Anda di halaman 1dari 34

1

HUBUNGAN SELF CARE DENGAN KOMPLIKASI PADA PENDERITA

DIABETES MELITUS TIPE II DI PUSKESMAS BUKI KEC.BUKI

KAB.KEPULAUAN SELAYAR

SYAMSIAH

21606058

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

MAKASSAR

2020
2

PROPOSAL PENELITIAN

I. HUBUNGAN SELF CARE DENGAN KOMPLIKASI PADA

PENDERITA DM TIPE II DI PUSKESMAS BUKI KEC.BUKI

KAB.KEPULAUAN SELAYAR

II. RUANG LINGKUP

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

III. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,diabetes mellitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karasteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,kerja insulin atau

kedua-duanya. Gejala umum dari diabetes mellitus adalah

polyuria,polifagia,dan polydipsia.

Diabetes merupakan penyakit kronis yang terjadi saat tubuh kita tidak

bisa menghasilkan insulin yang cukup(IDF 2015). Berdasarkan data

international diabetes federation(IDF)prevelensi diabetes pada orang dewasa

(20-79 tahun)di dunia terus meningkat,tahun 2013 prevelensi diabetes di

dunia sebesar 8,3%,pada tahun 2015 prevelensi diabetes meningkat menjadi


3

8,8%. Peningkatan terbesar terjadi diwilayah dengan pertumbuhan ekonomi

rendah hingga menengah. Prevelensi diabetes tahun 2017 tidak mengalami

perubahan yaitu 8,8%. IDF mengestimasi prevelensi diabetes akan terus

meningkat dan pada tahun 2045 prevelensi diabetes di dunia akan mencapai

9,9%.

Indonesia merupakan Negara yang tergabung dalam wilayah western

pacific,pembagian wilayah ini menurut IDF. Wilayah western pacific

mengalami peningkatan kasus diabetes dari tahun 2013 hingga 2017. Pada

tahun 2013 prevelensi diabetes sebesar 8,3%,ditahun 2015 meningkat

menjadi 9,3% dan tahun 2017 mencapai 9,5%. Beberapa kemungkinan

penyebab peningkatan kasus diabetes diantaranya populasi usia tua yang

meningkat,urbanisasi,gaya hidup,dan komsusmsi makanan yang tidak sehat

sehingga memicu terjadinya obesitas yang merupakan factor resiko DM tipe

II.

Indonesia menempati peringkat ketujuh dunia dengan persentase 90%

dari penderita diabetes mengalami DM tipe II. Indonesia merupakan daerah

terbanyak nomor dua penderita DM di kawasan Asia Tenggara setelah Sri

langka. Data riset kesehatan dasara (RISKESDAS)tahun 2018 prevelensi

diabetes sebanyak 8,5% dimana angka ini meningkat dari tahun 2013

sebanyak 6,9% dan tahun 2007 sebanyak 5,7%. Perevelnsi diabetes di

Indonesia terus meningkat.

Diabetes mellitus dapat menyebabkan banyak komplikasi yang

membahayakan keadaan yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah


4

ketoasidosis diabetic (KAD) dan status hiperglikemia hyperosmolar

(SHH)yang dapat menyebabkan kondisi koma. Adapun komplikasi kronik

penyakit diabetes dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah

kecil(mikroangiopati)dan kerusakan saraf (neuropati diabetic).

Penderita diabetes yang mengalami komplikasi akan berdampak pada usia

harapan hidup,meningkatnya angka kesakitan dan kematian akibat

komplikasi diabetes. IDF menjalankan serangkaian inisiatif diseluruh dunia

untuk memajukan perawatan,pelayanan,dan pendidikan serta melakukan

promosi kesehatan mengenai pencegahan DM dan komplikasinya.Pelayanan

kesehatan dan manajemen self care menjadi solusi dalam pencegahan

terjadinya komplikasi diabetes.

DM tipe II dapat dikelola secara efektif dengan menurunkan berat badan

yang berlebih,menjalankan pola hidup sehat dengan diet yang seimbang dan

aktivitas yang cukup ,melakukan pemeriksaan gula darah secara berkala serta

mengomsumsi obat diabetes secara teratur. Jika penderita diabetes tidak

mengelola diabetes dengan baik,maka akan menyebabkan komplikasi.

Komplikasi akibat diabetes dapat menyerang seluruh bagian tubuh. Kadar

gula darah yang semakin tinggi dapat mempengaruhi jantung,pembuluh

darah,mata,ginjal,dan saraf.

Aktivitas yang mendukung pengelolaan DM adalah self care. Self care

menurut Orem(2001) merupakan tingkah laku yang dipelajari untuk

mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraanya.

