ERYDANI ANGGAWIJAYANTO
DESI WULANSARI
ELDA NABIELA
APA ITU KESEHATAN DAN PSIKOLOGI
KESEHATAN
Erydani Anggawijayanto
1
PERGESERAN BIDANG KESEHATAN
2
menular sangat mempengaruhi peningkatan usia harapan hidup
masyarakat dunia.
KESEHATAN
3
Banyak media yang selalu memanfaatkan kenyataan bahwa,
secara umum,orang tampaknya lebih memperhatikan
kesehatan dan berusaha untuk tetap sehat. Rak supermarket
dipenuhi dengan suplemen untuk meningkatkan kualitas hidup,
dan toko buku penuh dengan buku-buku rekomendasi tentang
bagaimana untuk hidup lebih baik. Lalu, apa sebenarnya arti
kesehatan itu sendiri? WHO mendefinisikan kesehatan sebagai
kondisi lengkap secara fisik, mental dan kesejahteraan sosial
(WHO, 2017). Salah satu aspek yang dapat ditambahkan
adalah "rohani." Definisi seperti ini relatif umum ketika kita
melihat buku atau majalah yang mencakup kesehatan dengan
cara yang tidak spesifik.
4
masyarakat non-Barat memiliki pemahaman yang berbeda
tentang kesehatan. Sebagai contoh, dalam pandangan medis
Cina, kesehatan adalah keseimbangan yin dan yang, dua
kekuatan pelengkap di alam semesta (kaptchuk, 2000; Santee,
2017). Yin dan yang sering diterjemahkan ke dalam panas dan
dingin, atau keseimbangan diantara dua kutub yang
berlawanan. Untuk kesehatan yang optimal Anda harus makan
dan minum dan menjalani hidup Anda dengan porsi yang sama
antara kualitas panas dengan kualitas dingin.
5
Demikian pula, di daerah Sahara Afrika, ada empat jenis
penyembuh tradisional, baik pria dan wanita, yang menyediakan
perawatan kesehatan: petugas tradisional kelahiran,
penyembuh iman, ahli nujum dan Spiritualis serta dukun.
Sehingga tidak mengherankan, Religiositas seseorang telah
menjadi fokus utama psikolog kesehatan (Park & Carney, 2018).
6
Dua aspek paling penting yang membentuk kelompok budaya
dan sering menjadi bahan diskusi mengenai keragaman adalah
status sosial ekonomi (SES) dan jenis kelamin. SES sering
diukur dengan cara mengkombinasikan pendapatan dengan
level edukasi seseorang. SES menjadi salah satu konstuk yang
paling penting dan banyak dipelajari dalam Psikologi kesehatan
(Ruiz et al, 2019). Hampir setiap studi yang telah dilakukan
mengenai topik SES menunjukkan bahwa kemiskinan dan
gangguan cenderung muncul bersamaan, sering dihubungkan
dengan fakktor-faktor seperti akses ke pelayanan kesehatan
dan asuransi.
7
kelamin juga memiliki interaksi dengan elemen kebudayaan
yang lain seperti ras dan etnis (Zissimopoulos, Barthold, Brinton,
& Joyce, 2017).
PSIKOLOGI KESEHATAN??
8
psikologi. Sebagai contoh, banyak cara untuk memahami
penyebab stres dan bagaimana cara mengatasinya berasal dari
Psikologi sosial dan kepribadian.
9
Setelah mempelajari definisi kesehatan dan psikologi
kesehatan, saatnya memeriksa apakah materi-materi diatas
telah tersimpan dengan baik di ingatan kalian.
10
11
STRES : PENGERTIAN DAN EFEKNYA
Erydani Anggawijayanto
12
DEFINISI STRES
13
Kebanyakan peneliti berpendapat bahwa cara terbaik untuk
mengetahui kapan seseorang tertekan atau mengalami stres
adalah dengan melihat respon tubuh terhadap situasi
lingkungannya (Gruenwald, 2019). Respon terhadap situasi
stresor yang menyebabkan tekanan pada seseorang diproses
oleh sistem syaraf simpatik dan menghasilkan tekanan jantung,
pernafasan dan sirkulasi darah.
14
stres pada tubuh merupakan sistem pertahanan terhadap
lingkungan
15
Neuron-neuron yang ada di sistem ANS diaktivasi oleh
neurotransmiter, terutama asetilkolin dan norepinefrin.
Neurotransmiter memiliki efek yang kompleks, karena setiap
organ akan menghasilkan efek yang berbeda dari
neurotransmiter yang sama. Hal ini disebabkan setiap organ
memiliki penerima neurochemical yang berbeda-beda. Dan zat-
zat utama neurotransmiter tersebut saling menyeimbangkan
dan menghasilkan berbagai macam respon (Pinel & Barnes,
2019 ; Brannon, Updegraff, & Feist, 2017 ).
SISTEM NEUROENDOKRIN
16
1. Kelenjar Pituitari
Terletak di otak dan berintaraksi langsung dengan sistem
syaraf, terutama dengan hipotalamus. Kelenjar ini
menghasilkan beberapa hormon yang mempengaruhi
kelenjar lain untuk menghasilkan hormon-hormon lain. Hal
ini membuat kelenjar pituitari disebut dengan kelenjar
master (master gland).
