PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
jantung karena serangannya tidak terduga. Akan tetapi, penyakit tidak menular
Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak
memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang
diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon mengatur keseimbangan kadar gula
RI, 2013).
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-
duanya. Gejala umum dari diabetes melitus adalah poliuria, polifagia, polidipsia.
Klasifikasi dari diabetes mellitus yaitu Diabetes Mellitus Tipe 1, Diabetes Mellitus
Tipe 2, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional, dan Diabetes Mellitus Tipe Lainnya.
Jenis diabetes mellitus yang paling banyak diderita adalah Diabetes Mellitus Tipe 2,
dimana sekitar 90- 95% orang mengidap penyakit ini (ADA, 2010).
1
2
Jumlah penderita diabetes meningkat dari 108 juta pada tahun 1980 menjadi
422 juta pada tahun 2014. Prevalensi diabetes pada orang dewasa di atas 18 tahun
meningkat dari 4,7 pada tahun 1980 menjadi 8,5 pada tahun 2014. Pada 2016
memperkirakan bahwa diabetes adalah penyebab utama ketujuh kematian pada tahun
2016 (WHO, 2016). Data International Diabetes Federation tahun 2015 menyatakan
Diabetes kini menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia. Data
setelah Stroke sebesar 21,1% dan penyakit Jantung Koroner 12,9% (Kemenkes
2016).
Indonesia dari 1,5% tahun 2013 menjadi 2,0% pada tahun 2018. Data penderita
81,4%, olahraga 37,9%, dan alternatif herbal 44,6%. Berdasarkan hasil Riskesdas
2018 sebesar 12,8% tidak rutin memeriksakan kadar gula darah. Di Provinsi Jambi
2018).
Adapun dua faktor risiko seseorang mengidap diabetes yaitu faktor yang
tidak dapat diubah dan bisa diubah. Faktor yang tidak dapat diubah antara lain usia
≥40 tahun, mempunyai riwayat keluarga menderita DM, kehamilan dengan gula
darah tinggi, ibu dengan riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir >4 kg,
dan bayi yang memiliki berat badan lahir <2,5 kg (Kemenkes, 2018). Sedangkan,
3
faktor yang bisa diubah antara lain kegemukan, kurang aktivitas fisik, displidemia,
riwayat penyakit jantung, hipertensi, dan diet tidak seimbang (Kemenkes, 2019).
diabetesnya. Diabetes itu seperti rayap, bekerja secara diam-diam dalam merusak
organ di dalam tubuh. Oleh karena itu, diabetes sering disebut sebagai “silent killer”
karena sering tidak diketahui oleh penyandangnya (Kurniadi & Nurrahmani, 2015).
darah, mata, ginjal, saraf, dan gigi. Selain itu orang dengan diabetes juga memiliki
risiko lebih tinggi terkena infeksi. Tujuan utama pengobatan DM adalah mencegah
kolesterol. (IDF, 2019). Komplikasi ini dapat menurunkan kualitas hidup sehingga
2017).
persepsi individu tentang posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan
sistem nilai di mana mereka hidup dan berkaitan dengan tujuan, harapan, standar,
dan masalah mereka. Kualitas hidup dipengaruhi oleh kesehatan fisik, keadaan
(WHO, 1996).
kadar gula darah bisa berupa obat hipoglikemik oral, ataupun insulin. Terapi
nonfarmakologis sama dengan langkah pencegahan. Inti dari terapi ini adalah
menjaga agar terhindar dari segala penyakit, terutama penyakit degeneratif. Terapi
secara teratur, menerapkan pola makan yang tepat, dan menerapakn gaya hidup yang
mencegah penyakit, dan menjaga kesehatan dan mengatasi penyakit dan kecacatan
dengan atau tanpa dukungan dari penyedia layanan kesehatan (WHO, 2009).
Pengelolaan penyakit diabetes mellitus secara self care yaitu pengaturan pola makan,
Sulistria (2013) dalam jurnalnya yang berjudul “Tingkat Self Care Pasien
menjelaskan bahwa tingkat self care pasien yang dirawat jalan di Puskesmas
makan, aktivitas fisik, dan terapi sudah baik. Sedangkan pada aktivitas perawatan
kaki dan pengontrolan gula darah self care pasien masih rendah (Sulistria, 2013).
