab utamanya adalah bagaimana
karyawan dapat beradaptasi dengan lingkungan kerjanya. Hal ini dapat
mengurangi tingkat stres dalam diri karyawan, sehingga karyawan akan merasa
tenang dan aman dalam bekerja, sehingga angka kecelakaan kerja dapat ditekan
serendah mungkin.
Keselamatan kerja merupakan kondisi dimana terjaminnya diri karyawan
saat bekerja dengan rasa aman baik pada saat menggunakan mesin, pesawat, alat
kerja, proses pengolahan, maupun tempat kerja dan lingkungannya.
Karenaketika karyawan bekerjadalam keadaan sehat jasmani maupun rohani
serta didukung dengan sarana dan prasarana yang disediakan lengkapoleh
perusahaan, maka produktivitas perusahaan akan meningkat. Oleh karena itu,
dalam bab ini penulis akan menguraikan pengertian manajemen stres, stres dan
stres kerja, penyebab stres, gejala stres, kemudian dipusatkan pada macam stres
berdasarkan sumbernya, dampak dari stres kerja serta strategi-strategi untuk
mengatasi stres kerja.
A. KONSEP DASAR MANAJEMEN STRES
1. Pengertian Manajemen Stres
Menurut Schafer dalam (Segarahayu, 2013) menyatakan bahwa
manajemen stres adalah suatu program untuk melakukan pengontrolan atau
pengaturan stres dimana bertujuan untuk mengenal penyebab stress dan
mengetahui teknik-teknik mengelola stres, sehingga orang lebih baik dalam
menguasai stress dalam kehidupan daripada dihimpit oleh stress itu sendiri.
Sementara menurut Margiati dalam (Segarahayu, 2013) manajemen stres lebih
daripada sekedar mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaptif
dan efektif. Mumpuni dan Wulandari (2010) menyatakan stres kalau tidak
ditangani dengan baik dan bijaksana akan membahayakan kesehatan jiwa dan
raga. Padahal, tuntutan kehidupan yang terus meningkat tidak mungkin bebas
sepenuhnya dari stres.Itulah sebabnya, sebaiknya mengatur diri dengan
mengelola stres.
Menurut Hawari dalam (Litiloly dan Swastiningsih, 2014) menyatakan
bahwa manajemen stres merupakan usaha dalam mengurangi stres atau
meniadakan dampak negatif yang dialami, maka sebaliknya kekebalan yang
bersangkutan perlu ditingkatkan agar mampu menanggulangi stresor psikososial
yang muncul dengan cara hidup yang teratur, serasi, selaras dan seimbang antara
hidup dengan Tuhan (vertikal), sedangkan secara horizontal antara dirinya
dengan sesama orang lain dan lingkungan alam sekitarnya. Sedangkan menurut
Margiati dalam (Segarahayu, 2013) memanajemen stres berarti membuat
perubahan dalam cara berfikir dan merasa, dalam cara berperilaku dan sangat
mungkin dalam lingkungan individu masing-masing.
d. Restrukturisasi Kognitif
Alasan yang mendasari beberapa pendekatan individual dalam
manajemen stres dikenal sebagai restrukturisasi kognitif yang merupakan
respons seseorang terhadap stressor menggunakan sarana proses kognitif, atau
pemikiran. Asumsi dasar dari teknik ini adalah bahwa pikiran seseorang dalam
bentuk espektasi, keyakinan, dan asumsi merupakan label yang mereka terapkan
pada situasi tertentu sehingga dapat menimbulkan respons emosional terhadap
situasi. Teknik ini berfokus pada mengubah label atau kognisi sehingga orang
tersebut menilai situasi secara berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Fyrzha. 2011. Teori afirmasi Positif Mengoptimalkan Potensi Diri.
Litiloly, F & Swastiningsih, N. 2014. Manajemen Stres Pada Istri yang
Mengalami Long Distance Marriag. Jurnal Empathy Vol. 2 No. 2.
Universitas Ahmad Dahlan.
Marchelia. 2014. Stres Kerja Ditinjau Dari Shift Kerja Pada Karyawan. Jurnal
Ilmiah Psikologi Terapan. Vol. 02. No. 01. Januari 2014.
Marliani, Rosleny.(2015).Psikologi Industri dan Organisasi.Bandung:Pustaka
Setia.
Mumpuni, Yekti dan Ari Wulandari. 2010. Cara Jitu Mengatasi Stres.
Yogyakarta: Andi
Munandar, S.C. Utami. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.
Rineka Cipta. Jakarta.
Nasir abdul & Muhith abdul.2011. Dasar–Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta,
Salemba Medika, 2011
Nasrudin, Endin. 2010. Psikologi Manajemen. Bandung : Pustaka Setia.
Nazmy. 2012. Teknik Afirmasi Positif.
Saputri, N. E. (2012). Hubungan antara stres kerja dengan produktivitas kerja
karyawan sebagai variabel intervening (Studi pada RSUD Tugurejo
Semarang). Skripsi. Program Sarjana Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Segarahayu, R. D. (2013). Pengaruh manajemen stres terhadap penurunan
tingkat stres pada narapidana di LPW Malang. UM the Learning
University, 1(1).
Setiadi, N. J., Miftah, G. R., & Nugraha, K. S. W. (2016). Stres Kerja dan
Motivasi Karyawan Lini Depan Serta Pengaruhnya Terhadap Kepuasan
Kerja: Kajian Empiris Pada Beberapa Perusahaan Jasa Sub Sektor
Industri Kreatif. UNEJ e-Proceeding, 231-243.
Solichatun, Yulia. 2011. Stres dan Strategi Coping Pada Anak Didik di
Lembaga Pemasyarakatan Anak. Jurnal Psikologi Islam, (Online), Vol.8
No.1
Syah, N Ready & Indrawati, S Endang. 2016. Hubungan Antara Kepuasan
Kerja Dengan Stres Kerja Pada Sopir Bus Po Agra Mas (Divisi Akap)
Jurusan Wonogiri-Jakarta. Jurnal Empati. Volume 5(3).
Umam, Khaerul. 2010. Perilaku Organisasi. Bandung : Pustaka Setia.
Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala, 2011. Manajemen Sumber Daya
Manusia untuk Peursahaan dari Teori ke Praktik. PT Raja Grafindo,
Jakarta
Wijono, sutarto. 2011. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta. Kencana.