Anda di halaman 1dari 43

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Psikologi Kesehatan Rahmatul Aufa, M.Psi.

PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS


BERDASARKAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA DEWASA
AWAL

DISUSUN OLEH :

Muthia Latifah

12060121709

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022/2023
BAB I

A. PENDAHULUAN
Menurut Hestiana (2017) Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun
yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal sebagai akibat dari
kekurangan sekresi insulin, gangguan aktifitas insulina atau keduanya (Bulu et al., 2019).
Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi
atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh
darah. (Amir et al., 2015). DM dikenal sebagai silent killer karena sering tidak disadari oleh
penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi (Kemenkes RI, 2014. Dalam
Hestiana, 2017). Diabetes mellitus merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang
menyebabkan 1,6 juta kematian di dunia pada tahun 2010. Menurut International Diabetes
Federation (IDF), Indonesia menempati peringkat ke enam di dunia dengan penderita DM
terbanyak. (Isti Istianah, 2020)

Kemenkes (2010) menyebutkan bahwa diabetes mellitus dapat disebabkan oleh dua faktor
yaitu faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah. Faktor yang dapat diubah
seperti kebiasaan sehari-hari terkait pola makan, pola istirahat, pola aktivitas dan pengelolaan
stress. Sedangkan faktor yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin, dan faktor
penyakit keturunan. Dalam hal pemilihan makanan dan waktu makan manusia dipengaruhi
oleh usia, selera pribadi, kebiasaan , budaya dan sosial ekonomi (Almatsier, 2007).

Pilihan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat semakin menyebar keseluruh lapisan
masyarakat, meyebabkan terjadinya penyakit degenarative, salah satunya Diabetes mellitus.
Waspadji (2007) menyatakan aktifitas fisik yang cukup dan teratur dapat mencegah kegawatan
dari penyakit DM. Latihan fisik dapat membakar sejumlah kalori tertentu, dengan demikian
kelebihan kalori tubuh dapat diperkecil. Latihan fisik juga berpengaruh terhadap tingkat
penggunaan glukosa oleh sel tubuh akan menjadi lebih baik yang dapat mengurangi risiko DM
dan kegawatan akibat DM (Waspadji, 2007).

Dalam kaitannya dengan kepatuhan, perilaku memegang peranan yang sangat penting. Salah
satu teori perilaku yang banyak digunakan dalam kasus pasien DM adalah Health Belief Model
(HBM) (Karimy et al., 2016; Vazini dan Barati, 2014). Teori ini mengukur persepsi yang
dirasakan oleh pasien saat menggunakan insulin berdasarkan faktor internal dari diri pasien.
Faktor internal sendiri merupakan kunci penting ketika memutuskan untuk melakukan suatu
tindakan.

B. TUJUAN PROMOSI KESEHATAN


Tujuan dari promosi kesehatan ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada
masyarakat terkait perilaku pencegahan diabetes melitus sehingga dapat mengurangi
banyaknya angka kematian

C. MANFAAT PROMOSI KESEHATAN


Manfaat dari promosi kesehatan ini adalah untuk mengetahui psikoedukasi mengenai
cara pencegahan diabetes melitus yang banyak terjadi di masyarakat luas.
BAB II

A. TEORI TERKAIT PROMOSI KESEHATAN


Strategi utama mengidentifikasi perilaku pengontrolan pencegahan penyakit adalah
dengan mengkaji perspektif pasien tentang pemahaman, keyakinan sudut pandang pasien
terhadap penyakit, persepsi pada penerimaan penyakit, pengobatan terhadap penyakit,
kepercayaan pada tanda dan gejala penyakit, kerentanan dan resiko yang ditimbulkan dari
penyakit, ketakutan pada komplikasi dari penyakit, serta manfaat dari pengobatan terhadap
penyakit termasuk pada pengendalian dan pencegahan keparahan penyakit.

Dalam kaitannya dengan kepatuhan, perilaku memegang peranan yang sangat penting. Salah
satu teori perilaku yang banyak digunakan dalam kasus pasien dm adalah health belief model
(hbm) (karimy et al., 2016; vazini dan barati, 2014). Teori ini mengukur persepsi yang
dirasakan oleh pasien saat menggunakan insulin berdasarkan faktor internal dari diri pasien.
Faktor internal sendiri merupakan kunci penting ketika memutuskan untuk melakukan suatu
tindakan.

Menurut pendapat model ini, bahwa individu yang mempraktikkan perilaku sehat tertentu,
bergantung pada dua faktor yaitu apakah individu tersebut menghadapi ancaman terhadap
kesehatannya, dan apakah individu tersebut percaya bahwa latihan perilaku hidup sehat tertentu
akan efektif untuk mengurangi ancaman yang ada. Model ini dapat memprediksi lingkungan
yang bagaimana yang dapat mengubah perilaku hidup sehat seseorang atau individu. Selain itu,
the health belief model juga menekankan peran penting dari efikasi diri (self-efficacy) dalam
perubahan perilaku sehat (yunti fitriani, 2019).

Kemungkinan seseorang melakukan tindakan pencegahan ditentukan oleh dua penilaian, yaitu

1) Perasaan ancaman terhadap kondisi kesehatan dan


2) Penilaian terhadap keuntungan dan hambatan yang diperoleh atau dihadapi apabila perilaku
sehat dilakukan (jumlah = keuntungan – hambatan).
Ada tiga faktor yang mempengaruhi perasaan terancam, yaitu:
• Perasaan serius mengenai masalah kesehatan
• Perasaan kerentanan terhadap masalah kesehatan
• Isyarat untuk melakukan tindakan
B. DIABETES MELITUS
Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang membutuhkan intervensi terapi
seumur hidup. Penyakit Diabetes Melitus dapat disembuhkan dengan cara mengendalikan gula
darah dalam batas normal. Penyakit ini akan menyertai penderita seumur hidup penderita
sehingga akan mempengaruhi terhadap kecemasan penderita baik dari keadaan kesehatan fisik,
psikologis, social dan lingkungan (Copel, 2007). Aspek sosial pada penderita diabetes melitus
sangat penting diperhatikan karena pada kenyataannya diabetes melitus merupakan penyakit
kronis yang mempunyai muatan psikologis, sosial dan perilaku yang besar (Jauhari, 2016).

Dalam ilmu biomedis, pengelolaan diabetes sebagian besar terletak pada penderita diabetes.
Hal ini termasuk praktik itu harus dilakukan oleh penderita sendiri. Seperti halnya memakan
makanan sehat, melakukan kegiatan fisik, minum obat seperti yang ditentukan, pemantauan
tingkat glukosa darah, kunjungan klinik secara teratur, dan penanganan stres (American
Diabetes Association, 2002). Namun, melakukan kegiatan diatas tetap menjadi masalah bagi
penderita diabetes yang hidup dengan kondisi seperti yang dibutuhkannya perubahan perilaku.

Para peneliti dari Finlandia menemukan peningkatan gizi pada makanan dapat
meningkatkan umur seseorang 20 persen, dan mereka berkata bahwa setiap orang sekedar
mengikuti makanan yang bergizi dan tidak boros dan tergantung pada rasio tertentu pada
makanan khususnya gizi alami, akan memberikan kontribusi dalam mengurangi proporsi
kolesterol dan menurunkan tekanan darah, yang mana kedua hal tersebut penyebab utama
kematian mendadak (Al-Kaheel, 2012).

Didalam Al-Qur’an pun sudah dijelaskan dalam Q.S Al-A’raf (31) yang artinya
“Makan dan minumlah kalian, namun jangan berlebih-lebihan (boros) karena Allah tidak
mencintai orang-orang yang berlebih-lebihan”. Jika umat manusia mau menerapkan ayat
diatas dalam sistem makanan bergizi akan dapat banyak memberikan manfaat terhindar dari
penyakit dan dari sisi harta juga hemat, bahkan jika mau merenungkan seruan para ilmuwan
ahli gizi dapat ditemukan bahwa mereka juga berpendapat hal terbaik sebagai obat dan terapi
agar terhindar dari penyakit di usia ini adalah tidak berlebih-lebihan dalam hal makanan dan
minuman.

