Anda di halaman 1dari 6

APLIKASI MODEL SISTEM TEORI BETTY NEUMAN TERHADAP

PERAWATAN PASIEN PENDERITA DIABETES MELLITUS (DM)

Heri Firmansyah
Email: firman@gmail.com

ABSTRAK
Penderita Diabetes Mellitus (DM) juga berdampak pada masa depan kehidupan, sering mengalami
kecacatan, dan tidak sembuh, kondisi emosional yang tidak stabil. Beberapa gejala yang muncul pada
diabetes millitus dapat mempengaruhi fungsional pasien dan menyebabkan penurunan kualitas hidup dan
secara signifikan kemampuan individu untuk menjalankan peran dan tugas pekerjaan. Studi literatur ini
bertujuan untuk mengetahui penerapan model sistem Betty Neuman terhadap perawatan pasien diabetes
mellitus. Metode studi ini dilakukan penelusuran literatir melalui Google Search, Google Scholar, dan
Pubmed dengan keyword Diabetes mellitus, Keperawatan, Model Sistem Betty Neuman. Adapun kriteria
inklusi adalah studi klinik, observasional, systematic review, dan metaanalisis. Studi yang dilakukan pada
manusia dengan perawatan diabetes mellitus dan dikeluarkan dalam penelusuran literatur. Hasil analisis
kasus pada seorang pasien dengan diabetes mellitus dievaluasi menurut model Neuman. Stres intrapersonal
(fisiologis, psikologis, sosio-kultural, dan spiritual), stres interpersonal (berada jauh dari keluarga dan anak-
anak) dan tekanan ekstra personal (agresi dan tekanan psikologis dari pasangan) ditemukan. Berdasarkan
pemeriksaan tersebut, asuhan keperawatan berdasarkan tiga tingkat pencegahan yang penting dalam
pandangan Neuman. Hasilnya digunakan dalam klasifikasi intervensi keperawatan dan klasifikasi dan hasil
keperawatan masing-masing. Model Betty Neuman bisa dijadikan kerangka kerja untuk membantu perawat
merawat pasien. Dengan demikian, penerapan model ini dianjurkan dalam asuhan keperawatan pasien.

Kata Kunci : Diabetes Mellitus, Keperawatan, Teori Betty Neuman

ABSTRACT
People with Diabetes Mellitus (DM) also have an impact on the future of life, often experience
disability, and do not recover, emotionally unstable conditions. Some of the symptoms that appear in
diabetes mellitus can affect the patient's function and cause a decrease in the quality of life and significantly
the individual's ability to carry out work roles and tasks. This literature study aims to determine the
application of the Betty Neuman system model to the care of patients with diabetes mellitus. The method
of this study was a literature search through Google Search, Google Scholar, and Pubmed with the keywords
Diabetes mellitus, Nursing, Betty Neuman System Model. The inclusion criteria are clinical studies,
observational, systematic review, and meta-analysis. Studies conducted on humans treated with diabetes
mellitus and excluded from the literature search. The results of the case analysis in a patient with diabetes
mellitus were evaluated according to the Neuman model. Intrapersonal stress (physiological, psychological,
socio-cultural, and spiritual), interpersonal stress (being away from family and children) and extra personal
stress (aggression and psychological pressure from partners) were found. Based on this examination,
nursing care is based on three levels of prevention that are important in Neuman's view. The results are
used in the nursing intervention classification and the respective nursing classifications and outcomes. The
Betty Neuman model can be used as a framework to help nurses care for patients. Thus, the application of
this model is recommended in patient nursing care.

