DISUSUN OLEH :
Muthia Latifah
12060121709
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
2022/2023
BAB I
A. PENDAHULUAN
Menurut Hestiana (2017) Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun
yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal sebagai akibat dari
kekurangan sekresi insulin, gangguan aktifitas insulina atau keduanya (Bulu et al., 2019).
Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi
atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh
darah. (Amir et al., 2015). DM dikenal sebagai silent killer karena sering tidak disadari oleh
penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi (Kemenkes RI, 2014. Dalam
Hestiana, 2017). Diabetes mellitus merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang
menyebabkan 1,6 juta kematian di dunia pada tahun 2010. Menurut International Diabetes
Federation (IDF), Indonesia menempati peringkat ke enam di dunia dengan penderita DM
terbanyak. (Isti Istianah, 2020)
Kemenkes (2010) menyebutkan bahwa diabetes mellitus dapat disebabkan oleh dua faktor
yaitu faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah. Faktor yang dapat diubah
seperti kebiasaan sehari-hari terkait pola makan, pola istirahat, pola aktivitas dan pengelolaan
stress. Sedangkan faktor yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin, dan faktor
penyakit keturunan. Dalam hal pemilihan makanan dan waktu makan manusia dipengaruhi
oleh usia, selera pribadi, kebiasaan , budaya dan sosial ekonomi (Almatsier, 2007).
Pilihan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat semakin menyebar keseluruh lapisan
masyarakat, meyebabkan terjadinya penyakit degenarative, salah satunya Diabetes mellitus.
Waspadji (2007) menyatakan aktifitas fisik yang cukup dan teratur dapat mencegah kegawatan
dari penyakit DM. Latihan fisik dapat membakar sejumlah kalori tertentu, dengan demikian
kelebihan kalori tubuh dapat diperkecil. Latihan fisik juga berpengaruh terhadap tingkat
penggunaan glukosa oleh sel tubuh akan menjadi lebih baik yang dapat mengurangi risiko DM
dan kegawatan akibat DM (Waspadji, 2007).
Dalam kaitannya dengan kepatuhan, perilaku memegang peranan yang sangat penting. Salah
satu teori perilaku yang banyak digunakan dalam kasus pasien DM adalah Health Belief Model
(HBM) (Karimy et al., 2016; Vazini dan Barati, 2014). Teori ini mengukur persepsi yang
dirasakan oleh pasien saat menggunakan insulin berdasarkan faktor internal dari diri pasien.
Faktor internal sendiri merupakan kunci penting ketika memutuskan untuk melakukan suatu
tindakan.
Dalam kaitannya dengan kepatuhan, perilaku memegang peranan yang sangat penting. Salah
satu teori perilaku yang banyak digunakan dalam kasus pasien dm adalah health belief model
(hbm) (karimy et al., 2016; vazini dan barati, 2014). Teori ini mengukur persepsi yang
dirasakan oleh pasien saat menggunakan insulin berdasarkan faktor internal dari diri pasien.
Faktor internal sendiri merupakan kunci penting ketika memutuskan untuk melakukan suatu
tindakan.
Menurut pendapat model ini, bahwa individu yang mempraktikkan perilaku sehat tertentu,
bergantung pada dua faktor yaitu apakah individu tersebut menghadapi ancaman terhadap
kesehatannya, dan apakah individu tersebut percaya bahwa latihan perilaku hidup sehat tertentu
akan efektif untuk mengurangi ancaman yang ada. Model ini dapat memprediksi lingkungan
yang bagaimana yang dapat mengubah perilaku hidup sehat seseorang atau individu. Selain itu,
the health belief model juga menekankan peran penting dari efikasi diri (self-efficacy) dalam
perubahan perilaku sehat (yunti fitriani, 2019).
Kemungkinan seseorang melakukan tindakan pencegahan ditentukan oleh dua penilaian, yaitu
Dalam ilmu biomedis, pengelolaan diabetes sebagian besar terletak pada penderita diabetes.
Hal ini termasuk praktik itu harus dilakukan oleh penderita sendiri. Seperti halnya memakan
makanan sehat, melakukan kegiatan fisik, minum obat seperti yang ditentukan, pemantauan
tingkat glukosa darah, kunjungan klinik secara teratur, dan penanganan stres (American
Diabetes Association, 2002). Namun, melakukan kegiatan diatas tetap menjadi masalah bagi
penderita diabetes yang hidup dengan kondisi seperti yang dibutuhkannya perubahan perilaku.
Para peneliti dari Finlandia menemukan peningkatan gizi pada makanan dapat
meningkatkan umur seseorang 20 persen, dan mereka berkata bahwa setiap orang sekedar
mengikuti makanan yang bergizi dan tidak boros dan tergantung pada rasio tertentu pada
makanan khususnya gizi alami, akan memberikan kontribusi dalam mengurangi proporsi
kolesterol dan menurunkan tekanan darah, yang mana kedua hal tersebut penyebab utama
kematian mendadak (Al-Kaheel, 2012).
