Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN SELF CARE DENGAN KUALITAS

HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS

Reny Chaidir 1*, Ade Sry Wahyuni2, Deni Wahyu Furkhani3


123
Program Studi Ilmu Keperawatan,Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi
Email: renychaidir@yahoo.co.id*

HP : 081266144529

ABSTRAK

Indonesia merupakan daerah terbanyak nomor dua penderita diabets melitus di kawasan Asia
Tenggara dengan angka kejadian sebesar 9,116.03 kasus. Puskesmas Tigo Baleh angka
kunjungan penderita diabetes melitus pada tahun 2015 mengalami peningkatan yaitu sebesar 408
kunjungan. Pasien diabetes melitus rentan mengalami komplikasi yang disebabkan oleh
peningkatan kadar gula darah. Peningkatan kadar gula darah dapat dicegah dengan melakukan
self care terdiri dari pengaturan diet, olah raga, terapi obat, perawatan kaki, dan pemantauan gula
darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan self care dengan kualitas
hidup pasien diabetes mellitus. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yang
dilakukan terhadap 89 orang responden dengan menggunakan teknik simple random sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner The Summary of Diabetes Self-Care Activities
(SDSCA) dan kuesioner The Diabetes Quality of Life Brief Clinical Inventory. Hasil penelitian
ini menggunakan uji product moment (pearson correlation), diperoleh nilai r = 0.432.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara self care dengan kualitas hidup
pasien diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh yang berbanding lurus dan
memiliki tingkat korelasi yang sedang. Terdapat faktor yang mempengaruhi korelasi dengan
kualitas hidup. Diharapkan agar pasien diabetes melitus dapat meningkatkan aktivitas self care
sehingga dapat menjalankan kehidupan secara normal.

Kata kunci : Diabetes mellitus; kualitas hidup; self care

ABSTRACT

Indonesia is the second largest area diabets mellitus patients in Southeast Asia with the incidence of
9,116.03 case. Puskesmas Tigo Baleh visiting number of diabetes mellitus in 2015 experienced an
increase in the amount of 408 visits. The patient is susceptible to diabetes mellitus complications caused
by increased levels of blood sugar. The increase in blood sugar levels can be prevented by doing self-care
consists of settings of diet, exercise, drug therapy, foot care, and monitoring of the blood sugar. The
purpose of this research is to know the existence of the relationship of self-care and the quality of life of
patients with diabetes mellitus . This research using cross sectional conducted on 89 respondents using
simple random sampling technique. Data collection using the questionnaire The Summary of Diabetes
self-care Activities (SDSCA) and questionnaire The Diabetes Quality of Life the Brief Clinical Inventory.
The results of this research to use test product moment (Pearson correlation), obtained a value of r =
0.432. The conclusion from this study is there is a relationship between self-care and the quality of life of
patients with diabetes mellitus in working area of Community Health Center Tigo Baleh that is
proportional and has the level of correlation. There are factors that affect the correlation with quality of
life. It is expected that the patients of diabetes mellitus can increase the activity of self-care so that life
can run normally.

