Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah


masalah besar bagi Negara-negara berkembang. Di Negara miskin, sekitar
20-50% kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan
kehamilan. Menurut data statistik yang dikeluarkan WHO sebagai badan
PBB yang menangani masalah bidang kesehatan, tercatat angka kematian
ibu dalam kehamilan dan persalinan di dunia mencapai 515.000 jiwa
setiap tahun (Iskandar, 2008).

Angka kematian ibu di Negara tetangga tahun 2003 tercatat 95 per


100.000 kelahiran hidup. Negara anggota ASEAN lainnya, Malaysia
tercatat 30 per 100.000 dan Singapura 9 per 100.000 (Siswono, 2003).

Sebab pasti belum diketahui frekuensi kejadian 2 per 1000 kehamilan


(Esti, 2009). Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan
atas faktor-faktor reproduksi, komplikasi obstetrik langsung telah banyak
diketahui dan dapat ditangani, meskipun pencegahannya terbukti sulit.
Menurut SKRT 2001, penyebab obstetrik langsung sebesar 90% sebagian
besar perdarahan (28%) dan infeksi (11%) penyebab tidak langsung
kematian ibu berupa kondisi kesehatan yang di derita misalnya kurang
energi kronis (37%) (Inayah, 2008).

Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah


perdarahan 40-60%, infeksi 20-30% dan keracunan kehamilan 20-30%,
sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat
kehamilan (Inayah, 2008).

Hasil Survey Demografi Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyatakan


bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia mencapai 248 per 100.000
kelahiran hidup. Sedangkan di kota Medan jumlah Angka Kematian Ibu

1
(AKI) diperkirakan 330/100.000 kelahiran hidup ini menunjukkan angka
kematian ibu masih lebih besar jika dibandingkan dengan angka kematian
ibu di tingkat nasional (Menkes, 2007).

Hasil pengumpulan data Tingkat Pusat, Subdirektorat kebidanan dan


kandungan Subdirektorat Kesehatan Keluarga dari 325 Kabupaten/Kota
menunjukan bahwa pada tahun 2003 presentase ibu hamil resiko tinggi
dengan hiperemesis gravidarum berat yang dirujuk dan mendapatkan
pelayanan kesehatan lebih lanjut sebesar 20,44%. Provinsi dengan
presentase tertinggi adalah provinsi Sulawesi Tengah (96,53%) dan di
Yogyakarta (76,60%) sedangkan yang terendah adalah provinsi Maluku
Utara (3,66%) dan Sumatera Selatan (3,81%) (Profil Kesehatan Indonesia,
2003).

Mual (nause) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang


wajar dan sering didapatkan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya
terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari.
Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi setelah 6 minggu setelah hari
pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% terjadi
pada multigravida. Satu diantara seribu kehamilan gejala-gejala lain
menjadi berat (Sarwono, 2005).

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang definisi hyperemisis
gravidarum.
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang etiologi, tanda dan gejala
penyakit hyperemisis gravidarum.
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang pencegahan penyakit
hyperemisis gravidarum.
4. Untuk mengetahui dan memahami tentang Konsep Asuhan
Keperawatan pada pasien hyperemisis gravidarum.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Kehamilan adalah suatu masa dari mulai terjadinya pembuahan
dalam rahim wanita sampai bayinya dilahirkan. Kehamilan terjadi ketika
seorang wanita melakukan hubungan seksual pada masa ovulasi. Telur
yang telah dibuahi sperma kemudian akan menempel pada dinding
rahim, lalu tumbuh dan berkembang selama kira-kira 40 minggu (280
hari) dalam rahim pada kehamilan normal (Suririnah, 2008).

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan


pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena
keadaan umumnya menjadi memburuk, karena terjadi dehidrasi (Esti,
2009).

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai usia


kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan
diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan
pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton
dalam urine, bukan karena penyakit (Maidun, 2009).

Salah satu masalah yang terjadi pada masa kehamilan atau penyakit
yang bisa meningkatkan derajat kesakitan adalah terjadinya gestosis
pada masa kehamilan atau penyakit yang khas terjadi pada masa
kehamilan, dan salah satu gestosis dalam kehamilan adalah hiperemesis
gravidarum (Rukiyah, 2010).