Pelaksanaan yang tepat didukung oleh adekuatnya pengontrolan gula


5

darah,insulin,dan Obat Anti Diabetes(OAD),perencanaan makan,upaya

melaksanakan olahraga/latihan fisik,serta penanganan segera terhadap

hipoglikemik(La Greca,2005). Self care merupakan perawatan diri sendiri

yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik,mauoun

psikologis,pemenuhan perawatan diri dipengaruhi berbagai

factor,diantaranya budaya,nilai social pada individu,ataupun

keluarga,pengetahuan terhadap perawatan diri,serta persepsi terhadap

perawatan diri (Asmadi,2015).

Secara epidemologi ,diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevelensi

diabetes mellitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil

riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007,diperoleh bahwa penyebab

kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan

menduduki ranking ke 2 yaitu 14,7% dan di daerah pedesaan menduduki

ranking ke 6 yaitu 5,8%(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2018).

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO),jumlah penderita diabetes

mellitus di Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan dari 8,4 juta jiwa

pada tahun 2000 menjadi sekitar21,3juta jiwa pada tahun 2030 mendatang.

International diabetic federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah

penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta

pada tahun 2035.

Di Sulawesi selatan berdasarkan hasil riset kesehatan dasar yang


dilakukan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2018) prevelensi
kejadian diabetes mellitus meningkat menjadi 1,4% yang sebelumnya 1,3%
pada tahun 2013. Dengan adanya perkembangan teknologi yang membawa
6

perubahan besar terhadap gaya hidup masyarakat seperti pola makan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh serta kurang aktivitas fisik yang cukup.
Data profil kesehatan kota selayar pada tahun 2016 prevelensi diabetes
sebanyak (32,49%) dan pada tahun 2017 prevelensi diabetes NIDDM
without complication( non-insulin dependen diabetes mellitus)sebanyak
1,5%. Hasil skrining dinas kesehatan kota selayar bidang pencatatan dan
pelaporan factor resiko PTM menemukan 0,5% penduduk usia dewasa (>20
tahun)mengalami hiperglikemia.
Berdasarkan hasil studi pendahulu yang sudah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 11 juni 2020 di poli umum puskesmas buki dengan jumlah

pasien 177.

Mana hasil penelitian sebelumnya yang ssesuai dengan penelitianmu?

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah penelitian ini adalah ada

hubungan self care dengan komplikasi pada penderita diabetes mellitus tipe

II di Puskesmas Buki kec. buki kab.kepulauan selayar.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan self care dengan komplikasi pada penderita

DM tipe II di Puskesmas Buki kec buki kab kepulauan selayar.

2. Tujuan Khusus

a.untuk mengetahui hubungan self care yang terdiri dari :pengaturan

diet,aktivitas fisik,monitoring gula darah,pengobatan dan perawatan kaki

dengan komplikasi penderita DM tipe II di Puskesmas Buki Kec.Buki

Kab.Kepulauan Selayar.
7

D. Manfaat Penelitian.

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan

terutama dibidang kesehatan dan menambah ilmu pengetahuan terutama

dibidang keperawatan mengenai perawat pada pasien DM serta dapat

digunakan bahan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber data pendukung untuk bahan

pengembangan materi dalam proses belajar mengajar.

3. Manfaat Praktis

Hasil penekitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan

penelitian selanjutnya dengan tema yang sama meskipun dengan sudut

pandang yang berbeda.

4. Manfaat bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi masyarakat

mengenai studi terintegrasi self care dengan komplikasi pada penderita

diabetes mellitus tipe 2 di puskesmas Buki kec buki kab.selayar sehingga

praktisi kesehatan dapat mengambil tindakan ,baik memberi penyuluhan

tentang pengetahuan self care.

IV. TINJAUAN PUSTAKA


8

A. Tinjauan Tentang Diabetes mellitus

1. Pengertian DM

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolic

dengan karasteristik gula darah melebihi nilai normal (Smeltzer,et al.,2008).

Pengelolaan DM bertujuan untuk menjaga aktivitas insulin dan kadar

glukosa plasma berada dalam kisaran normal,juga meminimalkan

kemungkinan terjadinya komplikasi vascular (Barnett,2004). Pengelolaan

DM yang tidak terkontrol dapat menyebabkan hiperglikemia berulang yang

berdampak pada komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular.

Hiperglikemia terjadi karena paparan glukosa tinggi beredar dalam darah

sehingga terjadi gangguan sirkulasi dalam darah sehingga terjadi gangguan

sirkulasi jaringan pada organ perifer (Funnel,2011).

Gambar 1.1 komplikasi diabetes melitus

(sumber: gawat darurat di bidang penyakit dalam)

Diabetes mellitus tipe 2 disebabkan oleh factor genetic dan metabolic

seperti:etnik,riwayat keluarga yang sebelumnya menderita diabetes mellitus

tipe 2,riwayat diabetes gestasional dengan usia lanjut,obesitas,diet yang tidak


9

sehat,kurangnya aktivitas fisik dan merokok( KEMENKES RI

2014),sehingga menyebabkan ketidakmampuan tubuh untuk menghasilkan

insulin atau penggunaan produk insulin yang tidak efektif(Dimitriadou dan

Lavdaniti,2017).