Bagi banyak orang, mengubah kebiasaan gaya hidup adalah perjuangan, dan diabetes
kompleks memiliki efek yang luar biasa baik secara emosional dan perilaku. Kepatuhan
terhadap rekomendasi untuk pemantauan diri, insulin, olahraga, dan diet seringkali tidak
diperhatikan (Glasgow, 1991; Kurtz, 1990). Selain itu, penderita diabetes dihadapkan dengan
tantangan emosional berupa hidup dengan penyakit kronis serta kemungkinan akan mengarah
pada komplikasi (Polonsky, 1993). Melihat bahwa Diabetes Mellitus akan memberikan
dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup
besar, maka sangat diperlukan program pengendalian Diabetes Mellitus. Diabetes Melitus bisa
dicegah, ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan mengendalikan faktor resiko
(Kemenkes, 2010).

Dalam kajian psikologi kesehatan, persepsi individu dalam melakukan atau memilih
perilaku sehat dikaji dalam teori Health Belief Model (HBM). HBM adalah model kepercayaan
kesehatan individu dalam menentukan sikap melakukan atau tidak melakukan perilaku
kesehatan (Conner, 2005). Menggunakan HBM, kemungkinan individu dengan diabetes
mellitus mengikuti resep biomedis seperti bagaimana individu memandang masalah
berkembang karena diabetes, misalnya, hipoglikemia dan hiperglikemia. Persepsi individu
tentang komplikasi diabetes kemungkinan akan memotivasi dia untuk mematuhi peraturan
yang diberikan oleh medis.

C. Health Belief Model (HBM)


1. Pengertian Health Belief Model Health
Belief model dikemukakan pertama kali oleh Resenstock 1966, kemudian
disempurnakan oleh Becker, dkk 1970 dan 1980.Sejak tahun 1974, teori Health belief
model telah menjadi perhatian para peneliti. Model teori ini merupakan formulasi
konseptual untuk mengetahui persepsi individu apakah mereka menerima atau tidak
tentang kesehatan mereka. Variabel yang dinilai meliputi keinginan individu untuk
menghindari kesakitan, kepercayaan mereka bahwa terdapat usaha agar menghindari
penyakit tersebut.

Menurut World Health Organization (WHO) yang dimaksud dengan sehat atau
health adalah suatu kondisi tubuh yang lengkap secara jasmani, mental, dan sosial, dan
tidak hanya sekedar terbebas dari suatu penyakit dan ketidakmampuan atau kecacatan,
sedangkan menurut UU No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Belief dalam bahasa
inggris artinya percaya atau keyakinan. Menurut peneliti belief adalah keyakinan
terhadap sesuatu yang menimbulkan perilaku tertentu. Misalnya individu percaya
bahwa belajar sebelum ujian akan berpengaruh terhadap nilai ujian. Jenis kepercayaan
tersebut terkadang tanpa didukung teori teori lain yang dapat dijelaskan secara logika.
Model adalah seseorang yang bisa dijadikan panutan atau contoh dalam perilaku, cita-
cita dan tujuan hidup yang akan dicapai individu. Biasanya teori modeling ini sangat
efektif pada perkembangan anak di usia dini, namun dalam materi peneliti kali ini teori
modeling di umpakan sebuah issue atau pengalaman pengobatan dari seseorang yang
memiliki riwayat sakit yang sama dan memilih serta menjalani pengobatan alternative
yang mendapatkan hasil yang positif. Health Belief Model merupakan suatu konsep
yang mengungkapkan alasan dari individu untuk mau atau tidak mau melakukan
perilaku sehat (Janz & Becker, 1984).

Menurut Hochbaum, (dalam Hayden 1958) Konsep dasar HBM adalah Perilaku
kesehatan ditentukan oleh persepsi individu tentang kepercayaan terhadap suatu
penyakit dan cara yang tersedia untuk mengurangi terjadinya gejala penyakit yang
diderita oleh individu. Model kepercayaan kesehatan (HBM), yang dikembangkan oleh
Becker dan Maiman 1975 (dalam Adejoh 2014) berguna untuk menjelaskan aktivitas
perawatan diri seperti rekomendasi manajemen diabetes dan memiliki fokus pada
perilaku yang berkaitan dengan pencegahan penyakit. Dasar dari HBM adalah bahwa
individu akan mengambil tindakan untuk mencegah, mengendalikan, atau mengobati
masalah kesehatan jika mereka merasa masalah menjadi parah; Jika mereka merasa
bahwa tindakan tersebut akan menghasilkan atau menghasilkan hasil yang diharapkan;
Dan karena konsekuensi negatif dari terapi.

Dari pemaparan teori menurut para ahli tersebut maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Health Belief Model adalah model yang menspesifikasikan bagaimana individu
secara kognitif menunjukkan perilaku sehat maupun usaha untuk menuju sehat atau
penyembuhan suatu penyakit. Health belief model ini didasari oleh keyakinan atau
kepercayaan individu tentang perilaku sehat maupun pengobatan tertentu yang bisa
membuat diri individu tersebut sehat ataupun sembuh.

2. Dimensi Health Belief Model Health Belief


Model terdapat empat dimensi yang dapat menggambarkan bagaimana
keyakinan individu terhadap suatu perilaku sehat (Buglar, White & Robinson, 2009),
dimensi-dimensi tersebut antara lain:
a. Perceived susceptibility
Perceived susceptibility adalah keyakinan individu mengenai
kerentanan dirinya atas resiko penyakit dalam mendorong orang untuk
mengadopsi perilaku yang lebih sehat. Semakin besar risiko yang
dirasakan, semakin besar kemungkinan individu terlibat dalam perilaku
untuk mengurangi risikonya. Sangat logis bila sesorang percaya mereka
berada dalam risiko penyakit, mereka akan cenderung melakukan
sesuatu untuk mencegahnya, sebaliknya juga jika orang percaya mereka
tidak berisiko atau memiliki anggapan rendahnya risiko kerentanan,
perilaku tidak sehat cenderung terjadi. Bila perceived susceptibilit
dikombinasikan dengan keseriusan, akan menghasilkan ancaman yang
dirasakan (Stretcher & Rosen- Saham, 1997). Jika persepsi ancaman
adalah penyakit serius Untuk itu ada resiko yang nyata, tingkah laku
sering berubah. Kita melihat hal yang sama ketika orang merasakan
ancaman berkembangnya diabetes melitus non-insulin-dependent
(NIDDM). Persepsi ancaman berkembang itu sendiri adalah prediktif
untuk meningkatkan kesehatan, mengurangi risiko perilaku. Yang
paling penting, mereka lebih berperilaku mengendalikan berat badan
mereka (Forsyth, 1997), mengingat obesitas merupakan faktor risiko
yang diketahui untuk NIDDM.
b. Perceived severity
Perceived severity adalah keyakinan individu akan keparahan suatu
penyakit. Sedangkan persepsi keparahan terhadap penyakit sering
didasarkan pada informasi atau pengetahuan pengobatan, mungkin juga
berasal dari kepercayaan terhadap orang yang memiliki kesulitan
tentang penyakit yang diderita atau dampak dari penyakit terhadap
kehidupannya (McCormick-Brown, 1999). Sebagai contoh, kebanyakan
dari kita memandang flu sebagai penyakit ringan. Kita mendapatkan
kesembuhan dengan tinggal di rumah beberapa hari, dan membuat tubuh
kita merasa lebih baik. Namun, jika kita menderita asma, terjangkit flu
bisa membuat kita berada di rumah sakit. Dalam hal ini, persepsi kita
tentang flu mungkin itu adalah penyakit serius.
c. Perceived barriers
Perceived barriers adalah aspek negatif pada diri individu yang
menghalangi individu untuk berperilaku sehat. Karena perubahan
bukanlah sesuatu yang mudah terjadi, konstruk dari HBM menangani
masalah ini adalah hambatan yang dirasakan untuk berubah. Hal
tersebut dimiliki individu sendiri mengevaluasi hambatan dalam cara
individu mengadopsi sebuah perilaku baru dari semua konstruksi,
hambatan yang dirasakan adalah hal yang paling signifikan dalam
menentukan perubahan perilaku (Janz & Becker, 1984). Agar perilaku
baru dilakukan, seseorang membutuhkan kepercayaan akan manfaat dari
perilaku baru lebih besar daripada melanjutkan perilaku lama (Centers
for Disease Kontrol dan Pencegahan, 2004). Hal ini memungkinkan
adanya penghalang untuk mengatasi hambatan dalam menentukan
perilaku baru yang harus dilakukan.
d. Perceived benefits
Perceived benefits adalah keyakinan akan manfaat yang dirasakan pada
diri individu jika melakukan perilaku sehat (Janz & Becker, 1984).
Konstruksi dari manfaat yang dirasakan adalah pendapat seseorang
tentang kegunaan suatu perilaku baru dalam menurunkan berisiko
terkena penyakit. Individu cenderung lebih sehat saat mereka percaya
perilaku baru akan menurun kemungkinan mereka terserang penyakit.
Manfaat yang dirasakan memainkan peran penting dalam menentukan
perilaku untuk pencegahan sekunder.
e. Self-efficacy
Pada tahun 1988, self-efficacy ditambahkan ke empat kepercayaan
semula Dari HBM (Rosenstock, Strecher, & Becker, 1988). Self-
efficacy adalah kepercayaan pada diri sendiri kemampuan untuk
melakukan sesuatu (Bandura, 1977). Orang umumnya melakukannya
tidak mencoba melakukan sesuatu yang baru kecuali mereka berpikir
bisa melakukannya. Jika seseorang percaya suatu perilaku baru itu
bermanfaat (dirasakan Manfaat), tapi tidak berpikir dia mampu
melakukannya (Perceived barrier), kemungkinan itu tidak akan dicoba.