Mual dan muntah tampaknya disebabkan oleh kombinasi hormon


estrogen dan progesteron, walaupun hal ini tidak diketahui dengan pasti
dan hormon HCG (human chorionic gonadotropin) juga berperan dalam
menimbulkan mual dan muntah (Sarwono, 2008).

3
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering terjadi
pada kehamilan trimester I, kurang lebih pada 6 minggu setelah haid
terakhir selama 10 minggu (Mansjoer, 2001).

2. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.
Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga
tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada
otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan
vitamin serta zat-zat lain akibat inanisasi. Beberapa faktor predesposisi
dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai
berikut:

a. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan


ganda. Frekuansi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan
ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormonal memegang
peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik
gonadotropin dibentuk berlebihan.
b. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
c. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak,
juga disebut sebagai salah satu faktor organik.
d. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit
ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai
ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat
mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.

4
Hubungan psikologik dengan hiperemesis gravidarum belum
diketahui pasti. Tidak jarang dengan memberikan suasana baru, sudah
dapat membantu mengurangi frekuensi muntah. (Wiknjosastro, 2005.
Diduga terdapat factor yang menyebabkan hiperemesis gravidarum :

a. Psikologis, 
Bergantung pada: apakah si ibu menerima kehamilannya, atau  
kehamilannya di terima atau tidak.
b. Fisik
Terjadi peningkatan yang mencolok atau belum beradaptasi dengan
kenaikan human chorionic gonadothropin,  Factor konsentrasi human
chorionic gonadothropin yang tinggi, Primigravida lebih sering dari
multigravida, semakin meningkat pada pola hidatidosa, hamil ganda
dan hidramnion, Factor gizi / anemia meningkatkan terjadinya
hiperemesis gravidarum.

3. Tanda dan Gejala


Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan
dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum
penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis
gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut tingkatan :
a. Tingkatan I
1) Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
a) Dehidrasi : turgor kulit turun
b) Nafsu makan berkurang
c) Berat badan turun
d) Mata cekung dan lidah kering
2) Epigastrium nyeri
karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke
esofagus
a) Nadi meningkat dan tekanan darah turun
b) Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit

5
c)Tampak lemah dan lemas

b. Tingkatan II
1) Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
a) Turgor kulit makin turun
b) Lidah kering dan kotor
c) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
2) Kardiovaskuler
a) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
b) Nadi kecil karena volume darah turun
c) Suhu badan meningkat
d) Tekanan darah turun
3) Liver
a) Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus
4) Ginjal
Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang
menyebabkan :
a) Oliguria
b) Anuria
c) Terdapat timbunan benda keton aseton
Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan
5) Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus
dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss.
c. Tingkatan III
1) Keadaan umum lebih parah
2) Muntah berhenti
3) Sindrom mallory weiss
4) Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen
atau koma
5) Terdapat ensefalopati werniche :
a) Nistagmus

6
b) Diplopia
c) Gangguan mental
6) Kardiovaskuler
a) Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat
7) Gastrointestinal
a) Ikterus semakin berat
b) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang
makin tajam
8) Ginjal
a) Oliguria semakin parah dan menjadi anuria

4. Patofisiologis
Diawali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat
menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun, dan diuresis menurun.  Hal
ini menimbulkan perfusi ke jaringan menurun untuk memberikan nutrisi
dan mengonsumsi O2.

Oleh karena itu, dapat terjadi perubahan metabolisme menuju ke


arah anaerobik yang menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah
yang berlebih dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH
darah menjadi lebih tinggi. Dampak dari semua masalah tersebut
menimbulkan gangguan fungsi alat vital berikut ini

a. Liver
Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun, gangguan
fungsi sel liver dan terjadi ikterus, terjadi perdarahan pada parenkim
liver sehingga mmenyebabkan gangguan fungsi umum.
b. Ginjal
Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun
seperti asam laktat dan benda keton, terjadi perdarahan dan nekrosis

7
sel ginjal, diuresis berkurang bahkan dapat anuria, mungkin terjadi
albuminuria.
c. SSP
Terjadi nekrosis dan perdarahan otak diantaranya perdarahan
ventrikel, Dehidrasi sistem jaringan otak dan adanya benda keton
dapat merusak fungsi saraf pusat yang menimbulkan kelainan
ensefalopati Wernicke dengan gejala: nistagmus, gangguan
kesadaran dan mental serta diplopia, perdarahan pada retina dapat
mengaburkan penglihatan. (Manuaba, 2007)