Salah satu hormon yang dihasilkan adalah
adrenocorticotropic (ACTH) yang berperan penting dalam
respon terhadap stres. Hormon ini dihasilkan ketika
kelenjar pituitari distimulus oleh hipotalamus ketika
mendapat respon yang diterjemahkan sebagai stresor.
2. Kelenjar Adrenal
Kelenjar ini terletak diatas setiap ginjal. Kedua kelenjar ini
menghasilkan hormon-hormon yang berfungsi merespon
stres. Salah satunya adalah kortisol yang sangat
berhubungan dengan stres. Level kandungan kortisol yang
bersirkulasi di dalam darah dapat digunakan sebagai index
tingkat stres. Selain darah, kortisol juga dapat diperiksa
didalam air liur dan urin.
Selain kortisol, kelenjar ini juga menghasilkan hormon
catecholamines yang mengandung epinefrin dan
norepinefrin. Hormon ini berfungsi untuk meningkatkan dan
menurunkan denyut jantung, pernafasan aliran dan
kekuatan otot. Epinefrin dan norepinefrin mengalir melalui
aliran darah, tetapi keberadaannya juga dapat diperiksa
melalui urin.
17
seluruh bagian tubuh. Misal, ketika demam, hipotalamus akan
mempertahankan level temperatur tubuh dalam kondisi ideal
sehingga hormon ACTH akan mempengaruhi kelenjar adrenal
untuk menghasilkan hormon yang mempengaruhi fungsi tubuh
yang dapat menurunkan temperatur badan.
18
Virus ini pertama kali muncul di kota Wuhan, Provinsi Hubei,
China pada akhir Desember 2019 dan kini telah tersebar hampir
diseluruh dunia.
19
peniru (mutant cells). Secara otomatis, sistem imun akan
menyingkirkan mereka begitu mendeteksi keberadaannya.
Selain getah bening, terdapat salah satu jenis sel darah putih
yang disebut lymphocytes dan Thymus yang sangat penting
dalam sistem imun, salah satunya menghasilan T-Cells, B-Cells,
dan NK-Cells yang dapat membunuh mikroorganisme asing di
dalam tubuh.
20
sistem tubuh lainnya saling bertukar informasi dalam berbagai
cara.
21
Penjelasan mengenai stres dan penyakit akan membahas hal
ini.
22
Tahap kedua disebut sebagai tahap resistensi. Pada tahap ini
tubuh mulai beradaptasi dengan kondisi stres. Jika organisme
mampu beradaptasi, tahap ini akan lebih berlangsung lebih
lama, sementara itu akan menjadi lebih cepat jika organisme
cenderung sulit beradaptasi. Pada tahap ini, individu akan
berusaha tampak normal dan baik-baik saja, namun fungsi
organ dalam tidak berfungsi normal. Semakin lama berada
dalam tahap ini, maka perubahan hormonal dan neurologis akan
terjadi. Pada tahap ini, Selye menyebutkan beberapa penyakit,
diantaranya adalah hipertensi dan penyakit-penyakit
kardiovaskuler, hipertiroidisme hingga asma. Selye juga
berpendapat bahwa stres menyebabkan perubahan sistem
imunitas tubuh, lebih mudah mengalami infeksi.
23
presentasi yang telah disebutkan sebelumnya, menjadi masalah
bagi seorang mahasiswa namun menjadi hal menyenangkan
bagi mahasiswa lainnya.
24
subjektif apakah kejadian yang dialaminya bersifat positif,
negatif atau netral.
25
DIATHESIS-STRESS MODEL
26
mengalami gangguan mental dibanding orang yang tidak
memiliki kerentanan tersebut (Pruessner, Cullen, Aas, & Walker,
2017).
27
dibandingkan pada partisipan yang memiliki level stres lebih
pendek (Epel et al., 2004). Selain itu, pemendekan telomere
memiliki kemungkinan berkontribusi terhadap kerentanan
terhadap infeksi (Cohen et al., 2013) bahkan berhubungan
dengan perkembangan kanker (Gunes & Rudolph, 2013).
Penelitian-penelitian mengenai peran stres dan penyakit tetap
menunjukkan bahwa stres dapat mempengaruhi munculnya
penyakit.
Ada banyak jenis sakit kepala, bahkan lebih dari 100 tipe,
meskipun pembagiannya masih belum jelas (Andrasik, 2001).
Tipe yang paling sering muncul adalah tension headache, tipe
ini diasosiasikan dengan peningkatan tensi atau ketegangan
otot di kepala dan area leher (Brannon, Updegraff, & Feist,
2017). Sakit kepala migrain juga diasosiasikan dengan
ketegangan area ini, dan banyak pendapat percaya gangguan
ini berasal dari neuron-neuron di batang otak (Silberstein, 2004).
28
namun kerepotan sehari-hari. Kelompok siswa yang memiliki
masalah sakit kepala kronis dan cukup sering melaporkan lebih
banyak kerepotan dibandingkan siswa yang jarang mengalami
sakit kepala (Bottos & Dewey, 2004).
29
dua kali lebih mudah mengalami flu dibandingkan yang
mempersepsi dibawah 25%, sehingga stress dianggap sebagai
prediktor yang signifikan dalam pengembangan infeksi
(Brannon, Updegraff, & Feist, 2017).
30
mendorong terjadinya peradangan yang mempengaruhi
perkembangan penyakit serangan jantung (Steptoe, Hamer, &
Chida, 2007).