Keywords: Diabetes mellitus, self care, and quality of life


PENDAHULUAN kategori umur kejadian diabetes melitus
banyak terjadi pada usia 55-59 tahun.
Menurut American Diabetes Puskesmas Tigo Baleh memiliki 8 wilayah
Association (ADA) 2010, diabetes melitus kerja dimana, 5 diantaranya merupakan
(DM) merupakan suatu kelompok penyakit wilayah kerja yang memiliki jumlah
metabolik dengan karakteristik kunjungan pasien diabetes melitus
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan terbanyak yaitu 244 kunjungan dengan
sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua- jumlah pasien baru yang pergi berobat
duanya. Gejala umum dari diabetes melitus adalah 156 kasus.
adalah poliuria, polifagia, polidipsia.
Klasifikasi dari diabetes mellitus yaitu Pasien diabetes melitus yang tidak
Diabetes Mellitus Tipe 1, Diabetes dikelola dengan baik akan meningkatkan
Mellitus Tipe 2, Diabetes Mellitus Tipe resiko terjadinya komplikasi, karena pasien
Gestasional, dan Diabetes Mellitus Tipe diabetes melitus rentan mengalami
Lainnya. Jenis diabetes mellitus yang komplikasi yang diakibatkan karena terjadi
paling banyak diderita adalah Diabetes defisiensi insulin atau kerja insulin yang
Mellitus Tipe 2, dimana sekitar 90- 95% tidak adekuat (Smeltzer et all, 2009).
orang mengidap penyakit ini (Black & Komplikasi yang ditimbulkan bersifat akut
Hawks; ADA, 2010). maupun kronik. Komplikasi akut terjadi
berkaitan dengan peningkatan kadar gula
Menurut Internatonal Diabetes darah secara tiba-tiba, sedangkan
Federatiaon (IDF) (2014), kawasan Asia komplikasi kronik sering terjadi akibat
Pasifik merupakan kawasan terbanyak peningkatan gula darah dalam waktu lama
yang menderita diabetes melitus, dengan (Yudianto, 2008). Ketika penderita diabetes
angka kejadianya 138 juta kasus (8.5%). melitus mengalami komplikasi, maka akan
IDF memperkirakan pada tahun 2035 berdampak pada menurunnya Umur
jumlah insiden DM akan mengalami Harapan Hidup (UHP), penurunan kualitas
peningkatan menjadi 205 juta kasus di hidup, serta meningkatnya angka kesakitan
antara usia penderita DM 40-59 tahun (Nwankwo et all, 2010).
(IDF, 2014). Indonesia berada di posisi
kedua terbanyak di kawasan Asia Menurut Yudianto (2008) kualitas
Tenggara. Menurut IDF (2014) angka hidup merupakan perasaan puas dan
kejadian diabetes melitus di Indonesia bahagia sehingga pasien diabetes melitus
sebesar 9,116.03 kasus. dapat menjalankan kehidupan sehari-hari
dengan semestinya. Terdapat beberapa
Menurut data Riskesda Sumbar aspek yang dapat mempengaruhi kualitas
(2013), kejadian diabetes melitus hidup, aspek tersebut adalah adanya
merupakan kejadian yang mengalami kebutuhan khusus yang terus- menerus
peningkatan, hal ini dapat dilihat pada berkelanjutan dalam perawatan DM,
tahun 2007 persentase angka kejadian gejala apa saja yang kemungkinan muncul
diabetes melitus sebesar 1.2% dan ketika kadar gula darah tidak stabil,
meningkat ditahun 2013 menjadi 1.8% komplikasi yang dapat timbul akibat dari
(Riskesda Sumbar, 2013). Menurut data penyakit diabetes dan disfungsi seksual
yang peneliti peroleh di Puskesmas Tigo (Yudianto, 2008). Aspek tersebut dapat
Baleh Kota Bukitinggi kejadian diabetes dicegah apabila pasien tersebut dapat
melitus merupakan kasus yang terbanyak. melakukan pengontrolan yang baik dan
Angka kejadian diabetes melitus pada teratur melalui perubahan gaya hidup yang
tahun 2014 adalah 323 kunjungan. Data teratur, tepat dan permanen. Sehingga tidak
tersebut mengalami peningkatan ditahun terjadi komplikasi yang dapat menurunkan
2015 menjadi 408 kunjungan dan menurut kualitas hidup pasien diabetes melitus dan
dapat menjalankan kehidupan sehari-hari
dengan semestinya (Utami et all, 2014). Diabetes Melitus lebih mengutamakan
Namun kenyataanya penurunan pengotrolan gula darah dan pencegahan
kualitas hidup pada pasien diabetes melitus komplikasi sehingga self care sangat
sering diikuti dengan ketidak sanggupan penting bagi pasien diabetes melitus, baik
pasien tersebut dalam melakukan Diabetes Melitus tipe 1 maupun Diabetes
perawatan diri secara mandiri yang tipe 2.
biasanya disebut dengan self care.
Ketidaksanggupan pasien diabetes melitus Teori self care merupakan teori yang
dalam melakukan self care dapat dikemukakan oleh Dorothea Orem (1959).
mempengaruhi kualitas hidup dari segi Menurut Orem self care dapat
kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, meningkatkan Peningkatan fungsi-fungsi
hubungan sosial, dan hubungan dengan manusia dan perkembangan dalam
lingkungan (Kusniawati, 2011). Self care kelompok sosial yang sejalan dengan
yang dilakukan pada penderita diabetes potensi manusia, tahu keterbatasan manusia,
melitus lebih dititik beratkan pada dan keinginan manusia untuk menjadi
pencegahan komplikasi dan pengontrolan normal. Penyimpangan pada self care
gula darah. Apabila self cere dilakukan biasanya dapat terlihat pada saat terjadinya
dengan baik maka secara tidak langsung penyakit. Penyakit tersebut dapat
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien mempengaruhi struktur tubuh tertentu dan
diabetes melitus sehingga dapat fisiologisnya atau mekanisme psikologis
menjalankan aktifitas sehari-hari dengan tapi juga mempengaruhi fungsi sebagai
normal. manusia (Munawaroh, 2011). Jadi apabila
self care yang dilakukan dengan baik maka
Self care merupakan gambaran akan meningkatkan kualitas hidup pasien
prilaku seorang individu yang dilakukan tesebut. Sebaliknya, self care yang
dengan sadar, bersivat universal, dan dilakukan dengan kurang baik maka akan
terbatas pada diri sendiri (Weiler & Janice, memberikan dampak negatif bagi kulitas
2007 dalam Kusniawati, 2011). Menurut hidup pasien diabetes melitus. Self care
Sigurdardottir (2005); Xu Yin et all (2008); yang dilakukan dengan sungguh-sungguh,
dan didalam The Summary of Diabetes dapat berdampak baik bagi pengingkatan
Self-Care Activities (SDSCA) oleh Toobert, kualitas hidup.
D.J et all (2009), self care yang dilakukan
pada pasien diabetes melitus meliputi Menurut Sulistria (2013) dalam
pengaturan pola makan (diet), pemantauan jurnalnya yang berjudul “Tingkat Self Care
kadar gula darah, terapi obat, perawatan Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus tipe 2
