Anda di halaman 1dari 48

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. D. M DENGAN DIABETES MELITUS


DI RUANG BOUGENVIL RSUD Mgr. GABRIEL MANEK, SVD
ATAMBUA

OLEH
KELOMPOK 2 BEDAH

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

SEMINAR KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. D. M DENGAN DIABETES MELITUS
DI RUANG BOUGENVIL RSUD Mgr. GABRIEL MANEK, SVD
ATAMBUA

Telah Disetujui Pada, Maret 2023

Mengetahui,
Mahasiswa Program Profesi Ners

Kelompok 2 Bedah:

Menyetujui

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Ns. Sebastianus K. Tahu S.Kep.,M.Kep Jufridus H. Bau, S.Kep., Ns

2
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik yang disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah (Sriyanto,
2010). Seiring dengan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar
menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif seperti diabetes
mellitus, yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Merlyn Sinaga,
Hiswani, 2011).

Penyakit Diabetes melitus (DM) merupakan masalah Kesehatan masyarakat yang


serius dihadapi dunia. Angka kejadian penyakit diabetes meningkat secara drastis
di negara berkembang, termasuk Indonesia (Dewi, 2017). Diabetes melitus adalah
suatu kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat menghasilkan cukup
sebuah hormon polipeptida yang mengatur metabolisme. Didiagnosis dengan
mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah (Azis et al., 2020). Diabetes
mellitus (DM) merupakan ancaman kesehatan masyarakat global, dimana sekitar
90% dari semua pasien yang menderita DM diseluruh dunia adalah DM tipe 2
WHO dalam (Adiputra, 2018). Diabetes mellitus termasuk penyakit yang paling
banyak diderita oleh penduduk di seluruh dunia dan merupakan urutan ke empat
dari prioritas penelitian nasional untuk penyakit degenerative. Angka penyakit
Diabetes Melitus yang terus meningkat, secara tidak langsung akan
mengakibatkan kesakitan dan kematian akibat komplikasi dari penyakit DM itu
sendiri (Trisnadewi N.W., adiputra, 2018).

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, 2016) memperkirakan


angka kejadian DM di dunia mencapai 80% dan Indonesia menduduki peringkat
ke tujuh di dunia setelah China, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan
Meksiko. Data dari International Diabetes Federation (IDF) mengatakan bahwa
jumlah penderita DM di dunia pada tahun
3 2017 yaitu sebesar 426 juta jiwa. Eropa
13,6% jiwa, Pasifik Barat 37,3% jiwa dan di Asia Tenggara sebanyak 19,2% jiwa,
dimana World health organization memprediksi kenaikan jumlah penderita
Diabetes Mellitus (DM) di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Jumlah diabetes mellitus di Indonesia mencapai
2,4%, mengalami peningkatan dari tahun 2007 sebesar 1,1%. Empat provinsi
dengan prevalensi tertinggi sesuai diagnosis dokter yaitu Yogyakarta (2,6%), DKI
Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), dan Kalimantan Timur (2,3%). Data
Riskesdas menyatakan bahwa prevalensi dari penderita DM cenderung meningkat
pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki dan terjadi peningkatan prevalensi
penyakit diabetes melitus sesuai dengan pertambahan umur, namun mulai umur ≥
65 tahun cenderung menurun bagi penderita yang tinggal dipedesaan
dibandingkan diperkotaan (Kemenkes RI, 2013 dalam Bangun, 2018).

Berdasarkan data yang ada pada dokumen Profil Kesehatan Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT), jumlah penderita diabetes melitus tahun 2018 sebanyak
74.867 orang dan 16.968 orang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
Kabupaten/kota tertinggi kasus diabetes melitus ada di Kota Kupang dengan
jumlah penderita 29.242 orang dan yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
sebanyak 5.517 orang atau 18,9%. Angka terendah ada di Kabupaten Sumba
Tengah sebanyak 24 orang dan semuanya mendapatkan pelayanan sesuai standar.
Berdasarkan data yang ada pada dokumen Profil Kesehatan Kota Kupang Tahun
2018, jumlah penderita diabetes di Puskesmas Sikumana sebanyak 4.212 orang
dan mendapatkan pelayanan sesuai standar sebanyak 352 orang. Berdasarkan
laporan tahunan dari Puskesmas Sikumana, hasil rekapitulasi penyakit tidak
menular tahun 2017 sebanyak 109 orang, tahun 2018 sebanyak 352 orang, dan
tahun 2019 sebanyak 484 orang. Berdasarkan data tersebut, penelitian ini ingin
mengetahui gambaran mengenai karakteristik pada pasien diabetes melitus
menurut umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, serta jenis kasus di wilayah
kerja Puskesmas Sikumana, Kota Kupang Tahun 2019.

4
Berdasarkan data dari Kabupaten Belu, dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Belu (2019) tentang Capaian Indikator Program Penyakit Tidak Menular (PTM)
Kabupaten Belu periode Januari –Desember 2019 angka orang yang
menderita penyakit Diabetes Melitus (DM) berjumlah 302 orang, dan
data dari Puskesmas Kota Atambua (2021) Program Penyakit Tidak
Menular (PTM) Kota Atambua periode Januari –November 2021 angka
orang yang terkena penyakit diabetes melitus berjumlah 105 orang.

Dampak dari orang yang terdiagnosa penyakit Diabetes Melitus (DM)


akan mengalami dua dampak yaitu dampak negatif dan dampak
psikologis. Dampak negatif akan berpengaruh pada fisik penderita,
antara lain poliuria(sering kencing), polidipsia(merasa lapar terus-menerus),
polifagia(merasa haus terus-menerus), mengeluh lelah dan megantuk,
penglihatan kabur dan kelemahan fisik (Taluta, dkk. 2014 dalam Henri
setiawan dkk, 2018). Sedangkan dampak psikologis yang sering terjadi
yaitu kecemasan, kemarahan, berduka, malu, rasa bersalah, hilang harapan,
depresi, bingung, dan merasa menderita (Falco,et al. 2015 dalam Henri
setiawan dkk, 2018).

Akibat dari peningkatan yang terus menerus, maka hal ini merupakan suatu
masalah yang harus ditangani dengan serius. Penyakit Diabetes mellitus (DM)
tidak dapat disembuhkan, namun dengan pengendalian melalui pengelolaan
Diabetes mellitus (DM) dapat mencegah terjadinya kerusakan dan kegagalan
organ dan jaringan. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit yang
berhubungan dengan gaya hidup, dimana pengelolaan diabetes melitus sangat
tergantung dari pasien itu sendiri dalam mengendalikan kondisi penyakitnya
dengan menjaga kadar glukosa darahnya tetep terkendali (Purwanti,
L.E.,&Nurhayati, 2017)

Gaya hidup modern saat ini tengah menggeser pola hidup masyarakat lokal
dimana mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak seimbang (tinggi
5
kalori, rendah serat, atau fast food), jarang berolahraga, kegemukan, stress, dan
istirahat yang tidak teratur merupakan contoh pola hidup dan pola makan yang
dapat memicu terjadinya diabetes mellitus (DM) pada diri seseorang (Rasdianah
et al., 2016). Masalah lainnya adalah gaya hidup yang tidak tepat, meliputi
konsumsi rokok, kegemukan (indeks massa tubuh >25 kg/m2), kurang olahraga,
kurang kunjungan rutin ke dokter mata atau ahli penyakit kaki (podiatris),
keterbatasan pengetahuan mengenai penyakit serta tidak menyadari tipe DM yang
di idap, Selain masalah tersebut, faktor-faktor psikososial seperti stress, ansietas,
kurangnya dukungan dari anggota keluarga, serta perilaku, turut mempersulit
tercapainya kontrol glikemik yang optimal (Wahyuningrum, R., Wahyono, D.,
Mustofa, M., & Prabandari, 2020). Penelitian Sri,2013 dalam Cahyani, (2019).
menjelaskan bahwa pengendaliaan diabetes mellitus (DM) dengan pedoman
empat pilar diabetes mellitus (DM) yaitu Edukasi, perencanaan makanan, latihan
jasmani dan Intervensi farmakologi. Edukasi bisa dalam bentuk penyuluhan,
Konseling dan harus di lakukan berulang karena penyakit Diabetes Mellitus (DM)
merupakan penyakit Metabolik yang cara penyembuhannya dengan
memperhatikan ke empat pilar. Perencanaan dan pengendalian yang baik dapat
mengurangi kadar gula darah, pengendalian kadar gula darah yang buruk akan
lebih mudah untuk terjadinya munculnya Komplikasi. Untuk mengurangi dan
mengendalikan kadar gula darah tersebut di butuhkan kepatuhan pengobatan yang
sesuai oleh si penderita (Cahyani, 2019).

Kepatuhan merupakan perubahan perilaku sesuai perintah yang di berikan dalam


bentuk terapi latihan, diet, pengobatan, maupun kontrol penyakit kepada dokter
(Nanda et al., 2018). Keberhasilan pengobatan pada pasien Diabetes Mellitus
(DM) salah satunya di lihat dari terkendalinya kadar gula darah. Terkendalinya
kadar gula darah ini di pengaruhi oleh faktor diet, Aktivitas fisik, kepatuhan
minum obat dan pengetahuan. Keterlibatan faktor-faktor ini dapat mempengaruhi
kondisi kesehatan. Kepatuhan terapi merupakan poin yang sangat penting dalam
keberhasilan terapi pasien DM, namun kepatuhan tersebut sangat rendah sehingga
6
di lakukan upaya peningkatan pengetahuan dan kepatuhan terapi melalui
konseling obat oleh farmasis (Dewi, 2017).

Ketidakpatuhan merupakan perilaku yang kompleks yang dapat di pengaruhi oleh


lingkungan dan tempat tinggal pasien, praktek penyedia layanan kesehatan, dan
sistem penyedia layanan kesehatan dalam memberikan perawatan. Seseorang yang
tidak patuh terbadap pengobatan Diabetes Mellitus (DM) mungkin menunjukkan
outcome klinik yang buruk di bandingkan dengan pasien yang patuh terhadap
pengobatan. Ketidak patuhan dapat menyebabkan komplikasi yang terkait DM,
penurunan fungsional tubuh, rendahnya kualitas hidup, bahkan kematian. Sebab
pada dasarnya, tidak ada penyakit yang tidak dapat di sembuhkan. Kesembuhan
penyakit tergantung pada pengobatan maupun penjagaan gaya hidup (Jilao, 2017).

Tingkat kepatuhan pasien diabetes melitus dalam pengobatan yang baik dapat
mengurangi terjadinya risiko komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler,
nefropati, retinopati, neuropati dan ulkus pedis, selain mengubah gaya hidup dan
menjaga diet, pasien diabetes melitus juga membutuhkan terapi farmakologis
berupa obat antidiabetes oral yang harus dikonsumsi dalam waktu lama. (Triastut,
2020). Kepatuhan pengobatan adalah kesesuaian diri pasien terhadap anjuran atas
medikasi yang telah di resepkan yang terkait dengan waktu, dosis, dan frekuensi
(Bulu et al., 2019).