Seiring berkembangnya teori Health Belief Model, Janz & Becker (1984)
menambahkan 2 konstruk yang salah satunya adalah cues to action. Cues to action
merupakan konstruk yang menjelaskan tentang faktor yang menstimulasi individu
untuk mau berperilaku sehat (Janz & Becker, 1984). Cues to action dilatarbelakangi
oleh faktor internal atau faktor eksternal yang dapat mempengaruhi seseorang seperti
demografi, psikososial, persepsi individu, media massa, dan promosi kesehatan (Janz
& Becker, 1984).

Faktor demografis yang mempengaruhi health belief model individu adalah


kelas sosial ekonomi. Individu yang berasal dari kelas sosial ekonomi menengah
kebawah memiliki pengetahuan yang kurang tentang faktor yang menjadi penyebab
suatu penyakit (Hossack & Leff, 1987 dalam Sarafino, 1994). Faktor demografis
(Rosenstock, 1974 dalam Conner & Norman, 2003), karakteristik psikologis (Conner
& Norman, 2003), dan structural variable (Sarafino, 1994), pada akhirnya
mempengaruhi health belief model pada individu yang mengalami diabetes.

Edukasi merupakan faktor yang penting sehingga mempengaruhi health belief


model individu (Bayat dkk, 2013). Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan
individu merasa tidak rentan terhadap gangguan, yang dalam suatu penelitian yang
dilakukan oleh Edmonds dan kawan – kawan adalah osteoporosis (Edmonds dkk,
2012). Karakteristik psikololgis merupakan faktor yang mempengaruhi health belief
model individu (Conner & Norman, 2003). Dalam penelitian ini, karakteristik
psikologis yang mempengaruhi health belief model kedua responden adalah ketakutan
kedua responden menjalani pengobatan secara medis. Beberapa faktor Health belief
model berbasis kognitif (seperti keyakinan dan sikap) dan berkaitan dengan proses
berfikir yang terlibat dalam pengambilan keputusan individu dalam menentukan cara
sehat individu. Dalam kajian psikologi kesehatan, persepsi individu dalam melakukan
atau memilih perilaku sehat dikaji dalam teori Health belief model (HBM).

HBM adalah model kepercayaan kesehatan individu dalam menentukan sikap


melakukan atau tidak melakukan perilaku kesehatan (Conner, 2005). Teori Health
belief model menghipotesiskan terdapat hubungan aksi dengan faktor berikut: 1)
Motivasi yang cukup kuat untuk mencapai kondisi yang sehat. 2) Kepercayaan bahwa
seseorang dapat menderita penyakit serius dan dapat menimbulkan sekuele. 3)
Kepercayaan bahwa terdapat usaha untuk menghindari penyakit tersebut walaupun hal
tersebut berhubungan dengan finansial. Health belief model juga dapat menjelaskan
tentang perilaku pencegahan pada individu.Hal ini menjelaskan mengapa terdapat
individu yang mau mengambil tindakan pencegahan, mengikuti skrining, dan
mengontrol penyakit yang ada.

3. Health Belief Model pada Diabetes


Model kepercayaan kesehatan (HBM), yang dikembangkan oleh Becker dan
Maiman 1975 (dalam Adejoh 2014) berguna untuk menjelaskan aktivitas perawatan
diri seperti rekomendasi manajemen diabetes dan memiliki fokus pada perilaku yang
berkaitan dengan pencegahan penyakit. Dasar dari HBM adalah bahwa individu akan
mengambil tindakan untuk mencegah, mengendalikan, atau mengobati masalah
kesehatan jika mereka merasa masalah menjadi parah; Jika mereka merasa bahwa
tindakan tersebut akan menghasilkan atau menghasilkan hasil yang diharapkan; Dan
karena konsekuensi negatif dari terapi. HBM telah diterapkan pada berbagai perilaku
kesehatan. Tiga area yang luas dapat diidentifikasi:

a. Perilaku kesehatan preventif, yang meliputi perilaku mempromosikan


kesehatan (seperti diet, olahraga) dan perilaku berisiko kesehatan
(seperti kebiasaan merokok) serta vaksinasi dan praktik kontrasepsi;
b. Perilaku perilaku buruk, yang mengacu pada kepatuhan terhadap
rejimen medis yang direkomendasikan, biasanya mengikuti diagnosis
penyakit secara profesional;
c. Penggunaan klinik, yang mencakup kunjungan dokter karena berbagai
alasan. Hbm menyatakan bahwa perilaku individu dapat diprediksi
berdasarkan isu-isu tertentu yang mungkin dipertimbangkan individu
(kerentanan yang dirasakan, tingkat keparahan yang dirasakan, manfaat
yang dirasakan, dan hambatan yang dirasakan) saat membuat keputusan
tentang perilaku tertentu mengenai kesehatannya (glanz, lewis, & rimer,
1990).

Konsep-konsep ini diusulkan untuk menjelaskan "kesiapan untuk bertindak" orang.


Konsep tambahan, isyarat untuk bertindak, akan mengaktifkan kesiapan dan
merangsang perilaku terbuka, sementara konsep self-efficacy, atau kepercayaan
seseorang adalah kemampuan untuk berhasil melakukan suatu tindakan. . Konsep ini
ditambahkan untuk membantu HBM menyesuaikan tantangan perubahan perilaku
kebiasaan sehat yang tidak sehat, seperti tidak duduk, merokok, atau makan berlebihan.
Peran faktor psikososial dan perilaku pada penderitak diabetes telah lama diakui
oleh dokter dan psikolog. Diabetes adalah penyakit kronis yang dipengaruhi oleh
perilaku penderita. Modifikasi gaya hidup adalah sarana utama untuk mengelola
diabetes dan untuk mencegah atau menunda berkembangnya diabetes (American
Diabetes Association [ADA], 1999).

