Anda di halaman 1dari 40

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES

MELITUS DENGAN KESIAPAN PENINGKATAN PENGETAHUAN

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di jaman yang serba modern ini manusia semakin berpikir modern


sehingga pola dan gaya hidup tidak sehat menyebabkan banyaknya jumlah
penyakit. Dampak dari itu menyebabkan manusia memiliki pola makan yang
salah, olah raga yang kurang yang menyebabkan tingkat stress semakin
meningkat, menyebabkan banyak penyakit yang membahayakan pada diri
manusia contohnya seperti diabetes mellitus. Peningkatan jumlah penyakit
diabetes mellitus akhir-akhr ini semakin cepat, dan banyak yang tidak menyadari
betapa membahayakannya penyakit tersebut. Hal ini disebabkan karena beberapa
penderita tidak merasakan timbulnya gejala-gejala diabetes mellitus seperti
minum yang lebih banyak, buang air kecil lebih sering bahkan berat badan
menurun yang dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup seperti diet dan kebiasaan
olah raga yang salah (Herlambang, 2012)

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2010,


bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena penyakit tidak
menular (Kemenkes,2013). Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal
karena penyakit tidak menular 63% dari seluruh kematian dan lebih dari 9 juta
kematan terjadi di Negara penghasilan rendah dan menengah (kemenkes,2014).
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2013,
terdapat 382 juta orang yang hidup dengan DM di dunia. Pada tahun 2035, jumlah
tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta (kemenkes, 2014).

Prevalensi diabetes di Bali ternyata cukup tinggi di daerah-daerah wisata


seperti legian dan ubud, gaya hidup dan obesitas menjadi penyebab utama, 1.840
orang dari tujuh desa di Bali. Hasilnya Legian dan Ubud muncul sebagai daerah
dengan obesitas tertinggi yakni 61,2 persen dan 70,1 persen (suastika, 2011).
Kondisi yang seperti ini membuat para ahli kesehatan mencari cara
bagaimana agar kiranya penyakit diabetes ini dapat terkontrol sehingga tidak
adanya komplikasi dan menyebabkan kematian. Jika kadar glukosa darah dapat
ditangani dengan baik maka akan mengurangi penyakit menahun dan angka
kematian akibat diabetes bisa menurun.

Akibat dari penyakit diabetes yang tidak ditangani bisa menyebabkan


hypoglikemia, ketoasidosis, dan neuropati diabetic. Penderita DM dibandingkan
penderita non DM mempunyai kecenderungan 25 kali mengalami kebutaan, 2 kali
mengalami penyakit jantung koroner, 7 kali terjadi gagal ginjal kronik, dan 5 kali
menderita ulkus diabetika.

Kesiapan peningkatan pengetahuan adalah perkembangan informasi


kognitif yang berhubungan dengan topik spesifik cukup untuk memenuhi tujuan
kesehatan dan dapat ditingkatkan, adapun gejala dan tanda subjektif adalah
mengungkapkan 6 minat dalam belajar, menjelaskan pengetahuan tentang suatu
topik dan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan topik,
tanda dan gejala objektif adalah perilaku sesuai dengan pengetahuan (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016).
Menurut Doengoes (2002) diagnosa yang sering muncul pada penderita
DM yaitu: kekurangan volume cairan, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko
infeksi, keletihan, ketidakberdayaan, dan kurang pengetahuan mengenai penyakit.
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam tindakan penderita
diabetes mellitus, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih mudah
dilksanakan dari pada yang tidak didasari pengetahuan. Salah satu cara untuk
mengetahui akibat dari diabetes mellitus adalah dengan cara diit diabetes mellitus,
namun banyak penderita diabetes mellitus tidak patuh dalam peaksanaan diit.
Pengetahuan erat hubungannya dengan perilaku, karena dengan pengetahuan
pasien memiliki alasan dan landasan untuk mengambil suatu keputusan atau
piliha. (Waspadji,2007)
Intervensi yang dapat dilakukan pada pasien diabetes mellitus yang
mengalami kurang pengetahuan adalah identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi, identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih sehat, sediakan materi dan media
pendidikan, jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan, ajarkan
perilaku hidup bersih sehat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Elania, Maria, 2017) Penelitian