Faktor yang membuat ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan diabetes


mellitus yaitu pengaturan pola makan yang tidak sehat,pergeseran gaya hidup
dalam hal konsumsi makanan terutama dipengaruhi karena peningkatan
pendapatan, kesibukan kerja yang tinggi, aktivitas fisik dan stress, dimana stress
akan menyebabkan peningkatan hormon epinefrin yang dapap menyebabkan
mobilisasi glukosa. Akhirnya menyebabkan tingginya konsumsi lemak jenuh,
gula, rendah serat dan rendah zat gizi mikro. keadaan tersebut menyebabkan
masalah obesitas dan peningkatan radikal bebas yang menyebabkan terjadinya
diabetes mellitus (Nanda et al., 2018).
7
Berdasarkan data dan latar belakang diatas, maka kelompok tertarik untuk
menjadikan kasus ini sebagai laporan seminar dengan judul Asuhan Keperawatan
Kepada Pasien Dengan Diabetes Melitus untuk di seminarkan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Diabetes Melitus


1. Definisi Diabetes melitus
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler,
makrovaskuler dan neuropati (Nurarif & Kusuma, 2015).

Menurut American Diabetes Assosiation (ADA, 2010),


Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dan kronis dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya yang
membutuhkan perawatan medis dan pendidikan pengelolaan mandiri
untuk mencegah komplikasi akut dan menurunkan risiko komplikasi
jangka panjang (Nuari, 2017). Diabetes merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting, salah satu dari empat penyakit
tidak menular prioritas (NCD) yang di targetkan untuk tindakan oleh
para pemimpin dunia. Kedua jumlah kasus dan prevalensi diabetes
telah terus meningkat selama beberapa dekade terakhir (WHO, 2016).

2. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus dari WHO 1985 membagi
8
diabetes mellitus menurut jenis-jenis klinis dan resiko statistiknya
(Manurung, 2018).
1. Diabetes Mellitus
Insulin dependent diabetes mellitus (IDDM), Non-Insulin
dependent diabetes mellitus (NIDDM) (terdapat dua jenis yaitu: Non
obese dan obese), Malnutrition related diabetes mellitus (MRDM),
jenis-jenis lain dari diabetes yang ada hubungannya dengan kondisi-
kondisi dan sindrom- sindrom tertentu seperti: Penyakit pankreas,
penyakit dengan etiologi

9
hormonal, kondisi-kondisi yang disebabkan oleh obat atau chemical,
abnormalitas-abnormalitas dari insulin atau reseptor-reseptornya, sindrom-
sindrom genetik tertentu, jenis-jenis lain (miscellaneous).
2. Impaired glucose tolerance (IGT)
Non obese, obese, berhubungan dengan kondisi-kondisi dan sindrom
tertentu.
3. Gestational Diabetes Mellitus (GDM)
Statistical risk clases (penderita dengan toleransi glukosa normal tetapi
pada dasarnya mempunyai risiko tinggi berkembang menjadi diabetes)
Sebelumnya pernah ada abnormalitas dari toleransi gula, mempunyai
abnormalitas potensial.

3. Etiologi
1. Diabetes mellitus tipe I
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya DM tipe I yaitu:
Faktor genetik dimana penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu
sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik kearah
terjadinya DM tipe I, kecendrungan genetik ini ditemukan pada individu
yang memiliki antigel HLA. Faktor imunologi adanya respons autoimun
yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu otoantibodi terhadap
sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen. Faktor lingkungan virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses outoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta (Padila, 2012).
2. Diabetes mellitus tipe II
Menurut WHO 2011 banyak faktor risiko yang memungkinkan orang
mendapatkan DM tipe II, diantaranya adalah (Nuari, 2017)

10
a. Usia
DM tipe II akan terjadi setelah usia 40 tahun. Penuaan itu sendiri
dapat meningkatkan resiko untuk intoleransi glukosa diabetes. Dalam
satu studi, diabets terjadi 20% pada pria dan wanita yang lebih tua dari
85 tahun dibandingkan dengan hanya 5% pada pria dan 3,8% pada
wanita yang lebih muda dari 60 tahun.
b. Obesitas
Obesitas sangat tinggi pada DM tipe II. Beberapa studi telah
menemukan bahwa terlepas dari riwayat keluarga bahkan berat badan
juga dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk diabetes. Kelebihan
lemak tubuh memainkan peran yang kuat dalam resistensi insulin dan
distribusinya. Lemak terkonsentrasi di sekitar perut dan bagian atas
tubuh dikaitkan dengan resistensi insulin. Lemak yang terakumulasi di
sekitar pinggul dan panggul dalam bentuk “buah pir” memiliki hubungan
yang lebih rendah dengan obesitas. Satu studi menunjukan bahwa lingkar
pinggang lebih besar dari 35 inci pada wanita dan 40 inci pada pria
menandakan peningkatan risiko penyakit jantung dan diabetes. Pada pria
dikatakan obesitas abdominal/sentral apabila pengukuran lingkar perut
lebih 102 cm (Asia > 90 cm), pada wanita > 82 cm (Asia > 80 cm).
Peningkatan jumlah lemak visceral (abdominal) mempunyai korelasi
positif dengan sensitivitas insulin.
c. Kurangnya latihan fisik
Kurangnya latihan fisik menunjukkan bahwa aktivitas fisik secara
teratur meningkatkan sensitivitas insulin dan meningkatkan toleransi
glukosa. Kebugaran jasmani dapat menggambarkan kondisi fisik
seseorang untuk mampu melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
aktivitas sehari-hari. Makin tinggi tingkat kebugaran jasmani seseorang
makin tinggi kemampuan fisik dan produktivitas kerjanya. Pada keadaan
istirahat metabolisme otot hanya sedikit menggunakan glukosa darah
sebagai sumber energi, sedangkan saat beraktivitas fisik (latihan

11
fisik/olahraga), otot menggunakan glukosa darah dan lemak sebagai
sumber energi utama. Aktivitas fisik tadi mengakibatkan sensitivitas dari
reseptor dan insulin semakin meningkat pula sehingga glukosa darah
dipakai untuk metabolisme energi semakin baik. Setelah berolahraga
selama 10 menit, glukosa darah akan meningkat sampai 15 (lima belas)
kali jumlah kebutuhan pada keadaan biasa. Setelah berolahraga 60 menit,
kebutuhan glukosa darah dapat meningkat sampai 35 (tiga puluh lima)
kali.
d. Perilaku diet
Orang overweight yang mengkonsumsi diet energi tinggi memiliki
risiko untuk diabetes. Ini akan menjadi penyederhanaan berlebihan untuk
mengusulkan bahwa setiap makanan bergizi secara khusus diabetogeni.
Namun, ada bukti dari kedua laboratorium dan studi epidemiologi di
berbagai populasi yang meningkatkan asupan lemak jenuh dan
penurunan asupan serat makanan dapat menyebabkan penurunan
sensitivitas insulin dan toleransi glukosa abnormal.
e. Stres berat atau berkepanjangan
Stres fisik atau trauma berhubungan dengan intoleransi glukosa yang
disebabkan oleh efek hormonal pada metabolisme glukosa dan sekresi
insulin. Peran stres emosional dan sosial sebagai faktor penyumbang
dalam DM tetapi tidak terbukti.
f. Obat-obatan dan hormon
Daftar obat yang mengganggu metabolisme glukosa telah disusun.
Diantara obat yang biasa digunakan: fenitoin, diuretik, kortikosteroid,
beberapa steroid kontrasepsi, dan adrenoseptor-blocking agen dapat
menyebabkan intoleransi glukosa dan pada individu yang rentan.
g. Riwayat kehamilan
Wanita dengan riwayat DM gestasional atau bayi lahir besar berat
badan melebihi 4 kg berisiko untuk DM.

12
h. Merokok
Perokok berada pada risiko yang lebih tinggi untuk DM tipe II dan
komplikasinya.
i. Riwayat Keluarga
Sekitar 25% sampai 33% dari semua pasien DM tipe II memiliki
riwayat keluarga diabetes.
j. Etnis
Risiko diabetes tipe II lebih tinggi di Afrika, Amerika dan Hispanik
dari pada di Kaukasia-Amerika. Perempuan Afrika – Amerika pada
umumnya memiliki tingkat lebih tinggi dari resistensi insulin dari diet
tinggi lemak daripada non-Afrika-Amerika. Suku Pima di Arizona
memiliki kejadian 19 kali lebih tinggi untuk mendapatkan DM tipe II
dibandingkan dengan populasi kulit putih.
;
4. Manifestasi klinis
Diagnosis DM awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa
polifagia, poliuria, polidipsia, lemas dan berat badan menurun. Gejala lain yang
mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi
pada pria, serta pruritus vulva pada wanita (Mansjoer, 2000 dalam Manurung,
2018).

5. Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan
salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut: Berkurangnya
pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi
glukosa darah setinggi 300-1200 mg/dl. Peningkatan mobilisasi lemak dari
daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak
yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah
dan akibat dari berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien-pasien yang
mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma

13
puasa yang normal atau toleransi sesudah makan, pada hiperglikemia yang parah
yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160-
180 mg/ 100 ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan
diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida,
potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul
polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan
mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta
cendrung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan
energi sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh
berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan
karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan
arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini
akan memudahkan terjadinya gangren (Price,2005 dalam Manurung, 2018).

6. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis DM ditegakan berdasarkan hasil pemeriksaan glukosa darah.
Untuk menetapkan diagnosis, dapat dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa,
2 jam setelah beban glukosa, maupun glukosa darah sewaktu (Manurung, 2018).
Menurut American Diabetes Association (ADA), kriteria giagnosis DM adalah
sebagai berikut: Didapatkan gejala klinis DM (banyak kencing, banyak minum,
banyak makan, berat badan menurun) + glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl.
Gejala klasik DM + glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl. Gejala klasik DM +
glukosa darah 2 jam setelah bebas ≥ 200 mg/dl.

14
Tabel Pengelompokan hasil pemeriksaan TTGO

Tes Sumber Normal Gangguan Toleransi Diabetes


Gula (belum pasti
diabetes)
Kadar gula darah Plasma vena < 110 110-125 ≥ 126

puasa (mg/dL) Darah kapiler <90 90-109 ≥ 110

Kadar gula darah Plasma vena <110 110-199 ≥ 200

sewaktu (mg/dL) Darah kapiler <90 100-199 ≥200


Sumber : (Martinus, 2005 dalam Manurung, 2018).