31
penelitian yang cukup banyak. Stres memiliki hubungan dengan
kualitas hidup penderita DM tipe 2 (Zainuddin, Utomo, & Herlina,
2015) dan memiliki hubungan searah dengan kadar gula darah
(Pratiwi, Amatiria, & Yamin, 2014).
32
depresi, bahkan dengan banyak peristiwa yang dapat membuat
stres dalam hidup mereka.
33
bahwa gen memberikan dasar bagi kerentanan yang
berinteraksi dengan peristiwa kehidupan yang penuh tekanan
untuk memicu depresi.
34
4. Area nucleotida yang terletak dibelakang kromosom
disebut?
5. Gangguan fisik pada saluran pernafasan yang sangat
berkaitan dengan stres disebut?
35
STRATEGI COPING,
PENGELOLAAN RASA SAKIT,
DAN PENDEKATAN ALTERNATIF
Elda Nabiela
36
STRATEGI COPING
37
mengurangi stres (Drapeu,Blake,Dobson, & Körner, 2017;
Lazarus & Launier, 1978). Perilaku yang dilakukan untuk
mengurangi stres bisa bermacam-macam namun perilaku
tersebut dapat dibedakan dari apakah perilaku itu bertujuan
untuk mengatasi masalah atau menghindari masalah tersebut.
Dua strategi coping yang paling umum dikenal adalah coping
berfokus masalah dan coping berfokus emosi.
38
berusaha meminimalisir emosi tidak menyenangkan yang
dirasakan. Contohnya, ketika merasa sedih dan malu saat
ditegur oleh atasan, individu yang melakukan strategi coping
berfokus emosi mungkin akan menangis karena sedih, mungkin
tidak masuk kerja, karena merasa tidak siap untuk bertemu
kembali dengan atasan yang menegurnya, atau bahkan sampai
meminum alkohol untuk melupakan perasaan sedih yang
dirasakan.
Pain Management
39
terjadi agar mampu mengelolanya dengan baik.
40
rasa sakit dengan cepat sedangkan serat C mengirimkan pesan
rasa sakit dengan lebih lambat.
41
yang diterima oleh indera, sekaligus merespon ekspektasi serta
sinyal yang muncul, seperti rasa sakit.
Rasa sakit akut bisa muncul dari berbagai macam luka atau
penyakit, namun rasa sakit kronis hanya terdiri dari beberapa
sindrom atau gejala yakni sakit kepala, keluhan pada punggung
bagian bawah, nyeri sendi, rasa sakit yang dimunculkan karena
kanker, dan rasa sakit yang dirasakan tanpa penyebab pasti.
Ketika mengalami rasa sakit ini, tidak semua orang memiliki
sakit dalam kategori kronis. Misalnya, sakit kepala merupakan
rasa sakit paling umum yang dirasakan namun hanya sebagian
orang yang mengeluhkan masalah kronis seperti migraine atau
sakit kepala sebagian. Contoh lainnya, sebagian besar rasa
sakit yang disebabkan keluhan pada punggung masuk dalam
kategori akut, tapi bagi sebagian orang, rasa sakit ini sudah
termasuk dalam kategori kronis dan tidak tertahankan.
Rasa sakit dapat diukur melalui tiga hal berikut: (1) self report,
(2) observasi perilaku, dan (3) pemeriksaan fisiologis.
Pengukuran rasa sakit dilakukan dengan kombinasi dari ketiga
hal tersebut, dengan lebih mengandalkan self report. Self report
biasanya berupa kuesioner skala rating tentang sakit yang
dirasakan. Beberapa contohnya adalah Minnesota Multiphasic
Personality Inventory dan Beck Depression Inventory.
Observasi perilaku dilakukan dengan memperhatikan aktivitas
individu dan respon yang dimunculkan akibat rasa saktinya.
Pemeriksaan fisiologis dilakukan dengan memeriksa
ketegangan otot atau detak jantung.
42
Rasa sakit yang mucul dapat dikelola. Pengobatan rasa sakit
akut tentu lebih mudah karena sumbernya jelas, tidak seperti
rasa sakit kronis yang muncul tanpa adanya kerusakan jaringan
yang terlihat. Sebagian orang menerima perawatan medis untuk
mengurangi rasa sakitnya dan sebagian lagi menggunakan
pengelolaan perilaku untuk mengelola rasa sakit yang dimiliki.
Obat
43
jangka waktu tertentu. Ketergantungan terjadi ketika tubuh
mengalami gejala-gejala tertentu (withdrawal symptoms) ketika
berhenti mengonsumsi obat tersebut. Karena kedua efek ini,
opioid adalah jenis obat yang berbahaya dan cenderung mudah
disalahgunakan.
44
Tidak hanya obat-obatan analgesik yang bisa memengaruhi
rasa sakit. Obat antidepresan dan obat yang digunakan untuk
gejala kejang juga bisa mengubah persepsi terhadap rasa sakit
sehingga bisa digunakan untuk mengatasi beberapa jenis rasa
sakit (Maizels & McCarberg, 2005). Antidepresan dapat berguna
untuk mengobati keluhan rasa sakit di pungung atau bahkan
mencegah sakit kepala migraine (Iagnocco, dkk., 2008).
Namun, tidak semua jenis obat atau strategi memiliki efek yang
sama pada sebagian besar individu yang memiliki rasa sakit
kronis. Mereka mungkin bisa mempertimbangkan operasi atau
metode lain untuk meredakan sakitnya.
