Anda di halaman 1dari 12

Psikoedukasi Masyarakat di

Komunitas I
Aditya Putra K
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
2019
Pengertian
• Pada awalnya, Psikoedukasi dikembangkan dalam konteks terapi keluarga,
yaitu upaya memberikan pemahaman tentang permasalahan yang dialami
klien dan jenis terapi yang dijalaninya untuk meningkatkan komitmen dan
motivasi klien mengikuti rangkaian treatment.
• Dalam perkembangannya, psikoedukasi tidak hanya melibatkan klien saja,
namun juga keluarganya
• Intervensi psikoedukasi dilakukan dengan memberikan informasi dan
pelatihan kepada klien dan keluarganya melalui aktivitas seperti konseling,
pelatihan keterampilan, dan diskusi curah gagasan.
• Dalam perkembangannya, psikoedukasi digunakan dalam intervensi
komunitas dengan tujuan mendidik masyarakat agar terjadi perubahan pola
pikir, perilaku, dan kebiasaan yang maladaptive di komunitas
Kata kunci dalam psikoedukasi
- Pendidikan (termasuk penyampaian informasi)
- Pelatihan keterampilan (contoh: regulasi emosi, komunikasi asertif)
- Meningkatkan keterampilan atau pengetahuan tertentu
- Sebagai upaya penyembuhan, pemulihan, dan pencegahan
Aktivitas dalam psikoedukasi
• Penyampaian informasi melalui presentasi (data kasus, kajian ilmiah terkait
permasalahan di komunitas, dll)
• Eksplorasi dan Curah gagasan (brainstorming)
• Pelatihan
• Role play
• Games
• Ice breaking
Tantangan dalam psikoedukasi masyarakat
• Dalam intervensi komunitas, hal yang paling sering dihadapi adalah
resistensi masyarakat atas informasi dan pemikiran baru yang diberikan
melalui psikoedukasi
• Resistensi (resistence) adalah segala macam sikap dan perilaku yang
menunjukkan penolakan terhadap proses konseling dan psikoedukasi
beserta informasi baru yang datang
• Resistensi tersebut berasal dari cara pandang, pola pikir atau kebiasaan
lama yang telah berurat akar dari kultur dan adat istiadat setempat
• Resistensi ini sama dengan yang dihadapi konselor dalam proses
konseling individual
Bentuk-bentuk resistensi di masyarakat
• Enggan bekerja sama dalam bentuk apapun dan mengambil sikap yang
berseberangan
• Meremehkan informasi baru yang datang
• Diam, tidak terbuka, menutup diri
• manipulatif
• Tidak jujur atas apa yang sudah terjadi di komunitas
• Bertahan dengan keyakinan, pola pikir lama, dan kebiasaan
• Menggunakan segala argumen untuk membenarkan keyakinan dan pola
pikir yang lama tersebut
• Berdebat dan menguji kemampuan konselor komunitas di forum-forum
pertemuan
Sumber resistensi
• Kepercayaan yang belum terbentuk kuat antara masyarakat dengan
konselor komunitas
• Kekhawatiran atau malu dirinya atau desanya mendapatkan label negatif
sehingga tidak jujur dengan yang terjadi
• Ragu dengan kemampuan konselor komunitas
• Khawatir kehilangan zona nyaman atau sumber kenyamanan. Hal ini
karena kebiasaan atau budaya yang sudah ada sudah memberikan
kenyamanan meskipun berdampak negatif
• Contoh: selama ini masyarakat sudah sangat nyaman bepergian dengan
bebas, bertemu dan berkumpul dengan siapapun tanpa penghalang. Jika
tiba-tiba diminta mengubah kebiasaan ini, dibatasi aktivitasnya tentu
banyak penolakan
Pendekatan dalam psikoedukasi
dalam mengatasi resistensi
Pendekatan reflektif

• Pendekatan reflektif berupaya menjadikan pengalaman hidup masyarakat sebagai


guru dan sumber pengetahuan untuk mendorong perubahan.
• Kunci pendekatan ini adalah kemampuan fasilitator dalam membuat pertanyaan-
pertanyaan panduan untuk mengarahkan pemahaman peserta, dan selanjutnya
mendekonstruksi pengaruh dari norma dan perilaku di masyarakat yang
berkontribusi terhadap permasalahan.
• Proses dekonstruksi adalah proses mengevaluasi bersama mengapa suatu norma
atau kebiasaan dilakukan selama ini dan selanjutnya memetakan apa saja dampak
yang terjadi terhadap kesehatan mental individu, keluarga dan komunitas
• Pendekatan ini dilakukan dengan dialog interaktif dua arah, atau curah gagasan
dan bukan penasehatan/ceramah satu arah
Membangun diskrepansi
• Membantu individu masyarakat menyadari adanya jarak atau
kesenjangan antara nilai, harapan cita-cita atau kehidupan yang ia
idealkan sebagai anggota masyarakat dengan kenyataan yang terjadi,
beserta dampak yang sudah terjadi akibat dari norma atau kebiasaan
yang bermasalah
• Pendekatan ini menggantikan metode penasehatan yang justru
memicu resistensi, yaitu semakin anggota masyarakat dinasehati,
semakin mereka menolak
Contoh penerapan
• Fasilitator: Jadi bagi bapak dan ibu sekalian, apa yang terpenting saat ini bagi
bapak ibu?
• Peserta: Kesehatan dan keselamatan keluarga lah
• Fasilitator: baik, jika demikian dengan kita tetap keluar rumah, berkumpul-
kumpul seperti biasa, apa saja resikonya?
• Peserta: tertular
• Fasilitator: jadi dengan tetap keluar rumah, dan kumpul-kumpul apakah
sesuai dengan keinginan penting bapak ibu bahwa Kesehatan dan
keselamatan keluarga adalah hal terpenting?
• Peserta:….(diam dan berefleksi)
Bersambung….

Anda mungkin juga menyukai