Didalam Al-Qur’an pun sudah dijelaskan dalam Q.S Al-A’raf (31) yang artinya
“Makan dan minumlah kalian, namun jangan berlebih-lebihan (boros) karena Allah tidak
mencintai orang-orang yang berlebih-lebihan”. Jika umat manusia mau menerapkan ayat
diatas dalam sistem makanan bergizi akan dapat banyak memberikan manfaat terhindar dari
penyakit dan dari sisi harta juga hemat, bahkan jika mau merenungkan seruan para ilmuwan
ahli gizi dapat ditemukan bahwa mereka juga berpendapat hal terbaik sebagai obat dan terapi
agar terhindar dari penyakit di usia ini adalah tidak berlebih-lebihan dalam hal makanan dan
minuman.
Bagi banyak orang, mengubah kebiasaan gaya hidup adalah perjuangan, dan diabetes
kompleks memiliki efek yang luar biasa baik secara emosional dan perilaku. Kepatuhan
terhadap rekomendasi untuk pemantauan diri, insulin, olahraga, dan diet seringkali tidak
diperhatikan (Glasgow, 1991; Kurtz, 1990). Selain itu, penderita diabetes dihadapkan dengan
tantangan emosional berupa hidup dengan penyakit kronis serta kemungkinan akan mengarah
pada komplikasi (Polonsky, 1993). Melihat bahwa Diabetes Mellitus akan memberikan
dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup
besar, maka sangat diperlukan program pengendalian Diabetes Mellitus. Diabetes Melitus bisa
dicegah, ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan mengendalikan faktor resiko
(Kemenkes, 2010).
Dalam kajian psikologi kesehatan, persepsi individu dalam melakukan atau memilih
perilaku sehat dikaji dalam teori Health Belief Model (HBM). HBM adalah model kepercayaan
kesehatan individu dalam menentukan sikap melakukan atau tidak melakukan perilaku
kesehatan (Conner, 2005). Menggunakan HBM, kemungkinan individu dengan diabetes
mellitus mengikuti resep biomedis seperti bagaimana individu memandang masalah
berkembang karena diabetes, misalnya, hipoglikemia dan hiperglikemia. Persepsi individu
tentang komplikasi diabetes kemungkinan akan memotivasi dia untuk mematuhi peraturan
yang diberikan oleh medis.
Menurut World Health Organization (WHO) yang dimaksud dengan sehat atau
health adalah suatu kondisi tubuh yang lengkap secara jasmani, mental, dan sosial, dan
tidak hanya sekedar terbebas dari suatu penyakit dan ketidakmampuan atau kecacatan,
sedangkan menurut UU No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Belief dalam bahasa
inggris artinya percaya atau keyakinan. Menurut peneliti belief adalah keyakinan
terhadap sesuatu yang menimbulkan perilaku tertentu. Misalnya individu percaya
bahwa belajar sebelum ujian akan berpengaruh terhadap nilai ujian. Jenis kepercayaan
tersebut terkadang tanpa didukung teori teori lain yang dapat dijelaskan secara logika.
Model adalah seseorang yang bisa dijadikan panutan atau contoh dalam perilaku, cita-
cita dan tujuan hidup yang akan dicapai individu. Biasanya teori modeling ini sangat
efektif pada perkembangan anak di usia dini, namun dalam materi peneliti kali ini teori
modeling di umpakan sebuah issue atau pengalaman pengobatan dari seseorang yang
memiliki riwayat sakit yang sama dan memilih serta menjalani pengobatan alternative
yang mendapatkan hasil yang positif. Health Belief Model merupakan suatu konsep
yang mengungkapkan alasan dari individu untuk mau atau tidak mau melakukan
perilaku sehat (Janz & Becker, 1984).
Menurut Hochbaum, (dalam Hayden 1958) Konsep dasar HBM adalah Perilaku
kesehatan ditentukan oleh persepsi individu tentang kepercayaan terhadap suatu
penyakit dan cara yang tersedia untuk mengurangi terjadinya gejala penyakit yang
diderita oleh individu. Model kepercayaan kesehatan (HBM), yang dikembangkan oleh
Becker dan Maiman 1975 (dalam Adejoh 2014) berguna untuk menjelaskan aktivitas
perawatan diri seperti rekomendasi manajemen diabetes dan memiliki fokus pada
perilaku yang berkaitan dengan pencegahan penyakit. Dasar dari HBM adalah bahwa
individu akan mengambil tindakan untuk mencegah, mengendalikan, atau mengobati
masalah kesehatan jika mereka merasa masalah menjadi parah; Jika mereka merasa
bahwa tindakan tersebut akan menghasilkan atau menghasilkan hasil yang diharapkan;
Dan karena konsekuensi negatif dari terapi.