2.Klasifikasi Diabetes Mellitus

Menurut WHO (1994) dalam Arisman (2008),secara umum diabetes

mellitus terbagi menjadi 5,sebagai berikut:

1.DM tipe I,insulin dependent diabetes mellitus (IDDM)

Diabetes tipe I ini terjadi akibat kerusakan sel beta(β)pancreas.DM tipe I

juga disebut diabetes onset-anak(onset remaja)dan diabetes rentan ketosis(karena

sering menimbulkan ketosis).DM tipe I biasanya terjadi sebelum usia 25-30

tahun(tetapi tidak selalu demikian karena orang dewasa dan lansia yang kurus

juga dapat mengalami diabetes jenis ini). Sekeresi insulin mengalami

defisiensi(jumlahnya samgat rendah atau tidak ada sama sekali,tanpa pengobatan

insulin).

2.DM tipe 2,non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM)

Diabetes mellitus tipe 2 disebut juga onset-matur(onset dewasa),suatu

kondisi yang mana sel-sel gagal merespons insulin dengan baik. Seiring

perkembangan penyakit kekurangan insulin juga dapat terjadi. Penyebab paling

umum yaitu kombinasi dari berat badan berlebih dan kurang olahraga.

3.DM tipe 3

Diabetes mellitus tipe 3 disebut juga diabetes sekunder,etiologi dari

penyakit tipe ini adalah:(1)penyakit pada pamkreas yang merusak sel b(β),seperti
10

homokromotosis,pankreatitis,fibrosis kristik,(2)sindrom hormonal yang

menggangu sekresi atau menghambat kerja insulin,seperti

akromegali,feokromositoma,(3)obat-obatan yang menggangu sekresi insulin atau

menghambat kerja insulin(estrogen dan glukokortikoid,(4)kondisi tertentu yang

jarang terjadi,seperti kelaianan pada reseptor insulin.

4.Diabetes mellitus kehamilan(DMK)

Diabetes mellitus kehailan didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang

timbul pada kehamilan pertama,tanpa memandang derajat.

5.Diabetes mellitus terkait malnutrisi(DDMMal)

Di usulkan oleh WHO karena kasusnya banyak ditemukan dinegara sedang

berkembang,terutamadi wilayah tropis. Diabetes ini biasa menampakkan gejala

pada usia muda antara 10-40 tahun. Sebagian besar pasien mengalami nyeri perut

yang menjalar ke daerah punggung.

3.Gejala diabetes mellitus

Gejala diabetes meliputi:

1.poliuri(peningkatan frekuensi buang air kecil karena kelebihan produksi air

seni)

2. polydipsia (rasa haus berlebihan)

3. polifagi(merasa laapar berlebihan)

4. berat badan menurun

5.kesemutan

6. luka/bisul tak sembuh-sembuh.


11

Yang beresiko terkena DIABETES adalah umur >40

tahun,kegemukan,hipertensi,riwayat keluarga DM,riwayat melahirkan bayi>4

kg,riwayat DM saat melahirkan,dan dyslipidemia.

Gambar 1.2 penyebab diabetes melitus

(sumber: 5 strategi penderita diabetes mellitus berusia panjang)

5. Manifestasi klinis

Tabel 2.1Manifestasi klinik diabetes mellitus

Keadaan patologis Manifestasi klinis


Hiperglikemia dan glikosuria Polyuria,polydipsia,gatal pada

(diuresis osmotic) tubuh,dan vaginitis


Cellular starvation(sel Polifagia dan kelelahan

kekurangan bahan bakar)


Metabolisme Berat badan menurun dan merasa

karbohidrat,lemak,dan protein lemah

tidak efisien
Hiperosmolaritas(ada dehidrasi) Turgor kulit buruk,takikardi,dan

hipotensi
Koma ketoasidosis Tanda-tanda diabetes ketoasidosis

hyperosmolar atau HHNK


12

(sumber:patofisiologi dr.jan tambayong)

6. Penatalaksanaan diabetes mellitus

Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan

morbiditas dan mortalitas DM,yang secara spesifik ditujukan untuk

mencapai 2 target utama,yaitu:

1. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal

2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya

komplikasi diabetes.

The American Diabetes Association(ADA)merekomendasikan beberapa

parameter yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan penatalaksanaan

diabetes.