7. Penatalaksanaan Medis
Insulin pada DM tipe 2 diperlukan pada keadaan (Nurarif & Kusuma,
2015) :
1. Penurunan berat badan yang cepat
2. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
3. Ketoasidosis diabetik (KAD) atau Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
(HONK)
4. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
5. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
6. Stress berat (infeksi sistek, opeasi besar, IMA, stroke)
7. Kehamilan dengan DM/ diabetes mellitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
8. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
9. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

15
8. Komplikasi
1. Komplikasi Akut
Boedisantoso (2011) menyatakan komplikasi akut DM
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu hipoglikemia dan
hiperglikemia (dalam buku Nuari, 2017). Hipoglikemia adalah
keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan penurunan
glukosa darah. Gejala ini dapat ringan berupa gelisah
sampai berat berupa koma disertai kejang. Penyebab tersering
hipoglikemia adalah akibat obat hipoglikemik oral sulfonilurea,
khususnya klorpropamida dan glibenklamida. Hasil penelitian
ini RSCM 1990-1991 yang dilakukan Karsono dkk
memperlihatkan kekerapan episode hipoglikemia sebanyak
15,5 kasus per tahun, dengan wanita lebih besar daripada pria,
dan sebesar 65% berlatar belakang DM. Kelompok
hiperglikemia, secara anamnesis ditemukan adanya masukan
kalori yang berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin
yang didahului oleh stres akut. Tanda khas adalah kesadaran
menurun disertai dehidrasi berat dengan ketosis atau asidosis.
Patogenesis kedua jenis sub kelompok berbeda hanya dalam
derajat defisiensi insulin. Pada dasarnya pengobatan kelompok
hiperglikemia adalah pemberian cairan untuk mengatasi
dehidrasi terutama bagi subkelompok hiperglikemia non ketotik
(HNK).

2. Komplikasi Kronis
Waspadaji (2011) menyatakan penyakit DM dalam jangka
panjang dapat menyebabkan komplikasi berupa gangguan pada
makrovaskuler, mikrovaskuler, neuropati dan rentan terjadinya
infeksi. Komplikasi ini terjadi setelah lebih dari 5 sampai 10
tahun setelah terdiagnosis DM. Gangguan makrovaskuler
meliputi penyakit arteri koroner, penyakit serebrovaskuler
seperti: stroke, penyakit vaskuler perifer (oklusi arteri perifer).
Gangguan mikrovaskuler diantaranya terjadi gangguan pada
mata (seperti: retinopati diabetik, katarak, glaukoma), dan
nefropati (penyakit ginjal sampai dengan gagal ginjal). Pasien

Profesi_Ners_UCB
diabtes juga dapat mengalami neuropati yang dapat menyerang
semua tipe saraf, termasuk saraf perifer (sensorimotor), otonom
dan spinal. Masalah lain yaitu munculnya kaki diabetik. Hal ini
terjadi karena perubahan mikroangiopati, makroangiopati dan
neuropati menyebabkan perubahan pada ekstremitas bawah.
Komplikasinya dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi,
ganggren, penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf
sensorik. Semua ini menunjang terjadinya trauma atau tidak
terkontrolnya infeksi yang akhirnya menjadi ganggren. Kontrol
DM yang buruk menyebabkan penderita harus menjalani
amputasi (Nuari, 2017).
9. Pecegahan Diabetes Melitus
1. Cek gula darah secara teratur
Lakukan pengecak gula darah secara teratur minimal 1 bulan sekali.
Hal ini penting untuk mendeteksi kondisi diabetes secara teratur
sehingga meminimalisir terjadinya komplikasi.
2. Konsumsi makanan yang sehat dan jaga pola makan yang baik
Jangan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gula,
lemak/minyak, dan garam secara berlebihan.
3. Menjaga berat badan ideal
Berat badan ideal dapat dipantau dengan :
IMT = Berat badan (Kg) . Tinggi badan
(m2)
4. Latihan jasmani secara teratur
Berolahraga selama 150 menit/minggu dengan latihan aerobik atau
selama 90 menit/minggu dengan gerakan aerobik yang berat.
Latihan tersebut dapat dibagi 3-4 x/minggu.
5. Kontrol asupan gula yang masuk ke dalam tubuh
6. Perbanyak mengkonsumsi air putih dan kurang teh manis
7. Istirahat yang cukup
8. Hindari stress yang berlebihan

Profesi_Ners_UCB
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian Menurut Amin (2013), fase pengkajian merupakan sebuah
komponen utama untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi
data, mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data.
Pengumpulan data antara lain meliputi : a. Anamnese
1) Identitas penderita Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama Adanya : rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah,
rasa raba yang menurun, rasa luka yang tidak sembuh dan mengalami
rasa sakit pada luka.
3) Riwayat kesehatan Sekarang Berisi : tentang kapan saja harus
dilakukan luka, sebabkan luka serta upaya yang telah dilakukan oleh
para penderita untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan Sebelumnya Adanya : publikasi penyakit DM atau
penyakit-penyakitlain y ang ada kesulitannya dengandefisiensi insulin
mis alnya penyakit pankreas.Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,
atau arterosklerosis, tindakan medisyang pernah ada dapat juga obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita
5) Sejarah kesehatan keluarga Dari genogram keluarga biasanya salah
satu anggota keluarga yang juga menderita DM atau yang disebabkan
karena kekurangan insulin misal hipertensi, jantung.
6) Riwayat psikososial Meliputi : informasi mengenai prilaku, perasaan
dan emosi yang dialami penderitanaik dengan penyakitnya juga
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
b. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara
pembicaraan, badan tinggi, berat badan dan tanda- tanda vital.
2) Kepala dan Leher Kaji bentuk kepala, posisi rambut, adakah
pembesaran pada leher, kadang-kadang berdenging, adakah kesulitan
pendengaran, sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, mudah bengkak dan berdarah, mudah penguplikasian semakin

Profesi_Ners_UCB
lebar , diplopia, lensa mata keruh.
3) Sistem integumen Turgor kulit menurun, ada luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus
dan ganggren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
4) Sistem pernafasan Adakah sesak nafas, batuk, dahak, nyeri dada.
Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
5) Sistem kardiovaskuler Perfusi jaringan menurun , nadi perifer lemah
atauberkurang, takikardi / bradikardi, hipertensi / hipotensi, aritmia,
kardiomegalis
6) Sistem pencernaan Terdapat polifagi, polidipsi, Mual, muntah, diare,
konstipasi, dehidrase, perubahan Berat Badan, peningkatan lingkar
perut, obesitas.
7) Sistem urin Poliuri, retensio urin, inkontinensia urin, rasa panas atau
sakit saat berkemih.
8) Sistem muskuloskeletal Penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahn badan tinggi, cepat lelah, lemah dan nyeri, keberadaan
gangren di ekstrimitas.
9) Sistem neurologis Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,
letargi, mengantuk, reflek lambat, rusak mental, disorientasi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
kurang pada rencana manajemen diabetes
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisikc. Gangguan
integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan faktor mekanisme
3. Rencana Keperawatan
Diagosa Tujuan dan Kriteria No.
Intervensi/ Perencanaan Keperawatan Hasil. Resiko Setelah dilakukan
 Manajemen hiperglikemia ketidakstabilan asuhan keperawatan 1.
Identifkasi kemungkinan kadar glukosa diharapkan kadar penyebab
hiperglikemia darah glukosa darah dapat 2. Idenifikasi situasi yang
berhubungan normal dengan kriteria menyebabkan kebutuhan dengan
kurang hasil : insulin meningkat pada rencana  Kestabilan kadar 3.
Monitor tanda dan gejala manajemen glukosa darah hiperglikemia

Profesi_Ners_UCB
diabetes 1. Kadar glukosa 4. Konsultasi jika tanda dan dalam darah
gejala hiperglikemia membaik memburuk 5. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri 6. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga 7. Ajarkan pengelolaan diabetes 8. Kolaborasi pemebrian
terapi2. Nyeri akut Setelah dilakukan  Manajemen nyeri berhubungan
asuhan keperawatan 1. Identifikasi tingkat nyeri dengan agen
diharapkan nyeri dapat secara konferensif pencederaan fisik berkurang
dengan 2. Identifikasi penyebab kriteria hasil : perberat dan peringan
nyeri  Tingkat nyeri 3. Berikan terknik 1. Keluhan nyeri
nonfarmakologis berkurang 4. Kontrol lingkungan yang 2. Gelisah
berkurang dapat memperberat rasa 3. Meringis berkurang nyeri 5.
Anjurkan banyak istirahat tidur 6. Anjurkan memonitor nyeri seacara
mandiri 7. Kolaborasi pemberian terapi analgetik3. Gangguan Setelah
dilakukan  Perawatan luka integritas asuhan keperawatan 1. Monitor
karakteristik luka kulit/jaringan diharapkan gangguan 2. Monitor tanda-
tanda infeksi berhubungan intergritas kulit/jaringan 3. Lepaskan balutan
dan dengan faktor dapat teratasi dengan plester secara perlahan mekanis
kriteria hasil : 4. Bersihkan dengan cairan  Penyembuhan NaCl atau
pembersih luka nontoksik 1. Penyatuan kulit 5. Bersihkan jaringan
nekrotik meningkat 6. Berikan salep yang sesuai 2. Penyatuan tepi luka
ke kulit/lesi (jika perlu) meningkat 7. Pasang balutan sesuai jenis 3.
Peradangan luka luka menurun 8. Pertahankan teknik steril saat
perawatan luka 9. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam sesuai
kondisi pasien 10. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 11. Ajarkan
prosedur perawatan luka secara mandiri 12. Kolaborasi proseur
debridement dan terapi

Profesi_Ners_UCB
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN DEWASA


Instansi Kesehatan : RSUD Mgr. Gabriel Manek SVD Atambua
Ruang : Bougenvile No RM: 021xxx
Mahasiswa : Delfince Yuliana Lodoh
Pembimbing Institusi : Ns. Sebastianus K. Tahu., S.Kep., M.Kep ttd:

Pembimbing Klinik : Jufridus H. Bau, S.Kep.,Ns ttd:


Tanggal Pengkajian : 06 Maret 2023 Jam Pengkajian: 09:00

A. IDENTITAS
1. Nama Inisial : Ny. D.M Panggilan : Ny. D
2. Umur : 62 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Kristen Khatolik
5. Pendidikan : Sarjana
6. Pekerjaan : Pensiunan PNS
7. Suku/bangsa : Timor/ Indonesia
8. Status perkawinan : Sudah Kawin
9. Alamat : Tenukiik
10. Penanggung biaya : BPJS

B. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN


1. Keluhan utama: Pasien : Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan dibagian luka dan
merasa sesak napas

2. Riwayat penyakit saat ini: Pasien datang ke RSUD Mgr. Gabriel Manek SVD
Atambua di IGD pada tanggal 27/02/2023 dengan keluhan luka pada kaki kanan
tidak kunjung sembuh pada tanggal 12/02/2023 sampai sekarang, dan saat masuk
rumah sakit pasien di diagnosis Diabetes melitus dan Ulkus Diabetik dan terapi yang
didapat yaitu infus RL 20 tpm, levemir 12 unit, ceftriaxone 1 gr, ketorolac 1 gr

Profesi_Ners_UCB
3. Penyakit yang pernah diderita :-

4. Penyakit yang pernah diderita keluarga : Hipertensi


5. Riwayat alergi :-
Jelaskan :-
6. Diagnosa medik saat masuk rumah sakit (MRS) : Diabetes Mellitus, Ulkus
Diabetik
7. Diagnosa medik saat ini : Diabetes Mellitus, Ulkus
Diabetik
8. Lainnya :-

C. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


 Keadaan umum: baik, sedang, lemah
 Kesadaran: Compos Mentis
 Usia: 62 tahun TB: 156 cm BB: 62 kg BB ideal: 52,7 kg
 Suhu: 36,7
 Denyut nadi: 93 x/mnt … kuat/lemah, …….. teratur/tidak
 Tekanan darah: 90/48 mmHg Tidur .. duduk .. berdiri …
 Frekuensi nafas: 27 x/mnt
 SpO₂ : 93%
Masalah keperawatan: …………………………………….