Operasi
45
TEKNIK PERILAKU UNTUK MENGELOLA RASA SAKIT
46
mengubah perasaan atau sensasi dari rasa sakit. Orang yang
merasakan sakit biasanya memiliki perilaku khusus untuk
mengomunikasikan ketidaknyamanan yang dirasakan mereka
akan komplain, mengeluh, menghela napas, berjalan pincang,
mengusap-usap bagian yang sakit, meringis, dan bolos kerja.
47
kognisi mereka terlebih dahulu. Albert Ellis (1962) beranggapan
bahwa pikiran, khususnya pikiran irasional, merupakan akar dari
masalah perilaku. Dalam hubungannya dengan rasa sakit,
kecende ngan kogni i n k melak kan ca a o hi e ,
dimana individu akan menganggap suatu situasi tidak
menyenangkan menjadi sesuatu yang lebih buruk dari situasi
awalnya, akan membuat perilaku individu itu menjadi maladaptif
sekaligus memunculkan lebih banyak pikiran irasional. Contoh
dari catastrophize yang berhubungan dengan rasa sakit adalah
a a aki ini idak akan bi a hilang , ak dah idak angg
lagi , a a idak ada ang bi a ak lak kan n k
menghilangkan a a aki ini .
48
dimulai dengan mengubah sikap seseorang terhadap sesuatu
yang maladaptif. Mirip juga seperti konsep modifikasi perilaku,
CBT berfokus pada mengubah pola dan mengembangkan
kemampuan untuk mengubah perilaku yang bisa diamati. Dapat
dikatakan bahwa CBT menggunakan gabungan konsep terapi
kognitif dan terapi perilaku pada pasien.
49
membuktikan bahwa terapi ini efektif dalam membantu pasien
dengan rasa sakit kronis.
PENDEKATAN ALTERNATIF
1. Pengobatan alternatif
50
menyeimbangkan karbohidrat dan protein namun
dengan memsakan dan menghindari beberapa jenis
makanan tertentu agar keseimbangan energi bisa terus
terjaga.
51
tertentu. Contohnya, diet yang bertujuan untuk
mengurangi level kolestrol, diet vegetarian, atau diet
makrobiotik.
3. Praktik manipulatif
52
meningkatkan kesehatan atau mengobati masalah
kesehatan yang dimiliki. Beberapa contoh tekniknya
adalah meditasi, guided imagery, yoga, qi gong, tai chi,
atau hipnosis.
53
fungsi otak yang menyertai penuaan, serta
meningkatkan beberapa komponen dalam menjaga
kekebalan tubuh.
54
55
HUBUNGAN PERILAKU TIDAK SEHAT
DENGAN PENYAKIT KRONIS
Elda Nabiela
56
Manusia memahami bahwa hal-hal yang dilakukan tentu dapat
mempengaruhi kesehatan mereka. Meskipun demikian, tentu
ada saat-saat dimana seseorang melakukan hal yang ia tahu
buruk untuk kesehatan. Sejauh mana perilaku tersebut bisa
mempengaruhi kesehatan tentu akan berbeda bagi setiap
individu. Ada yang makan terlalu banyak, ada pula yang makan
terlalu sedikit. Ada yang malas bergerak dan ada juga yang
berolahraga secara berlebihan. Maka dari itu, perlu diketahui
bahwa apapun yang berlebihan itu tidak baik. Segala
sesuatunya akan lebih baik jika dilakukan dengan seimbang.
Oleh karena itu, perlu untuk mengetahui lebih banyak tentang
macam-macam perilaku tidak sehat dan hubungannya dengan
penyakit kronis yang umum terjadi.
57
tertentu akan membatasi konsumsi beberapa makanan,
misal daging sapi pada agama Hindu atau daging anjing
dalam agama Islam. Budaya Cina percaya bahwa
makanan dapat dikategorikan menjadi makanan dingin
(sayur-sayuran, buah, produk susu, dan daging) dan
panas (lombok, bawang putih, bawang merah, biji-
bijian, minyak, alkohol) yang sangat berpengaruh pada
kesehatan sehingga konsumsi kedua jenis makanan ini
harus seimbang.
58
hampir sama, seadngkan saudara kembar fraternal
tidak menunjukkan pola ini (Bouchard dkk., 1990). Ada
pula 7 - 10 gen spesifik yang dikaitkan dengan obesitas
(Bradfield dkk., 2012). Salah satu gen pertama yang
dikaitkan dengan obesitas adalah gen ob yang
merupakan kode dari protein leptin (Campfield, Smith &
Burn, 1996). Leptin bertugas untuk memberi tanda akan
kepuasan, dan orang yang gen ob-nya bermutasi tidak
memiliki banyak leptin sehingga mungkin cenderung
makan lebih banyak. Tentu saja gen bukan menjadi
satu-satunya penentu obesitas; faktor lingkungan tentu
sangat berpengaruh.
59
sehari, meminum obat diet untuk menekan nafsu
makan, meminum obat pencahar, atau menolak makan.
Tidak peduli seberapa kurus mereka, orang yang
menderita anorexia akan selalu merasa perlu untuk
menurunkan berat badannya.