Table 2.2 target penatalaksanaan diabetes melitus

Parameter Kadar ideal yang diharapkan


Kadar glukosa darah puasa 80-120mg/dl
Kadar glukosa plasma puasa 90-130mg/dl

Kadar glukosa darah saat tidur 100-140mg/dl


Kadar glukosa plasma saat 110-150mg/dl

tidur
Kadar insulin <7%
Kadar HbA1c <7mg/dl
Kadar kolesterol HDL >45mg/dl(pria)

Kadar kolesterol HDL >55mg/dl(wanita)


13

Kadar trigliserida <200mg/dl

Tekanan darah <130/80mmHg

Sumber : diabetes mellitus, Misnadiarly)

Upaya penanggulangan diabetes mellitus yang telah dilakukan perkumpulan

endokrinologi Indonesia(PERKENI,2015)dalam consensus pengelolaan dan

pencegahan DM tipe 2 di Indonesia tahun 2015 telah menetapkan 4 pilar utama

penatalaksanaan DM yaitu:

1.Edukasi

Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri,tanda dan gejala

hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan pada pasien. Pemantauan

kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri setelah mendapat pelatihan

khusus.DM tipe 2 umumnya terjadi saat gaya hidup dan perilaku telah terbentuk

dengan mapan. Penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif

pasien,keluarga dan masyarakat tim kesehatan mendampingi pasien menuju

perubahan perilaku sehat.

2.Terapi nutrisi medis (TNM)

a. terapi nutrisi medis merupakan bagian dari penatalaksaan diabetes secara

total. Kunci keberhasilan dari terapi nutrisi medis adalah keterlibatan

anggota tim (dokter,ahli gisi,petugas kesehatan lainnya,dan keluarga).

b. penyandang diabetes sebaiknya mendapat terapi nutrisi medis sesuai

dengan anjuran makan untuk masyarakat yaitu makanan yang seimbang

dan sesuai dengan kebutuhan guna mencapai sasaran terapi.


14

c. prinsip pengaturan makan penyandang diabetes hamper sama dengan

anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan seimbang dan

sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi individu.

3.Latihan jasmani

Salah satu pilar dalam kesehatan yang paling utama dalam pengelolaan DM

tipe 2 adalah kegiatan sehari-hari misalnya,berjalan kaki ke pasar,menggunakan

tangga,dan berkebun. Aktivitas fisik yang bersifat aerobic seperti jalan

kaki,jogging,berenang,dan bersepeda. Program olahraga bagi penderita diabetes

(Depkes RI,2009)

1.Jenis olahraga

Program latihan yang harus dilakukan oleh penderita diabetes yang sesuai

dengan kebutuhan yaitu:

a. Continue,latihan khusus berkesinambungan dan dilakukan terus

menerus tanpa henti.

b. Rhythmical,latihan harus berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan

relaksasi secra teratur.

c. Interval,latihan harus selang-seling antara gerak cepat dan lambat.

d.Endureance,latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan

kardirespirasi.

e.Progressive,latihan yang dilakukan secara bertahap sesuai

kemampuan dari intensitas ringan sampai sedang mencapai 30-60

menit.
15

2.Dosis/takaran olahraga

Aktivitas fisik yang lakukan harus memenuhi dosis/takaran yang ditentukan

,karena bila kurang tidak akan memberikan manfaat. Takaran

meliputi(1)intensitas,adalah kerasnya melakukan latihan. Dikontrol dengan

pemantauan denyut nadi atau jantung. Peningkatan intensitas didasarkan pada

umur,keadaan kesehatan,kebugaran,adaptasi latihan dan dampak terhadap control

gula darah diabetes(2)lamanya,lama latihan antara 20-30 menit dalam zona

latihan. Jika intensitas tinggi maka lama latihan pendek dan

sebaliknya(3)frekwensi latihan,latihan paling sedikit 3x Seminggu. Hal ini

dikarenakan ketahanan seseorang akan menurun setelah 48 jam. Latihan setiap

hari tidak dianjurkan karena dapat menurunkan kondisi fisik dan mental.

4.Intervensi farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makanan dan

latihan jasmani(gaya hidup sehat). Terapi farmakologis dapat berupa obat oral

dan suntikan. Pada pasien DM yang gula darahnya tidak terkendali dengan

kombinasi gaya hidup dan metformin, ada 4 golongan obat-obatan yang dapat

diberikan menurut consensus ADA-EASD. Obat-obatan ini terdiri dari 2

golongan yaitu:

1.Terapi tingkat 1 yang terdiri dari sulfoniliurea dan insulin.

2.Terapi tingkat 2 yang terdiri dari Tiazolidin dan agonis glucagon.


16

Diantara semua obat ini,sulfonylurea adalah yang paling cost-effective,sedangkan

insulin dianggap sebagai terapi yang paling efektif dalsm mencapai target gula

darah.

B.Tinjauan Umum Self Care

1. Pengertian

Self care adalah perawatan diri sendiri untuk mempertahankan kesehatan,baik

secara fisik maupun secara psikologis,pemenuhan perawatan diri dipengaruhi

berbagai factor,diantaranya budaya,nilai social pada individu atau

keluarga,,pengetahuan terhadap perawatan diri,serta persepsi terhadap perawatan

diri(Asmadi,2015). Beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa tingkat usia

mempunyai hubungan yang positif terhadap self care diabetes. Peningkatan usia

menyebabkan terjadinya peningkatan kedewasaan atau kematangan seseorang

sehingga klien dapat berfikir secara rasional tentang manfaaat yang akan dicapai

jika klien melakukan aktifitas self care diabetes secara adekuat dalam

kehidupannya sehari-hari namun pada lanjut usia semakin meningkat usia maka

semakin menurun untuk melakukan aktivitas self care diabetes.(Sousa et

al,2005).