Dari pemaparan teori menurut para ahli tersebut maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Health Belief Model adalah model yang menspesifikasikan bagaimana individu
secara kognitif menunjukkan perilaku sehat maupun usaha untuk menuju sehat atau
penyembuhan suatu penyakit. Health belief model ini didasari oleh keyakinan atau
kepercayaan individu tentang perilaku sehat maupun pengobatan tertentu yang bisa
membuat diri individu tersebut sehat ataupun sembuh.
Seiring berkembangnya teori Health Belief Model, Janz & Becker (1984)
menambahkan 2 konstruk yang salah satunya adalah cues to action. Cues to action
merupakan konstruk yang menjelaskan tentang faktor yang menstimulasi individu
untuk mau berperilaku sehat (Janz & Becker, 1984). Cues to action dilatarbelakangi
oleh faktor internal atau faktor eksternal yang dapat mempengaruhi seseorang seperti
demografi, psikososial, persepsi individu, media massa, dan promosi kesehatan (Janz
& Becker, 1984).
4. Alat Ukur
A. Kuesioner
Kuesioner merupakan suatu alat ukur yang dipergunakan untuk mengukur suatu
kejadian yang digunakan oleh peneliti. Kuesioner dapat disebut sebagai kumpulan-
kumpulan pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh sebuah informasi dari
seseorang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan (Sugiyono, 2013).
B. Skala
Skala Likert adalah salah satu bentuk skala yang dilakukan untuk mengumpulkan data
demi mengetahui atau mengukur data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data
tersebut diperoleh untuk mengetahui pendapat, persepsi, ataupun sikap seseorang
terhadap sebuah fenomena yang terjadi.
BAB III
A. Gambaran Pelaksanaan
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Angket/ Kuesioner dan Metode
pengambilan samplingnya purposive sampling dengan kriteria inklusi .
Alat Ukur yang dipakai ialah kuesioner Model Skala Kuesioner menggunakan skala
sikap dan tingkat pengetahuan berdasarkan skala Likert. Skala Likert pada umum yang
digunakan pada instrumen berupa kuesioner yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang (Sugiyono, 2018).
Analisa Data
Analisa data yang akan dilakukan yaitu analisa deskriptif berupa presentase hasil dari
pertanyaan yang diajukan pada lembar kuesioner mulai dari data demografik, skala sikap, dan
tingkat pengetahuan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner skala sikap dan tingkat
pengetahuan. Semua jawaban dari skala sikap diberi skor berdasarkan skala Likert dengan
tingkat penilaian sebagai berikut :
1. Tidak setuju = 1
2. Netral = 2
3. Setuju = 3
Sedangkan untuk tingkat pengetahuan juga menggunakan skala Likert dengan tingkat
penilaian sebagai berikut :
1. Benar = 1
2. Salah = 2
3. Tidak tahu = 0
Uji Reabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui alat ukur yang digunakan dalam waktu yang
berbeda atau responden yang berbeda namun hasilnya tetap sama (Sugiyono, 2018). Instrumen
dikatakan reliabel apabila nilai alpha > 0,7 (Santoso, 2010).
Uji Validitas
Uji validitas dilakukan bertujuan untuk menentukan kevalidan kuesioner atau instrumen
yang dipakai dalam suatu penelitian, sehingga alat ukur yang digunakan dalam suatu penelitian
dapat dipercaya (Sugiyono, 2018). Instrumen dikatakan valid apabila diketahui hasil dari nilai
dari r hitung > r tabel (Santoso, 2010).
Maka untuk uji reabilitas dan validitasnya kelompok akan menggunakan aplikasi statistic yaitu
JASP.
2 Target Subjek
Pada promosi ini targetnya ialah Dewasa Awal. Biasanya, selain Lansia Risiko diabetes
tetap bisa terjadi pada orang yang usianya masih muda, terutama jika memiliki faktor resiko
seperti obesitas, tidak menjaga pola makan, malas ber olahraga dan faktor genetik. Hal ini juga
dijelaskan oleh Staff divisi endokrin, metabolik dan diabetes, Departemen Penyakit Dalam
RSCM-FKUI, Martha Rosana mengatakan, beberapa waktu ke belakang diabetes memang
banyak terdeteksi pada orang usia lanjut, namun seiring berjalannya waktu diabetes juga
banyak dialami anak muda bahkan di usia 15 tahun sudah terdiagnosis terkena diabetes yang
bukan bawaan.
3. Waktu
Kegiatan ini akan dilaksanakan Online dengan membagikan link Kuesioner kepada
individu yang telah memasuki usia dewasa awal. dengan pelaksanaan intervensi dalam
penelitian ini adalah dengan membagikan materi dan sedikit menjelaskan, lalu mengisi
kuesioner.