Pada kenyataannya beberapa individu, berhasil mengelola diabetes dengan


memperhatikan diet dan olahraga saja. Bagi banyak orang mengubah kebiasaan gaya
hidup adalah perjuangan, dan tuntutan penderita diabetes kompleks memiliki beban
baik secara emosional dan perilaku. Kepatuhan terhadap rekomendasi untuk
pemantauan diri, insulin, olahraga, dan diet seringkali kurang diperhatikan (Glasgow,
1991; Kurtz, 1990). Selain itu, orang dengan diabetes dihadapkan dengan tantangan
emosional yang hidup dengan penyakit kronis serta kemungkinan pada jangka panjang
akan menjadi komplikasi (Polonsky, 1993).

Psikolog kesehatan klinis dalam pengaturan perawatan primer dapat


memainkan peran berharga dalam membantu individu mengelola kondisi sulit ini dan
belajar untuk beradaptasi dengan dampaknya pada kehidupan mereka. Sebuah
pemahaman keyakinan penderita tentang penyakit dan maknanya bagi kehidupan
mereka dapat menjelaskan hambatan potensial. Persepsi bahwa penyakit merupakan
cacat pribadi atau hukuman dari Tuhan dapat menyebabkan depresi, yang, pada
gilirannya, dapat mengganggu adaptasi dan manajemen diri. Fungsi kognitif juga harus
dievaluasi, hubungan Interpersonal juga harus diperhatikan seperti dalam keluarga dan
dukungan teman sebaya, lingkungan kerja, serta kualitas hubungan penderita dengan
penyedia layanan kesehatan dan sistem perawatan kesehatan secara umum.

4. Alat Ukur

A. Kuesioner

Kuesioner merupakan suatu alat ukur yang dipergunakan untuk mengukur suatu
kejadian yang digunakan oleh peneliti. Kuesioner dapat disebut sebagai kumpulan-
kumpulan pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh sebuah informasi dari
seseorang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan (Sugiyono, 2013).

B. Skala
Skala Likert adalah salah satu bentuk skala yang dilakukan untuk mengumpulkan data
demi mengetahui atau mengukur data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data
tersebut diperoleh untuk mengetahui pendapat, persepsi, ataupun sikap seseorang
terhadap sebuah fenomena yang terjadi.
BAB III

A. Gambaran Pelaksanaan

1. Metode dan Alat Ukur

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Angket/ Kuesioner dan Metode
pengambilan samplingnya purposive sampling dengan kriteria inklusi .

Alat Ukur yang dipakai ialah kuesioner Model Skala Kuesioner menggunakan skala
sikap dan tingkat pengetahuan berdasarkan skala Likert. Skala Likert pada umum yang
digunakan pada instrumen berupa kuesioner yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang (Sugiyono, 2018).

Kuesioner mengandung beberapa pertanyaan yang mengkaji tingkat pengetahuan dan


sikap mahasiswa terhadap penyakit Diabetes mellitus serta tentang data demografi responden.
Pertanyaan-pertanyaan tentang Diabetes mellitus terbagi menjadi 2 sesi yaitu pertama adalah
skala sikap dan kedua adalah tingkat pengetahuan. Kuesioner sikap dan tingkat pengetahuan
diadaptasi dari sebuah judul penelitian yang ada di Singapura (Ho & Li, 2014) dimana satu
tabel berisikan beberapa pernyataan untuk skala sikap dan ada tiga tabel yang berisikan
beberapa pertanyaan untuk mengakses tingkat pengetahuan responden. Satu tabel lainnya
adalah untuk menanyakan data demografik responden.

Analisa Data

Analisa data yang akan dilakukan yaitu analisa deskriptif berupa presentase hasil dari
pertanyaan yang diajukan pada lembar kuesioner mulai dari data demografik, skala sikap, dan
tingkat pengetahuan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner skala sikap dan tingkat
pengetahuan. Semua jawaban dari skala sikap diberi skor berdasarkan skala Likert dengan
tingkat penilaian sebagai berikut :

1. Tidak setuju = 1

2. Netral = 2

3. Setuju = 3
Sedangkan untuk tingkat pengetahuan juga menggunakan skala Likert dengan tingkat
penilaian sebagai berikut :

1. Benar = 1

2. Salah = 2

3. Tidak tahu = 0

Uji Reabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui alat ukur yang digunakan dalam waktu yang
berbeda atau responden yang berbeda namun hasilnya tetap sama (Sugiyono, 2018). Instrumen
dikatakan reliabel apabila nilai alpha > 0,7 (Santoso, 2010).

Uji Validitas

Uji validitas dilakukan bertujuan untuk menentukan kevalidan kuesioner atau instrumen
yang dipakai dalam suatu penelitian, sehingga alat ukur yang digunakan dalam suatu penelitian
dapat dipercaya (Sugiyono, 2018). Instrumen dikatakan valid apabila diketahui hasil dari nilai
dari r hitung > r tabel (Santoso, 2010).
Maka untuk uji reabilitas dan validitasnya kelompok akan menggunakan aplikasi statistic yaitu
JASP.

2 Target Subjek

Pada promosi ini targetnya ialah Dewasa Awal. Biasanya, selain Lansia Risiko diabetes
tetap bisa terjadi pada orang yang usianya masih muda, terutama jika memiliki faktor resiko
seperti obesitas, tidak menjaga pola makan, malas ber olahraga dan faktor genetik. Hal ini juga
dijelaskan oleh Staff divisi endokrin, metabolik dan diabetes, Departemen Penyakit Dalam
RSCM-FKUI, Martha Rosana mengatakan, beberapa waktu ke belakang diabetes memang
banyak terdeteksi pada orang usia lanjut, namun seiring berjalannya waktu diabetes juga
banyak dialami anak muda bahkan di usia 15 tahun sudah terdiagnosis terkena diabetes yang
bukan bawaan.

Sasaran utama untuk menjelaskan seberapa pentingnya perilaku pencegahan dan


perawatan diri dari penyakit diabetes melitus. Jika dilihat pada kondisi saat ini,bukan hanya
lansia saja yang dapat terkena penyakit diabetes mellitus ini tetapi nyatanya siapapun bisa
mengalami kadar gula tinggi, bahkan pada anak-anak (Jose Rizal Latief Batubara dari Divisi
Endokrinologi Anak FKUI-RSCM). Sasaran pada promosi ini ialah 10 orang terdiri dari
Dewasa Awal

3. Waktu

Kegiatan ini akan dilaksanakan Online dengan membagikan link Kuesioner kepada
individu yang telah memasuki usia dewasa awal. dengan pelaksanaan intervensi dalam
penelitian ini adalah dengan membagikan materi dan sedikit menjelaskan, lalu mengisi
kuesioner.

4. Biaya

Dilakukan secara online jadi tidak ada biaya yang diperlukan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Demografik Responden

Hasil penelitian ini, dari kuesioner onlineyang diberikan kepada sampel yakni individu
yang baru memasuki usia dewasa awal di Pekanbaru, 33 orang setuju untuk mengisi kuesioner
yang diberikan secara online. Dari 33 yang setuju ikut dalam penelitian ini 70,9 % adalah
berjenis kelamin perempuan dan 29,1% berjenis kelamin laki- laki. Karakteristik responden
yakni sebagian besar persentase menunjukkan 60,6 % berumur 20 tahun, 33,3 ber umur 21
tahun dan 6,1% umur 22 tahun, merupakan mahasiswa 94%, 3% sudah bekerja dan 3% seorang
pelajar, kemudian 72,7 % tidak memiliki riwayat keluarga penderita diabetes, dan 27,3
memiliki riwayat.