Komplikasi merupakan penyakit tambahan atau penyakit lanjutan (Xu Yin et

al,2008). Beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa jenis kelamin


17

memberikan kontribusi yang nyata terhadap self care diabetes. Dijelaskan bahwa

klien dengan jenis kelamin perempuan menunjukkan perilaku self care diabetes

lebih baik dibandingkan dengan klien jenis kelamin laki-laki. Aktivitas self care

diabetes harus dilaksanakan oleh klien diabetes baik laki-laki maupun

perempuan,hanya saja pada kenyataanya perempuan tampak lebih peduli

terhadap kesehatannya sehingga ia berupaya secara optimal untuk melakukan

perawatan mandiri terhadap penyakit yang dialaminya(Sousa et al,2005).

Teori self care merupakan teori yang dikemukakan oleh Dorothea

Orem(1959),menurut Orem self care dapat meningkatkan peningkatan fungsi-

fungsi manusia dan perkembangan dalam kelompok social yang sejalan dengan

potensi manusia,tahu keterbatasan manusia,dan keinginan manusia untuk menjadi

normal. Penyimpangan pada self care biasanya dapat terlihat pada saat terjadi

penyakit. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi struktur tubuh tertentu dan

fisiologisnya atau mekanisme psikologis tapi juga mempengaruhi fungsi

manusia(Munawaroh,2011). Jadi apabila self care dilakukan dengan baik maka

akan meningkatkan kualitas hidup pasien tersebut. Sebaliknya, self care yang

dilakukan dengan kurang baik maka akan memberikan dampak negative bagi

kualitas phidup pasien diabetes mellitus. Self care yang dilakukan dengan

sungguh-sungguh,dapat berdampak baik bagi peningkatan kualitas hidup.

Penarapan pelaksanaan self care menjadi hal yang penting sebab domain yang

terdapat di dalamnya sesuai dengan pilar-pilar DM yang harus dipatuhi oleh

klien. Perawat berperan dalam meningkatkan pemahaman pasien mengenai

pentingnya mempertahankan pengelolaan DM di rumah sesuai self care. Tingkat


18

self care yang berbeda dapat terjadi. Orem (2001) menyebutkan bahwa yang

menjadikan self care adalah pengetahuan seseorang. Kebiasaan dalam melakukan

self care pasien usia dewasa dipengaruhi pengetahuan secara spesifik dalam

penerapannya. Dalam melaksanakan self care di rumah terdapat beberapa domain

yang menjadi subvariabel pada self care. Domain yang menjadi subvariabel pada

self care antara lain:

1.pengentrolan gula darah

Pengentrolan gula darah menjadi domain yang paling penting dalam

pengelolaan DM untuk mengetahui apakah sasaran telah tercapai,melakukan

penyesuaian dosis obat bila belum tercapai sasaran terapi.

2.Insulin dan OAD

Insulin dan OAD menjadi terapi farmakologis yang dapat mendukung kisaran

gula darah dalam batas normal bila melalui terapi non farmakologis belum

tercapai.

3.Perencanaan makan

Terapi farmakologis yang sangat direkomendasikan bagi penyandang DM antara

lain perencanaan makan.

4. olahraga
19

Olahraga sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama

kurang lebih 30 menit),merupakan salah satu pilar penting dalam pengelolaan

DM yang sering diabaikan. Prinsip olahraga pada pasien DM,sama dengan

prinsip latihan jasmani secara umum.

5.penanganan terhadap hipoglikemik

Hipoglikemik dapat muncul saat kita tidak menyadarinya. Tanda hipoglikemia

mulai timbul bila glukosa darah <50mg/dl,meskipun reaksi hipoglikemia bias

didapatkan pada kadar glukosa darah yang lebih tinggi.penyebab hipoglikemia

adalah obat-obatan hipoglikemik oral golongan sulfonilura khususnya

glibenklamid. Hipoglikemia sering pula terjadi pada pengobatan dengan

insulin,tetapi biasanya ringan. Kejadian inni sering timbul karena pasien belum

mengetahui pengaruh beberapa perubahan pada tubuhnya(Sudoyo,dkk,2007).