5
Penelitian lain yang dilakukan oleh Chaidir, dkk (2017) yang berjudul
“Hubungan Self Care Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Tigo Baleh Padang” menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara self care dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di wilayah
Apabila self care yang dilakukan dengan baik maka akan meningkatkan
kualitas hidup pasien tersebut. Sebaliknya, self care yang dilakukan dengan kurang
baik maka akan memberikan dampak negatif bagi kualitas hidup pasien diabetes
mellitus. Self care yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, dapat berdampak baik
puskesmas dengan kasus diabetes mellitus tertinggi yaitu Puskesmas Olak Kemang
dengan jumlah 919 kasus dan kasus terendah yaitu Puskesmas Koni dengan jumlah
11 kasus. Namun pada tahun 2018 didapatkan kasus diabetes mellitus tertinggi yaitu
Puskesmas Putri Ayu dengan jumlah 1.036 kasus dengan kenaikan 759 kasus dari
berjudul “Hubungan antara self care dengan kualitas hidup penderita diabetes
B. Rumusan Masalah
rumusan masalah penelitian “Apakah ada hubungan antara self care dengan kualitas
hidup penderita diabetes mellitus di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2020?”
6
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self
care dengan kualitas hidup penderita diabetes mellitus di Pusekesmas Putri Ayu
2. Tujuan Khusus
D. Ruang Lingkup
sectional yang bertujuan mengetahui hubungan antara self care dengan kualitas
hidup penderita Diabetes Mellitus pada tahun 2020. Penelitian ini dilaksanakan di
Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien
penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi sebesar 1.036 orang
pada tahun 2018. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 88 responden.
7
menggunakan teknik purposive sampling dan data yang terkumpul dianalisis dengan
E. Manfaat
1. Bagi Puskesmas
Bagi puskesmas dapat dijadikan gambaran hubungan self care dengan kualitas
memotivasi pasien dan keluarga untuk selalu melakukan perawatan diri pada
2. Bagi Keperawatan
penatalaksanaan pada pasien diabetes mellitus khususnya pada self care. Dapat
3. Bagi Peneliti
kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus di Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
1. Definisi
Kata “diabetes” digunakan pertama kali pada abad kedua oleh ahli
untuk orang yang sering buang air kecil dan banyak minum. Diabetes mellitus
atau DM merupakan penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah di
hormon insulin tidak berjalan dengan seharusnya (Tim Bumi Medika, 2017).
mengalihkan” (siphon). Melitus dari bahasa Latin yang bermakna manis atau
volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes mellitus adalah
metabolisme yang disebabkan kurangnya produksi insulin. Semua sel dalam tubuh
manusia membutuhkan glukosa agar dapat berfungsi dengan normal dan kadar
gula dalam darah biasanya dikendalikan oleh hormon insulin. Jika tubuh
kekurangan insulin atau sel-sel tubuh menjadi resistan terhadap insulin, maka
kadar gula darah akan meningkat drastis akibat penumpukan (Ariani, 2016).
8
9
2. Etiologi
a. Faktor Genetik
keluarga yang tidak menderita diabetes mellitus. Para ahli kesehatan juga
dengan enam kali lipat terkena diabetes juga. Baik diabetes tipe 1 maupun tipe
insulin dapat rusak karena faktor genetik. Kesalahan pesan yang diturunkan
melalui sistem imun tubuh akan menyerang pankreas sehingga produksi insulin
menurun atau sama sekali tidak dihasilkan (Tim Bumi Medika, 2017).
Gen yang dimaksud pun tidak selalu berasal dari orangtua kandung,
tetapi bisa berasal dari kakek, nenek, atau generasi di atasnya. Bahkan meski
orangtua terhindar dari diabetes karena gaya hidup yang baik, bukan berarti
anaknya bisa terbebas dari faktor risiko terkena diabetes di kemudian hari
coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel, virus ini
mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Selain itu, virus ini juga bisa
autoimun dalam sel. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa
dideteksi, namun para ahli kesehatan menduga bahwa bakteri cukup berperan
c. Pola Makan
1) Jumlah Makanan
2) Jenis Makanan
Jenis makanan yang tidak bervariasi juga bukan pola makan yang sehat.
hewai, protein nabati, sayur, buah, dan susu. Jenis makanan tinggi kadar
indeks glikemik, tinggi lemak, dan tinggi garam bisa meningkatkan risiko
diabetes.