Table 1. Jenis Kelamin

Count of Jenis Kelamin


30

24
25

20

15

9
10

0
Laki-Laki Perempuan
Total 9 24

B. Hasil Skala Sikap

Hasil skala sikap dari 33 responden yang didapatkan adalah sebagian persentase
menunjukkan bahwa 54,5% responden tidak setuju terhadap pernyataan “Lebih banyak orang
yang tidak berpendidikan dapat menderita diabetes dibandingkan yang berpendidikan”. 39,4
dari responden mengatakan setuju terhadap pernyataan ‘Selama penyakit diabetes yang diderita
tersebut terkontrol, tidak perlu khawatir terhadap adanya komplikasi’. Kemudian, sebanyak
81,8% dari 33 responden berpendapat setuju bahwa “Jika penyakit diabetes diatasi lebih awal,
diabetes dapat dicegah/ditunda”. Terakhir, dari skala sikap menunjukkan bahwa 60,6
responden bersikap netralterhadap pernyataan “Semua pasien diabetes harus diperiksakan
kepada dokter spesialis mata untuk pemeriksaan mata secara rutin”.

Table 2. Sikap Mahasiswa


Descriptive Statistics
Valid Missing Modeᵃ Median Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Lebih banyak
orang yang tidak
berpendidikan
dapat menderita
33 0 1.000 1.000 1.576 0.663 1.000 3.000
diabetes
dibandingkan
yang
berpendidikan
Selama penyakit
diabetes yang
diderita dapat
terkontrol, tidak 33 0 2.000 2.000 2.091 0.805 1.000 3.000
perlu khawatir
terhadap adanya
komplikasi
Jika penyakit
diabetes diatasi
lebih awal 33 0 3.000 3.000 2.818 0.392 2.000 3.000
diabetes dapat
dicegah/ditunda
Semua pasien
diabetes harus
diperiksakan
kepada dokter
33 0 2.000 2.000 1.909 0.631 1.000 3.000
spesialis mata
untuk
pemeriksaan
mata secara rutin
Descriptive Statistics
Valid Missing Modeᵃ Median Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa validitas instrumen sikap mahasiswa semua
itemnya dapat dinyatakan valid karena tidak adanya item yang perlu dihilangkan. Untuk
modusnya atau data yang paling banyak muncul dapat dilihat pada tabel mode, yang artinya
jika pada aitem ‘Lebih banyak orang yang tidak berpendidikan dapat menderita diabetes
dibandingkan yang berpendidikan’ mendapatkan hasil 1.000 (dengan kode 1) maka
pengkodean dari angka 1 itu adalah tidak setuju.jadi dapat disimpulkan bahwa partisipan paling
banyak memilih pengkodean 1. Sedangkan untuk meannya didapati hasil 1.576. dan untuk
standard deviation, S atau SD, simpangan baku menurut Goss-Sampson (2019), digunakan
untuk mengukur seberapa jauh perbedaan nilai setiap data dengan rerata atau untuk mengetahui
sebaran nilai jika dibandingkan dengan rerata. Simpangan baku yang rendah menunjukkan
bahwa nilai-nilai yang ada pada data berada di sekitar rerata, sedangkan simpangan baku yang
tinggi menunjukkan bahwa nilai-nilai tersebut tersebar pada rentang yang lebih luas. Maka
dapat dinilai bahwa Standard Deviation 0.663

C. Hasil Pengetahuan Secara Umum

Hasil dari kuesioner pengetahuan secara umum tentang Diabetes mellitus pada dewasa
awal yang berada di kota pekanbaru ini, menunjukkan bahwa sebagian besar responden dapat
menjawab dengan baik. Akan tetapi, jika dirunut dari masing-masing pernyataan yang ada pada
kuesioner, pernyataan “Tipe diabetes ada dua” adalah pernyataan yang memiliki persentase
paling besar yang responden salah menjawabnya. Hal ini hampir serupa dengan penelitian yang
ada pada Singapura (Ho & Li, 2014), dimana sebagian besar respondennya menjawab setuju
terhadap pertanyaan tersebut. Banyak responden yang masih bingung terhadap tipe pernyataan
seperti ini karena banyak tipe lain dari diabetes. Misalnya Diabetes Gestasional yang terjadi
pada saat kehamilan saja (B et al., 2017). Sebagian responden yang menjawab setuju terhadap
pertanyaan tersebut, kemungkinan kebanyakan dari mereka hanya mengetahuai tentang tipe
Diabetes yang banyak terjadi di Masyarakat yaitu Diabetes tipe 1 dan 2.

Hasil dari jawaban responden yang paling banyak benar dijawab adalah pada
pernyataan ‘Diabetes adalah kondisi dimana terjadi kenaikan gula darah "Hal ini juga searah
dengan penelitian yang ada di Singapura dimana paling banyak benar adalah pada tipe
pernyataan tentang definisi Diabetes tersebut (Ho & Li, 2014).

Table 3. pemahaman secara umum

Descriptive Statistics
Valid Missing Mode Median Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Diabetes adalah
kondisi dimana
33 0 3.000 3.000 2.848 0.442 1.000 3.000
ada kenaikan
gula darah
Diabetes adalah
kondisi dari
33 0 3.000 2.000 2.424 0.614 1.000 3.000
ketidakcukupan
insulin
Diabetes itu
33 0 3.000 3.000 2.485 0.712 1.000 3.000
tidak menular
Tipe Diabetes
33 0 3.000 3.000 2.636 0.603 1.000 3.000
ada 2 macam
Diabetes tidak
dapat 33 0 2.000 2.000 1.939 0.704 1.000 3.000
disembuhkan

D. Hasil Faktor Resiko

Berdasarkan hasil dari jawaban responden pada sub-bab pengetahuan tentang faktor
risiko, dapat diketahui bahwa hampir di semua pernyataan, responden dapat menjawab benar .
Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa responden sebagian besar telah memahami apa saja
faktor risiko dari Diabetes mellitus yang dapat diwaspadai. Dari berbagai pernyataan yang ada
pada kuesioner, pernyataan yang paling banyak benar dan setuju adalah pada pertanyaan “
makan dan minum manis atau tidak sehat menyebabkan diabetes”, dan yang paling banyak
tidak setuju adalah pada pernyataan ‘diatas 40 tahun’. Hal ini menandakan responden paham
bahwa suka makan dan minum manis dan tidak sehat menjadi salah satu faktor penyebab
terjadinya diabetes. Dan apabila seseorang diatas 40 tahun, sebagian responden tidak tahu
bahwa usia diatas 40 tahun adalah faktor risiko yang dominan pada DM tipe 2 saja (Trisnawati
& Setyorogo, 2013). Sedangkan Diabetes tipe 1 karena defisiensi insulin banyak juga terjadi
pada anak-anak.

Table 4. Pengetahuan Tentang Faktor Risiko

Descriptive Statistics
Std.
Valid Missing Mode Median Mean Minimum Maximum
Deviation
Sering makan Manis/
tidak sehat menyebabkan 33 0 3.000 3.000 2.788 0.485 1.000 3.000
diabetes
Riwayat Keluarga
33 0 3.000 3.000 2.515 0.667 1.000 3.000
Menyebabkan Diabetes
Diabetes dialami orang
yang sudah berusia 33 0 2.000 2.000 1.697 0.684 1.000 3.000
diatas 40 tahun
Obesitas menyebabkan
33 0 3.000 3.000 2.545 0.564 1.000 3.000
Diabetes
Kurang aktifitas Fisik/
Berolahraga 33 0 3.000 2.000 2.394 0.659 1.000 3.000
menyebabkan diabetes

E. Validitas

Correlation
Berdasarkan hasil analisis di dapat nilai korelasi untuk item 1, 4,6, 8 dan 10 nilai kurang dari 0,576.
Karena koefisien korelasi pada item 1,4,6,8 dan 10 nilainya kurang dari 0,576 maka dapat
disimpulkan bahwa item-item tersebut tidak berkorelasi signifikan dengan skor total (dinyatakan
tidak valid) sehingga harus dikeluarkan atau diperbaiki. Sedangkan pada item-item lainnya nilainya
lebih dari 0,576 dan dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid.
Table 5. Validitas Correlation