2. Perilaku merokok
Ketika melihat populasi secara keseluruhan, lebih
banyak laki-laki yang merokok dibandingkan
perempuan. Orang-orang yang berpenghasilan rendah
dan memiliki pendidikan lebih rendah juga akan
60
merokok lebih banyak dari pada orang dengan status
sosioekonomi yang lebih tinggi. Rokok adalah salah
satu substansi yang bisa menyebabkan
ketergantungan. Nikotin yang terdapat pada tembakau
akan dihisap sehingga transmisi ke otak lebih cepat dan
menyebabkan merokok memiliki efek yang langsung
terasa.
61
menambahkan bahwa merokok merupakan suatu
perilaku bermasalah yang khusus dan pasti akan dilalui
oleh semua remaja.
62
Bukan hanya perokok aktif, perokok pasif (yang
menghirup asap rokok dari pada perokok di sekitarnya)
juga memiliki risiko untuk terserang penyakit kronis.
Perokok pasif seringkali dikaitkan dengan penyakit
kronis seperti kanker paru-paru, penyakit
kardiovaskular, bahkan kecanduan menghirup asap
rokok. Dalam kaitannya dengan hal ini, bayi dan ibu
hamil memiliki risiko kesehatan yang lebih besar jika
berada dalam lingkungan yang sering terpapar asap
rokok. Menghirup asap rokok bagi ibu hamil bisa
mempengaruhi perkembangan neurobehavioral janin
yang dikandungnya.
3. Mengonsumsi Alkohol
63
berulang kali yang sampai membahayakan fisik, (3)
masalah hukum berulang yang berkaitan dengan
alkohol, atau (4) masih tetap mengonsumsi meskipun
mengalami masalah sosial atau interpersonal berulang
yang berhubungan dengan alkohol (Wood, Vinson,
&Sher, 2002). Kemudian ada pula istilah binge drinker
yaitu laki-laki yang mengonsumsi lebih dari 5 minuman
beralkohol dalam sekali periode dan perempuan yang
mengonsumsi empat atau lebih minuman beralkohol
dalam sekali waktu setidaknya sekali selama 2 minggu
terakhir (Wechler, Moeykens, Davenport, Castillo, &
Hansen, 2000). Alkohol dikaitkan dengan keparahan
tingkat agresi (Tremblay, Graham, & Wells, 2008).
Penyalahgunaan alkohol 2.5 5 kali lebih tinggi pada
pria daripada wanita di usia 18 24 tahun (Grant, dkk.,
1991).
64
subunit-beta dari dehydrogenase alkohol (Johnson-
Greene & Denning, 2008). Anak-anak yang lahir dari
alkoholik juga memiliki gelombang otak yang berbeda
saat merespon stimulus berupa melihat hal-hal yang
berkaitan dengan alkohol (Polich, Pollok, & Bloom,
1994).
65
biasanya digunakan untuk mengurangi stres (Capell &
Greeley, 1987; Ostafin & Brooks, 2011). Konsumsi
alkohol berguna sebagai reinforcement perasaan positif
sehingga meningkatkan perilaku tersebut akhirnya
minum minuman keras dihubungkan dengan
penurunan stres.
66
peminum. Kerusakan otak juga bisa terjadi jika mulai
minum minuman beralkohol sejak remaja karena
perkembangan lobus frontal terjadi hingga usia 16 20
tahun. Fungsi otak pada orang dewasa juga akan
menurun jika terlalu sering mengonsumsi alkohol.
67
Orang yang minum terlalu banyak minuman keras juga
lebih berisiko untuk menderita gangguan psikologis
seperti kecemasan dan gangguan emosi (Kessler dkk.,
1997).
1. Penyakit Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular meliputi jantung dan pembuluh
darah (vena, venula, arteri, arteriol, dan kapiler).
Jantung memompa darah ke seluruh tubuh,
mengirimkan oksigen dan membuang kotoran dari sel
tubuh. Beberapa gangguan pada sistem kardiovaskular
dapat berupa (1) penyakit arteri koroner, terjadi ketika
arteri yang memasok darah ke jantung tersumbat oleh
plak dan membatasi suplai darah ke otot jantung; (2)
myocardial infarction (serangan jantung), disebabkan
oleh penyumbatan pada arteri koroner; (3) angina
pectoris, merupakan kelainan nonfatal dengan gejala
nyeri dada dan kesulitan bernafas; (4) stroke, terjadi
ketika pasokan oksigen ke otak terganggu; dan (5)
hipertensi (tekanan darah tinggi).
68
usia, riwayat keluarga, jenis kelamin, dan budaya
merupakan hal-hal tidak dapat dimodifikasi. Tetapi,
mereka dengan risiko bawaan dapat mengurangi risiko
lain untuk menurunkan peluang mereka terkena
penyakit jantung. Kemudian, terdapat dua faktor risiko
fisiologis utama pada sistem kardiovaskular yakni
hipertensi dan kolesterol tinggi. Cara untuk
mengendalikanya adalah dengan melakukan diet yang
tepat.
69
bahwa sebagian dari penurunan kematian akibat
penyakit jantung di Amerika dipengaruhi dari perubahan
perilaku dan gaya hidup. Selama periode waktu yang
digunakan untuk penelitian tersebut, jutaan orang
didapati telah berhenti merokok, mengubah pola makan
untuk mengendalikan berat badan dan kolesterol, dan
memulai program olahraga yang rutin.
