Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Transisi pola penyakit dalam beberapa dasawarsa ini telah bergeser dari

penyakit infeksi menular ke penyakit tidak menular atau penyakit degenaratif.

Hingga saat ini penyakit degeneratif telah menjadi penyebab kematian terbesar di

dunia. Bahkan hal ini berimbas kepada kerugian yang telah dialami oleh beberapa

negara di dunia. Sebanyak 38 juta (68%) dari 56 juta kematian di dunia pada

tahun 2012 disebabkan oleh penyakit degeneratif (WHO,2014 dalam Juddin,

2017).

Pergeseran pola penyakit ini juga terjadi di Indonesia, di mana penyakit

degeneratif telah mengalami peningkatan.Penyakit degeneratif merupakan

penyakit tidak menular yang berlangsung kronis seperti penyakit jantung,

hipertensi, diabetes, kegemukan dan lainnya. Saat ini Indonesia menanggung

beban ganda penyakit di bidang kesehatan, yaitu penyakit infeksi yang masih

merajalela ditambah lagi dengan berbagai penyakit kronik degeneratif (Handajani

et al., 2010 dalam Juddin, 2017). Penyakit degeneratif ini kemungkinan akan

terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman dan kesejahteraanmasyarakat

(Juddin, 2017).Peningkatan jumlah penyakit tidak menular membawa perubahan

pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Salah satu

penyakit tidak menular yang selalu mengalami peningkatan yaitu diabetes

mellitus (Ningrum, 2018).

1
2

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

dialami oleh sebagian besar penduduk dunia. Penelitian menunjukkan adanya

kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM di berbagai

penjuru dunia (Perkeni, 2011 dalam Giajati, 2017). Diabetes mellitus (DM) atau

di Indonesia lebih dikenal dengan kencing manis telah menjadi masalah kesehatan

yang cukup serius dan merupakan penyakit endokrin yang paling banyak

dijumpai. Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin atau kedua-duanya. Penyakit ini merupakan penyakit menahun yang

akan disandang seumur hidup (Ramadhan, 2017).

Diabetes Mellitus tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula darah bisa

dikendalikan melalui diet, olahraga dan obat-obatan. Kriteria nilai gula darah

dikatakan baik, jika gula darah puasa 80-<100 mg/dL, gula darah 2 jam setelah

makan 80-144 mg/dL, A1C <6,5%, kolesterol total <200 mg/dL, trigliserida <150

mg/dL, IMT 18,5-22,9 kg/m2 dan tekanan darah <130/80 mmHg3 (Rosikhoh,

2016).

Prevalensi DM meningkat seiring bertambahnya usia. Penelitian yang

dilakukan Ratnaningsih (2009) yang dikutip oleh Ramadhan (2017) di Kota

Yogyakarta bahwa responden dengan usia 40-59 tahun adalah responden

terbanyak yang ditemui, yaitu 52,4% disusul responden dewasa akhir sebesar

43,5%, data yang didapatkan meunjukkan bahwa diabetes mellitus lebih banyak

dialami oleh orang yang berusia dewasa tengah dan dewasa akhir (40 tahun ke

atas) (Ratnaningsih, 2009 dalam Ramadhan, 2017). Hal ini sejalan dengan
3

penelitian yang dilakukan Rahman (2013) didapatkan kelompok umur yang

paling banyak menderita DM berada pada kelompok umur 55-59 tahun sebanyak

27,67% (Rahman, 2013 dalam Ramadhan, 2017).

Penyakit DM diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan

etiologinya yaitu diabetes tipe 1, tipe 2, tipe gestasional, dan tipe lain. Salah satu

jenis DM yang paling banyak dialami penduduk di dunia adalah DM tipe 2, yaitu

sekitar 90-95% dari seluruh pasien DM adalah DM tipe 2 (Smeltzer & Bare,

2001).

Diabetes mellitus merupakan salah satu dari 4 penyakit tidak menular

prioritas di dunia yaitu sebanyak 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes

tahun 2014. Menurut kemenkes RI diabetes saat ini telah menjadi ancaman serius

kesehatan global dan kemenkes juga mengutip dari data WHO 2016, 70% dari

total kematian di dunia dan lebih dari setengah beban penyakit (kemenkes RI,

2018). Berdasarkan data dari IDF 2017 indonesia adalah Negara dengan

peringkat ke 6 di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan

Meksiko dengan jumla penyandang Diabetes usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta

orang. Sejalan degan hal tersebut, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

memperlihatkan peningkatan angka prevalensi Diabetes yang cukup signifikan,

yaitu dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018 ( Kemenkes RI, 2018).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 prevalensi DM menurut diagnosa

dokter di provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2018 sebesar 1,8% mengalami

peningkatan sebesar 0,4% dari hasil Riskesdas tahun 2013 yaitu 1,4% (Riskesdas,

2018). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar
4

pada tahun 2016 prevalensi DM di kabupaten Banjar adalah 1,2% kemudian

meningkat pada tahun 2017 menjadi 1,9% dan pada tahun 2018 penderita DM di

Kabupaten Banjar terus meningkat menjadi 2,8% (DinasKesehatan Kabupaten

Banjar, 2018).Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar Puskesmas

Astambul adalah Puskesmas yang memiliki penderita DM terbanyak di

Kabupaten Banjar yaitu sebanyak 313 orang dengan prevalensi sebesar 0.84%

pada tahun 2019 dan meningkat dari tahun sebelumnya yaitu prevalensinya

sebesar 0.64% pada tahun 2018(Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar,2018)

