Anda di halaman 1dari 3

Hidup sehat dengan CERDIK

Oleh: Nur Sabrina Ashila Olii


Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

MENYAMBUT Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang jatuh pada tanggal 12 November
2022,SEHAT merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia, maka dari itu menarik
untuk menelisik lebih dalam mengenai ‘Apa itu sehat?’ ‘Sudah tepatkah pandangan kita
tentang apa arti sehat sesungguhnya? Atau sebenarnya terdapat standar tentang sehat itu
sendiri?

Pada umumnya, masyarakat mendefinisikan sehat pada batasan tidak sakit. Artinya seseorang
dikatakan sehat jika mereka tidak terserang penyakit. Bahkan, kadang kala orang-orang baru
memikirkan tentang betapa nikmatnya sehat ketika mereka dalam keadaan sakit.

Setiap orang punya persepsi yang berbeda mengenai kesehatan, dan diantara itu semua tidak
ada yang paling benar. Namun, para peneliti telah melalukukan berbagai riset dan dibuatlah
sebuah kesepakatan mengenai standar atau ukuran sehat menurut mereka. Akhirnya, definisi
inilah yang digunakan dalam bidang kesehatan.

Sehat menurut World Health Organization (WHO) adalah keadaan yang sempurna baik fisik,
mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat. Definisi
sehat menurut WHO memiliki arti bahwa sehat yang ideal, baik dari segi biologis, psikologis,
dan sosial.

Linda Ewless dan Ina Simnett dalam bukunya berjudul “Promoting Health, a Practical
Guide Second Edition” berpendapat tentang standar kesehatan, bahwa standar ‘apa yang
dianggap sehat’ juga bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kacamata masyarakat
sekitar yang berbeda mengenai apa yang mereka anggap sehat.

Seperti misalnya ada orang obesitas yang tidur sambil mendengkur, lalu hal ini dianggap
biasa karena setiap hari ia memang memiliki kebiasaan mendengkur saat tidur. Padahal,
kondisi ini dapat menjadi gejala penyakit Obstructive Sleep Apnea (OSA). Penyakit ini dapat
meningkatkan kemungkinan terkena penyakit jantung (Rahman, 2012).

Sebuah penelitian terkait dampak OSA pada remaja obesitas menyimpulkan bahwa terdapat
kaitan antara obesitas dan OSA yang mempengaruhi kinerja kardiovaskular pada remaja yang
mengalami obesitas. OSA dihubungkan dengan terjadinya perubahan kekakuan darah pada
pembuluh arteri (Dong dkk, 2020).

Contoh lain seperti seorang perokok yang tidak merasa sakit meskipun ia mengalami batuk
setiap pagi karena merasa batuk adalah hal yang biasa baginya. Sehingga ia tetap
menganggap dirinya dalam keadaan sehat (Simnett, 1994).

Dari dua kejadian di atas, kita dapat melihat bahwa kesehatan dinilai secara subjektif oleh
setiap orang. Hal ini bergantung pada norma dan harapan mereka masing-masing. Oleh
karena itu, hal ini menyebabkan upaya untuk mengukur kesehatan menjadi sangat sulit.

Perspektif orang tentang sehat dan merasa sehat sangat beragam. Pemikiran ini dibentuk
melalui hal yang panjang seperti pengalaman, pengetahuan, nilai dan harapan. Selain itu,
pandangan tentang keinginan yang akan mereka lakukan setiap hari serta kebugaran yang
mereka perlukan juga dapat berpengaruh dalam hal ini. Lantas, setelah membaca sedikit
penjelasan mengenai standar sehat itu sendiri, bagaimana sehat yang ideal bagi Anda?

Menurut Kozier, manusia dapat mencapai kesehatan prima jika memenuhi lima dimensi yang
mencakup dimensi fisik, sosial, emosi, entelektual, dan spiritual (Kozier dalam Elok, 2013).
Salah satu diantaranya yaitu dimensi fisik, dimensi ini mencakup kemampuan seseorang
dalam menyelesaikan tugas sehari-hari, mencapai kebugaran fisik, menjaga asupan nutrisi,
terbebas dari alkohol dan rokok. Dimensi ini dapat dicapai jika kita menerapkan gaya hidup
yang positif (Elok, 2013).

Penyakit Tidak Menular

Tahu kah Anda bahwa Penyakit Tidak Menular (PTM) saat ini telah menjadi penyebab
kematian pertama di Indonesia? PTM telah mendahului angka kematian yang disebabkan
oleh Penyakit Menular (PM). Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
menunjukkan bahwa jumlah penyakit tidak menular meningkat dari tahun 2013.

Jumlah penderita kanker meningkat 1,4% (Riskesdas 2013) menjadi 1,8% di tahun 2018;
kemudian jumlah penderita stroke meningkat dari 7% menjadi 10.9%; dan penyakit ginjal
kronik naik dari 2% menjadi 3,8%. Sementara itu, angka penderita diabetes juga kian
meningkat dari 6,9% menjadi 8,5%; penderita hipertensi juga meningkat dari 25,8% menjadi
34,1%.

Kenaikan jumlah penderita PTM pada tahun 2018 berkaitan dengan pola hidup yang tidak
sehat seperti kurang aktivitas fisik, merokok, kurangnya mengkonsumsi sayur dan buah, serta
konsumsi minuman beralkohol. Pola makan yang tidak seimbang dengan kandungan gula,
garam, dan lemak yang tinggi juga menjadi penyebab peningkatan penderita obesitas sebagai
faktor resiko PTM.

CERDIK

CERDIK merupakan sebuah program kegiatan dari pemerintah yang bertujuan untuk
meningkatkan pencegahan dan penatalaksanaan penyakit tidak menular. CERDIK adalah
perilaku hidup sehat yang mampu membantu Anda terhindar dari penyakit tidak menular
(PTM) seperti penyakit kardiovaskular, kanker, dan lain-lain. CERDIK merupakan ,
rangkaian kegiatan yang terdiri dari cek kesehatan berkala, membangun perilaku tidak
merokok (enyahkan asap rokok), rajin beraktivitas fisik, diet seimbang, istirahat yang cukup,
dan mampu mengolola stress.

Tujuan dari program kesehatan tersebut yaitu meningkatkan status kesehatan, meningkatnya
upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, menurunkan kematian, serta upaya untuk
memonitoring dan deteksi dini pada faktor resiko penyakit tidak menular dimasyarakat.
CERDIK merupakan langkah preventif yang dibuat agar masyarakat yang sehat dapat
terhindar dari berbagai Penyakit Tidak Menular (PTM).

Perilaku CERDIK dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku CERDIK dapat
dilakukan mulai dari diri sendiri dan mulai dari sekarang. Tidak ada kata terlambat untuk
memulai sesuatu yang baik seperti menerapkan perilaku CERDIK. Mari budayakan perilaku
CERDIK dalam kehidupan sehari-hari, karena jika bukan kita, siapa lagi?

Anda mungkin juga menyukai