Pearson's Correlations

Pearson's
p
r

Lebih banyak Selama penyakit


orang yang tidak diabetes yang
berpendidikan diderita dapat
dapat menderita - terkontrol, tidak -0.160 0.375
diabetes perlu khawatir
dibandingkan yang terhadap adanya
berpendidikan komplikasi

Lebih banyak
orang yang tidak Jika penyakit
berpendidikan diabetes diatasi
dapat menderita - lebih awal -0.066 0.717
diabetes diabetes dapat
dibandingkan yang dicegah/ditunda
berpendidikan

Semua pasien
Lebih banyak diabetes harus
orang yang tidak diperiksakan
berpendidikan kepada dokter
dapat menderita - spesialis mata -0.095 0.598
diabetes untuk
dibandingkan yang pemeriksaan
berpendidikan mata secara
rutin

Lebih banyak
orang yang tidak
Diabetes adalah
berpendidikan
kondisi dimana
dapat menderita - -0.120 0.507
ada kenaikan
diabetes
gula darah
dibandingkan yang
berpendidikan

Lebih banyak
orang yang tidak
Diabetes adalah
berpendidikan
kondisi dari
dapat menderita - -0.005 0.979
ketidakcukupan
diabetes
insulin
dibandingkan yang
berpendidikan
Pearson's Correlations

Pearson's
p
r

Lebih banyak
orang yang tidak
berpendidikan
Diabetes itu
dapat menderita - 0.184 0.304
tidak menular
diabetes
dibandingkan yang
berpendidikan

Lebih banyak
orang yang tidak
berpendidikan
Tipe Diabetes
dapat menderita - -0.085 0.637
ada 2 macam
diabetes
dibandingkan yang
berpendidikan

Lebih banyak
orang yang tidak
berpendidikan Diabetes tidak
dapat menderita - dapat 0.144 0.424
diabetes disembuhkan
dibandingkan yang
berpendidikan

Lebih banyak
orang yang tidak
Riwayat
berpendidikan
Keluarga
dapat menderita - 0.015 0.934
Menyebabkan
diabetes
Diabetes
dibandingkan yang
berpendidikan

Lebih banyak
orang yang tidak Diabetes
berpendidikan dialami orang
dapat menderita - yang sudah 0.259 0.146
diabetes berusia diatas
dibandingkan yang 40 tahun
berpendidikan

Lebih banyak Obesitas


orang yang tidak - menyebabkan 0.304 0.086
berpendidikan Diabetes
dapat menderita
Pearson's Correlations

Pearson's
p
r

diabetes
dibandingkan yang
berpendidikan

Lebih banyak
orang yang tidak Kurang aktifitas
berpendidikan Fisik/
dapat menderita - Berolahraga 0.252 0.158
diabetes menyebabkan
dibandingkan yang diabetes
berpendidikan

Lebih banyak
orang yang tidak Sering makan
berpendidikan Manis/ tidak
dapat menderita - sehat 0.198 0.271
diabetes menyebabkan
dibandingkan yang diabetes
berpendidikan

Selama penyakit
diabetes yang Jika penyakit
diderita dapat diabetes diatasi
terkontrol, tidak - lebih awal 0.054 0.765
perlu khawatir diabetes dapat
terhadap adanya dicegah/ditunda
komplikasi

Semua pasien
Selama penyakit diabetes harus
diabetes yang diperiksakan
diderita dapat kepada dokter
terkontrol, tidak - spesialis mata 0.078 0.665
perlu khawatir untuk
terhadap adanya pemeriksaan
komplikasi mata secara
rutin

Selama penyakit Diabetes adalah


diabetes yang kondisi dimana
diderita dapat - -0.136 0.451
ada kenaikan
terkontrol, tidak gula darah
perlu khawatir
Pearson's Correlations

Pearson's
p
r

terhadap adanya
komplikasi

Selama penyakit
diabetes yang
Diabetes adalah
diderita dapat
kondisi dari
terkontrol, tidak - 0.299 0.091
ketidakcukupan
perlu khawatir
insulin
terhadap adanya
komplikasi

Selama penyakit
diabetes yang
diderita dapat
Diabetes itu
terkontrol, tidak - 0.193 0.281
tidak menular
perlu khawatir
terhadap adanya
komplikasi

Selama penyakit
diabetes yang
diderita dapat
Tipe Diabetes
terkontrol, tidak - 0.006 0.974
ada 2 macam
perlu khawatir
terhadap adanya
komplikasi

Selama penyakit
diabetes yang
diderita dapat Diabetes tidak
terkontrol, tidak - dapat 0.065 0.719
perlu khawatir disembuhkan
terhadap adanya
komplikasi

Selama penyakit
diabetes yang
Riwayat
diderita dapat
Keluarga
terkontrol, tidak - -0.148 0.411
Menyebabkan
perlu khawatir
Diabetes
terhadap adanya
komplikasi
Pearson's Correlations

Pearson's
p
r

Selama penyakit
diabetes yang Diabetes
diderita dapat dialami orang
terkontrol, tidak - yang sudah 0.108 0.548
perlu khawatir berusia diatas
terhadap adanya 40 tahun
komplikasi

Selama penyakit
diabetes yang
diderita dapat Obesitas
terkontrol, tidak - menyebabkan 0.232 0.195
perlu khawatir Diabetes
terhadap adanya
komplikasi

Selama penyakit
diabetes yang Kurang aktifitas
diderita dapat Fisik/
terkontrol, tidak - Berolahraga 0.048 0.790
perlu khawatir menyebabkan
terhadap adanya diabetes
komplikasi

Selama penyakit
diabetes yang Sering makan
diderita dapat Manis/ tidak
terkontrol, tidak - sehat -0.109 0.545
perlu khawatir menyebabkan
terhadap adanya diabetes
komplikasi

Semua pasien
diabetes harus
Jika penyakit diperiksakan
diabetes diatasi kepada dokter
lebih awal diabetes - spesialis mata 0.058 0.751
dapat untuk
dicegah/ditunda pemeriksaan
mata secara
rutin

Jika penyakit - Diabetes adalah -0.164 0.361


diabetes diatasi kondisi dimana
Pearson's Correlations

Pearson's
p
r

lebih awal diabetes ada kenaikan


dapat gula darah
dicegah/ditunda

Jika penyakit
Diabetes adalah
diabetes diatasi
kondisi dari
lebih awal diabetes - 0.201 0.262
ketidakcukupan
dapat
insulin
dicegah/ditunda

Jika penyakit
diabetes diatasi
Diabetes itu
lebih awal diabetes - -0.010 0.955
tidak menular
dapat
dicegah/ditunda

Jika penyakit
diabetes diatasi
Tipe Diabetes
lebih awal diabetes - 0.108 0.549
ada 2 macam
dapat
dicegah/ditunda

Jika penyakit
diabetes diatasi Diabetes tidak
lebih awal diabetes - dapat -0.381 * 0.029
dapat disembuhkan
dicegah/ditunda

Jika penyakit
Riwayat
diabetes diatasi
Keluarga
lebih awal diabetes - -0.348 * 0.047
Menyebabkan
dapat
Diabetes
dicegah/ditunda

Jika penyakit Diabetes


diabetes diatasi dialami orang
lebih awal diabetes - yang sudah 0.255 0.153
dapat berusia diatas
dicegah/ditunda 40 tahun

Jika penyakit Obesitas


diabetes diatasi - menyebabkan 0.180 0.316
lebih awal diabetes Diabetes
Pearson's Correlations

Pearson's
p
r

dapat
dicegah/ditunda

Jika penyakit Kurang aktifitas


diabetes diatasi Fisik/
lebih awal diabetes - Berolahraga -0.077 0.670
dapat menyebabkan
dicegah/ditunda diabetes

