BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan status sosial dan ekonomi, pelayanan kesehatan masyarakat,
perubahan gaya hidup, bertambahnya usia harapan hidup, maka di Indonesia
mengalami pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit
tidak menular, hal ini dikenal dengan transisi epidemiologi. Salah satu penyakit
tidak menular yang saat ini jumlah penderitanya semakin menaik adalah
Diabetes Mellitus (Hasdianah, 2012). Penyakit tidak menular (PTM) menjadi
penyebab utama kematian secara global. Data WHO menunjukkan bahwa dari
57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008 sebanyak 36 juta atau
hampir dua pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular, selain proporsi
penyebab kematian penyakit tidak menular pada orang-orang berusia kurang
dari 70 tahun, penyakit cardiovaskular juga merupakan penyebab terbesar
(39%), diikuti kanker (27%), penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan
dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4%
kematian disebabkan diabetes (Kemenkes, 2012).
menjadi 366 juta orang (Depkes RI., 2008). Berdasarkan hasil Riset kesehatan
Dasar (RISKESDAS) Prevalensi Diabetes Melitus di provinsi Lampung pada
tahun 2013 mencapai 6,2% melebihi dari prevalensi nasional yaitu 5,7%.
Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013, menunjukan prevalensi
diabetes militus di propinsi lampung sudah mengalami penurunan menjadi 0,7%
dan prevalensi secara nasional mencapai 1,5%. Provinsi Lampung menunjukkan
keberhasilan dalam menekan kejadian Diabetes Melitus, akan tetapi
penangulangan diabetes melitus harus tetap diperhatikan karena masih banyak
kejadian DM di masyarakat yang tidak terpantau karena tidak melakukan
pemeriksaan kepada petugas kesehatan (Kemenkes, 2013).
Penelitian yang dilakukan Pompili (2009) di Italia tentang kualitas hidup dan
resiko bunuh diri pada pasien diabetes mellitus, diketahui bahwa pasien diabetes
mellitus menunjukan keputusasaan yang lebih besar dan ide bunuh diri, serta
kualitas hidup yang buruk terkait self efficacy yang rendah. Barron & Feist
dalam Sholichah (2009) mengemukakan bahwa penderita sakit kronis cenderung
menunjukan ekspresi emosi yang bersifat negatif dengan kondisi sakitnya.
Penelitian juga menjelaskan bahwa penderita sakit kronis sangat membutuhkan
dukungan keluarga (Tamara et al., 2014).
dukungan berupa informasi, tingkah laku tertentu atau materi yang dapat
menjadikan individu merasa disayangi, diperhatikan dan dicintai. Dukungan
keluarga memiliki empat dimensi dukungan yaitu dukungan emosional,
dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informatif
(Friedman, 2010). Keluarga mempunyai pengaruh sikap dan kebutuhan
penderita DM dengan cara menolak atau memberikan dukungan dengan baik
secara fisik, psikologis, emosional dan sosial. Pasien diabtes mellitus akan
memiliki sikap lebih positif untuk mempelajari tentang diabetes mellitus, apabila
keluarga memberikan dukungan dan berpartisipasi dalam pendidikan kesehatan
mengenai diabetes mellitus. Sebaliknya pasien diabetes mellitus akan bersikap
negatif apabila terjadi penolakan terhadap pasien dan tanpa adanya dukungan
dari keluarganya selama menjalani pengobatan (Soegono, 2006). Sikap negatif
terhadap penyakitnya mengakibatkan kegagalan penatalaksanaan diabetes
mellitus yang teraupetik. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup dan
kemampuan sosial pasien.
Penelitian yang dilakukan oleh Yusra (2010) dalam hasil penelitiannya yang
dilakukan di RS Fatmawati Jakarta menytakan bahwa dukungan keluarga
merupakan salah satu faktor yang memiliki hubungan yang kuat dengan kualitas
hidup pasien diabetes mellitus tipe 2. Sebuah studi lain yang menggunakan path
model dilakukan oleh Misra & Lager (2008) terhadap 180 pasien dewasa dengan
diabetes mellitus tipe 2 di Texas didapatkan hasil bahwa tingginya dukungan
keluarga dapat meningkatkan penerimaan pasien terhadap penyakitnya dan dapat
mengurangi kesulitan yang dirasakan dalam self-care behaviors yang pada
akhirya bermuara pada peningkatan kualitas hidup pasien.
Diabetes melitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan seumur
hidup sehingga sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita (Ningtyas et al.,
2013). Kualitas hidup pasien diabetes mellitus dapat meningkat melalui
dukungan dari keluarga. Apabila dibiarkan tak terkendali, penyakit ini akan
menimbulkan komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka
panjang. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di PERSADIA Pringsewu
terdapat 110 makroangiopati (Darmono, 2007; dikutip dari Hasdianah, 2012).
Komplikasi lain yang muncul dapat berupa komplikasi fisik, psikiologis, sosial,
dan ekonomi (Rahmat, 2010).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan “Apakah ada hubungan antara dukungan
keluarga dan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di PERSADIA RSUD
Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2017”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada
pasien diabetes mellitus di PERSADIA RSUD Pringsewu Kabupaten
Pringsewu Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi karakteristik responden yang penderita
diabetes mellitus.
b. Diketahui distribusi frekuensi dukungan keluarga pasien diabetes mellitus
di PERSADIA RSUD Pringsewu tahun 2017.
c. Diketahui distribusi frekuensi kualitas hidup pasien diabetes mellitus di
PERSADIA RSUD Pringsewu tahun 2017.
d. Diketahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada
pasien diabetes mellitus di PERSADIA RSUD Pringsewu Kabupaten
Pringsewu Tahun 2017.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan menambah
wawasan dan pengetahuan tentang hubungan dukungan keluarga dan kualitas
hidup pasien diabetes mellitus.
4. Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat
tentang pentingnya memberikan dukungan dalam meningkatkan kualitas
hidup pasien diabetes mellitus.
FRIEDMA, M. M., BOWDEN, V. R. & JONES, E. G. 2010. Buku ajar keperawatan keluarga
riset, teori, & Praktik, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.
KURNIAWAN, Y., HANA, R. & IDA, M. 2008. Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus
diRumah Sakit Umum Daerah Cianjur. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Padjadjaran, 10, 87.
NINGTYAS, D., W, WAHYUDI, P. & PRASETYOWATI, I. 2013. Analisis Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Bang Kabupaten Pasuruan. JUrnal artikel ilmiah
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
RAHMAT, W., P. 2010. Pengaruh Konseling Terhadap Kecemasan dan Kualitas Hidup Pasien
Diabetus Mellitus di kecamatan kebakramat. Program Pasca Sarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
TAMARA, E., BAYHAKKI & NAULI, A., FATHARA 2014. Hubungan antara dukungan keluarga
dan kualitas hidup pasien diabetes mellitus. Jurnal Keperawatan Universitas Riau, 1,
7.
YUSRA, A. 2011. Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien
diabetes mellitus tipe 2 dipoliklinik penyakit dalam rumah sakit umum pusat
fatmawati jakarta. Universitas Indonesia.