kaki, dan latihan fisik (olah raga). di Puskesmas Kalirungut Surabaya”,
menjelaskan bahwa tingkat self care pasien
Pengaturan pola makan bertujuan yang dirawat jalan di Puskesmas Kalirungut
untuk mengotrol metabolik sehingga kadar Surabaya belum sepenuhnya dilakukan.
gula darah dapat dipertahankan dengan Aktivitas seperti pengaturan pola makan,
normal. Pemantauan kadar gula darah aktifitas fisik, dan terapi sudah baik.
bertujuan untuk mengetahui aktivitas yang Sedangkan pada aktivitas perawatan kaki
dilakukan sudah efektif atau belum. Terapi dan pengotrolan gula darah self care pasien
obat bertujuan untuk mengendalikan kadar masih rendah (Sulistria, 2013).
gula darah sehingga dapat mencegah
terjadinya komplikasi. Perawatan kaki Penelitian lain dilakukan oleh
bertujuan untuk mencegah terjadinya Kusniawati (2011) yang berjudul “Analisis
kakidiabetik. Latihan fisik bertujuan untuk Faktor yang Berkontribusi Terhadap Self
meningkatkan kadar sensitivitas reseptor Care Pasien Diabetes pada Klien Diabetes
insulin sehingga dapat beraktivitas dengan Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum
baik. Aktivitas yang dilakukan oleh pasien Tangerang” menyebutkan bahwa self care
masih belum bisa dilakukan secara optimal sosialnya, dan hubungan dengan
oleh pasien Diabetes Melitus tipe 2. lingkungannya. Maka dari jurnal tersebut
Aktivitas yang seperti pengaturan diet, dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup
latihan fisik, dan terapi minum obat pasien diabetes melitus dapat diketahui
sudah dilakukan secara penuh. Aktivitas berdasarkan peniliannya terhadap penyakit
lain seperti perawatan kaki dan pengecekan yang dideritanya.
gula darah belum dilakukan secara
optimal. Perawatan kaki rata- rata Survey awal yang peneliti lakukan
responden melakukannya 3-4 hari, hal ini pada pasien diabetes melitus yang berobat
diakibatkan karena kurangnya di Poli Penyakit Dalam Puskesmas Tigo
penegetahuan reponden terhadap Baleh kota Bukittinggi. Data yang diperoleh
pentingnya merawat kaki. Pengecekan gula dari 10 responden yang menunjukan masih
darah rata-rata responden hanya kurang optimal self care yang mereka
melakukannya pada saat melakukan kotrol lakukan. Hasil yang didapat, 6 dari 10
di rumah sakit. responden yang berobat mengatakan bahwa
aktivitas self care yang dapat dilakukan
Menurut jurnal yang berjudul adalah diet, aktifitas fisik, minum obat.
“Hubungan Self Care Diabetes Dengan Sedangkan pengecekan gula darah diasanya
Kualitas Hidup Pasien Dm Tipe 2 Di dilakukan saat berobat ke puskesmas.
Poliklinik Interna Rumah Sakit Umum Aktivitas self cere perawatan kaki dari 10
Daerah Badung” yang dikemukakan oleh responden hanya ada 3 responden yang
Inge Ruth S et all (2012). Penelitian ini dapat melakukannya. Disamping itu, dari 10
yang dilakukan di Poliklinik Interna orang pasien diabetes melitus yang berobat
RSUD bandung dengan jumlah sample di Poli Penyakit Dalam Puskesmas Tigo
85 orang responden. Didapatkan Baleh 7 diantaranya mengalami penurunan
kesimpulan dengan hasil terdapat kualitas hidup. Menurut pasien yang berobat
hubungan yang signifikan antara self care di Puskesmas Tigo Baleh penyakit
dengan kualitas hidup pada pasien Diabetesnya ini hidup mereka berubah dan
Diabetes Melitus tipe 2. Hal ini mereka merasakan hidupnya dibatasi oleh
menunjukan bahawa apabila self care penyakitnya tersebut.
dilakukan dengan baik maka secara tidak
langsung akan meningkatkan kualitas Berdasarkan latar belakang diatas,
hidup pasien diabetes melitus. peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai huihubungan self care dengan
Sedangkan penelitian yang Kulitas hidup pasien diabetes melitus di
dilakukan oleh Yudianto (2008) tentang wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota
“Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Bukittinggi tahun 2016.
di Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur”
yang dilakukan pada 50 responden. Beliau METODE PENELITIAN
mengatakan bahwa penyakit Diabetes Rancangan Penelitian
Melitus tidak dapat disembuhkan dengan
cara pengendalian gula darah dalam batas Penelitian ini merupakan penelitian
normal karena penyakit ini bersifat seumur non eksperimen dengan metode
hidup sehingga dapat mempengaruhi penelitian observasional (Hidayat, 2009).
kualitas hidup. Hasil uji yang didapatkan Rancangan penelitian ini menggunakan
pada penelitian ini memperoleh hasil pendekatan coss sectional. Cross sectional
bahwa gambaran kualitas hidup pasien bertujuan untuk mengidentifikasi veriabel
diabetes melitus baik. Sedangkan dilihat dependen dan variabel independen yang
dari dimensi kualitas hidup sebagian
dilakukan secara bersamaan dengan
responden merasa puas terhadap kesehatan
menggunakan koesioner.
fisiknya, psikologisnya, hubungan
Populasi dan Sampel Pengumpulan Data dan Analisis Data
Populasi pada penelitian ini adalah Pengumpulan data dikumpulkan
seluruh pasien diabetes melitus yang dengan cara memberikan koesioner
berada diwilayah kerja Puskesmas Tigo kepada responden. Data yang dikumpulkan
Baleh Kota Bukittinggi berjumlah 156 merupakan data primer. Setelah data
orang. Sampel pada peneilitian ini terkumpul data tersebut dianalisis dengan
berjumlah 89 orang yang menderita menggunakan program SPSS sehingga
diabetes mellitus usia 55-59 tahun. Sampel didapatkan analisa bivariate dan analisa
tersebut dipilih sesuai dengan kriteria univariat. Analisa univariat menggunakan
inklusi dan kriteria eksklusi. Teknik uji statistik parametrik product moment.
pengumpulan sampel yang digunakan
adalah random sampling dengan
HASIL PENELITIAN
pendekatan simple random sampling.
Karakteristik Responden yang
Menderita diabetes melitus di Wilayah
Instrument Penelitian Kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota
Pengumpulan data menggunakan Bukittinggi Tahun 2016
kuesioner The Summary of Diabetes Self-
Care Activities (SDSCA) untuk mengukur 1. Jenis Kelamin responden yang
self care dan kuesioner The Diabetes menderita diabetes melitus di wilayah kerja
Quality of Life Brief Clinical Inventory Puskesmas Tigo Baleh kota Bukittinggi
untuk mengukur kualitas hidup.