5. Komplikasi

Bagi wanita hamil Jika tidak diobati, HG dapat menyebabkan gagal


ginjal, mielinolisis pontine pusat, koagulopati, atrofi, Mallory-Weiss
sindrom, hipoglikemia, sakit kuning, kekurangan gizi, ensefalopati
Wernicke, pneumomediastinum, rhabdomyolysis, deconditioning,
avulsion limpa, dan vasospasms arteri serebral. Depresi merupakan
komplikasi sekunder umum HG. Pada kesempatan langka seorang
wanita dapat meninggal karena hiperemesis; Charlotte Bronte adalah
korban diduga penyakit ini.

Bagi janin,Bayi dari wanita dengan hiperemesis berat yang


mendapatkan kurang dari 7 kg (15,4 lb) selama kehamilan cenderung
berat lahir rendah, kecil untuk usia kehamilan, dan lahir sebelum usia
kehamilan 37 minggu. Sebaliknya, bayi dari wanita dengan hiperemesis
yang memiliki keuntungan kehamilan berat lebih dari 7 kg muncul mirip
sebagai bayi dari kehamilan tanpa komplikasi. Tidak ada jangka panjang
tindak lanjut penelitian telah dilakukan pada anak dari ibu hiperemesis.

6. Pencegahan
a. Terapi nutrisi makan sedikit tapi sering agar perut tidak terlalu

8
penuh dengan hanya sekali makan tapi banyak, seperti roti beras,
roti gandum.
b. Hindari makanan yang dapat membuat anda merasa sakit, seperti
makanan gorengan, berlemak atau berbumbu.
c. Hindari minum teh atau kopi berlebihan.
d. Hindari memakai pakaian ketat.
e. Konsultasi ke dokter kandungan jika muntah berlanjut.
f. Suplemen B6 dan zinc juga khrom dapat sangat efektif, khususnya
bagi wanita yang baru menggunakan pil kontrasepsi Karena pil ini
merusak kemampuan tubuh dalam menyerap nutrisi-nutrisi tersebut
dari makanan yang anda santap.
g. Pengobatan herbal, coba the kamomil atau spearmint, atau teh jahe
parut yang direbus dalam air mendidih, atau kapsul jahe yang
tersedia di gerai-gerai makanan sehat.
h. Pengobatan bach flower gunakan rescue remedy jika anda merasa
cemas, khususnya jika kecemasan tersebut membuat mual dan
muntah semakin parah.
i. Aromaterapi minyak esensial seperti minyak sitrus (jeruk, jeruk
mandarin, limau) aman dan lembut digunakan pada saat ini.
j. Aksepresur coba kenakan gelang tangan ‘sea sickness’ yang
tersedia di toko farmasi atau gerai makanan sehat di daerah anda
(Tiran, 2007).

7. Penatalaksanaan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan
dengan jelas memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan
sebagai suatu proses yang fisiologis, memberikan keyakinan bahwa mual
dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada
kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun

9
dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit
denagn teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak
sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman seyogyanya disajikan
dalam keadaan panas atau sangat dingin. Defekasi yang teratur
hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat
merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan
yang banyak mengandung gula.

a. Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak
mengurang maka diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk
tidak memberikan obat yang teratogen. Sedativa yang sering
diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah B1
dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan, seperti dramamin,
avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik, seperti
disiklominhidrokhlorid atau khlorpromasin. Penanganan
hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah
sakit.
b. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, terapi cerah dan
peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk.
Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar
penderita, sanpai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak
diberikan makanan/minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang
dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
c. Terapipsikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya
dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

10
d. Cairanparenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak
2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium, dan vitamin,
khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara
intravena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air
kencing perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton,
khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan
tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada
permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24  jam
penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat
dicoba untuk memberikan minum dan dapat ditambah dengan
makanan yang tidak cair. Dengan penanganan di atas, pada
umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan
bertambah baik.
e. Penghentiankehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadan tidak menjadi baik, bahkan
mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikistrik
bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus,
anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik.
Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus teraupetik sering
sulit diambil, oleh karana itu di satu pihak tidak boleh dilakukan
terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai
terjadi gejala ireversibel pada organ vital. (Wiknjosastro, 2005)
f. Diet
Diet hiperemesis I diberikan ada hiperemesis tingkat III makanan
hanya berupa roti kering dan buah-buhan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang

11
dalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya
diberikan Selama beberapa hari.

Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.


Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bergizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah
dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
Diet hieremesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan. Menurut kesanggupan penderita. Minuman boleh diberikan
bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali
kalsium (Rukiyah, 2010).

8. Faktor-Faktor Ibu yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum


a. Jumlah Paritas
Jumlah kehamilan yang berpengaruh terhadap hiperemesis
gravidarum. Hiperemesis sering terjadi pada multigravida dari pada
primigravida. Hal ini disebabkan karena kerja hormon,
meningkatnya kadar estrogen dan HCG dalam serum yang dapat
menyebabkan perasaan mual hingga muntah (Sarwono, 2005).

Jumlah paritas memberikan pengaruh yang nyata terhadap


kesehatan ibu hamil (Notoatmodjo, 2003).Primigrvida adalah
seorang wanita yang pertama kali hamil.Multigravida adalah
seorang wanita yang pernah dua kali atau lebih hamil sampai usia
viabilitas (Cunningham, 2006).

b. Usia Kehamilan
Usia kehamilan adalah jumlah minggu lengkap dari hari
pertama menstruasi sampai terakhir bayi lahir, biasanya tanggal
persalinan diperoleh dengan menambahkan 7 hari ke hari pertama

12
menstruasi terakhir dan menghitung mundur 3 bulan. Biasanya
kehamilan dibagi menjadi 3 trimester setara yang masing-masing
berlangsung selama 3 bulan kalender. Secara historis, trimester
pertama berlangsung sampai selesainya minggu ke 0-14, trimester
ke dua sampai minggu ke >14-28, dan trimester tiga mencakup
minggu ke >28-42, kehamilan. Dengan kata lain, trimester dapat
diperoleh dengan membagi 42 menjadi tiga periode yang masing-
masing lamanya 14 minggu (Cunningham, 2006).

c. Pekerjaan Ibu
Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang dilakukan dalam
kehidupan sehri-hari. Pekerjaan ibu hamil juga berpengaruh
terhadap hiperemesis gravidarum. Wanita yang bekerja sering
mengalami gangguan psikologi sehubungan dengan masalah yang
dihadapi dalam bidang pekerjaan dan lingkungan kerja yang
kurang baik (Manuaba, 2003).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pemberian asuhan keperawanan pada klien Hiperemesis Gravidarum


dilakukan dengan menetapkan rencana perawatan medis, pemberian terapi
intravena, pemberian agen farmakologi dan suplemen nutrisi, serta
pemantauan respon klien terhadap intervensi. Perawat melakukan
observasi pada klien untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi
seperti asidosis metabolik, ikterik.

Biasanya klien dengan Hiperemesis Gravidarum berrepon terhadap


terapi dan prognsisnya baik. Klien bisa dipulangkan bila keseimbangan
cairan dan elektrolit tercapai, berat badan mulai meningkat.

13
Perawat bertugas membantu penanganan kondisi psikososial klien
karena kondisinya lemah baik secara fisik maupun emosional. Upaya
meningkatkan istirahat yang adekuat penting untuk klien dengan
Hiperemesis, maka perawat mengoordinasikan tindakan terapi dan periode
kunjungan sehingga klien memilliki kesemapatan untuk beristirahat.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan pendekatan yang sistematis untuk


mengumpulkan data, mengelompokkan dan menganalisis, sehingga
didapatkan masalah dan kebutuhan untuk perawatan ibu. Tujuan utama
pengkajian adalah untuk memberikan gambaran secara terus menerus
mengenai keadaan kesehatan ibu yang memungkinkan perawat
merencanakan asuhan keperawatan.

Langkah pertama dalam pengkajian ibu Hiperemesis Gravidarum


adalah mengumpulkan data. Data-data yang akan dikumpulkan adalah
sebagai berikut

a. Data riwayat kesehatan


1) Riwayat kesehatan sekarang

Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang


dirasakan oleh ibu sesuai dengan gejala-gejala pada Hiperemesis
Gravidarum, yaitu : mual dan muntah yang terus-menerus,
merasa lemah dan kelelahan, merasa haus dan terasa asam di
mulut, serta konstipasi dan demam. Selanjutnya dapat juga
ditemukan berat badan yang menurun. Turgor kulit yang buruk
dan gangguan elektrolit. Terjadinya oliguria, takikardia, mata
cekung dan ikterus.