ini berjudul “Hubungan Antara Pengetahuan dan Gaya Hidup dengan Diabetes
Melitus di Puskesmas Depok 2 Condong Catur Depok Sleman” Sampel dari
penelitian ini diambil dari pasien rawat jalan di Puskesmas Depok 2 Condong
Catur Depok Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta penderita Diabetes pada
kelompok usia 51 – 60 tahun yaitu 48 orang (37,2%). Jenis kelamin, sebagian
besar adalah laki-laki yaitu 68 (52,7%) dengan pendidikan sebagian besar adalah
pekerja kantoran yaitu 60 orang (46,5%) dan sebagian besar memiliki pekerjaan
wiraswasta yaitu 41 orang (31,8%), dimana hasilnya adalah terdapat hubungan
antara pengetahuan dan gaya hidup.

Berdasarkan uraian data di atas yang didapat mengenai jumlah angka kejadian
akibat kasus diabetes yang mengalami kesiapan peningkatan pengetahuan dan
pentingnya pemberian edukasi pada penderita diabetes untuk mencegah terjadinya
komplikasi maka peneliti mengambil studi kasus yang berjudul “Gambaran
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Dengan Pemenuhan Kebutuhan
Kesiapan Peningkatan Pengetahuan”. Hal ini juga diharapkan dapat membantu
meningkatkan pengetahuan terhadap penyakit diabetes dan diharapkan mendapat
kontribusi yang positif terhadap pengendalian penyakit hipertensi dengan
peningkatan pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah ”bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami diabetes mellitus dengan kurang pengetahuan mengenai
penyakit diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas 1 Ubud?”
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien diabetes
dengan Pemenuhan Kebutuhan Kesiapan Peningkatan Pengetahuan di
wilayah kerja Puskesmas 1 Ubud
2. Tujuan Khusus

Melaksanakan pengkajian pasien hipertensi dengan Pemenuhan


Kebutuhan Kesiapan Peningkatan Pengetahuan di Puskesmas 1 Ubud.
a. Melakukan pengkajian pada pasien diabetes dengan pemenuhan kebutuhan
kesiapan peningkatan pengetahuan di wilayah kerja Puskesmas 1 Ubud.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien diabetes dengan
pemenuhan kebutuhan kesiapan peningkatan pengetahuan di Puskesmas 1
Ubud.
c. Merencanakan intervensi pada pasien diabetes dengan pemenuhan
kebutuhan kesiapan peningkatan pengetahuan di Puskesmas 1 Ubud.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien diabetes dengan
pemenuhan kebutuhan kesiapan peningkatan pengetahuan di Puskesmas 1
Ubud.
e. Melakukan evaluasi pada pasien diabetes dengan pemenuhan kebutuhan
kesiapan peningkatan pengetahuan di Puskesmas 1 Ubud.
f. Menganalisa hasil studikasus pada pasien diabetes dengan pemenuhan
kebutuhan kesiapan peningkatan pengetahuan di Puskesmas 1 Ubud.

D. Manfaat Studi kasus


1. Manfaat Teoritis
Studi kasus ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan. Hasil studi kasus ini
diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan
tentang keperawatan khususnya pada pengembangan perawatan dalam
meningkatkan dan kualitas asuhan keperawatan pada pasien diabetes
dengan pemenuhan kebutuhan kesiapan peningkatan pengetahuan.
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti mengenai
asuhan keperawatan pada Hipertensi dengan masalah kesiapan
peningkatan pengetahuan.
b. Bagi Puskesmas
Dengan adanya karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat
dalam peningkatan inovasi dalam asuhan keperawatan pada Hipertensi
dengan masalah kesiapan peningkatan pengetahuan.
c. Bagi klien dan keluarga
Sebagai media informasi keluarga tentang Diabetes Melitus dengan
masalah kesiapan peningkatan pengetahuan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar Diabetes Melitus