1. B1 (Breathing)/Pernafasan:
 Irama pola nafas : teratur, tidak teratur
 Jenis : dispnea, kusmaul, cheyne stokes,
lain-lain:
 Suara nafas : Vesikuler, Stridor, Wheesing, Ronchi
lain-lain:
 Sesak nafas :ya, tidak
 Batuk :ya, tidak
 Auskultasi :
 Lobus kanan atas : Vesikuler
 Lobus kiri atas : Vesikuler
 Lobus kanan bawah : Vesikuler
 Lobus kiri bawah : Vesikuler
 Lobus kanan tengah : Vesikuler
 Lainnya : RR : 27x/mnt
Masalah keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif

Profesi_Ners_UCB
2. B2 (Blood)/Kardiovaskuler
 Irama jantung : S1, S2, S3, S4, teratur, tidak teratur
 Nyeri dada : ya, tidak
 Bunyi jantung : normal, mur-mur, gallop, lain-lain:……...
 Capillary Refill Time (CRT): < 3 detik, > 3 detik
 Akral : hangat, panas, dingin kering, dingin, basah
 Lainnya : ………………………….
Masalah keperawatan: …………………………………….

3. B3 (Brain) / persarafan dan Pengindraan


Bila Diagnosa Medis pasien adalah Stroke, Meningitis dll, lakukan juga
pemeriksaan 12 Nervus
 GCS : 4 eye, 5verbal, 6 motorik, total: 15
 Refleks fisiologi : + patella, +triceps, + biceps, lain-lain: ………….
 Refleks patologis: - babinsky, -brudzinsky, - kernig, lain-lain:……..
 Istirahat/tidur : 7-8 jam/hari
 Gangguan tidur : tidak ada gangguan
 Lainnya : ………………………………………………….
Masalah keperawatan: …………………………………………..

 Pupil : isokor, anisokor, lain-lain; ……………………..


 Sklera/konjungtiva : anemis, ikterus, lain-lain: …………….
 Reaksi terhadap cahaya: Positif
 Gangguan penglihatan : ya tidak, jelaskan: ……………………
 Bentuk telinga : normal tidak, jelaskan: ………………...
 Gangguan pendengaran: ya tidak, jelaskan: ……………………
 Bentuk hidung : normal tidak, jelaskan: …………………
 Gangguan penciuman : ya tidak, jelaskan: ……………………
Masalah keperawatan: ………………………………………….

4. B4 (Bladder)/Perkemihan
 Kebersihan: bersih kotor, lain-lain: …………………………..

Profesi_Ners_UCB
 Jumlah urine: 900 cc/hari, warna urine: kuning jernih , bau urine: khas
 Alat bantu (kateter, dll): ada, tidak ada, ukuran: ……………, lainnya:
 Kandung kemih: Membesar: ya, tidak, lain-lain: ……………….
 Nyeri tekan: ya, tidak, lain-lain: ……………….
 Gangguan: anuria, oliguria, retensi, inkontinensia
nokturia, lain-lain: ……………………….
 Masalah keperawatan: ………………………………….

5. B5 (Bowel)/Pencernaan
 Nafsu makan: baik, menurun, lain-lain: …………………………
 Mual : ya, tidak
 Muntah: ya, tidak. Jumlah: …. cc
 Porsi makan: habis, tidak, keterangan: ………………………..
 Minum : 1000 cc/hari, jenis yang diminum: air putih
 Mulut : bersih, kotor, berbau
 Membran mukosa: lembab, kering, stomatitis
 Tenggorokan: sakit menelan/nyeri tekan, kesulitan menelan
Pembesaran tonsil, lain-lain: …………………….
 Abdomen: tegang, kembung, asites, nyeri tekan,
lokasi:

(beri tanda X pada daerah nyeri tekan)


 Peristaltik : 15 x/menit
 Pembesaran hepar: ya, tidak
 Pembesaran lien : ya, tidak
 Buang air besar: kali/hari, teratur: ya, tidak
 Konsistensi: lembek berbentuk, bau: khas, warna: kecoklatan
 Lain-lain : sudah 1 minggu tidak BAB
Masalah keperawatan: Risiko Konstipasi

Profesi_Ners_UCB
6. B6 (Bone)/Muskuloskeletal dan Integumen
 Kemampuan pergerakan sendi: bebas, terbatas
 Warna kulit: ikterus, sianosis, kemerahan, pucat
 Turgor kulit: baik, sedang, jelek
 Edema: ada, tidak ada, lokasi edema : terdapat edema dibagian kaki kanan
yang mengalami luka

 Kekuatan Otot: 5/5/4/5

Lain-lain: terdapat luka dibagian kaki kanan, terdapat jaringan nekrosis, slough +,
kemerahan dan kerusakan lapisan kulit, Pasien mengeluh nyeri pada luka dibagian
kaki kanan, (P : luka ulkus diabetic, Q: nyeri seperti tertusuk jarum, R: luka dikaki
kanan, S: skala nyeri 6 (nyeri sedang), T: nyeri terus menerus), pasien tampak
meringis, bersikap protektif, gelisah
Masalah keperawatan: Gangguan integritas kulit/jaringan, Nyeri Akut

7. Endokrin
 Pembesaran tiroid : ya, tidak
 Hiperglikemia : ya, tidak
 Hipoglikemia : ya, tidak
 Luka gangren : ya, tidak
 Lain-lain : ………………
Masalah keperawatan : ………………

8. Personal hygiene
 Mandi : 1 x/hari (mandiri/dibantu sebagian/dibantu total)
 Keramas : 2 x/minggu (mandiri/dibantu sebagian/dibantu total)
 Ganti pakaian : 1 x/hari (mandiri/dibantu sebagian/dibantu total)
 Sikat gigi : 1 x/hari (mandiri/dibantu sebagian/dibantu total)
 Memotong kuku : 1 x/minggu (mandiri/dibantu sebagian/dibantu total)
Masalah keperawatan: ………………………………………………

Profesi_Ners_UCB
9. Psiko-sosio-spiritual
 Orang yang paling dekat : Anak kandung
 Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: baik
 Kegiatan ibadah: rajin ibadah ke gereja setiap minggu sebelum sakit, saat sakit
rajin berdoa
 Konsep diri:
a. Gambaran diri : Merespon dengan baik
b. Ideal diri : Pasien tampak percaya diri
c. Harga diri :
d. Peran diri :
e. Identitas diri :
Masalah keperawatan : ……………………………………

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
(6 maret 2023)
GDP : 201 (normal 80-125 mg/dl)
GD2JPP : 196 (normal 110-180 mg/dl)
GDS : 215 (normal <200 mg/dl)
(7 maret 2023)
GDP : 185 (normal 80-125 mg/dl)
GD2JPP : 200 (normal 110-180 mg/dl)
GDS : 96 (normal <200 mg/dl)
(8 maret 2023)
GDP : 160 (normal 80-125 mg/dl)
GD2JPP : 178 (normal 110-180 mg/dl)
GDS : 111 (normal <200 mg/dl)
1. Laboratorium

(4 Maret 2023)
 Eritrosit : 2.61, (normal 4.0-5.0 juta/uL)
 Hemoglobin : 7.3, (normal 11.5-16.6 g/dL)
 Hematokrit : 21.1, (normal 35%-45%)
 Leukosit : 14.7, (normal 4.0-11.0 ribu/uL)
 MPV : 5.01, (normal 7.2-11.1 fL)
 MCV : 80.8, (normal 82-92 fL)
 Limfosit : 5.21, (normal 20%-40%)
 Neurofil : 93.0, (normal 50%-70%)

(8 Maret 2023)
 Eritrosit : 3.94, (normal 4,0-5,0 juta/uL)
 Hemoglobin : 10.3, (normal 11,5-16,6 g/dL)
 Hematokrit : 32.0%, (normal 35%-45%)

Profesi_Ners_UCB
 Leukosit : 13.0, (normal 4.0-11.0 ribu/uL)

2. Radiologi: X-Ray, Ct Scan :-


3. USG/Endoskopy dll :-
4. EKG : Sinus mode tachycardia; Longitudinal Left axis
deviation; I II aVR aVL V4 V5 V6 Abnormal T wave;
5. Lainnya :-
Masalah keperawatan : ketidakstabilan kadar glukosa darah

E. THERAPI SAAT INI

No Jenis Obat Dosis Indikasi Kontraindikasi


1 Lisinopril 1x5 mg Untuk semua tingkat hipertensi; pada pasien dengan riwayat
gagal jantung kongestif hipersensitivitas terhadap
(tambahan); setelah infark miokard lisinopril, riwayat angioedema
pada pasien yang secara pada
hemodinamik stabil penggunaan angiotensin-
converting enzyme
inhibitor (ACE inhibitor),
pasien yang hamil, dan anak-
anak dengan glomerular
filtration rate < 30
ml/menit/1,73 m2.
2 NaCl 0,9% 2o tpm  Sebagai pengganti cairan Riwayat alergi atau
ekstrasel yang hilang atau hipersensitivitas terhadap
mengatasi dehidrasi isotonik. semua kandungan RL, yaitu
 Mengatasi kekurangan natrium, klorida, kalium,
garam. kalsium, dan laktat. Peringatan
 Mengatasi penggunaan RL adalah
ketidakseimbangan antara interaksi obat yang disebabkan
asam dan basa (asidosis sifat cairan RL yang
metabolik) (asidosis alkali/basa, karena dapat
metabolik ringan). mempengaruhi eliminasi obat
 Penggantian elektrolit pada di ginjal.
luka bakar

3 Omeprazole 2x40 Untuk mengatasi asam lambung Pasien dengan


mg (IV) berlebih dan keluhan yang hipersensitivitas terhadap
mengikutinya. Obat ini umumnya omeprazole dan obat golongan
digunakan untuk penghambat pompa proton
mengatasi gastroesophageal reflux lain. Peringatan pada
disease (GERD), sakit maag pemberian omeprazole adalah
(gastritis), atau tukak lambung risiko infeksi Clostridium
difficile dan kanker lambung
pada penggunaan jangka
panjang dan dosis tinggi
4 Salbutamol 2x4 mg Pasien yang memiliki riwayat
Sebagai bronkodilator kerja cepat
hipersensitivitas terhadap obat
pada penanganan asthma dan salbutamol ataupun bahan
tambahan yang ada di dalam
penyakit paru obstruktif kronik
formulasi obat
(PPOK). Dosis disesuaikan dengan
bentuk sediaan yang digunakan.