2) Riwayat kesehatan dahulu


- Kemungkinan ibu pernah mengalami Hiperemesis
Gravidarum sebelumnya.

14
- Kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang
berhubungan dengan saluran pencernaan yang
menyebabkan mual muntah.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga

b. Data fisik biologis

Data yang dapat ditemukan pada ibu dengan Hiperemesis


Gravidarum adalah mamae yang membengkak, hiperpigmentasi
pada areola mamae, terdapat kloasma gravidarum, mukosa
membran dan bibir kering, turgor kulit buruk, mata cekung dan
sedikit ikterik, ibu tampak pucat dan lemah, takikardi, hipotensi,
serta pusing dan kehilangan kesadaran.

c. Riwayat menstruasi
1) Kemungkinan menarche usia 12-14 tahun.
2) Siklus 28-30 hari.
3) Lamanya 5-7 hari.
4) Banyaknya 2-3 kali ganti duk/hari.
5) Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala
dan muntah.

d. Riwayat perkawinan

Kemungkinan terjadi pada perkawinan usia muda.

e. Riwayat kehamilan dan persalinan


1) Hamil muda : ibu pusing, mual dan muntah, serta tidak ada
nafsu makan.
2) Hamil tua : pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai kenaikan
berat badan, tekanan darah dan tingkat kesadaran.

15
f. Data psikologi

Riwayat psikologi sangat penting dikaji agar dapat diketahui


keadaan jiwa ibu sehubungan dengan perilaku terhadap kehamilan.
Keadaan jiwa ibu yang labil, mudah marah, cemas, takut akan
kegagalan persalinan, mudah menangis, sedih, serta kekecewaan
dapat memperberat mual dan muntah. Pola pertahanan diri (koping)
yang digunakan ibu bergantung pada pengalamannya terhadap
kehamilan serta dukungan dari keluarga dan perawat.

g. Data sosial ekonomi

Hiperemesis Gravidarum bisa terjadi pada semua golongan


ekonomi, namun pada umumnya terjadi pada tingkat ekonomi
menengah ke bawah. Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan yang dimiliki.

h. Data penunjang

Data penunjang didapat dari hasil laboratorium, yaitu


pemeriksaan darah dan urin. Pemeriksaan darah yaitu nilai
hemoglobin dan hematrokrit yang meningkat menunjukkan
hemokonsentrasi yang berkaitan dengan dehidrasi. Pemeriksaan
urinalisis yaitu urin yang sedikit dan konsentrasi yang tinggi akibat
dehidrasi, juga terdapatnya aseton di dalam urin. (Mitayani, 2011)

2. Diagnosa Keperawatan

Dari pengkajian yang telah diuraikan, maka ada beberapa


kemugkinan diagnosis keperawatan yang dapat ditegakan.

16
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
nausea dan vomitus yang menetap.
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
akibat vomitus dan asupan cairan yang tidak adequat.
c. Ketakutan berhubungan dengan efek hiperemesis pada
kesejahteraan janin.
d. Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) berhubungan dengan
muntah yang berlebihan, peningkatan asam lambung.
e. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan informasi.
f. Resiko perubahan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
darah dan nutrisi kejaringan-jaringan sekunder akibat dehidrasi
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan
sumber energi sekunder.

3. Intervensi
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
nausea dan vomitus yang menetap.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1)      Klien akan mengkonsumsi asupan oral diet yang
mengandung zat gizi yang adequat.
2)      Klien tidak mengalami nausea dan vomitus.
3)      Klien akan menoleransi diit yang telah di programkan.
4)      Klien akan mengalami peningkatan berat badan yang sesuai
selama hamil.