Tabel 5.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin responden yang menderita diabetes
melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh tahun 2016

No Jenis Kelamin Frekuensi %


1. Laki-laki 23 25,8
2. Perempuan 66 74,2
Total 89 100
Berdasarkan tabel 5.1 tentang jenis Lama menderita diabetes melitus
kelamin responden yang menderita diabetes responden yang menderita diabetes
meitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo 2. mellitus diwilayah kerja Puskesmas
Baleh, dapat diketahui bahwa dari 89 orang Tigo Baleh Kota Bukittinggi
responden sebagian besar berjenis kelamin
perempuan dengan persentase 74.2% (66
orang responden)

Tabel 5.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama menderita Diabetes Melitus
responden yang menderita diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo
Baleh tahun 2016

No Lama DM Frekuensi %
1. < 10 tahun 89 100
2. ≥ 10 tahun 0 0

Total 89 100

Berdasarkan tabel 5.2 tentang lama Analisa Bivariat


menderita diabetes melitus responden yang 1. Self Care responden yang menderita
menderita diabetes melitus di wilayah kerja diabetes melitus di wilayah kerja
Puskesmas Tigo Baleh, diperoleh hasil Puskesmas Tigo Baleh kota Bukittinggi
yaitu dari 89 orang responden seluruhnya
menderita diabetes melitus < 10 tahun
dengan persentase 100% (89 orang
responden).

Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Self Care responden yang menderita diabetes
melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh tahun 2016

No Self care Frekuensi %


1. Rendah 37 41,6
2. Tinggi 52 54,8
Total 89 100
Berdasarkan tabel 5.3 tentang 2. Kualitas Hidup responden yang
self menderita diabetes melitus di wilayah
diperoleh hasil yaitu dari 89 orang kerja Puskesmas Tigo Baleh kota
responden lebih dari separoh memiliki self Bukittinggi
care yang tinggi dengan persentase 58.4%
(52 orang responden)

Tabel 5.4
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kualitas hidup responden yang menderita
diabetes melitus diwilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh tahun 2016
No Kualitas Hidup Frekuensi %
1. Buruk 47 52,8
2. Baik 42 47,2
Total 89 100
Berdasarkan tabel 5.4 tentang responden lebih dari separoh memiliki
kualitas hidup pasien diabetes melitus, kualitas hidup yang buruk dengan
diperoleh hasil yaitu dari 89 orang persentase 52.8% (47 orang responden)
Uji Univariat
Tabel 5.5
Besaran korelasi dan tingkat signifikan antara self care dengan kualitas hidup pasien
diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh tahun 2016

Kualitas Hidup pasien DM


No Self care Total %
Buru % Bai %
k k
1. Renda 29 78.4 8 21.6 37 100
2. h 18 34.6 34 65.4 52 100
Tinggi
Total 47 52,8 42 47,2 89 100
Pearson Correlation: ,432

Hubungan keeratan antara self A. Karakteristik Responden yang


care dengan kualitas hidup dapat dilihat Menderita Diabetes Melitus di Wilayah
dari nilai koefisien korelasi. Nilai Kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota
koefisien korelasi antara self care dengan Bukittinggi Tahun 2016
kualitas hidup pasien diabetes melitus di 1. Jenis Kelamin responden yang
wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh menderita diabetes melitus di wilayah
yaitu sebesar 0.432 dengan nilai positif. kerja Puskesmas Tigo Baleh kota
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Bukittinggi
terdapat hubungan atau korelasi yang
berbanding lurus antara self care dengan Hasil yang diperoleh terhadap
kualitas hidup pasien diabetes melitus di 89 responden yang mendeita diabetes
wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh. melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo
Hasil korelasi ini menunjukan Baleh, menunjukkan bahwa sebagian
semakin tinggi self care, maka semakin besar responden berjenis kelamin
perempuan (74.2%). Hasil penelitian ini
baik kualitas hidup pasien diabetes sama dengan penelitian yang dilakukan
melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo oleh Inge Ruth S, et all (2012) dimana 49
Baleh.Tingkat korelasi antara self care orang responden dari 85 orang responden
dengan kualitas hidup dapat dilihat dari berjenis kelamin perempuan. Penilitian
nilai koefisien korelasi yaitu sebesar yang dilakukan oleh Kusniawati (2011)
0.432. Sehingga dapat disimpulkan juga memiliki hasil penelitian yang
bahwa korelasi antara self care dengan sama yaitu dari 100 orang responden 61
kualitas hidup pasien diabetes melitus di orang diantaranya berjenis kelamin
wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh perempuan. Hasil penelitian ini
memiliki tingkat korelasi yang sedang. menunjukkan bahwa diabetes mellitus
sering terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki.