Profesi_Ners_UCB
Selain dapat merelaksasi otot
polos bronkus, salbutamol juga
memiliki efek dapat merelaksasi
otot rahim dan dapat digunakan
untuk penundaan persalinan
preterm

5 Levofloxacin 1x750 untuk mengobati berbagai macam hipersensitivitas terhadap


mg infeksi bakteri seperti pneumonia, levofloksasin dan antimikroba
infeksi kulit dan jaringan lunak, golongan kuinolon, epilepsi,
bronkitis, infeksi saluran kemih, riwayat gangguan tendon
ulkus kornea, dan lain sebagainya terkait pemberian
florokuinolon, anak atau
remaja, kehamilan, menyusui
6 Levemir 1x8 Pengobatan Diabetes Melitus pada Hindari penggunaan pada
orang dewasa, remaja dan anak pasien yang hipersensitif
berusia 2 tahun dan diatasnya. (reaksi berlebih atau sangat
sensitif).
7 Novorapid Digunakan untuk terapi kencing Alergi terhadap komponen
manis (diabetes melitus). obat., penderita kadar gula
darah di bawah normal
(hipoglikemia)
8 Meropenem 3x1 gr Indikasi meropenem adalah untuk pasien yang memiliki riwayat
infeksi berat seperti meningitis reaksi hipersensitivitas, baik
bakteri, infeksi kulit dan jaringan reaksi alergi atau anafilaksis,
lunak komplikata, serta infeksi terhadap meropenem, obat
intraabdomen komplikata. golongan beta laktam lain, dan
Meropenem digunakan sebagai komponen lain dalam sediaan
terapi tunggal pada orang dewasa obat
dan anak untuk pengobatan infeksi
yang disebabkan oleh patogen
yang peka terhadap obat ini
Catatan: indikasi dan kontraindikasi terapi saat ini dapat dilihat pada Buku ISO (indormasi Spesialite Obat) Indonesia, MIMS dll

Atambua, 06 Maret 2023


Mahasiswa (Pengambil Data)

(Delfince Yuliana Lodoh)


NIM: 223111078

Profesi_Ners_UCB
Analisa Data
No TANGGAL DATA DATA ETIOLOGI MASALAH
SUBJEKTIF OBJEKTIF
1 06/03/2023 Pasien mengatakan Dispnea, pola DM Pola napas tidak
sesak napas napas abnormal efektif (D.0005)
(takipnea),
penggunaan otot Lipofisis meningkat
bantu napas, RR:
27x/mnt, SpO2:
93%, terpasang Asam lemak bebas
O₂ 3 lpm/NC meningkat

Ketoasidosis

Perningkatan
kusmaul, sesak
napas

Hambatan upaya
napas

Poli napas tidak


efektif
2 06/03/2023 Pasien mengeluh Pasien tampak Agen pencedera Nyeri akut
nyeri pada luka meringis, bersikap fisiologis (D.0077)
dibagian kaki kanan protektif, gelisah
(P: luka ulkus PD mudah rusak
diabetic, Q:nyeri
seperti tertusuk Gangguan supaly
jarum, R: luka O2 dan darah
dikaki kanan, S:
skala nyeri 6 (nyeri Neuropati perifer
sedang), T: nyeri
terus menerus) Mudah terjadi luka

Terjadi kerusakan
jaringan

Pelepasan mediator
nyeri

nyeri akut
3 06/03//2023 Pasien mengatakan tampak lesu, Kadar glukosa Ketidakstabilan
pusing, dan gula gemetar, kadar dalam darah tinggi kadar glukosa
darahnya biasanya glukosa darah : darah(D.0027)
tinggi 215 mg/dl Hiperglikemia

Diabetes mellitus

Profesi_Ners_UCB
Ketidakstabilan
kadar glukosa darah
4 06/03/2023 Pasien mengatakan Terdapat jaringan Kerusakan PD Gangguan
terdapat luka nekrosis, slough perifer integritas
dibagian kaki kanan +, kemerahan, kulit/jaringan
kerusakan Gangguan supaly (D.0129)
jaringan dan O2 dan darah
lapisan kulit
Neuropati perifer

Mudah terjadi luka

Perubahan sirkulasi

Terjadi kerusakan
jaringan dan lapisan
kulit

Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas dibuktikan dengan
pasien mengatakan sesak napas, dispnea, pola napas abnormal (takipnea), penggunaan
otot bantu napas, RR: 27x/mnt, SpO2: 93%, terpasang O₂ 3 lpm/NC
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan Pasien
mengeluh nyeri pada luka dibagian kaki kanan, (P : luka ulkus diabetic, Q: nyeri seperti
tertusuk jarum, R: luka dikaki kanan, S: skala nyeri 6 (nyeri sedang), T: nyeri terus
menerus), pasien tampak meringis, bersikap protektif, gelisah
3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan diabetes melitus dibuktikan
dengan pasien mengatakan pusing, gula darahnya biasanya tinggi, tampak lesu, gemetar,
kadar glukosa darah : 215 mg/dl
4. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi dibuktikan
dengan Pasien mengatakan terdapat luka dibagian kaki kanan, Terdapat jaringan
nekrosis, slough +, kemerahan, kerusakan jaringan dan lapisan kulit

Prioritas Diagnosa Keperawatan:


1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas dibuktikan dengan
pasien mengatakan sesak napas, dispnea, pola napas abnormal (takipnea), penggunaan
otot bantu napas, RR: 27x/mnt, SpO2: 93%, terpasang O₂ 3 lpm/NC
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan Pasien
mengeluh nyeri pada luka dibagian kaki kanan, (P : luka ulkus diabetic, Q: nyeri seperti
tertusuk jarum, R: luka dikaki kanan, S: skala nyeri 6 (nyeri sedang), T: nyeri terus
menerus), pasien tampak meringis, bersikap protektif, gelisah
3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan diabetes melitus dibuktikan
dengan pasien mengatakan pusing, gula darahnya biasanya tinggi, tampak lesu, gemetar,
kadar glukosa darah : 215 mg/dl
4. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi dibuktikan
dengan Pasien mengatakan terdapat luka dibagian kaki kanan, Terdapat jaringan nekrosis,
slough +, kemerahan, kerusakan jaringan dan lapisan kulit

Profesi_Ners_UCB
Profesi_Ners_UCB
Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Tujuan Intervensi
1 Pola napas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan Respirasi (I.01014)
dengan hambatan upaya napas selama 3x 24 jam pola napas membaik Observasi
ditandai dengan pasien mengatakan dengan kriteria hasil : 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
sesak napas, dispnea, pola napas 1. dispnea menurun 2. Monitor pola napas (dyspnea, takipnea, bradipnea)
abnormal (takipnea), penggunaan otot 2. frekuensi napas membaik(18-20)
bantu napas, RR: 27x/mnt 3. penggunaan otot bantu napas
3. Monitor saturasi oksigen
menurun Terapeutik
4. kedalaman napas membaik 1. Posisikan semi fowler atau fowler
5. SpO₂ membaik(97-100%) 2. Berikan oksigen sesuai kondisi pasien 3 lpm
3. Berikan obat untuk mengatasi sesak napas
2 Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri (I.01014)
pencedera fisiologis ditandai dengan selama 3x24 jam tingkat nyeri pasien
Pasien mengeluh nyeri pada luka menurun dengan kriteria hasil: Observasi
dibagian kaki kanan (P : luka ulkus 1. Keluhan nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas
diabetic, Q: nyeri seperti tertusuk 2. Meringis menurun nyeri
jarum, R: luka dikaki kanan, S: skala 2. Identifikasi skala nyeri
nyeri 6 (nyeri sedang), T: nyeri terus
3. Sikap protektif menurun
menerus), Pasien tampak meringis, 4. Skala nyeri menurun 3. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingakan nyeri
bersikap protektif, gelisah Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis.TENS, hipnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,tekik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
Edukasi
1. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetic

Pemberian Analgetik I.08243

Obbservasi
1. Identifikasi riwayal alergi obat
2. Identifikasi kesesuaian analgesic dengan tingkat nyeri
3. Monitor tanda tanda vita sebelum dan sesudah pemberian analgesic
4. Monitor efektifitas analgesic

Profesi_Ners_UCB
3 Ketidakstabilan kadar glukosa darah Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hiperglikemia (I.03115)
ditandai dengan pasien mengatakan selama 3x24 jam Kadar glukosa pasien Observasi
pusing, gula darahnya biasanya tinggi, membaik dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
tampak lesu, gemetar, kadar glukosa 1. Pusing menurun 2. Monitor kadar glukosa darah
darah : 215 mg/dl 2. Tampak lesu menurun 3. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
3. Kadar glukosa membaik Edukasi
(80-120mg/dl) 1. Anjurkan memghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dL
2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberikan insulin
4 Gangguan integritas kulit/jaringan Setelah dilakukan indakan keperawatan Perawatan Luka I.14564
berhubungan dengan perubahan selama 3x24 jam integritas kulit pasien
sirkulasi ditandai dengan Pasien membaik kriteria hasil: Observasi
mengatakan terdapat luka dibagian 1. Kerusakan jaringan menurun 1. Monitor karakteristik luka
kaki kanan, Terdapat jaringan 2. Kerusakan lapisan kulit menurun 2. Monitor tanda-tanda infeksi
nekrosis, slough +, kemerahan, 3. Perdarahan menurun Terapeutik
kerusakan jaringan dan lapisan kulit 4. Kemerahan menurun 3. Rawat luka 1x/hari dengan Teknik steril
5. Nekrosis menurun Kolaborasi
6. Slough menurun 4. Berikan antibiotic ceftriaxone 2x1 gr/IV