1. Pengertin Diabetes Melitus
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic
kriteria hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya (Henderina, 2010). Seseorang dapat
didiagnosa diabetes mellitus apabila mempunyai gejala klinis diabetes
mellitus seperti poliuria, polidipsi, dan polifagi disertai dengan kadar
glukosa darah sewaktu >200 mg/dl dan gula darah puasa >126 mg/dl
(PERKENI, 2011).
Diabetes mellitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic
kronis dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat kelainan
sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (ADA, 2014;
Harrison, 2012; WHO, 2016).
2. Etiologi Diabetes Melitus
Bedasarkan Padila (2012), etioligi diabetes mellitus terbagi menjadi 2
bagian yaitu:
a. Diabetes mellitus tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran
sel-sel beta pancreas disebabkan oleh:
1) Faktor genetik, peningkatan kerentanan sel- sel beta
danantibodi autoimun terhadap penghancuran sel-sel beta
2) Faktor imunologi (auto imun) adanya respon autoimun
yang merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau
langerhans dan insulin endogen.
3) Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang menimbulkan estruksi sel
beta.
b. Diabetes mellitus tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik memegang peranan penting dalam proses
terjadinnya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko:
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia
diatas 65 tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4)

3. Patofisiologi Diabetes Melitus


Sebagian besar gambaran patogenetik dari DM dapat dihubungkan
dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut :
brkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300-
1200mg/dl. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan
lemak yang menyebabkan terjadinnya metabolisme lemak yang
abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembulu
darah dan akibat dari berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan
dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di
dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe II di sertai
dengan penurunan reaksi intrasel inin. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan.Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan
progresif maka awitan diabetes mellitus tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi.Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat
ringan dan dapat mencangkup kelelahan, iribilitas, poliuria, polidipsia,
luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur.
Penyakit diabetes mellitus membuat gangguan/komplikasi melalui
kerusakan pada pembulu darah di seluruh tubuh, di sertai anginopati
diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan
pada pembulu darah besar disebut makroanginopati, dan pad pembulu
darah halus disebut mikroanginopati. (Wijaya,2013).
4. Menisfestasi Klinis
Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya sering tidak dirasakan dan
tidak didasari oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala yang perlu
mendapat perhatian, menurut Wijaya (2013) terbagi menjadi 2 bagian
yaitu:
a. keluhan klasik
1) banyak kencing (poliuria)
karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan
menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan
jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita,
terutama pada waktu malam hari.
2) Banyak minum (polidipsia)
Rasa haus amat sering dialami penderita karena
banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan
ini justru sering disalah tafsirkan.Dikiranya sebab rasa
haus itu penderita banyak minum.
3) Banyak makan (polifagia)
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada
penderita diabetes melitus karena pasien mengalami
keseimbangan kalori negatif, shingga timbul rasa lapar
yang sangat besar.Untuk menghilangkan rasa lapar itu
penderita banyak makan.
4) Penurunan berat badan dan rasa lemah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relative
singkat harus menimbulkan kecurigaan.Rasa lemah yang
hebat yang menyebabkan penurunan prestasi dan lapangan
olahraga juga mencolok.Hal ini disebabkan glukosa dalam
darah tidak masuk kedalam sel, sehingga sel kekurangan
bahan bakaruntuk menghasilkan tenaga. Untuk
kelangsungan
hidup,sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain
yaitu sel lemak dan otot. Akibat penderita khilangan
jaringan
lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
b. keluhan lain
1) gangguan saraf tepi/ kesemutan
pederita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama
pada kaki diwaktu malam hari, sehingga mengganggu
tidur
2) gangguan penglihatan
pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan
penglihatan yang mendorong penderita untuk
mengganti kacamatanya berulang kali agar tetap
melihat dengan baik.
3) gatal/ bisul
kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi diadaerah
lipatan kulit sepwerti ketiak dan dibawah payudara.
Sering pula dikeluhan timbul karena akibat hal yang
sepele seperti luka yang lama sembuh.Luka ini dapat
timbul karena akibat hal yang sepele seperti luka lecet
karena sepatu atau tertusuk peniti.
4) Gangguan ereksi
gangguan ereksi ini menjadi masalah, tersembunyi
karena sering tidak secara terus terang dikemukkan
penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat
yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks,
apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan
seseorang