C.Sintesa hasil penelitian sebelumnya

Table 2.3 sintesa hasil penelitian sebelumnya

no Judul penelitian dan peneliti Sampel & Hasil/temuan

tempat penelitian desain

penelitian
1. Hubungan self care Dodik 1.85 responde Hasil dari

dengan komplikasi Hartono n perhitungan uji

diabetes pada (2019) 2.cross statistic spearman


20

pasien diabetes sectional pada tingkat

mellitus tipe II di signifikan 5=0,05

poli penyakit dalam diperoleh nilai ρ dari

RSUD Dokter 0,000 yang berarti

Mohamad Saleh bahwa ada hubungan

kota Probolinggo antara perawatan diri

dan komplikasi

diabetes mellitus

pada pasien dengan

diabetes mellitus tipe

2.
2. Hubungan self care Reny 1.89 hasil penelitian ini

dengan kualitas chaidir, responden adalah terdapat

hidup pasien Ade sri 2.cross hubungan antara self

diabetes melitus wahyuni sectional care dengan kualitas

,Deni hidup pasien diabetes

wahyu miliitus di wilayah

furkhan kerja puskesmas tigo

(2015) bale yang berbandin

lurus dan memiliki

tingkat korilasi yang

sedang.terdapat

faktor yang

mempengaruhi
21

korelasi dengan

kualitas hidup.
3. Hubungan self care Putu 1.85 Hasil penelitian di

diabetes dengan inge responden dapatkan bahwa

kualitas hidup ruth 2.cross terdapat hubungan

pasien DM tipe 2 di suantika sectional yang sigifikan dengan

poliklinik interna (2014.) kedua variable. Hasil

rumah sakit umum uji korelasi dengan

daerah badung product

moment(p≤0,05),dipe

roleh nilai p=0,000

dan nilai (r) sebesar

0,601,artinya terdapat

hubungan yang kuat

antara variable.
4. Hubungan tingkat Silvia 1.55 Hasil penelitian

self care dengan junianty responden menunjukan pasien

kejadian komplikasi ,nuriswa 2cross tingkat self care

pada pasien DM ti,Erika sectional. tinggi atau rendah

tipe 2 di ruang Emaliya dapat menyebabkan

rawat inap RSUD wati kejadian komplikasi

Sumedang. yang di tunjukan

melalui hubungan

yang rendah dan pasti


5. Hubungan perilaku Dewi 1.30 responde Hasil menunjutkan
22

perawatan mandiri kiratna 2.cross bahwa ada hubungan

(self care wati, septional antara perilaku

inventory) dengan prof.DR perawatan mandiri

jumla komplikasi .surjono ( self care inventory )

pada penderita , dengan jumla

diabetes militus di M.kes(2 komplikasi.nilai F

kelurahan sumber 015) table lebih besar dari

sari wilayah kerja nilai F hitung sebesar

puskesmas Dinoyo. 79,207 dan nilai

signifikan

0,000.kesimpulan

yang di dapatkan

adalah tingkat

perilaku perawatan

mandiri (self care

inventory) di

kelurahan sumber sari

di wilaya kerja

puskesmas dinoyo

rendah dengan rata-

rata sebesar 53,8.


23

V. KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Ditelit

Dasar pemikiran dari variable penelitian yaitu self care dengan

komplikasi pada penderita DM tipe 2,dimana self care adalah perawatan diri

sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan,baik secara fisik

maupun psikologis,pemenuhan perawatan diri dipengaruhi berbagai

factor,diantaranya budaya,nilai social pada individu atau keluarga,pengetahuan

terhadap perawatan diri serta persepsi terhadap perawatan diri.(Asmadi,2015).

B. Pola Pikir Variabel Yang Diteliti

independen dependen
24

Komplikasi pada
Self care penderita DM tipe 2

Keterangan :

: Variabel independen

: Variabel dependen

: Garis penghubung

Uraikan komponen dari self care

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Self care

Self care adalah perawatan diri sendiri untuk mempertahankan

hidup,kesehatan,dan kesejahteraannya(Asmadi,2015). Manajemen self care itu

terdiri dari:

1. pengaturan diet

diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan

diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi

yang seimbang dalam hal karbohidrat(60-70%),protein(10-15%)dan

lemak(20-25%).

2. aktivitas fisik
25

Aktivitas fisik dilakukan 3-4 kali dalam satu minggu,dilakukan

dengan durasi 30 menit sesuai dengan kemampuan pasien.

3. monitoring gula darah

Melakukan pengontrolan gula darah secara berkala ke pelayanan

kesehatan sesuai dengan rekomendasi dokter juga merupakan hal yang

tepat dalam mengontrol gula darah.

4. pengobatan dan perawatan kaki

Penderita diabetes beresiko tujuh kali terjadinya gangguan

neuropati,dimana kaki lebih mudah mengalami luka atau borok. Hal

ini terjadi akibat saraf-saraf pada kaki penderita mengalami gangguan

sensitivitas atau kepekaan terhadap rasa panas,nyeri,griginan,dan

lainnya akibat kadar gula darah yang tinggi. Sensitivitas kaki lebih

baik pada lansia sesudah diberikan latihan senam kaki.

Kriteria Objektif:

YA : apabila perilaku self care DM pasien baik maka nilai kategorinya skor

>62,5%.

TIDAK : apabila pasien perilaku self carenya tidak baik maka,nilai kategorinya

skor <62,5%.