Profesi_Ners_UCB
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari 1
No Tanggal Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan Jam Evaluasi Nama &
Ttd
1 06/03/2023 Pola napas tidak efektif Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya 08.30 Senin, 06/03/2023 Delfince
berhubungan dengan napas (RR : 27x/mnt, irama tidak teratur, Jam 13.50
hambatan upaya napas penggunaan otot bantu napas)
ditandai dengan pasien S: pasien mengatakan sesak napas
mengatakan sesak napas, Monitor pola napas (dyspnea) 08.35
dispnea, pola napas O: dispnea, pola napas abnormal (takipnea),
abnormal (takipnea), Monitor saturasi oksigen ( SpO₂ : 93%) 08.37 penggunaan otot bantu napas
penggunaan otot bantu TD: 90/48 mmHg, , N: 60 x/m, S: 36,7 ̊c, RR :
napas, RR: 27x/mnt Mengatur posisi semi fowler untuk mengurangi 12:00 27x/m, SpO₂ : 93%
sesak napas pasien (pasien mengatakan nyaman
dengan posisi tersebut dan sesak napas sedikit A: masalah keperawatan pola napas tidak
berkurang) efektif belum teratasi

Melayani pemberikan salbutamol 2x4 mg/PO 12.30 P: intervensi 1-5 dilanjutkan

2 06/03/2023 Nyeri akut berhubungan Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 08.40 Senin, 06/03/2023 Delfince
dengan agen pencedera kualitas, intensitas nyeri (P : luka ulkus Jam 13.50
fisiologis ditandai dengan diabetic, Q: nyeri seperti tertusuk jarum, R:
Pasien mengeluh nyeri pada luka dikaki kanan, S: skala nyeri 6 (nyeri 08.42 S: Pasien mengeluh nyeri pada luka dibagian
luka dibagian kaki kanan, sedang), T: nyeri terus menerus), kaki kanan, skala nyeri 6
Pasien tampak meringis,
bersikap protektif, gelisah Mengukur skala nyeri (skala nyeri 6) O: Pasien tampak meringis, bersikap protektif,
08.45 gelisah
Mengidentifikasi factor yang memperberat dan TD: 90/48 mmHg, N: 60 x/m, S: 36,7 ̊c, RR :
memperingakan nyeri (pasien merasa nyeri saat 27x/m, SpO₂ : 93%
kaki digerakan dan akan memperingan nyeri 08.50
Ketika tidak diigerakan) A: masalah keperawatan nyeri akut belum
teratasi
Memberikan teknik nonfarmakologis untuk 08.55
mengurangi rasa nyeri ( Teknik napas dalam) P: intervensi 1,2, 7,8,9 dilanjutkan

Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk 09.00


mengurangi rasa nyeri (pasien mengerti dan bisa
melakukan apa yang sudah dijelaskan dan
ajarkan)

Profesi_Ners_UCB
09.05
mengidentifikasi riwayat alergi obat (pasien tidak
ada alergi obat)
11.30
Mengukur tanda tanda vital sebelum pemberian
analgesic (TD: 89/40 mmHg, N: 68 x/m, S: 36,3
̊c, RR : 29x/m, SpO₂ : 93%)
12.30
Melayani injeksi ketorolac 1 ampul/IV
13.00
Mengukur tanda tanda vital sesudah pemberian
analgesic (,TD: 90/48 mmHg, N: 60 x/m, S: 36,7
̊c, RR : 27x/m, SpO₂ : 93%)
13.05
Monitor efektifitas analgesic (nyeri pasien
berkurang)

3 06/03/2023 Ketidakstabilan kadar Memonitor kadar glukosa darah (kadar 10.00 Senin, 06/03/2023 Delfince
glukosa darah ditandai glukosa darah 201 mg/dl) Jam 13.50
dengan pasien mengatakan
pusing, gula darahnya Memonitor tanda dan gejala 10.05 S: pasien mengatakan pusing, gula darahnya
biasanya tinggi, tampak lesu, hiperglikemia (luka membesar dan tak biasanya tinggi
gemetar, kadar glukosa kunjung sembuh, kadar glikosa darah
darah : 215 mg/dl tinggi) O: tampak lesu, gemetar, kadar glukosa darah :
10.15 215 mg/dl
meganjurkan memghindari olahraga saat kadar TD: 90/48 mmHg, N: 60 x/m, S: 36,7 ̊c, RR :
glukosa darah lebih dari 250 mg/dL 27x/m, SpO₂ : 93%
10.20
mengajarkan pasien monitor kadar glukosa A: masalah keperawatan Ketidakstabilan kadar
darah secara mandiri (pasien dan keluarga glukosa darah belum teratasi
mengatakan mengerti dengan apa yang P: intervensi 1, 2, 6 dilanjutkan
sudah dijelaskan dan dapat dilakukan)
10.25
mengajarkan pasien dan keluarga
pantangan makanan yang tidak boleh 10.30
dimakan( diet DM)
Memberikan Levemir 6 unit/ SC
4 06/03/2023 Gangguan integritas Memonitor karakteristik luka (Terdapat luka 09.00 Senin, 06/03/2023 Delfince

Profesi_Ners_UCB
kulit/jaringan berhubungan dikaki kanan, kedalaman kurang lebih 1 cm, Jam 13.50
dengan perubahan sirkulasi panjang kurang lebih 7cm, terdapat jaringan
ditandai dengan Pasien nekrosis, slough +, kerusakan lapisan kulit, dan S: Pasien mengatakan terdapat luka dibagian
mengatakan terdapat luka terdapat kemerahan) kaki kanan
dibagian kaki kanan,
Terdapat jaringan nekrosis, Memonitor tanda-tanda infeksi (terdapat 09.10 O: Terdapat jaringan nekrosis, slough +,
slough +, kemerahan, kemerahan, slough +, eksudat +, jaringan kemerahan, kerusakan jaringan dan lapisan
kerusakan jaringan dan nekrosis, kerusakan lapisan kulit) kulit
lapisan kulit TD: 90/48 mmHg, N: 60 x/m, S: 36,7 ̊c, RR :
Merawat luka 1x/hari dengan teknik steril 09.45 27x/m, SpO₂ : 93%

Melayani injeksi antibiotic ceftriaxone 2x1 gr/IV 12.00 A: masalah keperawatan Gangguan integritas
kulit/jaringan belum teratasi

P: intervensi 1-4 dilanjutkan

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari 2


No Tanggal Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan Jam Evaluasi Nama &
Ttd
1 07/03/2023 Pola napas tidak efektif Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya 14.50 Selasa, 07/03/2023 Delfince
berhubungan dengan napas (RR : 30x/mnt, irama tidak teratur, Jam 19.50
hambatan upaya napas penggunaan otot bantu napas)
ditandai dengan pasien S: pasien mengatakan masih merasa sesak
mengatakan sesak napas, Monitor pola napas (dyspnea) 14.55 napas
dispnea, pola napas
abnormal (takipnea), Monitor saturasi oksigen ( SpO₂ : 95%) 15.00 O: masih terdapat dispnea, pola napas masih
penggunaan otot bantu abnormal (takipnea), penggunaan otot bantu
napas, RR: 27x/mnt Mengatur posisi semi fowler untuk mengurangi 15.10 napas
sesak napas pasien(pasien mengatakan dengan TD: 130/85 mmHg, , N: 90 x/m, S: 37,5 ̊ c,
posisi ini sesak napas sedikit berkurang) RR : 30x/m, SpO₂ : 95%, terpasang O2 3
17.30 lpm/NC
Memberikan oksigen 5 lpm/NC
17.45 A: masalah keperawatan pola napas tidak
Melayani pemberian obat oral salbutamol 2x4 mg efektif belum teratasi

P: intervensi 1-6 dilanjutkan

Profesi_Ners_UCB
2 07/03/2023 Nyeri akut berhubungan Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 16.20 Selasa, 07/03/2023 Delfince
dengan agen pencedera kualitas, intensitas nyeri (P : luka ulkus Jam 20.10
fisiologis ditandai dengan diabetic, Q: nyeri seperti tertusuk jarum, R:
Pasien mengeluh nyeri pada luka dikaki kanan, S: skala nyeri 5 (nyeri S: Pasien masih mengeluh nyeri pada luka
luka dibagian kaki kanan (P : sedang), T: nyeri terus menerus), dibagian kaki kanan, skala nyeri 5
luka ulkus diabetic, Q: nyeri
seperti tertusuk jarum, R: Mengukur skala nyeri (skala nyeri 5) 16.25 O: Pasien tampak meringis, bersikap protektif,
luka dikaki kanan, S: skala gelisah
nyeri 6 (nyeri sedang), T: Mengukur tanda tanda vita sebelum pemberian TD: 130/85 mmHg, , N: 90 x/m, S: 37,5 ̊ c,
nyeri terus menerus),, Pasien analgesic (sebelum , TD: 100/70 mmHg, N: 68 17.30 RR : 30x/m, SpO₂ : 95%, terpasang O2 5
tampak meringis, bersikap x/m, S: 36,3 ̊c, RR : 29x/m, SpO₂ : 93%) lpm/NC
protektif, gelisah
Melayani injeksi ketorolac 1 ampul/IV A: masalah keperawatan nyeri akut belum
teratasi
Mengukur tanda tanda vital sesudah pemberian 18.10
analgesic (,TD: 130/85 mmHg, , N: 90 x/m, S: P: intervensi 1-5 dilanjutkan
37,5 ̊c, RR : 30x/m, SpO₂ : 95%)

Monitor efektifitas analgesic (nyeri pasien 18.30


berkurang)

3 07/03/2023 Ketidakstabilan kadar Memonitor kadar glukosa darah (kadar 18.00 Selasa, 07/03/2023 Delfince
glukosa darah ditandai glukosa darah 96 mg/dl) Jam 20.00
dengan pasien mengatakan
pusing, gula darahnya Memberikan Levemir 6 unit/ SC 18.10 S: pasien mengatakan masih sedikit pusing,
biasanya tinggi, tampak lesu, gula darahnya mulai membaik
gemetar, kadar glukosa
darah : 215 mg/dl O: tampak lesu, gemetar, kadar glukosa darah :
96 mg/dl
TD: 130/85 mmHg, , N: 90 x/m, S: 37,5 ̊ c,
RR : 30x/m, SpO₂ : 95%, terpasang O2 5
lpm/NC