Intervensi Rasional

17
o Catat intake dan output o menentukan hidrasi cairan
dan pengeluaran melalui
muntah.
o Anjurkan makan dalam o dapat mencukupi asupan
porsi kecil tapi sering nutrisi yang dibutuhkan
tubuh.
o Anjurkan untuk o dapat merangsang mual dan
menghindari makanan muntah
yang berlemak.
o anjurkan untuk makan o makanan selingan dapat
makanan selingan mengurangi atau
seperti biskuit, roti dan menghindari rangsang mual
teh (panas) hangat muntah yang berlebih.
sebelum bagun tidur
pada siang hari dan
sebelum tidur.
o Catal intake TPN, jika o untuk mempertahankan
intake oral tidak dapat keseimbangan nutrisi.
diberikan dalam periode
tertentu.
o Inspeksi adanya iritasi o untuk mengetahui integritas
atau Iesi pada mulut. inukosa mulut.
o Kaji kebersihan oral dan o untuk mempertahankan
personal hygiene serta integritas mukosa mulut.
penggunaan cairan
pembersih mulut
sesering mungkin.
o Pantau kadar o mengidenfifikasi adanya
Hemoglobin dan anemi dan potensial
Hemotokrit penurunan kapasitas

18
pcmbawa oksigen ibu. Klien
dengan kadar Hb < 12 gr/dl
atau kadar Ht < 37 %
dipertimbangkan anemi pada
o Test urine terhadap trimester I.
aseton, albumin dan - i)        menetapkan data
glukosa. dasar ; dilakukan secara
rutin untuk mendeteksi
situasi potensial resiko
tinggi seperti
ketidakadekuatan asupan
karbohidrat, Diabetik
kcloasedosis dan Hipertensi

b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


akibat vomitus dan asupan cairan yang tidak adequat.
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
1)      Keseimbangan cairan dan elektrolit akan kembali ke kondisi
normal, yang terbukti dengan turgor kulit normal, membran
mukosa lembab, berat badan stabil, tanda-tanda vital dalam
batas normal; elektrolit, serum, hemoglobin, hematokrit, dan
berat jenis urin akan berada dalam batas normal.
2)      Klien tidak akan muntah lagi
3)      Klien akan mengkonsumsi asupan dalam jumlag yang
adequat.

Intervensi rasional

o Tentukan frekuensi atau o Memberikan data berkenaan


dengan semua kondisi.

19
beratnya mual/muntah. Peningkatan kadar hormon
Korionik gonadotropin
(HCG), perubahan
metabolisme karbohidrat
dan penurunan motilitas
gastrik memperberat
mual/muntah pada
kehamilan.
o Membantu dalam
o Tinjau ulang riwayat mengenyampingkan
kemungkinah masalah penyebab lain untuk
medis lain (misalnya mengatasi masalah khusus
Ulkus peptikum, dalam mengidentifikasi
gastritis. intervensi.

o Sebagai indikator dalam


o Kaji suhu badan dan membantu mengevaluasi
turgor kulit, membran tingkat atau kebutuhan
mukosa, TD, hidrasi
input/output dan berat
jenis urine. Timbang BB
klien setiap hari.
o Membantu dalam
o Anjurkan peningkatan meminimalkan
asupan minuman mual/muntah dengan
berkarbonat, makan menurunkan keasaman
sesering mungkin lambung.
dengan jumlah sedikit.
Makanan tinggi karbonat
seperti : roti kering
sebelum bangun dari

20
tidur.

c. Ketakutan berhubungan dengan efek hiperemesis pada


kesejahteraan janin.
Tujuan : ketakutan klien teratasi
Kriteria hasil : klien memverbalisasi perasaan dan
kekhawatirannya tentang kesejahteraan janin.

Intervensi Rasional

o Memperlihatkan sikap o Memperlihatkan sikap


menerima rasa takut menerima rasa takut
klien. klien
o Mendorong untuk o Pengetahuan tentang
mengungkapakan risiko potensial pada
perasaan dan janin dapat membantunya
kekhawatirannya. menghilangkan rasa
takut.
o c)      Memberi informasi o c)      Strategi koping
yang berhubungan yang efektif dibutuhkan
dengan risiko potensial untuk memampukan
yang dapat terjadi pada klien mengatasi penyakit
janinnya. yang dideritanya dan
efek-efek penyakit
tersebut.

d. Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) berhubungan dengan


muntah yang berlebihan, peningkatan asam lambung.
Tujuan : nyeri hilang/berkurang.
Kriteria hasil :
1) Klien mengungkapkan secara verbal.