3) Jam makan
Jam makan yang tidak teratur seperti melewatkan sarapan dan sering makan
larut malam dapat menganggu kesehatan. Sarapan pagi sangat penting untuk
11
memulihkan energi setelah tidak makan selama waktu tidur. Jika tidak
makan, metabolisme tubuh akan beranntakan dan organ tubuh akan rusak.
metabolisme tubuh.
jika energi yang masuk lebih besar daripada energi yang dikeluarkan maka
energi tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak. Kelebihan lemak ini dapat
e. Kegemukan (obesitas)
dan protein, serta kurangnya aktivitas fisik. Akibat kegemukan ini, banyak
lemak yang tertimbun di dalam sel sehingga insulin tidak mampu membawa
glukosa masuk ke dalam sel-sel tersebut. Semakin tinggi tingkat obesitas maka
insulin. Selain itu, terdapat pula adipositokin yang bersifat baik, yaitu
Namun, zat tersebut menurun sewaktu sel lemak menggemuk (Kurniadi &
Nurrahmani, 2015).
12
Kebiasaan yang tidak sehat tentu berdampak pada hal yang buruk, baik
cepat maupun lambat. Misalnya kebiasaan tidak sehat seperti merokok dapat
banyak tidur, dan kebiasaan tidak sehat lainnya akan meningkatkan risiko
g. Penyakit Degeneratif
penurunan kualitas jaringan dan organ tubuh. Diabetes merupakan salah satu
h. Penyakit Mental
Orang yang mengalami stres umumnya akan sulit tidur, nafsu makan
meningkat, depresi, lemas, dan tekanan darahnya turun. Saat stres, hormon
penyakit diabetes. Namun, peningkatan nafsu makan yang dialami ketika stres
3. Klasifikasi
melitus dependen insulin (IDDM), karena individu pengidap penyakit ini harus
disebut diabetes mellitus tipe 2. Selain itu, terjadi defek sekresi insulin
mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal, jumlah insulin
tetap rendah sehingga kadar glukosa plasma meningkat. Diabetes mellitus tipe
c. Diabetes Gestasional
membaik setelah persalinan, sekitar 50% wanita pengidap kelainan ini tidak
4. Patofisiologi
Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel
yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh
berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan tubuh berasal dari bahan makanan
14
yang dimakan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat,
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO dan air, 10% menjadi glikogen, dan 20%
sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes mellitus semua proses tersebut
insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi
glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal
tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah
adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa
sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine
yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang
dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler,
hal ini akan merangsang pusat haus sehingga akan merasa haus terus menerus dan
dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan
keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu
akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan.
Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut
5. Manifestasi Klinis
a. Gejala Awal
Ini terjadi ketika kadar gula sudah melebihi ambang ginjal sehingga dapat
mengakibatkan glukosa dalam urine menari air dan urine menjadi banyak.
Oleh karena itu, penderita diabetes mengalami buang air kecil dengan
Karena sering buang air kecil, diabetesein akan banyak minum atau
hormon insulin untuk memasukkan glukosa ke dalam sel. Hal ini akan
b. Gejala Lanjutan
simpanan lemak dan protein yang ada. Pengurasan simpanan lemak dan
Kadar gula darah yang tinggi bisa menyebabkan perubahan pada lensa mata
3) Cepat Lelah
Karena gula di dalam darah tidak dapat diubah menjadi tenaga sel-sel tubuh,
wanita.
infeksi sehingga luka yang muncul akan sulit sembuh. Tidak menutup
kemungkinan, jika terjadi infeksi berat di daerah kaki, maka akan berpotensi
c. Gejala Kronis
Diabetes mampu merusak jaringan syaraf dan pembuluh darah baik pada
6. Komplikasi
yang cepat. Sementara itu, komplikasi kronis atau bersifat menahun timbul setelah
penderita mengidap diabetes selama 5-10 tahun atau lebih (Krisnatuti dkk, 2014).