PEMBAHASAN Menurut Damayanti (2010)


perempuan memiliki faktor resiko yang menderita Diabetes Melitus tersebut
menyebabkan terjadinya diabetes melitus. sudah menderita Diabetes Melitus antara
Faktor resiko tersebut yaitu peningkatan 6 sampai 8 tahun. Begitu juga dengan
BMI (Body Mass Index), Sindroma siklus penelitian yang dilakukan oleh Xu Yin ed
bulanan (premenstrual syndrome), dan all (2008) dimana diperoleh hasil yaitu
kehamilan. Perempuan secara fisik rata-rata lama responden yang menderita
memiliki peluang peningkatan BMI Diabetes Melitus yaitu 7,8 tahun atau <
(Body Mass Index) yang lebih besar. 10 tahun. Lama seorang yang menderita
Berdasarkan penelitian yang peneliti diabetes mellitus disebabkan oleh
lakukan pada responden yang menderita penyakit diabetes melitus merupakan
diabetes melitus Di wilayah kerja penyakit yang kronik dengan masa
Puskesmas Tigo Baleh, peneliti sembuhnya yang lama (ADA,2011).
mendapatkan data lebih banyak Menurut Permana (2009) penyakit
perempuan dibandingkan laki-laki. diabetes melitus merupakan penyakit
Semantara itu, beberapa responden kronis yang akan diderita oleh penderita
perempuan tersebut memberikan diabetes melitus seumur hidup dan
informasi bahwa sebelum menderita memiliki progresivitas yang akan terus
diabetes melitus responden tersebut berjalan sehingga lama-kelamaan kan
memiliki badan yang gemuk. Namun, menimbulkan komplikasi.
selama menderita diabetes melitus Lama seseorang yang menderita
responden tersebut mengalami penurunan diabetes mellitus tergantung pada
berat badan yang drastis. Selain itu usia bagaimana seseorang tersebut dapat
responden yang berada diantara 55-59 mengotrol kadar gula darahnya karena
tahun mebuat responden mudah penyakit diabetes mellitus tidak
mengalami peningkatan kadar gula darah. dapat disembuhkan namun, hanya dapat
dikendalikan dengan melakukan
2. Lama Menderita Diabetes Melitus perawatan seumur hidup (Tjokroprawiro,
responden yang menderita Diabetes 2006).
Melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo
Baleh kota Bukittinggi. Penyakit diabetes melitus yang
merupakan penyakit hanya bisa dikontrol
Hasil yang diperoleh dari 89 sehingga, untuk mencegah terjadinya
responden yang menderita Diabetes komplikasi seorang penderita diabetes
Melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo melitus dituntut untuk bisa mengotrol
Baleh, menunjukkan bahwa seluruh kadar gula darahnya. Bentuk pengotrolan
responden menderita Diabetes Melitus < kadar gula darah yang dilakukan oleh
10 tahun. Rata-rata lama menderita responden yang menderita diabetes
Diabetes Melitus yaitu 4.11 tahun dengan melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo
lama waktu menderita Diabetes Melitus Baleh yaitu membatasi mengkonsumsi
yang tersingkat yaitu 1 tahun dan waktu karbohidrat dan mengganti gula biasa
terpanjang yaitu 9 tahun. Hasil penelitian dengan gula khusus untuk diabetes
ini sama dengan penelitian yang melitu. Menurut responden tingakan yang
dilakuakan oleh Issa & Baiyewu (2006) telah mereka lakukan itu hanya untuk
yang mereka lakukan terhadap pasien mengurangi keparahan penyakit yang
Diabetes Melitus tipe 2 dengan hasil disebabkan oleh diabetes melitus
yaitu, pada umunya responden yang tersebut.
B. Self Care Responden yang pewaratan diri pada pasien DM terfokus
Menderita Diabetes Melitus Di pada empat aspek yaitu memonitoring
Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh kada glukosa darah, variasi nutrisi yang
Kota Bukittinggi dikonsumsi setiap hari, pengaturan
insulin, serta latihan fisik secara regular.
Gambaran skor self care
terhadap 89 responden yang menderita Hasil penelitian yang peneliti
diabetes melitus di wilayah kerja lakukan terhadap self care responden
Puskesmas Tigo Baleh menggunakan yang menderita diabetes melitus dengan
koesioner The Summary of Diabetes
Self Care Activity (SDSCA) yaitu, rata- menggunakan koesioner The Summary of
rata skor yang diperoleh adalah 54.42, Diabetes Self Care Activity (SDSCA).
sedangkan skor yang sering muncul Hasil yang peneliti diperoleh yaitu,
adalah 55. Skor tertinggi yang diperoleh aktivitas self care yang mampu dilakukan
adalah 86, sedangkan skor terendah oleh responden setiap hari adalah
adalah 29. Hasil yang diperoleh dari tabel perencanaan diet, pembatasan jumlah
5.3 tentang tingkat self care pasien kalori, mengkonsumsi sayuran,
diabetes melitus di wilayah kerja membersihkan kaki, dan
Puskesmas Tigo Baleh diperoleh hasil
mengeringkan sela-sela jari kaki setelah
yaitu dari 89 responden lebih dari
separoh responden memiliki tingkat self dicuci.
care yang tinggi dengan persentase
58.4% (52 orang responden). C. Kualitas Hidup Responden yang
Menderita Diabetes Melitus di Wilayah