5) Keputihan
pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan
yang sering ditemukan dan kadang-kadang satu-satunya
gejala yang dirasakan.

5. Pemeriksaan penunjang
Bedasarkan Padila (2012), pemeriksaan penunjang terbagi menjadi 6
bagian yaitu:
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi
d. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl
e. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl
f. Glukosa plasma dari sempel yang diambil 2 jam kemudian
sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial
(pp) >200 mg/dl

6. Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto (2012) :
a. Menormalkan fungsi dari insulin dan menurunkan kadar
glukosa darah
b. Mencegah komplikasi vaskuler dan neuropati
c. Mencegah terjadinya hipoglikemia dan ketoasidosis
Prinsip penatalaksanaan pasien DM adalah mengontrol gula
darah dalam rentang normal. Untuk mengontrol gula darah,
ada lima factor penting yang harus diperhatikan yaitu :
1) Asupan makanan atau management diet
Tujuan paling penting dalam management nutrisi dan
diet adalah mengontrol total kebutuhan kalori tubuh,
intake yang dibutuhkan, mencapai kadar lipid normal.
Komposisi nutrisi pada diet DM adalah kebutuhan
kalori, karbohidrat, lemak, protein, dan serat.
Untuk menentukan status gizidipakai rumus Body
Massa Index (BMI) atau Index Massa Tubuh (IMT)
yaitu :

BMI atau IMT = BB (kg) / (TB (m))²

Ketentuan :
BB kurang : IMT <18,5
BB normal : IMT 18,5-22,9
BB lebih : IMT >23
BB dengan resiko : IMT 23-24,9
Obesitas I : IMT 25-29,9
Obesitas II : IMT >30,0
a) Kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori tergantung dari berat badan (kurus, ideal,
obesitas) jenis kelamin, usia, aktivitas fisik. Untuk
menentukan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu :
Ketentuan :
Berat badan kurang = <90% BB idaman
Berat badan normal = 90-110% BB idaman
Berat badan lebih = 110-120% BB idaman
Gemuk = >120% BB idaman
Misalnya untuk pasien kurus kebutuhan kalori sekitar 2300-
2500 kalori, berat badan ideal antara 1700-2100 kalori dan
gemuk antara 1300-1500 kalori.
b) Kebutuhan karbohidrat
Karbohidrat merupakan komponen terbesar dari kebutuhan
kalori tubuh, yaitu sekitar 50%-60%.
c) Kebutuhan proteien
Untuk adekuatnya cadangan protein, diperlukan kira-kira
10%-20% dari kebutuhan kalori atau 0.8 g/kg/hari.
d) Kekebutuhan lemak
Kebutuhan lemak kurang dari 30% dari total kalori,
selebihnya dari lemak nabati dan sedikit dari lemak hewani.
e) Kebutuhan serat
Serat dibutuhkan sekitar 20-35 g perhari dari berbagai
bahan makanan atau rata-rata 25 g/hari.