Penyakit DM dapat memberikan dampak pada kualitas hidup. Penyakit

yang diderita serta pengobatan yang sedang dijalani oleh seorang pasien DM

dapat mempengaruhi kapasitas fungsional, psikologis dan kesehatan sosial serta

kesejahteraan pasien DM (Azila, 2016). Hal tersebut juga dapat memberikan

pengaruh pada kualitas hidup pasien DM. Kualitas hidup adalah persepsi individu

tentang nilai, konsep, budaya dimana mereka tinggal dan saling berhubungan

untuk mencapai tujuan dan harapan hidup (WHO, 2004).

Kualitas hidup dinyatakan sebagai ukuran konseptual atau operasional

mencakup kesejahteraan, kualitas kelangsungan hidup serta kemampuan untuk

secara mandiri melakukan aktivitas sehari-hari yang sering digunakan dalam

situasi penyakit kronik sebagai cara untuk menilai dampak terapi pada pasien

(Brooker, 2008). Pengukuran kualitas hidup bersifat multidimensi yang meliputi

fungsi fisik, psikologis, sosial, lingkungan dan kualitas hidup secara

umum.Pengukuran kualitas hidup bisa dilakukan dengan menggunakan kuesioner

yang dikembangkan oleh WHO (Tamara et al, 2014).


5

Permasalahan pada kualitas hidup pasien DM merupakan masalah yang

cukup komplek. Hal tersebut karena akan berpengaruh pada beberapa aspek

dalam kehidupan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Gautam et al. (2009)

didapatkan hasil bahwa penyakit DM memberikan efek yang kurang baik

terhadap kualitas hidup. Kualitas hidup yang rendah tersebut juga berhubungan

dengan sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan aktivitas fisik (Yusra, 2010).

Penurunan kualitas hidup memiliki hubungan yang signifikan dengan

angka kesakitan dan kematian, serta sangat berpengaruh pada usia harapan hidup

pasien diabetes melitus (Smeltzer & Bare, 2008). Kualitas hidup pasien diabetes

melitus dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu antara lain faktor demografi yang

meliputi usia dan status pernikahan, kemudian faktor medis yaitu lama menderita

serta komplikasi yang dialami dan faktor psikologis yang terdiri dari depresi dan

kecemasan (Raudatussalamah & Fitri, 2012).

Diabetes melitus merupakan penyakit yang sebagian besar disebabkan

karena faktor genetik atau gaya hidup seseorang. Diabetes melitus mampu

mempengaruhi berbagai organ sistem tubuh dalam jangka waktu tertentu yang

disebut dengan komplikasi (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2011 dalam

Siwiutami, 2017).

Penyakit diabetes melitus yang tidak ditangani dengan baik dan tepat

dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi pada organ tubuh seperti mata,

jantung, ginjal, pembuluh darah dan saraf yang akan membahayakan jiwa dari

penderita diabetes. Komplikasi yang didapat pada seseorang karena lamanya


6

diabetes mellitus yang diderita menimbulkan sifat akut maupun kronis.

Komplikasi akut timbul saat terjadi penurunan atau peningkatan kadar glukosa

darah secara tiba-tiba sedangkan komplikasi kronis muncul dengan efek

peningkatan kadar glukosa darah dalam jangka waktu lama. Komplikasi tersebut

dapat menyebabkan pendeknya rentang hidup seseorang, keterbatasan diri dan

meningkatnya beban ekonomi bagi klien dan keluarganya, sehingga sangat

mempengaruhi terhadap penurunan kualitas hidup penderita bila tidak

mendapatkan perawatan yangtepat (Restada, 2016).

Lama menderita DM menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup pasien DM. Reid&Walker (2009) dalam Yusra (2010) menyatakan

bahwa lama menderita DM berhubungan dengan tingkat kecemasan yang akan

berakibat terhadap penurunan kualitas hidup pasien DM.

Lamanya durasi penyakit diabetes menunjukkan berapa lama pasien

tersebut menderita diabetes melitus sejak ditegakkan diagnosis penyakit

tersebut.Durasi lamanya diabetes melitus yang diderita ini dikaitkan dengan

resiko terjadinya beberapa komplikasi yang timbul sesudahnya.Faktor utama

pencetus komplikasi pada diabetes melitus selain durasi atau lama menderita

adalah tingkat keparahan diabetes. Akan tetapi lamanya durasi diabetes yang

diderita diimbangi dengan pola hidup sehat akan menciptakan kualitas hidup yang

baik, sehingga dapat mencegah atau menunda komplikasi jangka panjang.