A: masalah keperawatan Ketidakstabilan kadar


glukosa darah teratasi sebagian

P: intervensi 1-2 dilanjutkan

Profesi_Ners_UCB
4 07/03/2023 Gangguan integritas Memonitor karakteristik luka (Terdapat luka 15.20 Selasa, 07/03/2023 Delfince
kulit/jaringan berhubungan dikaki kanan, kedalaman kurang lebih 1 cm, Jam 20.05
dengan perubahan sirkulasi panjang kurang lebih 7cm, terdapat jaringan
ditandai dengan Pasien nekrosis, slough +, kerusakan lapisan kulit, dan S: Pasien mengatakan terdapat luka dibagian
mengatakan terdapat luka terdapat kemerahan) kaki kanan
dibagian kaki kanan,
Terdapat jaringan nekrosis, Memonitor tanda-tanda infeksi (terdapat 15.25 O: masih terdapat jaringan nekrosis, slough +,
slough +, kemerahan, kemerahan, slough +, eksudat +, jaringan kemerahan, kerusakan jaringan dan lapisan
kerusakan jaringan dan nekrosis, kerusakan lapisan kulit) kulit diluka pasien
lapisan kulit TD: 130/85 mmHg, , N: 90 x/m, S: 37,5 ̊ c,
Merawat luka 1x/hari dengan teknik steril 15.30 RR : 30x/m, SpO₂ : 95%, terpasang O2 3
lpm/NC
Melayani injeksi antibiotic ceftriaxone 2x1 gr/IV 12.00
A: masalah keperawatan Gangguan integritas
kulit/jaringan belum teratasi

P: intervensi 1-4 dilanjutkan

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari 3


No Tanggal Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan Jam Evaluasi Nama &
Ttd
1 08/03/2023 Pola napas tidak efektif Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya 08.50 Rabu, 08/03/2023 Delfince
berhubungan dengan napas (RR : 23x/mnt, irama tidak teratur, Jam 13.50
hambatan upaya napas penggunaan otot bantu napas)
ditandai dengan pasien S: pasien mengatakan masih merasa sesak
mengatakan sesak napas, Monitor pola napas (dyspnea) 08.55 napas
dispnea, pola napas
abnormal (takipnea), Monitor saturasi oksigen ( SpO₂ : 93%) O: masih terdapat dispnea, pola napas masih
penggunaan otot bantu abnormal (takipnea), penggunaan otot bantu
napas, RR: 27x/mnt Mengatur posisi semi fowler untuk mengurangi 09.05 napas
sesak napas pasien (pasien mengatakan dengan TD: 104/94 mmHg, , N: 106 x/m, S: 36 ̊c, RR :
posisi ini sesak napas sedikit berkurang) 23x/m, SpO₂ : 93%
12.05
Melayani obat salbutamol 2x4 mg/PO A: masalah keperawatan pola napas tidak
efektif teratasi Sebagian

P: intervensi 1-5 dilanjutkan

Profesi_Ners_UCB
2 08/03/2023 Nyeri akut berhubungan Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 10.45 Rabu, 08/03/2023 Delfince
dengan agen pencedera kualitas, intensitas nyeri (P : luka ulkus Jam 14.10
fisiologis ditandai dengan diabetic, Q: nyeri seperti tertusuk jarum, R:
Pasien mengeluh nyeri pada luka dikaki kanan, S: skala nyeri 4 (nyeri S: Pasien mengatakan nyeri pada luka
luka dibagian kaki kanan sedang) dibagian kaki kanan sudah berkurang, skala
luka (P : luka ulkus diabetic, 10.55 nyeri 4
Q: nyeri seperti tertusuk Mengukur skala nyeri (skala nyeri 4)
jarum, R: luka dikaki kanan, 11.30 O: Pasien tampak meringis, gelisah
S: skala nyeri 6 (nyeri Mengukur tanda tanda vita sebelum pemberian TD: 104/94 mmHg, , N: 106 x/m, S: 36 ̊c, RR :
sedang), T: nyeri terus analgesic (TD: 95/78 mmHg, N: 80 x/m, S: 36,9 23x/m, SpO₂ : 93%
menerus), Pasien tampak ̊c, RR : 27x/m, SpO₂ : 93%)
meringis, bersikap protektif, 12.00 A: masalah keperawatan nyeri akut teratasi
gelisah Melayani injeksi ketorolac 1 ampul/IV sebagian
12.30
Mengukur tanda tanda vita sesudah pemberian P: intervensi 1-5 dilanjutkan
analgesic (TD: 104/94 mmHg, , N: 106 x/m, S:
36, ̊c, RR : 23x/m, SpO₂ : 93%)
12.35
Monitor efektifitas analgesic (nyeri pasien
berkurang)

3 08/03/2023 Ketidakstabilan kadar Memonitor kadar glukosa darah (kadar 09.40 Rabu, 08/03/2023 Delfince
glukosa darah ditandai glukosa darah 111 mg/dl) Jam 14.00
dengan pasien mengatakan
pusing, gula darahnya Melayani pemberian Levemir 6 unit/ SC 11.40 S: pasien mengatakan sudah tidak pusing, gula
biasanya tinggi, tampak lesu, darahnya mulai membaik
gemetar, kadar glukosa
darah : 215 mg/dl O: tampak lesu, kadar glukosa darah : 111
mg/dl
TD: 104/94 mmHg, , N: 106 x/m, S: 36 ̊c, RR :
23x/m, SpO₂ : 93%

A: masalah keperawatan Ketidakstabilan kadar


glukosa darah teratasi

P: intervensi 1-2 dilanjutkan

4 08/03/2023 Gangguan integritas Memonitor karakteristik luka (Terdapat luka 09.55 Rabu, 08/03/2023 Delfince

Profesi_Ners_UCB
kulit/jaringan berhubungan dikaki kanan, kedalaman kurang lebih 1 cm, Jam 14.05
dengan perubahan sirkulasi panjang kurang lebih 7cm, terdapat jaringan
ditandai dengan Pasien nekrosis, slough +, kerusakan lapisan kulit, dan S: Pasien mengatakan terdapat luka dibagian
mengatakan terdapat luka terdapat kemerahan) kaki kanan yang dirasa lama kelamaan
dibagian kaki kanan, semakin membesar
Terdapat jaringan nekrosis, Memonitor tanda-tanda infeksi (terdapat 10.00
slough +, kemerahan, kemerahan, slough +, eksudat +, jaringan O: masih terdapat jaringan nekrosis, slough +,
kerusakan jaringan dan nekrosis, kerusakan lapisan kulit) kemerahan, kerusakan jaringan dan lapisan
lapisan kulit kulit diluka pasien
Merawat luka 1x/hari dengan teknik steril 10.10 TD: 104/94 mmHg, , N: 106 x/m, S: 36 ̊c, RR :
23x/m, SpO₂ : 93%
Berikan antibiotic ceftriaxone 2x1 gr/IV 12.10
A: masalah keperawatan Gangguan integritas
kulit/jaringan belum teratasi

P: intervensi 1-4 dilanjutkan

Profesi_Ners_UCB
Profesi_Ners_UCB
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang ditemukan antara
teori dan kasus yaitu “ asuhan keperawatan pada Ny. D.M dengan Diabetes Melitus di
ruangan Bougenvile RSUD Mgr. Gabriel Manek SVD Atambua. Penulis mencoba
membahas dari hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan dan membandingkan dengan
tinjauan teori. Pembahasan ini disesuaikan berdasarkan tahap proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
4.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan langkah awal dalam melaksanakan asuhan
keperawatan yang di terapkan pada kasus, pengkajian yang dilakukan menggunakan
metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan data yang didapat melalui study
dokumentasi keperawatan atau status klien. Pengkajian pada Ny. D.M dengan Diabetes
Melius dilakukan pada hari rabu tanggal 06 maret 2023. Pada teori (Hasdiana, 2017)
disebutkan tanda gejala Diabetes melitus yaitu Intensitas buang air kecil yang cukup
sering, cepat merasa lapar, sering merasa haus, berat badan menurun cepat tanpa ada
penyebab yang jelas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, cepat Lelah, mudah
mengantuk. Hal ini sesuai dengan tanda dan gejala yang ditemukan pada Ny.D.M yaitu
buang air kecil yang cukup sering, berat badan menurun tanpa ada penyebab yang jelas
(BB awal 67, BB sekarang 62, luka yang sulit sembuh pada kaki pasien, pasien merasa
cepat lelah, dan mudah mengantuk. Pada teori pemeriksaan penunjang untuk
mendiagnosis Diabetes Melitus adalah laboratorium, dan pemeriksaan GDS, GDP,
GD2JPP dan pemeriksaan tersebut sesuai dengan pemeriksaan yang dilakukan pada
pasien dan hasilnya adalah pemeriksaan hemoglobin 7.3 g/dl, GDP :201 mg/dl,
GD2JPP: 196 mg/dl, GDS: 215). Dalam teori dikatakan bahwa salah satu penyebab
terjadinya Diabetes Melitus adalah Ketika kadar glukosa dalam darah tinggi atau lebih
dari batas normal.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada teori ditemukan 5 diagnosa keperawatan, sedangkan pada
kasus hanya ditemukan 4 diagnosa keperawatan. Diagnosa yang ditemukan di teori dan
ada pada kasus adalah sebagai berikut:

Profesi_Ners_UCB
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas dibuktikan
dengan pasien mengatakan sesak napas, dispnea, pola napas abnormal (takipnea),
penggunaan otot bantu napas, RR: 27x/mnt, SpO2: 93%, terpasang O₂ 3 lpm/NC
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan Pasien
mengeluh nyeri pada luka dibagian kaki kanan, (P : luka ulkus diabetic, Q: nyeri
seperti tertusuk jarum, R: luka dikaki kanan, S: skala nyeri 6 (nyeri sedang), T: nyeri
terus menerus), pasien tampak meringis, bersikap protektif, gelisah
c. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan diabetes melitus
dibuktikan dengan pasien mengatakan pusing, gula darahnya biasanya tinggi, tampak
lesu, gemetar, kadar glukosa darah : 215 mg/dl
d. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi
dibuktikan dengan Pasien mengatakan terdapat luka dibagian kaki kanan, Terdapat
jaringan nekrosis, slough +, kemerahan, kerusakan jaringan dan lapisan kulit
4.3 Intervensi Keperawatan
Menurut teori langkah-langkah perencanaan meliputi prioritas masalah, menetapkan
tujuan dan kriteria evaluasi, serta menyusun rencana tindakan. Prioritas masalah pada
kasus dengan teori sama. Pada kasus masalah yamg penulis prioritaskan pertama Pola
napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas dibuktikan dengan
pasien mengatakan sesak napas, dispnea, pola napas abnormal (takipnea), penggunaan
otot bantu napas, RR: 27x/mnt, SpO2: 93%, terpasang O₂ 3 lpm/NC. Diprioritaskan
pertama karena pasien dengan keluhan sesak napas yang kalau tidak segera ditangani
akan menyebabkan apnea. Kemudian prioritas masalah yang kedua adalah Nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan Pasien mengeluh
nyeri pada luka dibagian kaki kanan, (P : luka ulkus diabetic, Q: nyeri seperti tertusuk
jarum, R: luka dikaki kanan, S: skala nyeri 6 (nyeri sedang), T: nyeri terus menerus),
pasien tampak meringis, bersikap protektif, gelisah dan tidak ditangani maka nyeri
bertambah dan dan bisa menyebabkan sesak napas karena nyeri dan prioritas masalah
yang ketiga adalah Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan diabetes
melitus dibuktikan dengan pasien mengatakan pusing, gula darahnya biasanya tinggi,
tampak lesu, gemetar, kadar glukosa darah : 215 mg/dl yang tidak tangani maka akan
kadar glukosa darah semakin meningkat dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi.
Dan masalah keperawatan yang terakhir adalah Gangguan integritas kulit/jaringan
berhubungan dengan perubahan sirkulasi dibuktikan dengan Pasien mengatakan
terdapat luka dibagian kaki kanan, Terdapat jaringan nekrosis, slough +, kemerahan,

Profesi_Ners_UCB
kerusakan jaringan dan lapisan kulit yang tidak tidak ditangani maka akan menyebabkan
luka susah sembuh dan semakin melebar yang beresiko diamputasi kalau tidak dilakukan
perawatan luka secara rutin.