2) Latihan fisik
Latihan fisik bagi penderita DM sangat dibutuhkan karena
pada saat latihan fisik energy yang dipakai adalah glukosa dan
asam lemak bebas.
3) Obat-obatan penurun gula darah
a) Obat antidiabetik oral atau Oral hypoglikemik (OH)
Efektif pada DM tipe II, jika memanagement nutrisi dan
latihan gagal.
Jenis obat obatan antidiabetik oral diantaranya :
(1) Sulfonylurea : bekerja dengan merangsang beta sel
pancreas untuk melepaskan cadangan insulinnya. Yang
termasuk obat jenis ini adalah Glibenklamid, Tolbutamid,
Klorpropamid.
(2) Biguanida : bekerja dengan menghambat penyerapan
glukosa di usus, misalnya mitfromin, glukophage.
b) Pemberian hormone insulin
Pasien dengan DM tipe I tidak mampu memproduksi
insulin dalam tubuhnya, sehingga sangat tergantung pada
pemberian insulin.Bereda dengan DM tipe II yang tidak
tergantung dengan insulin, tetapi memerlukannya sebagai
pendukung untuk menurunkan glukosa darah dalam
mempertahankan kehidupan.
4) Pendidikan kesehatan
Hal penting yang harus dilakukan pada pasien dengan DM
adalah pendidikan kesehatan.yang perlu disampaikan pada
pasien adalah:

a) Penyakit DM yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,


penyebab, patofisiologi, dan test diagnostic.
b) Diet atau management diet pada pasien DM.
c) Aktivitas sehari-hari termasuk latihan dan olahraga.
d) Pencegahan terhadap komplikasi DM diantaranya
penatalaksanaan hipoglikemia, pencegahan terjadi gangrene
pada kaki dengan latihan senam kaki.
e) Pemberian obat-obatan DM dan cara injeksi insulin.
f) Cara monitoring dan pengukuran glukosa darah secara
mandiri.
g) Monitoring
Pasien dengan DM perlu diperkenalkan tanda dan gejala
hiperglikemia dan hipoglikemia serta yang paling penting
adalah bagaimana memonitor glikosa darah secara mandiri.
7. Komplikasi
Bedasarkan Margaretha (2013), komplikasi diabetes mellitus terbagi
menjadi 2 bagian yaitu:
a. Akut
1) Hiperglikemi dan hipoglikemia
Penyakit makrovaskuler: mengenai pembulu darah
besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler,
penyakit pembuluh darah kapiler)
2) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembulu darah
kecil,renitopati, nefropati.
3) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada
ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro
intestinal, kardiologivaskuler
b. menahun diabetes melitus
1) neuropati diabetik (gangguan saraf)
2) retinopati diabetik (gangguan mata)
3) nefropati diabetik (gangguan ginjal)
4) proteinuria (protein di dalam urine)
5) ulkus/ gangreng
terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
a) grade 0: tidak ada luka
b) grade 1: kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
c) grade II: kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
d) grade III: terjadi abses
e) grade IV: gangreng pada kaki bagian distal
f) grade V: gangreng pada seluruh kaki dan tungkai bawah
distal

B. Konsep Pcengetahuan
1. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia
diperoleh dari mata dan telinga.(Notoatmodjo, 2012).
Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang di
ketahui, di peroleh dari persentuhan pancaindra terhadap objek tertentu.
Pengetahun pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat,
mendengar, mersakan dan berfikir yang menjadi dasar manusia bersikap
Ada 6 tingkat pengetahuan
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatumateri yang telah dipelajari
sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah di terima.Oleh sebab itu,
tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemapuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti
dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainnya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kempampuan untuk
menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadapsesuatu materi atau objek.Penilain-
penilain itu didasarikan pada suatu kriteria yang telah ada.
(Notoatmodjo, 2012)
2. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2010), untuk mengetahui secara kualitas tingkat
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat di bagi menjadi 3:
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%
b. Tingakat pengetahuan cukup bila sekor atau nilai 60-75%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila sekor atau hasil <60%