Keywords: Diabetes Mellitus, Nursing, Betty Neuman Theory

PENDAHULUAN
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

30
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Berdasarkan
World Health Organization (WHO) secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa
hidup dengan diabetes pada tahun 2014, berpenghasilan rendah dan menengah daripada
di negara-negara berpenghasilan tinggi.
Diabetes menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun 2012. Glukosa darah yang lebih
tinggi menyebabkan tambahan 2,2 juta kematian, dengan peningkatkan risiko penyakit
kardiovaskular dan lainnya. Empat puluh tiga persen dari 3,7 juta kematian ini terjadi
sebelum usia 70 tahun. Persentase kematian akibat tingginya glukosa darah atau diabetes
yang terjadi sebelum usia 70 tahun lebih tinggi di negara berpenghasilan rendah dan
menengah daripada di Indonesia negara berpenghasilan tinggi. Pada tahun 2011
Indonesia menduduki peringkat kesepuluh dunia dengan jumlah penderita diabetes
melitus sebanyak 6,6 juta orang. Selanjutnya pada tahun 2013, Indonesia menempati
urutan ke-7 dari 10 negara dengan penderita diabetes tertinggi (IDF, 2013). Kemudian
pada tahun 2015 jumlah penderita di Indonesia mencapai 9,1 juta orang, dari peringkat
ke-7 menjadi peringkat ke-5 teratas diantara negara dengan jumlah penderita diabetes
terbanyak di dunia (PERKINI,2015).
Menurut laporan Riset Dasar (Rikerdas) tahun 2013, menampilkan bahwa prevalensi
Diabetes Melittus di Provinsi Maluku sebesar 1.0% dimana berada di bawah rata-rata
prevalensi diabetes mellitus di Indonesia yaitu sebesar 1,5% (RISKESDAS, 2013).
Walaupun angka prevalensi diabetes mellitus tidak terlalu banyak namun berdasaran hasil
survey awal di RSUD dr. M. Haulussy Ambon penderita diabetes mellitus tipe 2 tahun
2011-2013 sebesar 1.946 pasien. Tahun 2011 jumlah pasien yang berkunjung 52 orang,
tahun 2012 pasien yang berkunjung 716 dan tahun 2013 jumlah pasien yang berkunjung
sebanyak 1.178 orang.
Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan
cukup insulin atau bila tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang
dihasilkannya. Insulin adalah hormon yang mengatur gula darah. Hiperglikemia, atau
peningkatan kadar gula darah, merupakan efek umum diabetes yang tidak terkontrol dan
seiring berjalannya waktu menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem tubuh,
terutama saraf dan pembuluh darah (WHO, 2016). Penderita diabetes mellitus juga
berdampak pada masa depan kehidupan, sering mengalami kecacatan, dan tidak memiliki
kesembuhan, kondisi emosional yang tidak stabil. Beberapa gejala yang muncul pada DM
dapat mempengaruhi fungsional pasien dan menyebabkan penurunan kualitas hidup dan
secara signifikan kemampuan individu untuk menjalankan peran dan tugas pekerjaan.
Dengan demikian, perawat harus memainkan peran kunci dalam interaksi dengan pasien
dan keluarga untuk meningkatkan kesehatan pasien. Tujuan asuhan keperawatan adalah
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien melalui penerapan model keperawatan (model
sistem Neuman). Penggunaan model teori keperawatan membantu mengembangkan
pengetahuan keperawatan. Pemilihan model dan teori keperawatan sesuai keadaan.
Model sistem Betty Neuman adalah satu teori yang memberikan panduan pada tiga
tingkat pencegahan.
Model sistem Neuman didasarkan pada teori sistem secara umum yang
mencerminkan sifat makluk hidup sebagai sistem terbuka yang berinteraksi satu sama
lain dengan lingkungan. Dalam model Neuman, klien mencakup individu, keluarga,
kelompok, komunitas, atau entitas sosial. Asumsi penting teori Newman adalah: “setiap
sistem klien unik, gabungan faktor dan karakteristik dalam rentang tanggapan tertentu
(Alligood, 2017).” Manusia adalah keseluruhan individu, ditandai oleh lima variabel
meliputi variabel fisiologis, psikologis, sosio-kultural, spiritual, dan perkembangan.
Variabel fisiologis mengacu pada struktur dan fungsi tubuh. Variabel psikologis mengacu