a. Komplikasi Akut
Koma biasa terjadi pada komplikasi akut. Koma dapat disebabkan oleh
gula darah yang melebihi normal. Pada keduanya terdapat kenaikan kadar gula
darah yang kadang-kadang dapat mencapai 400 mg/dl, dehidrasi, dan perasaan
hipoglikemia adalah suatu keadaan dengan kadar gula darah yang menurun
sampai kurang dari 50 mg/dl. Keadaan ini pada penderita diabetes biasanya
b. Komplikasi Kronis
1) Komplikasi mikrovaskuler
mata, ginjal, dan saraf-saraf perifer. Komplikasi pada mata akan terjadi
mungkin dapat ditemui pertama kali adalah adanya protein di dalam urin
2) Komplikasi makrovaskuler
7. Pencegahan
Mellitus terletak pada tiga titik yang saling berkaitan, yaitu pengendalian berat
meliputi:
a. Pencegahan Premoridal
kesehatan uum dan upaya menghindarkan diri dari risiko DM. Misalnya,
b. Promosi Kesehatan
risiko yang ada. Dapat dilakukan penyuluhan dan penambahan ilmu terhadap
masyarakat.
20
c. Pencegahan Khusus
pemeriksaan atau upaya sehingga tidak jatuh ke Diabetes Mellitus. Upaya ini
d. Diagnosis Awal
kelompok risiko.
untuk tidak jatuh ke diabetes mellitus yang lebih berat atau komplikasi.
f. Disability limitation
8. Penatalaksanaan
insulin dan kadar glukosa darah serta dalam upaya untuk mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes
adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan diabetes yaitu diet, latihan fisik, pemantauan gula darah, terapi
Standar yang dianjurkan dalam pengaturan makan bagi klien DM tipe 2 yaitu
b. Latihan fisik
Latihan fisik dianjurkan dilakukan secara teratur minimal 3-5 kali seminggu,
dapat dilakukan adalah olahraga ringan dengan cara jalan kaki biasa selama 30
menit. Olahraga sedang dengan cara berjalan cepat selama 20 menit, olahraga
e. Pendidikan kesehatan
Penyuluhan yang diberikan pada klien adalah program edukasi diabetes yang
B. Self Care
kecacatan dengan atau tanpa dukungan dari penyedia layanan kesehatan (WHO,
2009).
Self care adalah teori yang dikemukakan oleh Dorothea E. Orem pada
2013).
2. Self-care DM
pengaturan pola makan (diet), pemantauan kadar gula darah, terapi obat,
perawatan kaki, dan latihan fisik (olahraga) (Toobert, D.J et all 2009).
23
glukosa darah mendekati normal, mencegah komplikasi akut dan kronik serta
memperhatikan 3J, yaitu jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang
harus diikuti, dan jenis makanan yang harus diperhatikan. Komposisi makanan
Yaitu latihan kontinyu, ritmis, interval, progresif, dan latihan daya tahan.
2) Intensitas olahraga
Takaran latihan sampai 72-87% denyut nadi maksimal disebut zona latihan.
Rumus denyut nadi maksimal adalah 220 dikurangi Usia (dalam tahun).
3) Lamanya latihan
4) Frekwensi latihan
fasilitas kesehatan kurang lebih 4 kali pertahun (kondisi normal) dan dilakukan
ALT, kolesterol total, HDL, trigliserida, dan pemeriksaan lain yang diperlukan
(Hasdianah, 2018).
d. Pengobatan
jasmani yang teratur namun pengendalian kadar gula darah belum tercapai
2018).
e. Perawatan kaki
paling sering terjadi. Salah satu perubahan patologis yang terjadi pada anggota
gerak ialah timbulnya luka. Luka yang apabila tidak dirawat dengan baik akan
fokus pada pengendalian kadar gula darah atau mengubah gaya hidup, tetapin
penderita diabetes juga perlu menjaga kesehatan anggota tubuh terutama kaki.