Hasil penelitian ini sama dengan Kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota
hasil penelitian yang dilakukan oleh Inge Bukittinggi
Ruth S, et all (2012), dimana diperoleh
hasil yaitu dari 85 responden 77.6% (66 Gambaran skor self care
orang responden) memiliki tingkat self terhadap89 responden yang menderita
care yang tinggi dan selebihnya memiliki diabetes melitus di wilayah kerja
tingkat self care yang rendah. Setara Puskesmas Tigo Baleh menggunakan
kuesioner The Diabetes Quality of Life
dengan penelitian yang dilakukan oleh Brief Clinical Inventory yaitu, rata-rata
Sulistria (2013) diperoleh hasil yaitu skor yang diperoleh adalah 54.82,
tingkat self care yang diperoleh dari 25 sedangkan nilai yang sering muncul
responden rawat jalan di Puskesmas adalah 54. Skor tertinggi yang diperoleh
Kalirungkut Surabaya adalah tinggi. adalah 68, sedangkan skor terendah
adalah 43. Hasil yang diperoleh dari tabel
Manajemen perawatan diri 5.4 tentang kualitas hidup pasien diabetes
merupakan modal perawatan yang paling melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo
tepat untuk seseorang yang menderita Baleh diperoleh hasil yaitu lebih dari
separoh responden memiliki kualitas
penyakit kronik seperti diabtes melitus
hidup yang buruk dengan persentase
(Sousa & Zauszniewski, 2005). 52.8%.
Perawatan diri pada pasien diabetes
melitus merupakan sesuatu yang sangat Sama dengan penelitian yang
penting sebab berperan sebagai dilakukan oleh Inge Ruth S, et all (2012),
pengontrol penyakit dan pencegah diperoleh hasil yaitu dari 85 orang
terjadinya komplikasi (Sigurdardottir, responden 67 orang responden memiliki
2005). Menurut Sigurdardottir (2005) kualitas hidup yang buruk. Menurut Inge
Ruth S, et all (2012) rata-rata responden D. Hubungan Self Care dengan
merasa hidupnya kurang puas akibat Kualitas Hidup Responden yang
perubahan fisik yang dialami oleh pasien menderita Diabetes Melitus di Wilayah
diabetes melitus. Perubahan fisik yang Kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota
dirasa seperti lelah dan gangguan saat Bukittinggi
beraktivitas yang disebabkan oleh
peningkatan gula darah. Hasil penelitian yang dilakukan
antara self care dengan kualitas hidup
Menurut Menurut Polonsky, pasien diabetes melitus di wilayah kerja
dalam Yusra (2010) kualitas hidup Puskesmas Tigo Baleh memiliki dua hasil
merupakan perasaan individu mengenai yaitu nilai significant (2-tailed) dan nilai
kesehatan dan kesejahteraannya yang koefisien korelasi. Nilai significant (2-
meliputi fungsi fisik, fungsi psikologis tailed) antara self care kualitas hidup
dan fungsi sosial. Kualitas hidup dapat pasien diabetes melitus di wilayah kerja
diartikan sebagai derajat seorang Puskesmas Tigo Baleh yaitu 0.001 (<
individu dalam menikmati hidupnya yang 0.05). Nilai ini memiliki makna yaitu
terdiri dari kepuasan dan dampak yang terdapat hubungan yang signifikan antara
dirasakan seorang individu dalam self care kualitas hidup pasien diabetes
menjalankan kehidupanya sehari-hari melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo
(Weissman et all, dalam Yusra, 2010). Baleh. Hasil nilai korelasi korelasi antara
self care dengan kualitas hidup pasien
Hasil penelitian yang peneliti diabetes melitus di wilayah kerja
lakukan terhadap kualitas hidup Puskesmas Tigo Baleh yaitu sebesar
responden yang menderita Diabetes 0.432 dengan nilai positif. Hasil ini
Melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo memiliki makna yaitu terdapat hubungan
Baleh menggunakan di kuesioner The yang berbanding lurus antara self care
Diabetes Quality of Life Brief Clinical dengan kualitas hidup pasien diabetes
Inventory. Kuesioner kualitas hidup melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo
tersebut terdiri dari kepuasan, dampak, Baleh.
dan kekhawatiran. Hasil yang peneliti
peroleh yaitu, dari pernyataan tentang Hasil penelitian ini sama dengan
kepuasan responden terhadap diabetes penelitian yang dilakukan oleh Inge Ruth
melitus yang dideritanya, pernyataan S, et all (2012), dimana diketahui nilai
yang banyak memiliki jawabanya sangat signifikan (p) sebesar 0.000 yang
puas adalah pernyataan tentang kepuasan berarti 0.000 < 0.05 sehingga Ho ditolak
terhadap perawatan diabetes saat ini dan dan Ha diterima. Sehingga dapat
kepuasan terhadap lama waktu yang disimpulkan bahwa ada hubungan yang
digunakan dalam mengelola diabetes signifikan antara self care dengan
tersebut. Sedangkan hasil yang diperoleh kualitas hidup pasien di Poliklinik Interna
terhadap pernyataan dampak dan Rumah Sakit Umum Daerah Badung.
kekhawatiran responden, pernyatan yang Sedangkan untuk nilai koefisien korelasi
memiliki jawaban terbanyak adalah (r) diperoleh hasil sebesar 0.601 dengan