Jika penyakit Sering makan


diabetes diatasi Manis/ tidak
lebih awal diabetes - sehat 0.120 0.507
dapat menyebabkan
dicegah/ditunda diabetes

Semua pasien
diabetes harus
Diabetes adalah
diperiksakan
kondisi dimana
kepada dokter - -0.163 0.364
ada kenaikan
spesialis mata
gula darah
untuk pemeriksaan
mata secara rutin

Semua pasien
diabetes harus
Diabetes adalah
diperiksakan
kondisi dari
kepada dokter - 0.183 0.307
ketidakcukupan
spesialis mata
insulin
untuk pemeriksaan
mata secara rutin

Semua pasien
diabetes harus
diperiksakan
Diabetes itu
kepada dokter - 0.310 0.079
tidak menular
spesialis mata
untuk pemeriksaan
mata secara rutin

Semua pasien
diabetes harus Tipe Diabetes
diperiksakan - 0.157 0.383
ada 2 macam
kepada dokter
spesialis mata
Pearson's Correlations

Pearson's
p
r

untuk pemeriksaan
mata secara rutin

Semua pasien
diabetes harus
diperiksakan Diabetes tidak
kepada dokter - dapat -0.083 0.646
spesialis mata disembuhkan
untuk pemeriksaan
mata secara rutin

Semua pasien
diabetes harus
Riwayat
diperiksakan
Keluarga
kepada dokter - -0.034 0.852
Menyebabkan
spesialis mata
Diabetes
untuk pemeriksaan
mata secara rutin

Semua pasien
diabetes harus Diabetes
diperiksakan dialami orang
kepada dokter - yang sudah 0.296 0.094
spesialis mata berusia diatas
untuk pemeriksaan 40 tahun
mata secara rutin

Semua pasien
diabetes harus
diperiksakan Obesitas
kepada dokter - menyebabkan 0.056 0.757
spesialis mata Diabetes
untuk pemeriksaan
mata secara rutin

Semua pasien
diabetes harus Kurang aktifitas
diperiksakan Fisik/
kepada dokter - Berolahraga 0.014 0.940
spesialis mata menyebabkan
untuk pemeriksaan diabetes
mata secara rutin
Pearson's Correlations

Pearson's
p
r

Semua pasien
diabetes harus Sering makan
diperiksakan Manis/ tidak
kepada dokter - sehat 0.242 0.175
spesialis mata menyebabkan
untuk pemeriksaan diabetes
mata secara rutin

Diabetes adalah Diabetes adalah


kondisi dimana kondisi dari
- -0.101 0.575
ada kenaikan gula ketidakcukupan
darah insulin

Diabetes adalah
kondisi dimana Diabetes itu
- -0.057 0.752
ada kenaikan gula tidak menular
darah

Diabetes adalah
kondisi dimana Tipe Diabetes
- -0.096 0.595
ada kenaikan gula ada 2 macam
darah

Diabetes adalah
Diabetes tidak
kondisi dimana
- dapat 0.070 0.699
ada kenaikan gula
disembuhkan
darah

Diabetes adalah Riwayat


kondisi dimana Keluarga
- -0.045 0.804
ada kenaikan gula Menyebabkan
darah Diabetes

Diabetes
Diabetes adalah
dialami orang
kondisi dimana
- yang sudah 0.257 0.149
ada kenaikan gula
berusia diatas
darah
40 tahun

Diabetes adalah
Obesitas
kondisi dimana
- menyebabkan -0.034 0.850
ada kenaikan gula
Diabetes
darah
Pearson's Correlations

Pearson's
p
r

Kurang aktifitas
Diabetes adalah
Fisik/
kondisi dimana
- Berolahraga -0.003 0.986
ada kenaikan gula
menyebabkan
darah
diabetes

Sering makan
Diabetes adalah
Manis/ tidak
kondisi dimana
- sehat -0.009 0.961
ada kenaikan gula
menyebabkan
darah
diabetes

Diabetes adalah
kondisi dari Diabetes itu
- 0.515 ** 0.002
ketidakcukupan tidak menular
insulin

Diabetes adalah
kondisi dari Tipe Diabetes
- -0.077 0.671
ketidakcukupan ada 2 macam
insulin

Diabetes adalah
Diabetes tidak
kondisi dari
- dapat 0.278 0.117
ketidakcukupan
disembuhkan
insulin

Diabetes adalah Riwayat


kondisi dari Keluarga
- 0.136 0.449
ketidakcukupan Menyebabkan
insulin Diabetes

Diabetes
Diabetes adalah
dialami orang
kondisi dari
- yang sudah 0.092 0.609
ketidakcukupan
berusia diatas
insulin
40 tahun

Diabetes adalah
Obesitas
kondisi dari
- menyebabkan -0.057 0.751
ketidakcukupan
Diabetes
insulin

Diabetes adalah - Kurang aktifitas -0.117 0.516


kondisi dari Fisik/
Pearson's Correlations

Pearson's
p
r

ketidakcukupan Berolahraga
insulin menyebabkan
diabetes

Sering makan
Diabetes adalah
Manis/ tidak
kondisi dari
- sehat -0.108 0.549
ketidakcukupan
menyebabkan
insulin
diabetes

Diabetes itu tidak Tipe Diabetes


- -0.086 0.634
menular ada 2 macam

Diabetes tidak
Diabetes itu tidak
- dapat 0.185 0.303
menular
disembuhkan

Riwayat
Diabetes itu tidak Keluarga
- 0.050 0.783
menular Menyebabkan
Diabetes

Diabetes
dialami orang
Diabetes itu tidak
- yang sudah 0.054 0.764
menular
berusia diatas
40 tahun

Obesitas
Diabetes itu tidak
- menyebabkan 0.099 0.584
menular
Diabetes

Kurang aktifitas
Fisik/
Diabetes itu tidak
- Berolahraga 0.180 0.317
menular
menyebabkan
diabetes

Sering makan
Manis/ tidak
Diabetes itu tidak
- sehat 0.307 0.082
menular
menyebabkan
diabetes
Pearson's Correlations

Pearson's
p
r

Diabetes tidak
Tipe Diabetes ada
- dapat -0.201 0.263
2 macam
disembuhkan

Riwayat
Tipe Diabetes ada Keluarga
- -0.141 0.433
2 macam Menyebabkan
Diabetes

Diabetes
dialami orang
Tipe Diabetes ada
- yang sudah -0.048 0.790
2 macam
berusia diatas
40 tahun

Obesitas
Tipe Diabetes ada
- menyebabkan -0.042 0.818
2 macam
Diabetes

Kurang aktifitas
Fisik/
Tipe Diabetes ada
- Berolahraga 0.057 0.752
2 macam
menyebabkan
diabetes

Sering makan
Manis/ tidak
Tipe Diabetes ada
- sehat -0.165 0.358
2 macam
menyebabkan
diabetes

Riwayat
Diabetes tidak
Keluarga
dapat - 0.534 ** 0.001
Menyebabkan
disembuhkan
Diabetes

Diabetes
Diabetes tidak dialami orang
dapat - yang sudah -0.104 0.564
disembuhkan berusia diatas
40 tahun
Pearson's Correlations

Pearson's
p
r

Diabetes tidak Obesitas


dapat - menyebabkan 0.243 0.173
disembuhkan Diabetes

Kurang aktifitas
Diabetes tidak Fisik/
dapat - Berolahraga -0.014 0.937
disembuhkan menyebabkan
diabetes

Sering makan
Diabetes tidak Manis/ tidak
dapat - sehat 0.144 0.423
disembuhkan menyebabkan
diabetes

Diabetes
Riwayat Keluarga dialami orang
Menyebabkan - yang sudah -0.195 0.277
Diabetes berusia diatas
40 tahun