C. Konep Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus


1. pengkajian

a. Identitas klien

b. kes sekarang

1) Adanya gatal pada kulit disertai luka yang tidak sembuh

2) Kesemutan

3) Menurunya BB

4) Meningkatnya nafsu makan

5) Sering haus

6) Banyak kencing

7) Menurunya ketajaman penglihatan

8) Riwayat kesehatan dahulu sepertiriwayat penyakit pankreas,


hipertensi, MC, ISK berulang

9) Riwayat kesehata keluarga riwayat keluarga DM

10) Pemeriksaan fisik

11) Pemeriksaan penunjang


1. Kadar glukosa

a. Gula darah sewaktu/ random > 200 mg/dl

b. Gula darah puasa / nucter > 140 mg/dl

c. Gula darah 2 jam PP (post pradial) > 200 mg/dl

2. Aseton plasma seperti hasil (+) mencolok

3. As lemak bebas seperti peningkatan lipid dan kolestrol

4. Osmolaritas serum ( >300 osm/l)

5. Urinalisi seperti proteinuria, ketonuria, glukosuria (Wijaya,


2013)

2. Diagnosa keperawatan
Menurut doengoes (2002)diagnosa yang akan muncul yaitu:
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan deuretik osmotik

b. Nutrisi, perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan peningkatan kebutuhan metabolisme

c. Infeksi, resiko tinggi terhadap (sepsis) berhubungan dengan kadar


glukosa tinggi

d. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis

e. Ketidakberdayaan berhubungan dengan lingkungan tidak


mendukung perawatan

f. Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan


ditandai dengan kurang terpapar informasi
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Tabel 2.1
Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kekurangan volume 1. Mendemostrasikan  observasi


cairan berhubungan hidrat adekuat 1. Monitor status
dengan diuretik dibuktikan dengan dehidrasi
osmotik tanda vital stabil, nadi (mis, frekuensi
Definisi : beresiko ferifer dapat diraba, nadi, kekuatan
mengalami penurunan, turgor kulit dan nadi, akral,
peningkatan atau pengisisan pengisian
percepatan kapilerbaik, haluaran kapiler,
perpindahan cairan dari urine tepat secara kelembapan
intravaskuler, individu, dan kadar mukosa, turgor
intrastisial atau elektrolit dalam batas kulit, tekanan
intraseluler normal. darah)
Faktor resiko 2. Monitor berat
1. Prosedur badan harian
pembedahan 3. Monitor hasil
2. mayor pemeriksaan
3. Trauma/perdarahan laboratorium
4. Luka bakar 4. Monitor status
5. Aferesis hemodinamik
6. Asites  Terapeutik
7. Obstruksi intestinal 1. Catat inake-
8. Perdangan pankreas output dan
9. Penyakit ginjal dan hitung balans
kelenjar cairan 24 jam
10. Difusi intestinal 2. Berikan asupan
cairan, sesuai
kebutuhan
3. Berikan asupan
cairan intra
vena, bila perlu
 Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
diuretik, bila
perlu

Nutrisi, perubahan 1. Mencerna jumlah Observasi


kurang dari kalori/nurien yang 1. Identifikasi
kebutuhan tubuh tepat status nutrisi
berhubungan dengan 2. Menunjukan tingkat 2. Identifikasi
peningkatan energi biasanya alergi dan
kebutuhan 3. Mendemostrasikan itoleransi
motabolisme berat badan stabil atau makanan
Definisi : asupan penambahan ke arah 3. Indentifikasi
nutrisi tidak cukup rentang biasanya/ makanan yang
untuk memenuhi yang diinginkan disukai
kebutuhan dengan nilai 4. Identifikasi
metabolisme laboratorium normal kebutuhan
Gejala dan tanda kalori dan jenis
mayor nutrien
1. Berat badan 5. Monitor asupan
menurun minimal 10% makanan
di bawah ideal 6. Monitor berat
badan
Gejal dan tanda 7. Monitor hasil
minor pemeriksaan
1. Cepat kenyang laboratorium
setelah makan Teraupetik
2. Nafsu makan 1. Lakukan oral
menurun hygiene
3. Bising usus sebelum makan,
hiperaktiaf bila perlu
4. Otot pengunyah 2. Fasailitasi
lemah menentukan
5. Membran mukosa pedoman diet
pucat (mis, piramida
6. diare makanan)
3. Sajikan
makanan secara
menarik dan
suhu yang
sesuai
4. Berikan
makanan tinggi
serat untuk
mencegah
kontipasi
5. Berikan
makanan tinggi
kalori dan tinggi
protein
6. Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu
7. Hentikan
pemberian
makanan
melalui selan
8. nasogastrik jika
asupan oral
dapat di
toleransi
Edukasi
1. Ajurkan posisi
duduk, jika
mampu.
2. Ajarkan diet
yang di
programkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
medikal
sebelum makan
2. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrien yang di
butuhkan, jika
perlu.