4. Biaya
Hasil penelitian ini, dari kuesioner onlineyang diberikan kepada sampel yakni individu
yang baru memasuki usia dewasa awal di Pekanbaru, 33 orang setuju untuk mengisi kuesioner
yang diberikan secara online. Dari 33 yang setuju ikut dalam penelitian ini 70,9 % adalah
berjenis kelamin perempuan dan 29,1% berjenis kelamin laki- laki. Karakteristik responden
yakni sebagian besar persentase menunjukkan 60,6 % berumur 20 tahun, 33,3 ber umur 21
tahun dan 6,1% umur 22 tahun, merupakan mahasiswa 94%, 3% sudah bekerja dan 3% seorang
pelajar, kemudian 72,7 % tidak memiliki riwayat keluarga penderita diabetes, dan 27,3
memiliki riwayat.
24
25
20
15
9
10
0
Laki-Laki Perempuan
Total 9 24
Hasil skala sikap dari 33 responden yang didapatkan adalah sebagian persentase
menunjukkan bahwa 54,5% responden tidak setuju terhadap pernyataan “Lebih banyak orang
yang tidak berpendidikan dapat menderita diabetes dibandingkan yang berpendidikan”. 39,4
dari responden mengatakan setuju terhadap pernyataan ‘Selama penyakit diabetes yang diderita
tersebut terkontrol, tidak perlu khawatir terhadap adanya komplikasi’. Kemudian, sebanyak
81,8% dari 33 responden berpendapat setuju bahwa “Jika penyakit diabetes diatasi lebih awal,
diabetes dapat dicegah/ditunda”. Terakhir, dari skala sikap menunjukkan bahwa 60,6
responden bersikap netralterhadap pernyataan “Semua pasien diabetes harus diperiksakan
kepada dokter spesialis mata untuk pemeriksaan mata secara rutin”.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa validitas instrumen sikap mahasiswa semua
itemnya dapat dinyatakan valid karena tidak adanya item yang perlu dihilangkan. Untuk
modusnya atau data yang paling banyak muncul dapat dilihat pada tabel mode, yang artinya
jika pada aitem ‘Lebih banyak orang yang tidak berpendidikan dapat menderita diabetes
dibandingkan yang berpendidikan’ mendapatkan hasil 1.000 (dengan kode 1) maka
pengkodean dari angka 1 itu adalah tidak setuju.jadi dapat disimpulkan bahwa partisipan paling
banyak memilih pengkodean 1. Sedangkan untuk meannya didapati hasil 1.576. dan untuk
standard deviation, S atau SD, simpangan baku menurut Goss-Sampson (2019), digunakan
untuk mengukur seberapa jauh perbedaan nilai setiap data dengan rerata atau untuk mengetahui
sebaran nilai jika dibandingkan dengan rerata. Simpangan baku yang rendah menunjukkan
bahwa nilai-nilai yang ada pada data berada di sekitar rerata, sedangkan simpangan baku yang
tinggi menunjukkan bahwa nilai-nilai tersebut tersebar pada rentang yang lebih luas. Maka
dapat dinilai bahwa Standard Deviation 0.663
Hasil dari kuesioner pengetahuan secara umum tentang Diabetes mellitus pada dewasa
awal yang berada di kota pekanbaru ini, menunjukkan bahwa sebagian besar responden dapat
menjawab dengan baik. Akan tetapi, jika dirunut dari masing-masing pernyataan yang ada pada
kuesioner, pernyataan “Tipe diabetes ada dua” adalah pernyataan yang memiliki persentase
paling besar yang responden salah menjawabnya. Hal ini hampir serupa dengan penelitian yang
ada pada Singapura (Ho & Li, 2014), dimana sebagian besar respondennya menjawab setuju
terhadap pertanyaan tersebut. Banyak responden yang masih bingung terhadap tipe pernyataan
seperti ini karena banyak tipe lain dari diabetes. Misalnya Diabetes Gestasional yang terjadi
pada saat kehamilan saja (B et al., 2017). Sebagian responden yang menjawab setuju terhadap
pertanyaan tersebut, kemungkinan kebanyakan dari mereka hanya mengetahuai tentang tipe
Diabetes yang banyak terjadi di Masyarakat yaitu Diabetes tipe 1 dan 2.
Hasil dari jawaban responden yang paling banyak benar dijawab adalah pada
pernyataan ‘Diabetes adalah kondisi dimana terjadi kenaikan gula darah "Hal ini juga searah
dengan penelitian yang ada di Singapura dimana paling banyak benar adalah pada tipe
pernyataan tentang definisi Diabetes tersebut (Ho & Li, 2014).
Descriptive Statistics
Valid Missing Mode Median Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Diabetes adalah
kondisi dimana
33 0 3.000 3.000 2.848 0.442 1.000 3.000
ada kenaikan
gula darah
Diabetes adalah
kondisi dari
33 0 3.000 2.000 2.424 0.614 1.000 3.000
ketidakcukupan
insulin
Diabetes itu
33 0 3.000 3.000 2.485 0.712 1.000 3.000
tidak menular
Tipe Diabetes
33 0 3.000 3.000 2.636 0.603 1.000 3.000
ada 2 macam
Diabetes tidak
dapat 33 0 2.000 2.000 1.939 0.704 1.000 3.000
disembuhkan
Berdasarkan hasil dari jawaban responden pada sub-bab pengetahuan tentang faktor
risiko, dapat diketahui bahwa hampir di semua pernyataan, responden dapat menjawab benar .
Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa responden sebagian besar telah memahami apa saja
faktor risiko dari Diabetes mellitus yang dapat diwaspadai. Dari berbagai pernyataan yang ada
pada kuesioner, pernyataan yang paling banyak benar dan setuju adalah pada pertanyaan “
makan dan minum manis atau tidak sehat menyebabkan diabetes”, dan yang paling banyak
tidak setuju adalah pada pernyataan ‘diatas 40 tahun’. Hal ini menandakan responden paham
bahwa suka makan dan minum manis dan tidak sehat menjadi salah satu faktor penyebab
terjadinya diabetes. Dan apabila seseorang diatas 40 tahun, sebagian responden tidak tahu
bahwa usia diatas 40 tahun adalah faktor risiko yang dominan pada DM tipe 2 saja (Trisnawati
& Setyorogo, 2013). Sedangkan Diabetes tipe 1 karena defisiensi insulin banyak juga terjadi
pada anak-anak.
Descriptive Statistics
Std.
Valid Missing Mode Median Mean Minimum Maximum
Deviation
Sering makan Manis/
tidak sehat menyebabkan 33 0 3.000 3.000 2.788 0.485 1.000 3.000
diabetes
Riwayat Keluarga
33 0 3.000 3.000 2.515 0.667 1.000 3.000
Menyebabkan Diabetes
Diabetes dialami orang
yang sudah berusia 33 0 2.000 2.000 1.697 0.684 1.000 3.000
diatas 40 tahun
Obesitas menyebabkan
33 0 3.000 3.000 2.545 0.564 1.000 3.000
Diabetes
Kurang aktifitas Fisik/
Berolahraga 33 0 3.000 2.000 2.394 0.659 1.000 3.000
menyebabkan diabetes
E. Validitas
Correlation
Berdasarkan hasil analisis di dapat nilai korelasi untuk item 1, 4,6, 8 dan 10 nilai kurang dari 0,576.
Karena koefisien korelasi pada item 1,4,6,8 dan 10 nilainya kurang dari 0,576 maka dapat
disimpulkan bahwa item-item tersebut tidak berkorelasi signifikan dengan skor total (dinyatakan
tidak valid) sehingga harus dikeluarkan atau diperbaiki. Sedangkan pada item-item lainnya nilainya
lebih dari 0,576 dan dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid.
Table 5. Validitas Correlation
Pearson's Correlations
Pearson's
p
r
Lebih banyak
orang yang tidak Jika penyakit
berpendidikan diabetes diatasi
dapat menderita - lebih awal -0.066 0.717
diabetes diabetes dapat
dibandingkan yang dicegah/ditunda
berpendidikan
Semua pasien
Lebih banyak diabetes harus
orang yang tidak diperiksakan
berpendidikan kepada dokter
dapat menderita - spesialis mata -0.095 0.598
diabetes untuk
dibandingkan yang pemeriksaan
berpendidikan mata secara
rutin
Lebih banyak
orang yang tidak
Diabetes adalah
berpendidikan
kondisi dimana
dapat menderita - -0.120 0.507
ada kenaikan
diabetes
gula darah
dibandingkan yang
berpendidikan
Lebih banyak
orang yang tidak
Diabetes adalah
berpendidikan
kondisi dari
dapat menderita - -0.005 0.979
ketidakcukupan
diabetes
insulin
dibandingkan yang
berpendidikan
Pearson's Correlations
Pearson's
p
r
Lebih banyak
orang yang tidak
berpendidikan
Diabetes itu
dapat menderita - 0.184 0.304
tidak menular
diabetes
dibandingkan yang
berpendidikan
Lebih banyak
orang yang tidak
berpendidikan
Tipe Diabetes
dapat menderita - -0.085 0.637
ada 2 macam
diabetes
dibandingkan yang
berpendidikan
Lebih banyak
orang yang tidak
berpendidikan Diabetes tidak
dapat menderita - dapat 0.144 0.424
diabetes disembuhkan
dibandingkan yang
berpendidikan
Lebih banyak
orang yang tidak
Riwayat
berpendidikan
Keluarga
dapat menderita - 0.015 0.934
Menyebabkan
diabetes
Diabetes
dibandingkan yang
berpendidikan
Lebih banyak
orang yang tidak Diabetes
berpendidikan dialami orang
dapat menderita - yang sudah 0.259 0.146
diabetes berusia diatas
dibandingkan yang 40 tahun
berpendidikan
Pearson's
p
r
diabetes
dibandingkan yang
berpendidikan
Lebih banyak
orang yang tidak Kurang aktifitas
berpendidikan Fisik/
dapat menderita - Berolahraga 0.252 0.158
diabetes menyebabkan
dibandingkan yang diabetes
berpendidikan