31
pada proses mental dalam interaksi dengan lingkungan. Variabel sosio-kultural mengacu
pada pengaruh kondisi sosial dan budaya. Variabel spiritual mengacu pada keyakinan dan
pengaruh spiritual. Variabel perkembangan mengacu pada proses dan aktivitas terkait
usia (Alligood, 2017).
Individu dikatakan memiliki “inti” inti mekanisme kelangsungan hidup utama, seperti
pengendalian suhu, ego, dan fungsi organ (Knight, 1990 cit Ahmadi dan Sadeghi, 2017).
Inti dilindungi oleh garis pertahanan. Lapisan luar adalah garis pertahanan yang fleksibel,
dan bervariasi, merespons stressor tertentu. Garis pertahanan dalam atau “normal”
mewakili keadaan kesehatan dan adaptasi individu. Hal ini umumnya stabil. Garis
resistensi mewakili faktor internal yang menentukan respons organisme terhadap stressor.
Stresor (intrapersonal, interpersonal, dan extra-personal) penting untuk konsep
lingkungan dan digambarkan sebagai kekuatan lingkungan yang berinteraksi dengan, dan
berpotensi mengubah, stabilitas sistem (Fulbrook, 1991 cit Ahmadi dan Sadeghi, 2017).
Faktor intrapersonal meliputi interaksi yang terkandung di dalam klien, seperti tanggapan
ttterhadapvkondisi. Faktor interpersonal berasal dari interaksi antara dua individu atau
lebih, seperti peran harapan. Faktor tambahan pribadi terdiri dari semua interaksi yang
terjadi di luar klien, seperti keadaan keuangan (Buerdianu dan Vivian, 2013).
Neuman mendefinisikan lingkungan sebagai semua kekuatan internal dan eksternal
yang mengelilingi klien, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh klien pada suatu keadaan.
Neuman mengidentifikasi tiga lingkungan yang relevan: internal, eksternal, dan dibuat
(Knight, 1990 cit Ahmadi dan Sadeghi, 2017). Pengaruh internal terkandung di dalam
batasan sistem klien dengan kata lain, bersifat intrapersonal. Pengaruh eksternal ada di
luar klien; dan lingkungan yang diciptakan secara tidak sadar dikembangkan dan
digunakan oleh klien untuk mendukung penanganan yang protektif (Navaro, 2015).
Neuman percaya bahwa keperawatan berkaitan dengan keseluruhan individu. Neuman
memandang keperawatan sebagai profesi yang unik dan percaya bahwa hal semua
variabel yang mempengaruhi respons individu terhadap stres. Tujuan utama keperawatan
adalah stabilitas sistem klien. Hal ini dicapai melalui intervensi keperawatan untuk
mengurangi stres. Proses Neuman mengandung tiga bagian dasar: diagnosis keperawatan,
tujuan, dan hasil. Neuman menekankan pentingnya mengidentifikasi persepsi klien dan
pengasuh serta kolaborasi antara klien dan pengasuh di semua tahap proses. Dia
mengidentifikasi tiga tingkat intervensi: primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer
terjadi bahkan sebelum sistem klien dapat merespon stressor bahwa tujuannya adalah
untuk mengurangi respon stressor. Pencegahan sekunder terjadi setelah sistem klien
merespons stressor. Pencegahan tersier terjadi setelah tahap pengobatan aktif atau
pencegahan sekunder yang berfokus pada penyesuaian kembali terhadap stabilitas sistem
klien yang optimal (Alligood, 2017).

METODE
Studi ini dilakukan penelusuran literatir melalui Google Search, Google Scholar, dan
Pubmed dengan keyword Diabetes mellitus, keperawatan, Model Sistem Betty Neuman.
Adapun kriteria inklusi adalah studi klinik, observasional, systematic review, dan
metaanalisis. Studi yang dilakukan pada manusia dalam dengan perawatan diabetes
mellitus dan dikeluarkan dalam penelusuran literatur. Analisis kasus dengan penerapan
proses keperawatan yang dimediasi oleh teori keperawatan Betty Neuman untuk merawat
pasien dengan diabetes mellitus.

HASIL

32
Seorang pasien dengan diabetes mellitus dievaluasi menurut model Neuman. Stres
intrapersonal (fisiologis, psikologis, sosio-kultural, dan spiritual), stres interpersonal
(berada jauh dari keluarga dan anak-anak) dan tekanan ekstra personal (agresi dan
tekanan psikologis dari pasangan) ditemukan. Berdasarkan pemeriksaan tersebut, asuhan
keperawatan berdasarkan tiga tingkat pencegahan yang penting dalam pandangan Neuma.
Hasilnya digunakan dalam klasifikasi intervensi keperawatan dan klasifikasi dan hasil
keperawatan masing-masing. Hasil keperawatan digunakan untuk intervensi keperawatan
dan implementasi keperawatan masing-masing.