(Zimmet, 2009 dalam Restrada, 2016).

Berdasarkan penelitian Kalda, Ratsep &Lamber (2008) dalam Restrada,

2016 menyampaikan bahwa lama DM berhubungan secara signifikan


7

dengankualitas hidup pasien DM. Umumnya kualitas hidup yang rendah terdapat

pada durasi DM yang panjang. Demikian juga penelitian Reid & Walker (2009),

menyatakan bahwa lama menderita DM berhubungan secara signifikan dengan

tingkat kecemasan, sehingga akan berakibat terhadap penurunan kualitas hidup

pasien DM tipe 2.

Berdasarkan hasil Rekapitulasi Puskesmas Astambul Tahun 2019 pada

bulan Januari s.d Juni didapat hasil rata – rata banyak kunjungan pasien

perbulannya yaitu 219 orang/bulan (Puskesmas Astambul, 2019).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan di wilayah kerja

Puskesmas Astambul selama 1 hari terhadap 5 orang pasien dengan wawancara.

Dari kelima pasien semuanya menderita Diabtes Melitus dengan type 2. Dilihat

dari kualitas hidup 5 orang responden memiliki kualitas hidup yang baik. Dilihat

dari lama menderita sebanyak 4 responden menderita Diabetes ≤ 5 tahun dan 1

responden yang menderita DM antara 6 – 10 tahun. Kemudian dilihat dari

komplikasi ada 4 orang responden yang memiliki komplikasi yaitu 3 orang

dengan hipertensi dan 1 orang dengan komplikasi hiperkolesterol serta ada 1

orang yang tidak memiliki komplikasi.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui

tentang gambaran lama menderita, komplikasi dan kualitas hidup pasien diabetes

mellitus agar diketahui adanya gangguan pada penderita diabetes mellitus.


8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka maka dapat dirumuskan

masalah penelitian ini yaitu: “Bagaimana gambaran lama menderita, komplikasi

dan kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus?”.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran lama menderita, komplikasi dan kualitas

hidup pada penderita diabetes mellitus.

2. Tujuan Khusus

A. Mengidentifikasi lama menderita pada penderita diabetes mellitus.

B. Mengidentifikasi komplikasi pada penderita diabetes mellitus.

C. Mengidentifikasi kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam

menangani penderita diabetes mellitus.

2. Bagi masyarakat

Diharapkan dapat menjadi informasi dan bermanfaat bagi

masyarakat khususnya penderita diabetes mellitus untuk dapat mengerti

tentang pentingnya mengontrol kadar gula darah.


9

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan memperluas pengetahuan dan menambah pengalaman

nyata dalam suatu penelitian dan menjadi sumber referensi bagi

penelitian-penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


Jenis Rancangan
No. Nama Judul Tempat Sasaran Variabel yang diteliti
Penelitian Penelitian
1. Khairunnisa Hubungan Tingkat Wilayah Usia¿ 20 tahun Observasional Cross 1) Tingkat pengetahuan
(2018) Pengetahuan, kerja dan ≤ 65 tahun. analitik sectional 2) Aktivitas fisik
Aktivitas Fisik, Puskesmas 3) Lama menderita
Lama Menderita, Martapura 4) Dukungan keluarga
Dukungan Keluarga Timur 5) Tingkat konsumsi
dan Tingkat 6) Kadar gula darah
Konsumsi dengan
Kadar Gula Darah
Pada Penderita
Diabetes Mellitus di
Wilayah Puskesmas
Martapura Timur.

2. Dian Faktor Yang Rumah Responden yang Observasional Cross 1) Lama menderita
Musyafirah Berhubungan Sakit Ibnu berdomisili di analitik sectional 2) Aktifitas fisik
(2016) Dengan Kejadian Sina wilayah kota 3) Indeks massa tubuh
Komplikasi Makassar dan 4) Kebiasaan merokok
Diabetes Mellitus Di 5) Keteraturan
tercatat di rekam
Rumah Sakit Ibnu pemeriksaan
medik RS Ibnu
Sina Tahun 2016 6) Komplikasi
Sina

10
3. Annies Alfie Gambaran Kualitas Poli Interna Pasien yang tercatat Deskriptif Cross 1) Kualitas hidup
Azila (2016) Hidup Pasien RSD Dr. di rekam medik kuantitatif sectional
Diabetes Mellitus Soebandi PoliInterna RSD Dr.
Tipe 2 Di Poli Jember Soebandi Jember
Interna RSD Dr.
Soebandi Jember
4. Hidayatul Gambaran Lama Wilayah Usia¿ 20 tahun Observasional Survey 1) Lama menderita
Karimah Menderita, Puskesmas dan ≤ 65 tahun. deskriptif deskriptif 2) Komplikasi
(2020) Komplikasi dan Astambul 3) Kualitas hidup
Kualitas Hidup
Penderita Diabetes
Mellitus Di Wilayah
Puskesmas
Astambul

11
12

Anda mungkin juga menyukai