pernyataan tentang seberapa sering nilai positif. Hasil ini dapat disimpulkan
responden tersebut memiliki kualitas bahwa terdapat hubungan atau korelasi
tidur yang buruk. yang berbanding lurus antara self care
dengan kualitas hidup.
Penelitian ini memiliki tingkat berlangsung lama, membuat penyakit ini
korelasi yang sedang. Tingkat korelasi membutuhkan penyesuaian diri dalam
tersebut disebabkan karena terdapat menjalankan aktivitas sehari-hari.
beberapa faktor yang mempengaruhi Sehingga pada penderita diabetes melitus
kualitas hidup pada pasien diabetes yang < 10 tahun, cenderung belum siap
melitus yaitu usia, jenis kelamin, dan dalam menjalankan kehidupannya
lama menderita diabetes melitus. sebagai penderita diabetes melitus dan
mengalami penurunan kulitas hidup.
Hasil penelitian yang peneliti Berdasrkan dari faktor-faktor inilah
dapatkan adalah untuk usia peneliti yang mempengaruhi tingkat korelasi
mendapatkan usia responden yang yang diperoleh.
menderita diabetes melitus berada di
rentang 55-59. Usia pada rentang 55-59 KESIMPULAN DAN SARAN
tahun merupakan awal seorang individu A. Kesimpulan
memasuki usia lansia. Diusia tersebut
tubuh sudah mulai mengalami penurunan. 1. Distribusi karateristik responden
Penurunan yang mulai terjadi adalah yang menderita diabetes melitus di
penurunan kerja hormon pangkreas wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh
dalam memproduksi insulin dan diperoleh hasil yaitu sebagian besar
mengakibatkan terjadinya peningkatan responden berjenis kelamin perempuan
kadar gula darah. Sehingga pada usia ini dengan persentase 74.2% (66 orang
seorang individu cenderung mengalami responden) dan seluruh responden
penurunan kualitas hidup. Jenis kelamin menderita diabetes melitus < 10 tahun
yang peneliti dapatkan adalah sebagian dengan persentase 100% (89 orang
besar responden berjenis kelamin responden)
perempuan.
2. Lebih dari separoh responden
Hal ini disebabkan karena menderita diabetes melitus di wilayah
perempuan memiliki faktor-faktor yang kerja Puskesmas Tigo Baleh memiliki
dapat menyebabkan terjadinya diabetes tingkat self care yang tinggi dengan
melitus seperti perempuan mudah persentase 51.7% (46 orang responden)
mengalami obesitas, perempuan memiliki
sindroma siklus bulanan, dan perempuan 3. Lebih dari separoh responden
juga dapat terkena diabetes melitus akibat menderita diabetes melitus di wilayah
dari kehamilannya. Sedangkan untuk kerja Puskesmas Tigo Baleh memiliki
lama menerita diabetes melitus peneliti kualitas hidup yang buruk dengan
mendapatkan hasil bahwa seluruh persentase 52.8% (47 orang responden)
responden sudah menderita diabetes
melitus selama < 10 tahun. Penderita 4. Besaran korelasi antara self care
diabetes melitus yang mengalami dengan kualitas hidup pasien Diabetes
diabetes melitus < 10 tahun Melitus yaitu sebesar 0.432, maka dapat
membutuhkan penyesuaian diri terhadap disimpulkan bahwa hubungan antara self
penyakit yang dideritanya. care dengan kualitas hidup pasien
Diabetes Melitus diwilayah kerja
Penyakit diabetes melitus yang Puskesmas Tigo Baleh berbanding lurus
merupakan penyakit menahun dan dan memiliki tingkatkorelasi yang sedang
B. Saran Diakses 9 Maret 2016. Bai, Y.L, et
all. (2009). Self-Care Behavior and
1. Diharapkan kepada petugas Related Factors in Older Peopole
kesehatan untuk dapat memberikan with Type 2 Diabetes. Jurnal of
informasi dan mengajak pasien diabetes Clinical Nursing, 3308-3315.
melitus agar dapat meningkatkan Burroughs, T. E., et all. (2004).
aktivitas self care yang dilakukan dengan Development and Validating of the
optimal sehingga komplikasi dapat Diabetes Quality of Life Brief
diminimalisir dan meningkatkan kualitas Clinical Inventory. Diabtes
hidup sehingga pasien diabets melitus Spectrum, 41-49.
dapat menjalankan hidup dengan normal. Damayanti, L. (2010). Diabetes dan
Hipertensi Wanita Lebih
2. Diharapkan hasil penelitian ini Beresiko:
dapat dijadikan sebagai tambahan http://www.herbalitas.com.
referensi dan data awal untuk penelitian Diakses tanggal 25 Mei 2016.
selanjutnya. Disamping itu diharapkan Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2007).
hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan Textbook of Medical Physiology
masukan dalam mengembangkan ilmu Eleventh Edition. Philadelphia:
pengetahuan dibidang metodologi Elsevier Saunders.
penelitian. Goud, M., et all. (2011). Relation of
Calculate HbA1c with Fasting
3. Diharapkan untuk penelitian Plasma Glucose and Duration of
selanjutnya dapat bisa menemukan Diabetes. International Journal of
variabel lain yang dapat mempengaruhi Applied Biology and
kualitas hidup pasien penderita diabetes Pharamaceutical Technology
melitus dan memperhatikan faktor-faktor (IJABPT), 58-61.