2. Kanker
Kanker adalah penyakit yang ditandai oleh munculnya
sel-sel baru (neoplastik) yang tumbuh dan menyebar
tanpa bisa dikendalikan. Sel-sel ini bisa jinak atau
ganas, tetapi kedua jenis sel neoplastik tersebut tetap
berbahaya. Sel-sel yang ganas mampu bermetastasis
dan menyebar melalui darah atau kelenjar getah bening
70
ke organ tubuh lainnya, sehingga bisa mengancam
kehidupan si penderita.
71
penelitian juga menemukan rokok dapat merupakan
penyebab kematian akibat kanker lainnya.
72
Kuis refreshing
1. Zat apakah yang disalahkan oleh Gary Taubes sebagai
penyebab kegemukan?
2. Perilaku memuntahkan kembali makanan yang telah di
konsumsi merupakan gangguan yang disebut?
3. Apa sajakah faktor resiko pada sistem kardiovaskuler?
4. Pertumbuhan neoplastik yang tidak terkendali adalah ciri
penyakit?
5. Sebutkan beberapa efek nikotin yang menyebabkan
kebiasaan merokok sulit dihentikan?
73
74
PENYAKIT BERAT MASA KINI
Desi Wulansari
75
Pilek, sakit di bagian tubuh, sakit kepala, dan demam adalah
penyakit temporer yang sebagian besar dari kita mengalami.
Sayangnya, tidak semua penyakit bersifat temporer atau
sementara. Penyakit dapat berkembang menjadi kronis atau
penyakit jangka panjang yang bertahan selama bertahun-tahun.
Beberapa penyakit kronis bahkan mungkin bersifat terminal,
seperti kanker, diabetes, penyakit kardiovaskular (CVD), dan
penyakit jantung koroner (PJK). Kebanyakan orang dewasa
terkena dampak penyakit kronis dan 70% meninggal akibat
salah satu penyakit tersebut (CDC, 2018).
76
besar penyakit kronis disertai oleh beberapa perubahan
fisiologis, psikologis, dan sosial untuk individu, dan budaya
memengaruhi cara-cara mengatasi penyakit-penyakit ini (Cho &
Lu, 2017; Cillessen, van de Van, & Karremans, 2017). Ada
perbedaan pada pria dan wanita dalam menghadapi penyakit
ini. Usia, suku dan agama, serta kelompok juga berpengaruh.
Dalam bab ini, kita akan fokus pada beberapa topik umum
seputar penyakit kronis. Bagaimana individu bereaksi ketika
tahu bahwa dirinya memiliki penyakit kronis? Apa yang
dilakukan dengan penyakit kronis terhadap hidup Anda? Apa
yang dapat Anda lakukan untuk mengatasinya? Bagaimana
individu yang berbeda mengatasinya?
77
pengobatan yang dapat menunda kematian. Namun, tidak
semua individu memiliki harapan hidup yang sama. Data lain
menunjukkan perbedaan etnis yang dramatis dalam harapan
hidup baik berdasarkan jenis kelamin dan etnis selama
bertahun-tahun. Harapan hidup pria dan wanita Afrika Amerika
dan Eropa Amerika berubah seiring waktu, dan kedua kelompok
memiliki harapan hidup yang berbeda hari ini. Ada juga jenis
kelamin yang signifikan perbedaan wanita hidup rata-rata 5
tahun lebih lama daripada pria. Ilmu pengetahuan belum
mampu menjelaskan fakta ini. Alasan mungkin wanita memberi
dan menerima lebih banyak dukungan sosial, mungkin lebih
sehat secara biologis, dan terlibat dalam lebih sedikit dalam
perilaku berisiko tinggi
78
Memperbaiki pola makan seseorang, tidak merokok, dan
meminnimalisir mengonsumsi minuman beralkohol dapat
membantu mencegah penyakit kronis, namun tidak menjamin
dapat terhindar dari penyakit-penyakit ini.
Kualitas Kehidupan
79
mengatasi penyakit dan penting untuk merencanakan
perawatan lebih lanjut (Brodsky, Spritzer, Hays, & Hui, 2017).
QOL pada awalnya adalah ukuran yang dibuat oleh dokter,
apakah penyakit itu ada atau tidak ada. Jika adanya gejala
penyakit itu kuat, diasumsikan bahwa QOL akan rendah.
Sekarang jelas bahwa pasien adalah hakim terbaik dari kualitas
hidup mereka sendiri. Bertanya kepada pasien seberapa
sakitnya yang mereka alami dan bagaimana perasaan mereka
(misalnya, menilai depresi dan kecemasan) adalah cara yang
efektif untuk menentukan seberapa baik mereka mengatasi
kondisi mereka (Morrow, Hayen, Quine, Scheinberg, & Craig,
2012).
80
2019). Lebih jauh, strategi psikologis dapat membantu
seseorang mengatasi masalah kronis penyakit. Misalnya, dalam
studi longitudinal pasien dengan penyakit radang usus dan
radang sendi, pasien yang menunjukkan rasa syukur tidak
terlalu tertekan (Sirois & Wood, 2017). Bahkan, kesyukuran
adalah prediktor signifikan penurunan depresi bahkan setelah
mengendalikan variabel psikologis lainnya seperti sebagai
kognisi penyakit. Demikian pula, dua variabel psikologis lainnya,
optimisme dan harapan, adalah alat bantu yang kuat untuk
membantu pasien mengatasi penyakit kronis (Schiavon,
Marchetti, Gurgel, Busnello, & Reppold, 2017).