2.Komplikasi DM

Komplikasi merupakan penyakit tambahan atau penyakit lanjutan dari

penyakit sebelumnya(Xu Yin et al,2008). Berikut beberapa komplikasi yang

sering terjadi :
26

1. hipoglikemia, di tandai dengan gejala klinis penderita merasa

pusing,lemas,gemetar,pandangan berkunang-kunang,pitam(pandangan

menjadi gelap),keluar keringat dingin,detak jantung meningkat,sampai

hilang kesadaran.

2. Hiperglikemia, keadaan dimana kadar gula darah melonjak secara tiba-

tiba,keadaan ini disebabkan lohe stress,infeksi,dan komsumsi obat-obatan

tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan polyuria,polydipsia,polifagia,dan

kelelahan yang parah.

3. Komplikasi makrovaskular, komplikasi makrovaskular yang umum

berkembang pada penderita diabetes adalah penyakit jantung

coroner(coronary heart disease=CAD).penyakit pembuluh darah otak,dan

penyakit pembuluh darah perifer (peripheral vascular disease=PVD)

4. Komplikasi mikrovaskular, hal ini yang mendorong timbulnya komplikasi

mikrovaskular,antara lain : retinopati,nefropati,neuropati.

Kriteria Objktif

YA : apabila pasien mengalami komplikasi penyakit

TIDAK : apabila pasien tidak mengalami komplikasi penyakit

D.Hipotesa penelitian

Ada hubungan antara self care dengan komplikasi pada penderita DM tipe 2 di

dusun bontodatara kec buki kab kepulauan selayar.


27

VI. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian

kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional dimana setiap

subjek penelitian dilakukan hanya satu kali pengukuran pada saat penelitian

dalam waktu yang bersamaan

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan antara self care

dengan komplikasi pada penderita DM tipe 2 di Puskesmas Buki Kec.Buki

Kab.Kepulauan Selayar.

B.Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Buki Kec.Buki

Kab.Kepulauan Selayar dari bulan juli-agustus 2020.

C.Populasi dan Sampel

1.Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien DM (diabetes mellitus) di

Puskesmas Buki Kec.Buki Kab.Kepulauan Selayar.

2.Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi

yang ciri-cirinya diselidiki dan diukur. Adapun jumlah sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 123 orang dan responden yang bertempat tinggal di

wilayah kerja puskesmas buki.


28

Adapun rumus sampel yang digunakan yaitu rumus Slovin dengan

kemaknaan (0,1). Rumusnya adalah sebagai berikut:

Diketahui N=177

N
n=
1+ N ( e2 )

177
n=
1+ 177(0,05) ²

177
n=
1+ 177(0,0025)

177
n=
1.4425

n=123 jumlah sampel

keterangan:

N = besar populasi

N = besar sampel

e = tingkat signifikan (0,05)

pengambilan sampel dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

a.Kriteria inklusi adalah kriteria sebagai berikut:

1. bersedia menjadi responden

2. pasien diabetes mellitus tipe 2

3.responden yang berkomunikasi dengan baik.

b. kriteria esklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak mewakili sampel

karena tidak memenuhi syarat sebagai penelitian.

1. pasien yang mengalami sakit mental atau gangguan jiwa

2.responden yang tidak mengikuti proses penelitian sampai selesai.


29

3.data diri responden tidak lengkap.

D. Instrumen penelitian

Teknik pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

menggunakan angket/kuesioner untuk membantu dalam proses pengambilan data

yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

E.Pengumpulan Data

1. sumber data

a. data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan dengan melakukan wawancara

dan observasi terbimbing terhadap responden dengan menggunakan daftar

pertanyaan yang telah tersedia (kuesioner).

b.Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data rekam medic di

Puskesmas Buki Kec.Buki Kab.Kepulauan selayar.

2. prosedur pengumpulan data

peneliti mengunjungi tiap-tiap rumah responden yang berada di wilayah

kec.Buki. pengambilan data diawali dengan meminta persetujuan dari keluarga

penderita. Setelah itu dilakukan wawancara dan anamnesis subjek penelitian

sesuai dengan pertanyaan yang tertera di kuisioner.

3. Instrument pengambilan data

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


30

a.kuisioner

b.perlengkapan cek kesehatan

c.alat tulis dan buku lapangan.

F.Pengolahan Data

Data yang terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data melalui tahap

sebagai berikut :

1. Penyuntingan (Editing)

Setelah lembar kuesioner diisi oleh responden, informasi yang diperoleh

dikumpulkan dalam bentuk data kemudian dilakukan pengecekan dan

pemeriksaan kelengkapan data.

2. Pengkodean(Coding)

Untuk memudahkan pengolahan data, maka semua hasil data yang diperoleh

disederhanakan dengan memberinya simbol untuk setiap jawaban. Kegiatan ini

adalah memberikan kode untuk jawaban yang diberikan oleh responden pada

peneliti.