infeksi, resiko tinggi 1. Mengidentifikasi Observasi


terhadap intervensi untuk 1. Monitor tanda
(sepsis)berhubungan mencegah/ dan gejala
dengan kadar glukosa menurunkan risiko infeksi lokal
tinggi infeksi dan sistemik
definisi: beresiko 2. Mendemostrasikan Teraupetik
mengalami teknik, perubahan 1. Batasi jumlah
peningkatan terserang gaya hidup untuk pengunjung
organisme patogenik mencegah terjadinnya 2. Berikan
Faktor risiko infeksi. perawatan kulit
1. penyakit kronis pada area edema
2. efek prosedur invasif 3. Cuci tangan
3. malnutrisi sesudah dan
4. peningkatan paparan sebelum kontak
organisme patogen dengan pasien
lingkungan 4. Pertahankan
5. ketidak adekuatan tehnik aseptik
pertahanan tubuh pada pasien
primer beresiko tinggi
6. ketidak adekuatan Edukasi
pertahanan tubuh 1. Jelaskan tanda
sekunder dan gejala
infeksi
2. Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
3. Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka
4. Ajurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
dan cairan
5. Kolaborasi
pemberian
imunisasi bila
perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
vaksin, bila
perlu

Keletihan 1. Mengungkapkan Observasi


berhubungan dengan peningkatan tinggi 1. Identifikasi
kondisi fisologis energy gangguan fungsi
Definisi :penurunan 2. Menunjukan tubuh yang
kapasitas kerja fisik kemampuan untuk mengakibatkan
dan mental yang tidak berpartisipasi dalam kelelahan
pulih dengan istirahat. aktivitas 2. Monitor
Gejala dan tanda keleahan fisik
mayor dan emosional
1. merasa energi tidak 3. Monitor pola
pilih walaupun telah dan jam tidur
tidur 4. Monitor lokasi
2. merasa kurang dan ketidak
tenaga nyamanan
3. meneluh leleh selama
4. Tidak mampu melakukan
mempertahankan aktivitas.
aktivitas rutin Terapeutik
5. Tampak lesu 1. Sediakan
Gejala dan Tanda linkungan yang
Minor nyaman
1. Kebutuhan istirahat 2. Lakukan latihan
meningkat rentang gerak
pasif dan aktif
3. Berikan
aktivitas
distraksi yang
menenangkan
4. Fasilitasi duduk
di sisi tempat
tidur, jika tidak
dapat berpindah
tempat
Edukasi
1. Anjurkan tirah
baring
2. Ajurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Ajurkan
menghubungi
perawat jika
tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
Kolaborasi
1. Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan
makanan.