81
Secara biologis, penyakit kronis yang berbeda akan memiliki
perawatan yang berbeda. Misalnya, penyakit jantung koroner
(PJK) dan kanker, dua penyebab utama kematian bagi orang
Amerika, menyebabkan perubahan signifikan pada tubuh.
Kanker menyebabkan sel tumbuh tak terkendali, merusak
jaringan di sekitarnya dan membatasi fungsi normal. Dalam
CHD, pembuluh darah di sekitar jantung tersumbat oleh plak
dan lemak, mengubah aliran darah dan kemungkinan
menyebabkan serangan jantung. Penyakit kronis lainnya seperti
diabetes dan asma juga memiliki korelasi fisiologis sebagai
perubahan sensitivitas insulin dan pemblokiran saluran
pernapasan (Kalyva, Eiser, & Papathanasiou,2016). Perubahan
fisiologis yang lambat membatasi fungsi di banyak daerah dan
sering disertai dengan rasa sakit (Hoyt & Stanton, 2012).
Akibatnya, rehabilitasi fisik merupakan komponen besar dari
setiap perawatan penyakit kronis. Hilangnya fungsi dan
peningkatan rasa sakit juga memiliki konsekuensi besar untuk
bagaimana pasien memandang dunia, dan masalah psikologis
perlu dipertimbangkan.
ISU PSIKOLOGIS
82
kegiatan sehari-hari. Kedua, orang yang sakit harus melakukan
penyesuaian interpersonal, negosiasi hubungan pribadi dengan
teman dan keluarga serta hubungan profesional dengan
penyedia layanan kesehatan. Penyesuaian positif mencakup
penguasaan tugas terkait penyakit, tidak adanya gangguan
psikologis dan perasaan negatif, persepsi kualitas hidup yang
tinggi, dan pemeliharaan status fungsional dan peran sosial
yang memadai (Hoyt & Stanton, 2019).
83
mengalami kondisi kesehatan yang sangat berbeda mungkin
melaporkan QOL yang sama (Rapkin, Garcia, Michael, Zhang,
& Schwartz, 2017). Pertama kali dikembangkan dengan 4.173
responden, QOLAPv2 berguna lintas populasi dan memberikan
prediksi QOL yang lebih baik daripada ukuran kepribadian saja.
Respon Psikologis Terhadap Penyakit Kronis.
84
terutama memicu kecemasan. Kurangnya kecemasan yang
disebabkan oleh informasi lebih menonjol pada populasi SES
yang lebih rendah dan pada beberapa kelompok etnis.
85
2008). Dalam sebuah studi tentang keterlibatan agama,
kerohanian, dan fungsi fisik / emosional dalam sampel laki-laki
Afrika-Amerika dan wanita dengan kanker, menunjukkan
pengaruh positif sebagai faktor kunci dalam memprediksi
penyesuaian yang lebih baik (Holt et al., 2011).
86
lain yang menderita penyakit yang sama dan seberapa besar
makna yang mereka peroleh dari penyakit itu. Misalnya,
perbandingan sosial menunjukkan bahwa orang kadang-
kadang dapat membandingkan diri mereka dengan orang yang
lebih baik daripada mereka ("Rekan kerja saya memiliki
masalah yang sama, dan dia melakukan jauh lebih baik
daripada saya") atau lebih buruk dibandingkan daripada diri
mereka sendiri ("Oh, setidaknya saya melakukan lebih baik
daripada tetangga saya yang memiliki penyakit yang sama").
87
manfaat dan kualitas hidup diukur 4 bulan postdiagnosis (Tl), 3
bulan setelah Tl (T2), dan 6 bulan setelah T2 (T3). Wanita
dengan status sosial ekonomi lebih rendah, wanita minoritas,
dan mereka yang memiliki tingkat penyakit yang lebih parah
lebih banyak merasakannya manfaat di awal. Temuan manfaat
dikaitkan dengan lebih banyak pengaruh negatif pada awal dan
juga terkait dengan tahap penyakit, sehingga hubungan negatif
dengan QOL sepanjang waktu terbatas pada mereka yang
memiliki lebih banyak penyakit kronis.
88
(Lepore & Evans, 1996). Faktor sosiokultural dapat
memengaruhi pasien, Taylor, Repetti, dan Seeman (1997)
menelusuri berbagai cara lingkungan yang tidak sehat
pekerjaan yang penuh tekanan atau situasi keluarga, tinggal di
lingkungan dengan tingkat kejahatan yang tinggi, menganggur,
atau memiliki banyak beban kronis dapat mengurangi
dukungan sosial dan tidak mendukung adaptasi terhadap
penyakit. Masing-masing elemen yang berbeda ini memainkan
peran dalam mempengaruhi persepsi dan ketersediaan sumber
daya koping.
89
keluarga di Amerika Utara. Keluarga campuran terdiri dari dua
orang tua, salah satu atau keduanya yang mungkin telah
menikah sebelumnya, dengan anak-anak mereka. Keluarga
besar terdiri dari keluarga campuran atau keluarga inti ditambah
kakek nenek atau cucu, bibi, paman, dan kerabat lainnya.