21
2) Nyeri hilang atau berkurang
3) pasien dapat beristirahat dengan tenang.

Intervensi Rasional

o kaji skala nyeri, o menentukan perubahan


karakteristik, kualitas, dalam tingkat nyeri dan
frekuensi dan lokasi mengevaluasi nilai skala
nyeri. nyeri. Mengidentifikasi
sumber sumber multiple
dan jenis nyeri.
o Anjurkan penggunaan o menggunakan strategi ini
tekhnik relaksasi dan sejalan dengan pemberian
distraksi. analgesic untuk
mengurangi atau
mengalihkan respon
terhadap nyeri.
o Yakinkan pada klien o ketakutan bahwa nyari
bahwa perawat akan tidak dapat diterima
mengetahui nyeri yang seperti peningkatan
dirasakannya dan akan ketegangan dan ansietas
berusaha membantu yang nyata dan
untuk mengurangi nyeri menurunkan toleransi
tersebut. nyeri.
o Berikan kembali skala o memungkinkan
pengkajian nyeri pengkajian terhadap
keefektifan analgesic dan
mengidentifikasi
kebutuhan terhadap tindak
lanjut bila tidak efektif.
o membantu dalam

22
menunjukkan kebutuhan
o Catat keparahan nyeri analgesic tambahan atau
pasien dengan bagan. pendekatan alternative
terhadap penatalaksanaan
nyeri.
o analgesic lebih efektif bila
o Kolaborasi pemberian diberikan pada awal siklus
analgesik sesuai nyeri.
indikasi.

e. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan


berhubungan dengan keterbatasan informasi.
Tujuan: klien mengerti tentang perubahan fisiologis dan pskologis
yang normal dan tanda-tanda bahaya kehamilan.
Kriteria hasil:
1)      Klien menjelaskan perubahan fisiologis dan pskologis
normal berkaitan dengan kehamilan trimester pertama..
2)      Klien menunjukkan perilaku perawatan diri sendiri yang
meningkatkan kesehatan.
3)      Mengidentifikasi tanda-tanda bahaya kehamilan.

Intervensi Rasional

o Jelaskan tentang o untuk mengetahui


Hiperemesis Grvidarum seberapa dalam
dan kaji pengetahuan pengetahuan pasien
pasien. tentang penyakitnya dan
tentang
penatalaksanaannya di
rumah.
o Berikan pendidikan o untuk meningkatkan

23
kesehatan tentang pengetahuan pasien
hiperemesis gravidarum. tentang hiperemesis
gravidarum.
o Buat hubungan perawat- o peran penyuluh atau
klien yang mendukung konselor dapat
dan terus menerus. memberikan bimbingan
antisipasi dan
meningkatkan tanggunmg
jawab individu terhadap
kesehatan.
o Evaluasi pengetahuan o memberikan informasi
dan keyakinan budaya untuk membantu
saat ini berkenaan mengidentifikasi
dengan perubahan kebutuhan-kebutuhan dan
fisiologis/psikologis yang membuat rencana
normal pada kehamilan, keperawatan.
serta keyakinan tentang
aktivitas, perawatan diri
dan sebagainya.

o Klarifikasi o ketakutan biasanya timbul


kesalahpahaman. dari kesalahan informasi
dan dapat mengganggu
pembelajaran selanjutnya.

o Tentukan derajad o klien dapat mengalami


motivasi untuk belajar. kesulitan dalam belajar
kecuali kebutuhan untuk
belajar tersebut jelas.
o Pertahankan sikap o penerimaan penting untuk
terbuka terhadap mengembangkan dan

24
keyakinan mempertahankan
klien/pasangan. hubungan.

o Jawab pertanyaan tentang o memberikan informasi


perawatan dan pemberian yang dapat bermanfaat
makan bayi. untuk membuat pilihan.
o Identifikasi tanda bahaya o i)        membantu klien
kehamilan, seperti membedakan yang normal
perdarahan, kram, nyeri dan abnormal sehngga
abdomen akut, sakit membantunya dalam
punggung, edema, mencari perawatan
gangguan penglihatan, kesehatan pada waktu
sakit kepala dan tekanan yang tepat.
pelvis.

f. Resiko perubahan integritas kulit berhubungan dengan penurunan


darah dan nutrisi kejaringan-jaringan sekunder akibat dehidrasi
Tujuan : Tidak terjadi ganguan integritas kulit.
Kriteria hasil : mengidentifikasi dan menunjukkan perilaku untuk
mempertahankan kulit halus, kenyal, utuh.