25
C. Kualitas Hidup
1. Definisi
posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai di mana
mereka hidup dan berkaitan dengan tujuan, harapan, standar, dan masalah mereka.
a. Kesehatan Fisik
4) Mobilitas
7) Kapasitas kerja
b. Psikologis
2) Perasaan negatif
3) Perasaan positif
4) Penghargaan diri
26
c. Hubungan sosial
1) Hubungan pribadi
2) Dukungan sosial
3) Aktivitas seksual
d. Lingkungan
4) Lingkungan rumah
8) Transportasi
27
D. Kerangka Teori
Skema 2.1
Kerangka Teori
Faktor resiko:
1. Faktor genetik (keturunan)
2. Obesitas (kegemukan)
3. Usia
4. Tekanan darah
5. Aktivitas fisik
6. Kadar kolesterol
7. Stres
8. Riwayat diabetes gestasional
Self care:
1. Terapi nutrisi (diet)
Diabetes Mellitus 2. Latihan fisik (olahraga)
3. Monitoring gula darah
4. Pengobatan
5. Perawatan kaki
Komplikasi:
1. Bersifat akut
2. Bersifat kronik
Kualitas hidup:
1. Kesehatan fisik
2. Kesehatan psikologis
3. Hubungan sosial
4. Lingkungan
Diteliti
Tidak Diteliti
Sumber: (Hasdianah, 2018), (Krisnatuti dkk, 2014), (WHO, 1996), (Toobert, D.J et
all 2009)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan
antara satu konsep dengan yang lainnya, atau antar variabel yang satu dengan yang
Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti antara lain variabel
independent (Self Care) dan variabel dependen (Kualitas Hidup), seperti pada bagan
3.1 berikut :
Skema 3.1
Kerangka Konsep
B. Definisi Operasional
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
28
29
Tabel 3.1
Definisi Operasional
C. Hipotesis
Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel,
variabel bebas dan variabel terikat. Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah
(Notoatmodjo, 2010).
30
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: Ada Hubungan Antara Self Care Dengan
Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus di Puskesms Putri Ayu Kota Jambi
Tahun 2020.
D. Desain Penelitian
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013). Kriteria inklusi pada
b. Kriteria eksklusi
kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2013). Pada
penelitian ini tidak terdapat kriteria eksklusi khusus yang ditetapkan peneliti.
c. Besar sampel
n= Z21-∝/2 x p (1-p) x N
Ket:
n = besar sampel
p = proporsi
N = jumlah populasi
Perhitungan:
n= 994,9744
11,3104
1. Instrumen Penelitian
Glasgow (2000). Kuisioner ini terdiri dari 14 pertanyaan terkait aktifitas self
33
care diabetes yang meliputi diet (pengaturan pola makan), latihan fisik,
Instrumen ini terdiri dari 8 alternatif jawaban yaitu 0 hari sampai dengan 7
5-11, 13-14, nilai yang diberikan yaitu nilai 0 tidak pernah melakukan; nilai 1
dalam 3 hari; nilai 4 melakukan dalam 4 hari; nilai 5 melakukan dalam 5 hari;
pertanyaan unfavourable pada nomor 4 dan 12, nilai skor yang diberikan yaitu
dalam 3 hari; nilai 2 melakukan dalam 6 hari; nilai 0 melakukan dalam 7 hari.
pertanyaan dibagi 14. Nilai terendah adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 1.
kesehatan fisik terdiri dari 7 pertanyaan yaitu pertanyaan nomor 3, 4, 10, 15,
16, 17, dan 18. Domain psikologis terdiri dari 6 pertanyaan, yaitu pertanyaan
nomor 5, 6, 7, 11, 19, dan 26. Domain sosial 3 pertanyaan, yaitu nomor 20, 21,
dan 22. Dimensi lingkungan 8 pertanyaan, yaitu nomor 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24,
34
dan 25. Responden diminta memilih satu angka dari skala 1-5 pada masing-
masing pertanyaan.
di setiap domain. Domain kesehatan fisik skor 7-35, domain psikologis skor 6-
30, domain sosial skor 3-15, domain lingkungan skor 8-40. Seluruh hasil
baik kualitas hidup pasien, dan bila skor yang didapat semakin rendah maka
2. Pengumpulan Data
a. Jenis Data
1) Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data pada
pengumpul data. Pada penelitian ini didapat dari hasil lembar kuisioner.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Pada penelitian ini data sekunder diperoleh dari Dinas
kepada responden
responden
data demografi, kuisioner aktivitas self care DM, dan kuisioner kualitas
hidup
responden mengisi kuisioner secara mandiri maupun dapat juga dibantu oleh
peneliti
oleh responden
1. Pengelolaan Data
a. Editing
Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para
ada di daftar pertanyaan. Secara umum editing adalah suatu kegiatan untuk
b. Coding
berbentuk angka atau bilangan (memberi kode). Kegiatan ini bertujaun untuk
data.