4.4 Implementasi Keperawatan


Pada pelaksanaan semua rencana tindakan dapat dilaksanakan sesuai rencana yang
telah disusun dan disesuaikan dengan kondisi klien. Semua tindakan yang dilakukan dan
respon klien terhadap setiap tindakan untuk mengatasi diagnosa keperawatan yang
ditemukan didokumentasikan pada catatan keperawatan. Selain itu juga setiap perawat
yang melakukan dokumentasi dengan mencatat semua tindakan yang di intervensi,
waktu pelaksanaan tindakan dan menandatangani catatan perawatan yang dilakukan.
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien Ny.D.M adalah sesuai
dengan intervensi keperawatan yang telah dibuat. Pelaksanaan keperawatan yang
dilakukan yaitu Pemantauan Respirasi (I.01014) dimana kelompok Memonitor
frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas (RR : 27x/mnt, irama tidak teratur,
penggunaan otot bantu napas) Monitor pola napas (dyspnea) Monitor saturasi oksigen
( SpO₂ : 93%) ,Mengatur posisi semi fowler untuk mengurangi sesak napas pasien
(pasien mengatakan nyaman dengan posisi tersebut dan sesak napas sedikit berkurang),
Melayani pemberikan salbutamol 2x4 mg/PO, memberikan oksigen sesuai kondisi
pasien 5 lpm
Implementasi keperawatan Nyeri Akut yang dilakukan pada Ny D.M adalah sesuai
dengan intervensi keperawatan yang telah dibuat. Pelaksanaan keperawatan yang
dilakukan yaitu Manajemen nyeri (I.01014) dan Pemberian Analgetik (I.08243) dimana
kelompok, Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, intensitas nyeri (P :
luka ulkus diabetic, Q: nyeri seperti tertusuk jarum, R: luka dikaki kanan, S: skala nyeri
6 (nyeri sedang), T: nyeri terus menerus), Mengukur skala nyeri (skala nyeri 6)
Mengidentifikasi factor yang memperberat dan memperingakan nyeri (pasien merasa
nyeri saat kaki digerakan dan akan memperingan nyeri Ketika tidak diigerakan),
Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( Teknik napas
dalam), Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (pasien
mengerti dan bisa melakukan apa yang sudah dijelaskan dan ajarkan), mengidentifikasi
riwayat alergi obat (pasien tidak ada alergi obat), Mengukur tanda tanda vital sebelum
pemberian analgesic (TD: 89/40 mmHg, N: 68 x/m, S: 36,3 ̊c, RR : 29x/m, SpO₂ : 93%),
Melayani injeksi ketorolac 1 ampul/IV, Mengukur tanda tanda vital sesudah pemberian

Profesi_Ners_UCB
analgesic (TD: 90/48 mmHg, N: 60 x/m, S: 36,7 ̊c, RR : 27x/m, SpO₂ : 93%), Monitor
efektifitas analgesic (nyeri pasien berkurang).
Implementasi Ketidakstabilan kadar glukosa darah yang dilakukan pada Ny D.M
adalah sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah dibuat. Pelaksanaan
keperawatan yang dilakukan yaitu Manajemen Hiperglikemia (I.03115) dimana
kelompok, Memonitor kadar glukosa darah (kadar glukosa darah 201 mg/dl), Memonitor
tanda dan gejala hiperglikemia (luka membesar dan tak kunjung sembuh, kadar glukosa
darah tinggi), meganjurkan memghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dL, mengajarkan pasien monitor kadar glukosa darah secara mandiri (pasien
dan keluarga mengatakan mengerti dengan apa yang sudah dijelaskan dan dapat
dilakukan), mengajarkan pasien dan keluarga pantangan makanan yang tidak boleh
dimakan( diet DM), Memberikan Levemir 6 unit/ SC
Implementasi Gangguan integritas kulit/jaringan yang dilakukan pada Ny D.M
adalah sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah dibuat. Pelaksanaan
keperawatan yang dilakukan yaitu Perawatan Luka (I.14564) dimana kelompok,
Memonitor karakteristik luka (Terdapat luka dikaki kanan, kedalaman kurang lebih 1
cm, panjang kurang lebih 7cm, terdapat jaringan nekrosis, slough +, kerusakan lapisan
kulit, dan terdapat kemerahan), Memonitor tanda-tanda infeksi (terdapat kemerahan,
slough +, eksudat +, jaringan nekrosis, kerusakan lapisan kulit), Merawat luka 1x/hari
dengan teknik steril, Melayani injeksi antibiotic ceftriaxone 2x1 gr/IV

4.5 Evaluasi
Setelah melakukan tindakan keperawatan, maka langkah yang terakhir adalah evaluasi
terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien. Dari 4 diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada klien, pada masalah pola napas tidak efektif teratasi
sebagian karena pasien masih merasa sesak napas, SpO2 93%, dan masih menggunakan
otot bantu napas. Pada masalah nyeri akut teratasi sebagian karena pasien masih merasa
nyeri pada lukanya, skala nyeri 4, pasien masih tampak meringis dan gelisah. Pada
masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah sudah teratasi karena pasien mengatakan
sudah tidak pusing lagi dan kadar glukosa darah membaik. Dan yang terakhir adalah
masalah gangguan integritas kulit/jaringan belum teratasi karena luka pasien masih
terdapat jaringan nekrosis, slough +, kerusakan lapisan kulit dibagian luka, terdapat
kemerahan dan luka masih lembab.

Profesi_Ners_UCB
BAB 5

Kesimpulan dan Saran

5.1 kesimpulan
1. Penerapan asuhan keperawatan Ny.D.M dengan Diabetes Melitus pada umumnya
sama antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka .hal ini dibuktikan dalam penerapan
teori pada kasus Ny. D.M dengan Diabetes Melitus. Penerapan kasus ini dilakukan
dengan menggunakan proses keperawatan, mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
2. Dari pengkajian pada Ny. D.M pada tanggal 06 maret 2023 didapatkan pasien merasa
sesak napas, pasien merasa nyeri pada lukanya, ditemukan juga kadar glukosa darah
pasien yang melebihi batas normal dan juga terdapat luka dibagian kaki kanan yang
terdapat jaringan nekrosis, slough +, ada kemerahan dan juga ada kerusakan kulit
disekitar area luka
3. Dari hasil pengkajian, diagnosa keperawatan yang di angkat pada Ny.D.M dengan
Diabetes Melitus yaitu pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas, nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, ketidakstabilan
kadar glukosa darah berhubungan dengan kondisi terkait Diabetes Melitus, gangguan
integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi.
4. intervensi yang ditetapkan untuk menggatasi masalah yang dialami Ny. Y.N dengan
a. Diagnosa pertama : Pola napas tidak efektif dan intervensi Pemantauan Respirasi
(I.01014), Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas, Monitor pola
napas (dyspnea, takipnea, bradipnea), Monitor saturasi oksigen, Posisikan semi
fowler atau fowler, Berikan oksigen sesuai kondisi pasien 5 lpm, Berikan obat
untuk mengatasi sesak napas
b. Diagnosa ke dua : Nyeri akut dan intervensi yang diberikan Manajemen nyeri
(I.01014) dan pemberian analgetic (I.01014) Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri, Identifikasi
factor yang memperberat dan memperingakan nyeri, Berikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.TENS, hipnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,tekik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain), Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri, Identifikasi riwayal alergi obat, Identifikasi kesesuaian

Profesi_Ners_UCB
analgesic dengan tingkat nyeri, Monitor tanda tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgesic, Monitor efektifitas analgesic
c. Diagnosa ke tiga : ketidakstabilan kadar glukosa darah dan intervensi yang
diberikan adalah Manajemen Hiperglikemia (I.03115), Identifikasi kemungkinan
penyebab hiperglikemia, Monitor kadar glukosa darah, Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia, Anjurkan memghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih
dari 250 mg/dL, Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri,
Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga, Kolaborasi pemberikan insulin
d. Diagnosa ke empat : gangguan integritas kulit/jaringan dan intervensi yang
diberikan adalah Perawatan Luka (I.14564), Monitor karakteristik luka, Monitor
tanda-tanda infeksi, Rawat luka 1x/hari dengan Teknik steril, Berikan antibiotic
ceftriaxone 2x1 gr/IV
5. Evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan tindakan berdasarkan kriteria hasil
dari masing-masing diagnosa. Hasil evaluasi pada Ny. D.M dari masalah
keperawatan yang di angkat pada Ny.D.M pada masalah pola napas tidak efektif
teratasi sebagian , pada masalah nyeri akut teratasi Sebagian, pada masalah
ketidakstabilan kadar glukosa darah sudah teratasi Dan yang terakhir adalah masalah
gangguan integritas kulit/jaringan belum teratasi
5.2. Saran
Berdasarkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny. D.M diruang Bougenvile
RSUD Atambua dapat disimpulkan diatas, maka kelompok dapat memberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat
Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat meningkatkan peran seluruh anggota
keluarga,dengan meningkatkan pengetahuan, tindakan dan kesadaran masyarakat
dalam pencegahan Diabtes Melitus.
2. Bagi tenaga kesehatan
Hasil laporan kasus ini diharapkan di jadi masukan tentang masih tinggi angka
kejadian Diabetes Melitus, sehingga para tenaga Kesehatan di RSUD Atambua
diharapkan dapat meningkan frekuensi pemberian penyuluhan baik secara personal
maupun kelompok terkait dampak Diabetes Melitus bagi masyarakat.
3. Bagi mahasiswa/mahasiswi preofesi Ners selanjutnya.
Diharapkan bagi mahasiswa/mahasiswi preofesi Ners selanjutnya dapat
mengembangkan laporan kasus dengan mencari faktor lain yang dapat

Profesi_Ners_UCB
mempengaruhi kejadian Diabetes Melitus. Kelompok kami mengharapkan laporan
kasus lanjutan nanti diharapkan dapat diperoleh hasil laporan kasus yang lebih baik

Profesi_Ners_UCB

Anda mungkin juga menyukai