yang mempengaruhi kualitas hidup pada Hidayat, A. A. (2009). Metode Penelitian
pasien diabetes melitus sehingga tingkat dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
korelasi antara self care dengan kualitas Salemba Medika.
hidup dapat meningkat. Inge Ruth S, Putu, et all. (2012). Hubungan
Self Care Diabetes Dengan Kualitas
DAFTAR PUSTAKA Hidup Pasien DM Tipe 2 Di
Poliklinik Interna Rumah Sakit
Alligood, M. R., & Tomey, A. M. (2006). Umum Daerah Badung. Jurnal
Nursing Theory: Utilization & Keperawatan, 1-7.
Application. Missoury: Mosby. International Diabetes Federation. (2003).
Almatsier, S. (2006). Penuntun Diet Edisi Diabetes Atlas Second Edition.
Terbaru. Jakarta: PT Gramedia Retrieved from Internasional
Pustaka Utama. Diabetes Federation:
American Diabetes Association. (2010). http://www.idf.org. Diakses 9 Maret
Standards of Medical Care in 2016.
Diabetes. Diabetes Care, S11-S61. International Diabetes Federation. (2014).
American Diabetes Association. (2010). IDF Atlas: Six Edition 2014
Diagnosis and Clasification of Update. Retrieved from IDF Atlas:
Diabetes Mellitus. Retrieved from http://www.idf.org/site/default/files/
Diabetes Care: atlas-poster-2014_EN.pdf.
http://www.carediabetesjournal.
Diakses 25 Februari 2016. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010).
Jackson, M. (2011). Seri Panduan Praktis Fundamental Keperawatan.
Edukasi Pasien . Jakarta: Erlangga. Jakarta: Penertbit Salemba Jakatra.
Junianty, et all. (2012). Hubungan Tingakat Price, S. A., & Wilson, L. M. (1995).
Self Care dengan Kejadian Patofisiologi Konsep Klinis
Komplikasi pada Pasien DM tipe 2 Proses- Proses Penyakit. Jakarta:
di Ruang Rawat Inap RSUD. Jurnal EGC.
Keperawatan Fakultas Pulungan, A., & Herqutanto. (2009).
Keperawatan Universitas Diabetes Melitus Tipe 1: "Penyakit
Padjadjaran, 1-15. Baru" yang akan Makin Akrab
Kusniawati. (2011). Analisis Faktor yang dengan Kita. Majalah Kedokteran
Berkotribusi terhadap Self Care Indonesia, 455- 458.
Diabetes pada Klien Diabetes Sari, M. R., et all. (2011). Evaluasi
Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit kualitas pasien Diabetes Mellitus
Umum Tanggerang . FIK. UI. Tipe 2 yang diterapi rawat jalan
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan dengan anti diabetik oral di RSUD
Dasar dalam Angka Provinsi Dr. Sardjito. Jurnal managemen
Sumatra Barat 2013. dan pelayanan farmasi, Vol.1
Munawaroh, S. (2011). Penerapan Teori No.1:
Dorothea E. Orem dalam Pemberian http://jmpf.farmasi.ugm.ac.id.
Asuhan Keperawatan. Jurnal Diakses 2Agustus 2016
Keperawatan, 1-13. Shahab, A. (2006). Diagnosis dan
Ndaraha, S. (2014). Diabetes Melitus Tipe Penatalaksanaan Diabetes
2 dan Tatalakasana Terkini. Jurnal Melitus . Konsensus
Fakultas Kedokteran Universitas Pengelolaan Diabetes
Krida Wacana, 9-16. Melitus di Indonesia.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002).
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Rineka Cipta. Bedah Brunner & Suddarth (8 ed.,
Nwankwo, C.H., et al. (2010). Factors Vol. 2). Jakarta: EKG.
Influencing Diabetes Managemen Sigurdardottir, A. K. (2005). Self-Care in
Outcome Among Patients Attending Diabetes: Model of Factors
Government Health Facilities in Affecting Self-Care. Jurnal of
South East, Nigeria. International Clinical Nursing, 301-314.
Journal of Tropical Medicine, 5(2), Sulistria, Y. M. (2013). Tingkat Self Care
28-36. Pasien Rawat Jalan Diabetes
Paputungan, S. R., & Sanusi, H. (2014). Melitus Tipe 2 di Puskesmas
Peranan Pemeriksaan Hemoglobin Kalirungkut Surabaya. Jurnal
A1c pada Pengelola Diabetes Ilmiah Mahasiswa Universitas
Melitus. Tinjauan Pustaka, 650- Surabaya , 1-11.
655. Soegondo, S. (2006). Buku Ajar
Permana, H. (2009). Komplikasi Kronik Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
dan Penyakit Penyerta pada Penerbitan Departemen Ilmu
Diabetes: Penyakit dalam FakultasKedokteran
http://pustaka.unpad.ac.id. Universitas Indonesia.
Diakses 20 Juni 2016. Toobert, D. J., et all. (2000). The Summary
of Diabetes Self-Care Activities Health, 613-325.
Measure. Epidemiology/health Yudianto, Kurniawan, et all. (2008).
service/psychosocial Research, 943- Kualitas Hidup Penderita Diabetes
950. Melitus Di Rumah Sakit Umum
Utami, D. T., et all. (2014). Faktor-Faktor Daerah Cianjur. jurnal
yang Mempengaruhi Kualitas Keperawatan, 76.
Hidup Pasien Diabetes Melitus Yusra, A. (2011). Hubungan Antara
dengan Ulkus Diabetikum. JOM Dukungan Keluarga dengan
PSIK, 1-7. Kualitas Hidup Pasien Diabetes
Xu yin, et all. (2008). Factor Influencing Melitus Tipe 2 di Poliklinik
Diabetes Self-Mangement in Penyakit Dalam Rumah Sakit
Chinese People with Type 2 Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
Diabetes. Risearch in Nursing & Jakarta: FIK. UI

Anda mungkin juga menyukai