BERLIANA PUTRI
BP. 1911312043
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kendali glikemik. Edukasi pasien yang berkelanjutan dan dukungan untuk manajemen
diri penting untuk mencegah komplikasi akut dan mengurangi risiko komplikasi
metabolisme kronis yang ditandai dengan gula darah tinggi, yang seiring waktu
menyebabkan kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf
(WHO, 2020).
penderita diabetes mellitus 80% diantaranya berada di beberapa negara maju yaitu
Cina 116,4 juta, India 77,0 juta, Amerika Serikat 31,0 juta, Pakistan 19,4 juta, Brasil
16,8 juta, Meksiko 12,8 juta, Indonesia 10,7 juta, Jerman 9,5 juta, Mesir 8,9 juta, dan
Bangladesh 8,4 juta. Pada tahun 2021, International Diabetes Federation (IDF)
mencatat 537 juta orang dewasa (20-79 tahun) atau 1/10 penderita diabetes di seluruh
dunia. Diabetes juga menyebabkan 6,7 juta kematian atau satu kematian setiap lima
detik (Ayu & Made, 2018). Cina adalah Negara dengan jumlah penderita diabetes
dewasa tertinggi di dunia. 140,87 juta orang Cina hidup dengan diabetes pada tahun
2021. Selain itu, India disebut memiliki 74,19 juta penderita diabetes, Pakistan 32,96
juga menjadi penyebab utama penyakit jantung, kebutaan, stroke, dan gagal ginjal.
terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia menderita diabetes pada tahun
2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3% total penduduk pada usia
tahun 2019 yaitu 9% pada perempuan dan 9,65% pada laki-laki. Prevalensi diabetes
111,2 juta orang pada umur 66- 79 tahun. Angka ini diprediksi terus meningkat
mencapai 578 juta di tahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045 (Kemenkes RI, 2020).
Menurut WHO tahun 2020 Indonesia menempati urutan kelima dengan total
19,47 juta penderita diabetes. Jumlah penduduk 179,72 juta jiwa, berarti prevalensi
diabetes di Indonesia sebesar 10,6%. IDF mencatat bahwa empat dari lima penderita
diabetes (81%) tinggal di Negara berpenghasilan rendah dan menengah. Itu juga yang
keempat, dengan prevalensi 8,6% dari total populasi terdapat kasus Diabetes Melitus
tipe 2. Tahun 2000 hingga 2030 diperkirakan akan terjadi peningkatan 8,4 menjadi
21,3 juta jiwa (Safitri et al., 2022) Kota yang memiliki catatan penyakit diabetes
paling banyak di Indonesia adalah kota DKI Jakarta yang mencapai angka prevalensi
Yogyakarta 3,1%, Sulawesi Utara 3%, Jawa Timur 2,6%(Safitri et al., 2022)
Berdasarkan dari laporan dinas kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2020
dengan prevalensi 1,6 persen. Data Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2019, jumlah
penderita diabetes di Kota Padang sebanyak 17.018 orang, dimana 15.588 orang
berobat ke puskesmas. (Dinkes Provinsi Sumbar, 2020) melihat jumlah ini menjadika
Salah satu daerah di Sumbar yang memiliki kasus diabetes adalah Kota
Padang. Data Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2019, jumlah penderita diabetes
melitus di Kota Padang sebanyak 17.018 orang, dengan jumlah yang berkunjung ke
penyakit diabetes tertinggi di Kota Padang berada pada Kecamatan Padang Timur
yaitu di puskesmas Andalas dengan pasien sebanyak 1237 orang, diikuti oleh
Kecamatan Koto Tangah sebagai tertinggi kedua di puskesmas Lubuk Buaya dengan
total penderita 1156 orang, dan tertinggi ketiga yaitu Kecamatan Pauh di Puskesmas
Penderita diabetes terjadi pada rentang usia yang beragam, dimana yang
masih berumur <40 tahun sebanyak 1.671.000 orang, penderita yang berusia 40-59
memadai, sekresi insulin yang tidak mencukupi, atau kombinasi keduanya. Diabetes
panjang. Diabetes merupakan penyakit tidak menular yang tergolong penyakit kronis
et al., 2020)
Penderita diabetes memiliki tingkat kematian dini yang lebih tinggi, kecacatan
fungsional, kehilangan otot yang cepat, dan kemungkinan komorbiditas yang lebih
tinggi, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, dan stroke. Selain itu, penderita
diabetes juga berisiko lebih tinggi mengalami sindrom geriatri seperti pengguanaan
obat berulang, penurunan kognitif, depresi, inkontinensia urin, risiko jatuh, dan nyeri
Melitus (DM) tipe 1, yang disebabkan keturunan dan Diabetes Melitus (DM) tipe 2
disebabkan life style atau gaya hidup. Sekitar 90-95% dari keseluruhan pasien
Melitus tipe 1 atau insulin dependent diabetes mellitus (IDDM) merupakan diabetes
yang tergantung pada insulin, pada diabetes tipe 1 ini sel-sel beta pankreas yang
dalam keadaan normal menghasilkan hormon insulin, yang kemudian dihancurkan
oleh suatu proses autoimun (Bangun et al., 2020) Diabetes tipe 2 juga di kenal
insulin yang terbentuk. Faktor utamanya adalah kelebihan berat badan (obesitas) dan
pola hidup tidak sehat yang dapat diatasi dengan diet dan olahraga teratur(Wua et al.,
2020).