Lebih banyak
orang yang tidak Sering makan
berpendidikan Manis/ tidak
dapat menderita - sehat 0.198 0.271
diabetes menyebabkan
dibandingkan yang diabetes
berpendidikan
Selama penyakit
diabetes yang Jika penyakit
diderita dapat diabetes diatasi
terkontrol, tidak - lebih awal 0.054 0.765
perlu khawatir diabetes dapat
terhadap adanya dicegah/ditunda
komplikasi
Semua pasien
Selama penyakit diabetes harus
diabetes yang diperiksakan
diderita dapat kepada dokter
terkontrol, tidak - spesialis mata 0.078 0.665
perlu khawatir untuk
terhadap adanya pemeriksaan
komplikasi mata secara
rutin
Pearson's
p
r
terhadap adanya
komplikasi
Selama penyakit
diabetes yang
Diabetes adalah
diderita dapat
kondisi dari
terkontrol, tidak - 0.299 0.091
ketidakcukupan
perlu khawatir
insulin
terhadap adanya
komplikasi
Selama penyakit
diabetes yang
diderita dapat
Diabetes itu
terkontrol, tidak - 0.193 0.281
tidak menular
perlu khawatir
terhadap adanya
komplikasi
Selama penyakit
diabetes yang
diderita dapat
Tipe Diabetes
terkontrol, tidak - 0.006 0.974
ada 2 macam
perlu khawatir
terhadap adanya
komplikasi
Selama penyakit
diabetes yang
diderita dapat Diabetes tidak
terkontrol, tidak - dapat 0.065 0.719
perlu khawatir disembuhkan
terhadap adanya
komplikasi
Selama penyakit
diabetes yang
Riwayat
diderita dapat
Keluarga
terkontrol, tidak - -0.148 0.411
Menyebabkan
perlu khawatir
Diabetes
terhadap adanya
komplikasi
Pearson's Correlations
Pearson's
p
r
Selama penyakit
diabetes yang Diabetes
diderita dapat dialami orang
terkontrol, tidak - yang sudah 0.108 0.548
perlu khawatir berusia diatas
terhadap adanya 40 tahun
komplikasi
Selama penyakit
diabetes yang
diderita dapat Obesitas
terkontrol, tidak - menyebabkan 0.232 0.195
perlu khawatir Diabetes
terhadap adanya
komplikasi
Selama penyakit
diabetes yang Kurang aktifitas
diderita dapat Fisik/
terkontrol, tidak - Berolahraga 0.048 0.790
perlu khawatir menyebabkan
terhadap adanya diabetes
komplikasi
Selama penyakit
diabetes yang Sering makan
diderita dapat Manis/ tidak
terkontrol, tidak - sehat -0.109 0.545
perlu khawatir menyebabkan
terhadap adanya diabetes
komplikasi
Semua pasien
diabetes harus
Jika penyakit diperiksakan
diabetes diatasi kepada dokter
lebih awal diabetes - spesialis mata 0.058 0.751
dapat untuk
dicegah/ditunda pemeriksaan
mata secara
rutin
Pearson's
p
r
Jika penyakit
Diabetes adalah
diabetes diatasi
kondisi dari
lebih awal diabetes - 0.201 0.262
ketidakcukupan
dapat
insulin
dicegah/ditunda
Jika penyakit
diabetes diatasi
Diabetes itu
lebih awal diabetes - -0.010 0.955
tidak menular
dapat
dicegah/ditunda
Jika penyakit
diabetes diatasi
Tipe Diabetes
lebih awal diabetes - 0.108 0.549
ada 2 macam
dapat
dicegah/ditunda
Jika penyakit
diabetes diatasi Diabetes tidak
lebih awal diabetes - dapat -0.381 * 0.029
dapat disembuhkan
dicegah/ditunda
Jika penyakit
Riwayat
diabetes diatasi
Keluarga
lebih awal diabetes - -0.348 * 0.047
Menyebabkan
dapat
Diabetes
dicegah/ditunda
Pearson's
p
r
dapat
dicegah/ditunda
Semua pasien
diabetes harus
Diabetes adalah
diperiksakan
kondisi dimana
kepada dokter - -0.163 0.364
ada kenaikan
spesialis mata
gula darah
untuk pemeriksaan
mata secara rutin
Semua pasien
diabetes harus
Diabetes adalah
diperiksakan
kondisi dari
kepada dokter - 0.183 0.307
ketidakcukupan
spesialis mata
insulin
untuk pemeriksaan
mata secara rutin
Semua pasien
diabetes harus
diperiksakan
Diabetes itu
kepada dokter - 0.310 0.079
tidak menular
spesialis mata
untuk pemeriksaan
mata secara rutin
Semua pasien
diabetes harus Tipe Diabetes
diperiksakan - 0.157 0.383
ada 2 macam
kepada dokter
spesialis mata
Pearson's Correlations
Pearson's
p
r
untuk pemeriksaan
mata secara rutin
Semua pasien
diabetes harus