Riwayat Keluarga Obesitas


Menyebabkan - menyebabkan -0.023 0.900
Diabetes Diabetes

Kurang aktifitas
Riwayat Keluarga Fisik/
Menyebabkan - Berolahraga 0.164 0.362
Diabetes menyebabkan
diabetes

Sering makan
Riwayat Keluarga Manis/ tidak
Menyebabkan - sehat -0.038 0.833
Diabetes menyebabkan
diabetes

Diabetes dialami
Obesitas
orang yang sudah
- menyebabkan 0.037 0.839
berusia diatas 40
Diabetes
tahun

Diabetes dialami - Kurang aktifitas -0.074 0.684


orang yang sudah Fisik/
Pearson's Correlations

Pearson's
p
r

berusia diatas 40 Berolahraga


tahun menyebabkan
diabetes

Sering makan
Diabetes dialami
Manis/ tidak
orang yang sudah
- sehat -0.011 0.950
berusia diatas 40
menyebabkan
tahun
diabetes

Kurang aktifitas
Obesitas Fisik/
menyebabkan - Berolahraga 0.497 ** 0.003
Diabetes menyebabkan
diabetes

Sering makan
Obesitas Manis/ tidak
menyebabkan - sehat 0.322 0.067
Diabetes menyebabkan
diabetes

Sering makan
Kurang aktifitas
Manis/ tidak
Fisik/ Berolahraga
- sehat 0.172 0.338
menyebabkan
menyebabkan
diabetes
diabetes

* p < .05, ** p < .01, *** p < .001

• Tabel Sikap

No Pertanyaan Setuju % Netral % Tidak setuju%


1 Lebih banyak orang yang tidak 54,5% 39,4% 6,1%
berpendidikan dapat menderita
diabetes dibandingkan yang
berpendidikan
2 Selama penyakit diabetes yang diderita 39,4% 30,3% 33,3%
tersebut terkontrol, tidak perlu
khawatir terhadap adanya komplikasi
3 Jika penyakit diabetes diatasi lebih 81,8% 15,2% 3%
awal, diabetes dapat
dicegah/ditunda
4 Semua pasien diabetes harus 15,5% 60,6% 24,3%
diperiksakan kepada dokter spesialis
mata untuk pemeriksaan mata secara
rutin

• Tabel Pengetahuan secara umum

No Pertanyaan Setuju Netral Tidak setuju


1 Diabetes adalah kondisi 87.9% 3% 6.1%
dimana ada kenaikan gula
darah
2 Diabetes adalah kondisi dari 45,5% 45,5% 6,1%
ketidakcukupan
insulin
3 Diabetes itu tidak menular 51,6% 30.3% 18,2%
4 Tipe Diabetes ada 2 macam 69,7% 24,2% 6,1%
5 Diabetes itu tidak dapat 21,2% 48,5% 30,3%
disembuhkan

• Tabel Pengetahuan faktor resiko

No Pertanyaan Setuju Netral Tidak setuju


1 Karena adalanya 54,6% 33,3 % 12,1%
riwayat keluarga
yang memiliki
penyakit Diabetes
2 Usia diatas 40 12,1% 42,4% 45,5%
tahun
3 Obesitas 57,6% 39,4% 3%
4 Kurangnya aktivitas 48,5% 36,4% 15,2%
fisik
5 Suka makanan 84,8% 12,2% 3%
manis dan tidak
sehat

F. Reabilitas

Untuk uji item terdapat dua kriteria dalam menganalisisbutir item tersebut, maka kedua kriteria
itu adalah item-rest correlation, dimana item yang dinilai di bawah 0,3 adalah item yang
disarankan untuk digugurkan, sedangkan untuk item kedua yaitu if item dropped, dimana
reabilitas harus meningkat dari sebelumnya, artinya jika reabilitasnya meningkat maka peneliti
dapat menggugurkan itemnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Diabetes merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah)
melebihi normal sebagai akibat dari kekurangan sekresi insulin, gangguan aktifitas insulin.
Diabetes tidak hanya dirasakan dan terkena oleh para lansia saja bahkan anak- anak remaja pun
dapat mempunyai penyakit ini.
Dalam kajian psikologi kesehatan, persepsi individu dalam melakukan atau memilih perilaku
sehat dikaji dalam teori Health Belief Model (HBM). HBM adalah model kepercayaan
kesehatan individu dalam menentukan sikap melakukan atau tidak melakukan perilaku
kesehatan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka nilai dari masing-masing bab untuk pengetahuan
tentang Diabetesmellitus diantara para individu yang baru memasuki usia dewasa awal di
Pekanbaru hampir mencapai nilai maksimal.
Berdasarkan data, responden setuju Jika penyakit diabetes diatasi lebih awal, diabetes dapat
dicegah/ditunda, kemudian Sebagian besar responden juga paham bahwa suka makan dan
minum manis/ tidak sehat merupakan salah satu faktor risiko yang menyebabkan Diabetes
mellitus, dan responden setuju bahwa Diabetes adalah kondisi dimana terjadi kenaikan gula
darah.

B. Saran
Bagi peneliti selanjutnya, dapat dilakukan penelitian tentang kesadaran, dan pengetahuan
lansia dan remaja terhadap diabetes.

LAMPIRAN QUESIONER

1. Tabel Sikap

No Pertanyaan Setuju Netral Tidak setuju


1 Lebih banyak orang yang tidak
berpendidikan dapat menderita
diabetes dibandingkan yang
berpendidikan
2 Selama penyakit diabetes yang
diderita
tersebut terkontrol, tidak perlu
khawatir terhadap adanya komplikasi
3 Jika penyakit diabetes diatasi lebih
awal, diabetes dapat
dicegah/ditunda
4 Semua pasien diabetes harus
diperiksakan kepada dokter spesialis
mata untuk pemeriksaan mata secara
rutin

2. Tabel Pengetahuan secara umum

No Pertanyaan Setuju Netral Tidak setuju


1 Diabetes adalah kondisi
dimana ada kenaikan gula
darah
2 Diabetes adalah kondisi
dari ketidakcukupan
insulin
3 Diabetes itu tidak menular
4 Tipe Diabetes ada 2
macam
5 Diabetes itu tidak dapat
disembuhkan

3. Tabel Pengetahuan faktor resiko

No Pertanyaan Setuju Netral Tidak setuju


1 Karena adalanya
riwayat keluarga yang
memiliki penyakit
Diabetes

2 Usia diatas 40 tahun


3 Obesitas
4 Kurangnya aktivitas
fisik
5 Suka makanan manis
dan tidak sehat

Link Google From

https://forms.gle/aEA3NLhHFUgUiyVs9

Pertanyaan Kuesioner dan Responden


From Identitas dan jawaban Responden
DAFTAR PUSTAKA

Hestiana, D. W. (2017). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEPATUHAN DALAM PENGELOLAAN DIET PADA PASIEN RAWAT JALAN
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA SEMARANG. Jurnal of Health
Education 2 (2) (2017), 138-145.

Isti Istianah, S. G. (2020). Mengidentifikasi Faktor Gizi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
di Kota Depok Tahun 2019 . Jurnal Kesehatan Indonesia (The Indonesian Journal of
Health), Vol. X, No. 2, Maret 2020, 72-78.

Yunti Fitriani, L. P. (2019). Pendekatan Health Belief Model (HBM) untuk Menganalisis
Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dalam Menggunakan Insulin.
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)
Vol.16 No. 02 Desember 2019:167-177, 167-177.

Lavelle, D., Zeitoun, J., Stern, M., Butkiewicz, E., Wegner, E., & Reinisch, C. (2016).

Diabetes Self-Management Education in the Home. Cureus, 8(7), e710.

Carpenter, R., DiChiacchio, T., & Barker, K. (2019). Interventions for selfmanagement

of type 2 diabetes: An integrative review. International Journal of Nursing

Sciences, 6(1), 70–91.

Anda mungkin juga menyukai