PEMBAHASAN
Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan
cukup insulin atau bila tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang
dihasilkannya. Insulin adalah hormon yang mengatur gula darah. Hiperglikemia, atau
peningkatan kadar gula darah, merupakan efek umum diabetes yang tidak terkontrol dan
seiring berjalannya waktu menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem tubuh,
terutama saraf dan pembuluh darah (WHO, 2016). Penderita diabetes mellitus juga
berdampak pada masa depan kehidupan, sering mengalami kecacatan, dan tidak memiliki
kesembuhan, kondisi emosional yang tidak stabil. Beberapa gejala yang muncul pada DM
dapat mempengaruhi fungsional pasien dan menyebabkan penurunan kualitas hidup dan
secara signifikan kemampuan individu untuk menjalankan peran dan tugas pekerjaan.
Komunikasi antara perawat, pasangan, dan keluarga, memberikan kesempatan untuk
mengungkapkan perasaan tentang keadaan penyakitnya sehingga mengurangi
kekhawatiran pasien, yang berasal dari dalam dirinya untuk mendapat perhatian. Pasien
menyatakan bahwa harapan akan masa depan yang cerah bagi anak-anak adalah dorongan
untuk sisa hidupnya. Pasien menyebutkan teknik yang diajarkan untuk mempertahankan
tingkat energinya. Dia menjadi sadar akan pentingnya beristirahat di antara aktivitas
untuk menghindari kebosanan dan menyatakan bahwa dia akan mencoba untuk
beristirahat di antara pekerjaan. Ketika pasien menyadari dampak stres terhadap
perkembangan penyakitnya, dia bertekad mengurangi jumlah stres dalam hidupnya.
Keluarganya juga diajak berkonsultasi dan diminta untuk mengurangi ketegangan
keluarga dalam merawatnya.
Pasien menyebut beberapa jenis makanan yang harus dihindari, seperti makanan
berlemak dan pedas, dan memutuskan untuk menghindari situasi yang menurunkan nafsu
makannya, dan dengan demikian memperbaiki status nutrisinya. Kesadaran pasien
terhadap tindakan untuk menghindari trauma, pasien menghindari berjalan selama
serangan vertigo dan duduk sampai dia merasa lebih baik. Pasien menyebut beberapa
makanan yang mengandung serat yang membantu memperbaiki pola buang air besar. Dia
menyatakan bahwa dia menggunakan buah pepaya yang direndam untuk memperbaiki
situasinya.
Berkenaan dengan pelatihan untuk mencegah kelelahan, pasien bisa melakukannya
dari waktu ke waktu, dan mengerti bahwa ini bisa menjadi alasan agresi pasangannya.
Jadi, dia memutuskan untuk lebih memperhatikan kebutuhan suaminya. Pasien
menggunakan AC yang tepat saat tidur, tidak konsumsi teh sebelum tidur untuk
menghindari kafein. Dia menyatakan bahwa dia tidak bisa menggunakan sarung tangan
saat menggunakan deterjen. Dia memutuskan untuk mandi di air hangat, bukan air dingin.

33
Pasien menyatakan bahwa dia mengikuti semua tindakan higienis yang diperlukan untuk
mencegah infeksi saluran kemih. Dia juga memutuskan untuk membatasi konsumsi
minuman yang mengandung kafein.
Menurut pernyataan pasien / klien, dia memiliki antusiasme dan minat untuk terus
berpartisipasi dalam kelas pelatihan, dan dia merasa kesepian jika dia tidak
melakukannya.
KESIMPULAN

Model Teori Betty Neuman bisa dijadikan kerangka kerja untuk membantu perawat dalam
perawatan pasien Diabetes Millitus. Dengan demikian, penerapan ini di anjurkan dalam Asuhan
keperawatan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, Martha Raile. 2017. Pakar Teori Keperawatan dan Karya Mereka. Singapore
:Elsevier Perkeni, 2015. Petunjuk praktis pengelolaan Diabetes Mellitus. Jakarta :
EGC
American Diabetes Association, (2010). Standars of Medical Care in Ahmadi, Zakieh dan
Sadeghi, Tabandeh. 2017. Application of the Betty Neuman systems model in the
nursing care of patients/clients with multiple sclerosis. Date of access: 25/10/2017.
http: //https://www. ncbi. nlm.nih. gov/pmc/ articles/PMC5565031/
American Diabetes Association (2010). Diagnosa and Clasification of Diabetes Millitus.
http://www. carediabetesjournal. Diakses 9 Maret 2016. Bai, Y.L, et all (2009). :
25/10/2017

34
Bourdeanu L, Vivien D. Assessment of chemotherapy-induced nausea and
vomiting in women with breast cancer: A Neuman systems model framework. Res
Theory Nurs Pract 2013; 27: 296–304. [PubMed]
Diabetes. Diabetes care, s11-s61: 25/10/2017. http://jurnal Endurance 2(2) june 2017
(132-144) /1357-6321-1-PB.pdf
Navarro DJ. The impact of shift work on diabetes self-management activities. DNP
Thesis. School of Nursing University of Nevada, Las Vegas, USA, 2015.
WHO.2016. Global Report on Diabetes. Date of access: 25/10/2017.
http://apps.WHO.int/iris/bitstream/ 10665/204871/1/9789241565257_ eng.Pdf
Neuman systems model in the nursing care of patients/clients with multiple sclerosis.
Date of access 25/10/2017. http: //https: // www.ncbi.nlm.nih.
gov/pmc/articles/PMC5565031/

35

Anda mungkin juga menyukai