diperiksakan Diabetes tidak
kepada dokter - dapat -0.083 0.646
spesialis mata disembuhkan
untuk pemeriksaan
mata secara rutin
Semua pasien
diabetes harus
Riwayat
diperiksakan
Keluarga
kepada dokter - -0.034 0.852
Menyebabkan
spesialis mata
Diabetes
untuk pemeriksaan
mata secara rutin
Semua pasien
diabetes harus Diabetes
diperiksakan dialami orang
kepada dokter - yang sudah 0.296 0.094
spesialis mata berusia diatas
untuk pemeriksaan 40 tahun
mata secara rutin
Semua pasien
diabetes harus
diperiksakan Obesitas
kepada dokter - menyebabkan 0.056 0.757
spesialis mata Diabetes
untuk pemeriksaan
mata secara rutin
Semua pasien
diabetes harus Kurang aktifitas
diperiksakan Fisik/
kepada dokter - Berolahraga 0.014 0.940
spesialis mata menyebabkan
untuk pemeriksaan diabetes
mata secara rutin
Pearson's Correlations
Pearson's
p
r
Semua pasien
diabetes harus Sering makan
diperiksakan Manis/ tidak
kepada dokter - sehat 0.242 0.175
spesialis mata menyebabkan
untuk pemeriksaan diabetes
mata secara rutin
Diabetes adalah
kondisi dimana Diabetes itu
- -0.057 0.752
ada kenaikan gula tidak menular
darah
Diabetes adalah
kondisi dimana Tipe Diabetes
- -0.096 0.595
ada kenaikan gula ada 2 macam
darah
Diabetes adalah
Diabetes tidak
kondisi dimana
- dapat 0.070 0.699
ada kenaikan gula
disembuhkan
darah
Diabetes
Diabetes adalah
dialami orang
kondisi dimana
- yang sudah 0.257 0.149
ada kenaikan gula
berusia diatas
darah
40 tahun
Diabetes adalah
Obesitas
kondisi dimana
- menyebabkan -0.034 0.850
ada kenaikan gula
Diabetes
darah
Pearson's Correlations
Pearson's
p
r
Kurang aktifitas
Diabetes adalah
Fisik/
kondisi dimana
- Berolahraga -0.003 0.986
ada kenaikan gula
menyebabkan
darah
diabetes
Sering makan
Diabetes adalah
Manis/ tidak
kondisi dimana
- sehat -0.009 0.961
ada kenaikan gula
menyebabkan
darah
diabetes
Diabetes adalah
kondisi dari Diabetes itu
- 0.515 ** 0.002
ketidakcukupan tidak menular
insulin
Diabetes adalah
kondisi dari Tipe Diabetes
- -0.077 0.671
ketidakcukupan ada 2 macam
insulin
Diabetes adalah
Diabetes tidak
kondisi dari
- dapat 0.278 0.117
ketidakcukupan
disembuhkan
insulin
Diabetes
Diabetes adalah
dialami orang
kondisi dari
- yang sudah 0.092 0.609
ketidakcukupan
berusia diatas
insulin
40 tahun
Diabetes adalah
Obesitas
kondisi dari
- menyebabkan -0.057 0.751
ketidakcukupan
Diabetes
insulin
Pearson's
p
r
ketidakcukupan Berolahraga
insulin menyebabkan
diabetes
Sering makan
Diabetes adalah
Manis/ tidak
kondisi dari
- sehat -0.108 0.549
ketidakcukupan
menyebabkan
insulin
diabetes
Diabetes tidak
Diabetes itu tidak
- dapat 0.185 0.303
menular
disembuhkan
Riwayat
Diabetes itu tidak Keluarga
- 0.050 0.783
menular Menyebabkan
Diabetes
Diabetes
dialami orang
Diabetes itu tidak
- yang sudah 0.054 0.764
menular
berusia diatas
40 tahun
Obesitas
Diabetes itu tidak
- menyebabkan 0.099 0.584
menular
Diabetes
Kurang aktifitas
Fisik/
Diabetes itu tidak
- Berolahraga 0.180 0.317
menular
menyebabkan
diabetes
Sering makan
Manis/ tidak
Diabetes itu tidak
- sehat 0.307 0.082
menular
menyebabkan
diabetes
Pearson's Correlations
Pearson's
p
r
Diabetes tidak
Tipe Diabetes ada
- dapat -0.201 0.263
2 macam
disembuhkan
Riwayat
Tipe Diabetes ada Keluarga
- -0.141 0.433
2 macam Menyebabkan
Diabetes
Diabetes
dialami orang
Tipe Diabetes ada
- yang sudah -0.048 0.790
2 macam
berusia diatas
40 tahun
Obesitas
Tipe Diabetes ada
- menyebabkan -0.042 0.818
2 macam
Diabetes
Kurang aktifitas
Fisik/
Tipe Diabetes ada
- Berolahraga 0.057 0.752
2 macam
menyebabkan
diabetes
Sering makan
Manis/ tidak
Tipe Diabetes ada
- sehat -0.165 0.358
2 macam
menyebabkan
diabetes
Riwayat
Diabetes tidak
Keluarga
dapat - 0.534 ** 0.001
Menyebabkan
disembuhkan
Diabetes
Diabetes
Diabetes tidak dialami orang