90
SES dan etnis juga memainkan peran kunci. Keluarga yang
hidup di bawah garis kemiskinan lebih cenderung hidup area
kumuh di mana risiko terhadap anak-anak meningkat dan
aksesibilitas ke layanan kesehatan menurun. Hubungan antara
berbagai variabel ini dapat dilihat dalam hubungan antar
generasi antara ibu dan ibu anak-anak dengan PTSD (Linares
& Cloitre, 2004). Beberapa psikolog mempelajari apakah satu
jenis keluarga lebih baik dari yang lain. Perhatian khusus telah
diberikan kepada keluarga dengan orang tua sesama jenis (dua
laki-laki atau dua perempuan orang tua) dan keluarga orang tua
tunggal. Saat ini, tidak ada bukti jelas yang menunjukkan bahwa
kedua tipe ini keluarga tidak sehat untuk anak-anak (Frost &
Svensson, 2019).
91
Dalam beberapa tahun terakhir, praktisi telah menemukan
peran faktor budaya, terutama akulturasi, dalam tingkat
kesembuhan penyakit kronis. Misalnya, ketika merawat migran,
praktisi sekarang lebih sadar akan penyebab faktor penyakit
seperti harus berurusan dengan perubahan pola makan dan
stres dari lingkungan baru mereka, stresor yang sering
menyebabkan penyakit tertentu seperti obesitas dan kanker
prostat (Jasso, Massey, Rosenzweig, & Smith, 2004). Ada juga
penelitian yang luas tentang peran kompetensi linguistik (mis.,
Ngo-Metzger et al., 2003) dan kesesuaian etnis antara pasien
dan praktisi dalam mengatasi penyakit kronis (mis., Tarn et al.,
2005).
92
sama melaporkan menggunakan koping berbasis humor
semakin sedikit dan koping berbasis agama lebih banyak. Ada
satu perbedaan dalam bagaimana mengatasi kesulitan:
pelepasan emosi dapat meningkatkan distres pada orang-orang
Latin daripada di antara non-Latin (Culver et al., 2004).
93
pengobatan tradisional lebih sehat ketika mereka mencari
pengobatan dari penyembuh tradisional daripada dokter
biomedis (Kleinman, Eisenberg, & Good, 1978; Mehl-Medrona,
1998). Hal ini dapat disebabkan karena sistem kepercayaan
yang sesuai serta kedekatan relatif dalam kelas sosial antara
pasien dan praktisi. Dalam kasus lain, mungkin karena identitas
budaya dokter itu sendiri dapat mempengaruhi bagaimana dia
memperlakukan pasien dari budaya yang sama (Gurung &
Mehta, 2001). Dalam banyak sistem medis tradisional dan
rakyat, penekanan yang lebih besar juga diberikan pada
komunikasi, yang dapat meningkatkan kepuasan dan
kepatuhan pasien terhadap pengobatan.
DUKUNGAN SOSIAL
94
Penelitian yang paling banyak dilakukan dalam faktor
sosiokultural pasien yang sakit kronis adalah dukungan sosial
(Knoll, Scholz, & Bitzen, 2019). Studi dan ulasan empiris
menunjukkan bahwa orang dengan lebih banyak dukungan
sosial memiliki lebih banyak penyesuaian positif untuk penyakit
kronis. Penyakit yang diteliti berkisar dari kanker (Rogers,
Mitchell, Franta, Foster, & Shires, 2017) dan penyakit rematik
(Shim et al., 2017). Memiliki lingkungan yang mendukung sosial
sering membuat pasien lebih aktif mengatasi penyakit dan kecil
kemungkinannya untuk berhenti dari perawatabn dan
memburuk (Rosland et al., 2012). Dalam kasus penyakit kronis
seperti penyakit jantung koroner, hubungan sosial dan memiliki
pasangan yang stres dapat mempengaruhi morbiditas dan
mortalitas dengan mempengaruhi apakah pasien mengikuti
rehabilitasi (Molloy, Perkins-Porras, Strike, & Steptoe, 2008).
Jejaring sosial juga membantu menjaga kualitas hidup dan
kehidupan sangat penting bagi individu SES rendah (Barden,
Barry, Khalifian, & Bates, 2016; Ruiz et al., 2019).
95
INTERVENSI
96
perilaku dengan membantu pasien untuk mengeksplorasi dan
menyelesaikan ambivalensi. Pendekatan yang digunakan untuk
orang-orang yang tidak siap atau yang tidak percaya mereka
dapat mengubah perilaku mereka. MI dibangun di atas motivasi
internal pasien untuk berubah tanpa mengatakan kepadanya
apa yang harus dilakukan. MI sangat berguna untuk perilaku
tidak sehat seperti merokok (Borrelli, Endrighi, Hammond, &
Dunsiger,2017). Pendekatan ini menggunakan kombinasi
mendengarkan empatik, mengeksplorasi ambivalensi, dan
memunculkan dan memperkuat pembicaraan perubahan.
97
mengubah perilaku untuk membantu mengatasinya
penyakitnya.
98
1. Apakah perbedaan penyakit kronis dan penyakit akut?
2. Sebutkan contoh penyakit kronis!
3. Apa sajakah yang termasuk dalam penyesuaian positif
menurut Hoyt & Stanton?
4. Salah satu strategi koping yang efektif pada pasien
Kanker payudara adalah?
5. Lingkungan terkecil yang tidak hanya dapat membantu
pengendalian penyakit namun juga menonjolkan
penyakit adalah?
99