3.Memasukkan data(data entry)


31

Memasukkan data dengan cara mengisi kolom atau kotak lembaran kode
sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

4.pembersihan

Cleaning yaitu kegiatan pengecekan kembali data-data yang sudah dientri apakah

ada kesalahan atau tidak.

G.Analisis Data

1. Analisa Univariat

Pada umumnya dalam analisis univariat hanya menghasilkan distribusi

frekuensi dan responden berdasarkan umur,jenis kelamin,dan sebagainya.

Analisa univariat pada penelitian ini meliputi perilaku caring perawat dengan

tingkat kepuasan pasien dan presentase setiap variable.

2. Analisa bivariate

Analisa bivariate dilakukan untuk melihat hubungan antara variable

independen (self care) terhadap variable dependen(komplikasi pada penderita

DM tipe 2). Apakah variable tersebut mempunyai hubungan yang signifikan.

Dalam analisa ini uji statistic yang digunakan adalah uji Chi-square (x²) dengan

( fₕ−fₕ ) jumlah baris


rumusx ² Σ . Untuk mencari fₕ = xjumlah kolom
fₕ jumlah semua

Untuk mencari derajat kebebasan,digunakan rumus: df= (b-1)(k-1)

keterangan :

x² = nilai Chi-square

f˳ = frekuensi yang diperoleh berdasarkan data

fₕ = frekuensi yang diharapkan


32

b = jumlah baris

H.Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak, subjek dalam semua

disiplin ilmu harus dilindungi dengan baik, jika subjek sangat rentan (seperti

halnya sampel), peneliti harus menjelaskan bagaimana hak-hak subjek yang akan

datang seperti :

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan

memberikan lembar persetujuan. Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan

meminta persetujuan dari responden terlebih dahulu dengan memberikan lembar

persetujuan agar responden mengerti dan paham tujuan penelitian. Jika

responden bersedia, maka mereka harus menandatangi lembar persetujuan. Jika

responden tidak bersedia diteliti, peneliti harus menghormati hak pasien.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Dalam melakukan penelitian, peneliti tidak mencantumkan nama responden

pada lembar alat ukur, tetapi hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Menjamin kerahasiaan hasil penelitian. Semua data yang diperoleh peneliti

akan dijaga kerahasiaanya. Hanya informasi data tertentu yang akan dilaporkan

oleh peneliti.
33

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association . (2010). Standar of medical care in diabetes.

Diabetes care, S11-S61.

Arisman.(2008), Buku ajar ilmu gizi “OBESITAS,DM DAN DISLIPIDEMIA”.

Jakarta:EGC.

Bannet, A. 2004. Treating to goal : challenges of current manajemen, European

journal of Endocrinology 151 T3-T7,Birmingham, UK. ISSN 0804-4643.

Brunner & Suddarth,vol. 2E/8. Jakarta : EGC.

Dorothea E. Orem dalam pemberian Asuhan keperawatan. Jurnal keperawatan,1-

13.

Funnel, MM ; Anderson, RM . 2011 . Standar of medical care in diabetes.

Diabetes care 22: 123-127.


34

Graceistin Ruben. 2016 .” pengaruh senam kaki diabetes terhadap perubahan

kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus Tipe 2 di Wilayah kerja

puskesmas Enemawira’’- Jurnal keperawatan volume 4 nomer 1. 1-5.

Kemenkes, 2018, Riset kesehatan dasar 2018, Badan peneliti dan pengembangan

kesehatan kementrian kesehatan RI, Jakarta.

Maghfuri, A . (2016). Perawatan luka” Diabetes mellitus “. Jakarta : Salemba

Medika.

Mumawaroh , S. (2011). Penerapan teori

Orem, Dorothea E.2001.Nursing concept of practive . six th edition . ST . Louis

Mosby A Harcout Health Science company.

PERKENI.,(2015).Konsensus pengelolaan dan pencegahan DM tipe 2 di

Indonesia . perkumpulan Endokrinologi Indonesia PB.PERKENI.Jakarta.

Shrivasta S.R. (2013). ‘’ Role of self care in manajement of diabetes melitus’’.

Journal of diabetes dan metabolic Disorders,12 :14-15.

Smeltser S . C. & Bare ,B.G.(2002). Buku ajar keperawatan medical bedah.

Sousa, V.D., & Zauszniewski, J.A.(2005).’’ Toward a theory of diabetes self care

manajement’’. The journal of theory construction & Testing, 9(2), 61-67.

Sousa, V.D.,Zauszniewski, J.A., Musil, C.M., Lea, P.J.P., & Davis, S.A.(2005).’’

Relationship among self-care agency,self afficiency,self-care, and

glycemic control’’. Research and theory for Nursing practice : An

International journal, 9(3),61-67

Xu Yin , et all. (2008). Factor influencing diabetes self-management in chinese

people with type 2 diabetes. Risearch in nursing & health, 613-325.

Anda mungkin juga menyukai