dapat - yang sudah -0.104 0.564
disembuhkan berusia diatas
40 tahun
Pearson's Correlations
Pearson's
p
r
Kurang aktifitas
Diabetes tidak Fisik/
dapat - Berolahraga -0.014 0.937
disembuhkan menyebabkan
diabetes
Sering makan
Diabetes tidak Manis/ tidak
dapat - sehat 0.144 0.423
disembuhkan menyebabkan
diabetes
Diabetes
Riwayat Keluarga dialami orang
Menyebabkan - yang sudah -0.195 0.277
Diabetes berusia diatas
40 tahun
Kurang aktifitas
Riwayat Keluarga Fisik/
Menyebabkan - Berolahraga 0.164 0.362
Diabetes menyebabkan
diabetes
Sering makan
Riwayat Keluarga Manis/ tidak
Menyebabkan - sehat -0.038 0.833
Diabetes menyebabkan
diabetes
Diabetes dialami
Obesitas
orang yang sudah
- menyebabkan 0.037 0.839
berusia diatas 40
Diabetes
tahun
Pearson's
p
r
Sering makan
Diabetes dialami
Manis/ tidak
orang yang sudah
- sehat -0.011 0.950
berusia diatas 40
menyebabkan
tahun
diabetes
Kurang aktifitas
Obesitas Fisik/
menyebabkan - Berolahraga 0.497 ** 0.003
Diabetes menyebabkan
diabetes
Sering makan
Obesitas Manis/ tidak
menyebabkan - sehat 0.322 0.067
Diabetes menyebabkan
diabetes
Sering makan
Kurang aktifitas
Manis/ tidak
Fisik/ Berolahraga
- sehat 0.172 0.338
menyebabkan
menyebabkan
diabetes
diabetes
• Tabel Sikap
F. Reabilitas
Untuk uji item terdapat dua kriteria dalam menganalisisbutir item tersebut, maka kedua kriteria
itu adalah item-rest correlation, dimana item yang dinilai di bawah 0,3 adalah item yang
disarankan untuk digugurkan, sedangkan untuk item kedua yaitu if item dropped, dimana
reabilitas harus meningkat dari sebelumnya, artinya jika reabilitasnya meningkat maka peneliti
dapat menggugurkan itemnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Diabetes merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah)
melebihi normal sebagai akibat dari kekurangan sekresi insulin, gangguan aktifitas insulin.
Diabetes tidak hanya dirasakan dan terkena oleh para lansia saja bahkan anak- anak remaja pun
dapat mempunyai penyakit ini.
Dalam kajian psikologi kesehatan, persepsi individu dalam melakukan atau memilih perilaku
sehat dikaji dalam teori Health Belief Model (HBM). HBM adalah model kepercayaan
kesehatan individu dalam menentukan sikap melakukan atau tidak melakukan perilaku
kesehatan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka nilai dari masing-masing bab untuk pengetahuan
tentang Diabetesmellitus diantara para individu yang baru memasuki usia dewasa awal di
Pekanbaru hampir mencapai nilai maksimal.
Berdasarkan data, responden setuju Jika penyakit diabetes diatasi lebih awal, diabetes dapat
dicegah/ditunda, kemudian Sebagian besar responden juga paham bahwa suka makan dan
minum manis/ tidak sehat merupakan salah satu faktor risiko yang menyebabkan Diabetes
mellitus, dan responden setuju bahwa Diabetes adalah kondisi dimana terjadi kenaikan gula
darah.
B. Saran
Bagi peneliti selanjutnya, dapat dilakukan penelitian tentang kesadaran, dan pengetahuan
lansia dan remaja terhadap diabetes.
LAMPIRAN QUESIONER
1. Tabel Sikap
https://forms.gle/aEA3NLhHFUgUiyVs9
Isti Istianah, S. G. (2020). Mengidentifikasi Faktor Gizi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
di Kota Depok Tahun 2019 . Jurnal Kesehatan Indonesia (The Indonesian Journal of
Health), Vol. X, No. 2, Maret 2020, 72-78.
Yunti Fitriani, L. P. (2019). Pendekatan Health Belief Model (HBM) untuk Menganalisis
Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dalam Menggunakan Insulin.
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)
Vol.16 No. 02 Desember 2019:167-177, 167-177.
Lavelle, D., Zeitoun, J., Stern, M., Butkiewicz, E., Wegner, E., & Reinisch, C. (2016).
Carpenter, R., DiChiacchio, T., & Barker, K. (2019). Interventions for selfmanagement