SD/ sederajat diberi kode 2, SLTP/ sederajat diberi kode 3, SLTA/ sederajat
c) Pekerjaan dibagi menjadi beberapa kategori yaitu tidak bekerja diberi kode 0,
buruh diberi kode 1, petani diberi kode 2, wiraswasta/ pedagang diberi kode
3, pegawai swasta diberi kode 4, PNS diberi kode 5, TNI/ Polri diberi kode 6,
dihitung dalam hari selama 7 hari terakhir. Kuisioner ini terdiri dari pertanyaan
yaitu pertanyaan no 1-3, 5-11, 13-14, nilai yang diberikan yaitu nilai 0 tidak
hari; nilai 3 melakukan dalam 3 hari; nilai 4 melakukan dalam 4 hari; nilai 5
dalam 7 hari. Untuk pertanyaan unfavourable pada nomor 4 dan 12, nilai skor
yang diberikan yaitu nilai 7 tidak pernah melakukan; nilai 6 melakukan dalam 1
hari; nilai 5 melakukan dalam 2 hari; nilai 4 melakukan dalam 3 hari; nilai 3
dalam 7 hari.
Kuisioner ini terdiri dari 26 pertanyaan dengan nilai yang diberikan adalah skala
c. Processing
Pada tahap ini peneliti memproses data dengan cara melakukan entry data dari
bentuk angka sesuai dengan hasil penelitian yang telah ditentukan ketika coding.
d. Cleaning
Merupakan tahap akhir pengolahan data. Peneliti kembali mengecek data yang
telah dimasukkan, setelah dipastikan tidak ada kesalahan maka dilakukan tahap
38
selanjutnya yaitu analisis data sesuai dengan jenis data dan tidak ada data yang
missing. Setelah data dinyatakan tidak ada permasalahan dilakukan proses analisa
c. Tabulating
Analisis data dilakukan untuk mengolah data kedalam bentuk yang mudah
yang telah ditetapkan. Analisis dilakukan bertahap dengan cara univariat dan
a. Analisis Univariat
Sedangkan data kategorik (self care dan kualitas hidup) dijelaskan dengan nilai
b. Analisis Bivariat
Untuk menentukan jenis uji yang akan digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji
homogenitas dan normalitas data. Kemudian uji hipotesis untuk self care dan
kualitas hidup dua kelompok tersebut dilakukan uji korelasi dengan tingkat
1) Apabila nilai p<0,05 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara self
2) Jika p>0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara self care
I. Etika Penelitian
Penelitian kesehatan menggunakan manusia sebagai objek yang diteliti oleh peneliti. Hal
ini berarti ada hubungan timbal balik antara orang yang diteliti dan orang yang meneliti
(Notoatmodjo, 2012).
1. Beneficience
Peneliti meyakinkan responden bahwa dari penelitian ini responden bebas dari
2. Informed Consent
menolak, maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
3. Anonymity
4. Confidentiality
responden bahwa dalam pengisian kuesioner hanya diberikan kode pada setiap
lembarnya.
41
DAFTAR PUSTAKA
Masriadi. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Trans Info Media.
Minarni, Darwis, Wahyuni S. 2018. “Hubungan Self Care Dengan Kualitas Hidup
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Samaenre
Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai”. Stikes Nani Hasanuddin
Makassar.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rendy MC, Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulistria, Y.M. 2013. “Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe
2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya”. Universitas Surabaya.
Tim Bumi Medika. 2017. Berdamai dengan Diabetes. Jakarta: Bumi Medika.
Toobert, D.J et all. 2009. “The Summary of Diabetes Self Care Activities Measure”.
Oregon Institute.
WHO. 1996. Measuring Quality of Life. Dunia: WHO.
WHO. 2009. Self Care for Health. Dunia: WHO.