(terapi farmakologi), latihan jasmani yang teratur, perencanaan makan (diet) dan
edukasi (perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2015) Gaya hidup yang sehat dengan
mengatur pola makan (diet) dan aktivitas fisik merupakan bagian dari terapi penderita
Diabetes Melitus tipe 2. Pentingnya memiliki diet yang sehat dan seimbang bertujuan
untuk mempertahankan berat badan normal dan menghindari kelebihan berat badan,
sehingga dapat menjaga kadar gula darah dalam batas normal dan terkendali (Zainab
Penderita diabetes bertambah dari tahun ke tahun jika masyarakat tau cara
pengendalian penyakit diabetes baik secara terapi obat, diet, dan olah raga. Salah satu
faktor penentu pengendalian penyakit diabetes adalah kepatuhan terhadap diet sehat,
penyakit diabetes dengan cara mengedukasi pasien dan keluarga mengenai cara sehat
berpengalaman dan sadar untuk tetap sehat. Dukungan keluarga adalah sikap,
mempengaruhi kepatuhan yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal
meliputi pengetahuan dan sikap sedangkan pada faktor ekternal meliputi dukungan
sosial keluarga dan dukungan tenaga kesehatan. Menurut Susanti dan Sulistyarini
(2019), bahwa pelaksanaan diet Diabetes Melitus sangat dipengaruhi oleh adanya
atau keyakinan bahwa seseorang merupakan peserta aktif dalam kegiatan sehari-hari
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Efendi (2018) bahwa
dukungan sosial keluarga sangat berperan penting dalam kepatuhan pasien diabetes.
Ketika penderita diabetes yang mendapat dukungan dari keluarganya, mereka akan
memiliki kepercayaan diri dan motivasi untuk sembuh. Seseorang dengan banyak
program diet daripada seseorang tanpa dukungan. Menurut Siti Zainab (2022), bahwa
dukungan keluarga telah diidentifinisi sebagai suatu faktor penting dalam kepatuhan
keluarga merupakan indikator kuat yang dapat berdampak positif pada perawatan diri
bantuan tenaga, dana dan penyediaan waktu; dan dukungan emosional meliputi rasa
kasih sayang, dihormati, dihargai dan kepercayaan diri dari anggota keluarga.
pelayanan medis sesuai standar yaitu 1775 orang. Tempat kedua yang paling banyak
di kunjungi adalah Puskesmas Lubuk Buaya dengan jumlah 1051 orang dan penderita
diabetes yang mendapatkan pelayanan medis standar yaitu 839 orang. Dan jumlah
penderita diabetes terbanyak ketiga ada di Puskesmas Pauh dengan total 982 orang
tentang hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan makan pada
penderita diabetes tipe 2 di Puskesmas Pauh Padang tahun 2023. Penelitian ini akan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka pertanyaan yang
diajukan dalam penilitian ini adalah “Adakah hubungan antara dukungan sosial
keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes tipe 2 di Puskesmas Pauh
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan informasi dan referensi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi bagi Puskesmas untuk
3. Bagi Klien
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi klien yang
kesadaran bagi penderita agar lebih memperhatikan dan menjaga pola makan atau
4. Bagi Peneliti
dalam menyajikan data secara jelas dan sistematis. Penelitian ini diharapkan