Intervensi Rasional

o Observasi kemerahan, o area ini meningkat


pucat, ekskoriasi. risikonya untuk kerusakan
dan memerlukan
pengobatan lebih intensif.

o Dorong mandi tiap 2 hari o sering mandi membuat


1x, pengganti mandi tiap

25
hari. kekeringan kulit.
o Gunakan krim kulit dua
kali sehari dan setelah o melicinkan kulit dan
mandi. mengurangi gatal.
o Diskusikan pentingnya
perubahan posisi sering, o meningkatkan
perlu untuk sirkulasidan perfusi kulit
mempertahankan dengan mencegah tekanan
aktivitas. lama pada jaringan.

o Tekankan pentingnya
masukan nutrisi/cairan o perbaikan nutrisi dan
adequat. hidrasi akan memperbaiki
kondisi kulit.

g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan


sumber energi sekunder.
Tujuan : Pasien dapat beraktivitas secara mandiri.
Kriteria hasil :
1)      Pasien dapat memperlihatkan kemajuan khususnya tingkat
yang lebih tinggi.
2)      Pasien mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan
toleransi aktivitas.

Intervensi Rasional

o Tingkatkan tirah o meningkatkan istirahat


baring/duduk. Berikan dan ketenangan.
lingkungan yang tenang;
batasi pengunjung sesuai

26
keperluan.
o Ubah posisi dengan
sering. Berikan o meningkatkan fungsi
perawatan kulit yang pernapasan dan
baik. meminimalkan tekanan
pada area tertentu untuk
menurunkan risiko
kekurangan jaringan.
o Tingkatkan aktivitas o tirah baring lama dapat
sesuai toleransi, bantu menurunkan
melakukan latihan kemampuan. Ini dapat
rentang gerak sendi terjadi karena
pasif/aktif. keterbatasan aktivitas
yang mengganggu
periode istirahat.
o Dorong penggunaan o meningkatkan relaksasi
tekhnik manajemen dan penghematan energy,
stress. Contoh relaksasi memusatkan kembali
progresif, visualisasi, perhatian dan dapat
bimbingan imajinasi. meningkatkan koping.
o Kolaborasi pemberian o membantu dalam
obat sesuai indikasi: manajemen kebutuhan
sedatif, agen antiansietas, tidur.
contoh diazepam
(valium);
lorazepam(ativan).

27
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang


ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat) dan terus
menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas, jadi
mual-muntah yang berlebihan disaat kehamilan yang mengganggu
aktivitas sehari-hari.

Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan


dengan jelas memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan
sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual
dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada
kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil, tetapi lebih sering.

B. SARAN
1. Untuk Umum
Dengan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan masayarakat umum tentang Hiperemesis Gravidarum
terutama untuk ibu hamil agar lebih memperhatikan pola makan dan
keadaan fisik ibu hamil.

2. Untuk Tenaga Kesehatan


Saran untuk bidan dan tenaga kesehatan lain agar dapat meberikan
asuhan dan pandangan tentang Hioeremesis gravudarum dengan cara
menginformasikannya kepada seorang ibu dengan baik, agar

28
kedepannya seorang ibu dapat menjadi ibu yang tidak lagi menjadi
penderita hiperemesis gravidarum.

3. Untuk Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa bisa mengkritisi dan mengkoreksi hal-hal
yang dirasa kurang pada makalah ini sehingga menjadi lebih baik lagi.

29
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo,Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta.EGC.2008

Leveno,Kenneth J.dkk. Obstetri Williams.Edisi 21. Jakarta.EGC.2009

Manuaba. Pengantar kuliah obstetric. Jakarta. EGC.2007

Cunningham, Gary.F.2006. Obstetri Williams. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media


Aesculapius.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2003. Kepaniteraan Klinik Obstetri dan


Ginekologi. Jakarta : EGC

Maulana, Mirza. 2009. Reproduksi Kehamilan dan Merawat Anak.


Jogyakarta : Tunas Pubishing

Mitayani. (2011). ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS. Jakarta:


Salemba Medika.

30

Anda mungkin juga menyukai