Kurang pengetahuan 1. Mengungkapkan Observasi


mengenai penyakit pemahaman terhadap 1. Identifikasi
berhubungan dengan penyakit kesiapan dan
kurang terpapar 2. Mengidentifikasi kemampuan
informasi hubungan tanda/gejala menerima
Definisi : ketiadaan dengan proses informasi
atau kurang informasi penyakit dan Terapeutik
kognitif yang berkaitan menghubungkan 1. Sediakan materi
dengan topik gejala dengan faktor dan media
Gejala dan Tanda penyebab serta pendidikan
Mayor komplikasi kesehatan
1. Menanyakan 3. Pasien dan keluarga 2. Jadwalkan
masalah yang di hadapi mampu menjelaskan pendidikan
2. Menunjukan kembali apa yang di kesehatan sesuai
perilaku tidak sesuai jelaskan perawat kesepakatan
anjuran 4. Pasien dan keluarga 3. Berikan
3. Menunjukan mampu menjelaskan kesempatan
persepsi yang keliru prosedur yang di bertanya
terhadap masalah jelaskan denga Edukasi
1. Jelaskan faktor
Gejala dan Tanda resiko yang
Mayor dapat
1. Menjalani mempengaruhi
pemeriksaan yang tidak kesehatan
tepat 2. Jelaskan tanda
2. Menunjukan dan gejala
perilaku berlebihan dengan faktor
penyebab serta
komplikasi

4. Implementasi
a. Implementasi merupakan tindakan yang sudah di rencanakan dalam
rangka rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencangkup
tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi. (Tarwoto,2010)
b. Tindakan observasi
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
c. Teraupetik
1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3) Berikan kesempatan bertanya
d. Edukasi
1) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
2) Jelaskan tanda dan gejala dengan faktor penyebab serta komplikasi
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kesehatan pasien dapat dilihat dari
hasilnya.Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan
perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan(Tarwoto,2010).

BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti untuk
menghubungkan atau menjelaskan tentang suatu bagian yang akan dibahas
(Setiadi, 2013).Dampak ketidak siapan peningkatan
pengetahuan:

1. Komplikasi Hiperglikemia
2. Komplikasi Hipoglikemia

Manajemen
Asuhan
Keperawatan
1.Pengkajian
2.Diagnosa
Keperawatan
Kesiapan Peningkatan
Klien Diabetes
Pengetahuan

Kriteria hasil yang diharapkan :


1. Pasien menunjukkan
ketertarikan/semangat
pada saat menjawab
setiap pertanyaan
2. Pasien mampu
mengidentifikasi
sumber informasi yang
akurat
3. Pasien secara aktif
mengungkapkan secara
verbal informasi yang
dapat digunakannya
4. Pasien dapat
menggunakan
informasi yang
diperoleh dalam
mengembangkan
meningkatkan
kesehatan atau
mencapai tujuan

Gambar 1 Kerangka Konsep Gambaran Asuhan Keperawatan pada Klien


Diabetes Melitus dengan Pemenuhan Kebutuhan Kesiapan Peningkatan
Pengetahuan di Puskesmas 1 Ubud.

Keterangan :

= Yang diteliti

= Yang tidak diteliti

= Alur yang diteleti

= Alur yang tidak titeliti

B. Definisi Operasional Variabel


a. Variabel penelitian

Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi


nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti
secara empiris atau ditentukan tingkatannya. Variabel penelitian
merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut
kemudian ditarik kesimpulannya (Setiadi, 2013). Dalam penelitian ini akan
diteliti satu variabel yaitu peningkatan pengetahuan.
b. Definisi operasional

Definisi operasional adalah penjelasan semua variabel dan istilah yang


akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya
mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi,
2013). Untuk menghindari perbedaan persepsi maka perlu disusun definisi
operasional yang merupakan penjelasan dari variabel sebagai berikut:
Tabel 1
Definisi Operasional Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes
dengan Pemenuhan Kebutuhan Kesiapan Peningkatan Pengetahuan di
Puskesmas 1 Ubud.
N Variabel Sub Definisi Alat Skala Data Sumbe
r
o Variabel Operasio Ukur
nal Data
1 2 3 4 5 6 7
1 Kesiapan Keberadaan Lembar Sangat siap Primer
peningkat atau Observas i (81-
an pengetah diperolehm 100 %)
uan ya
Siap(61-
informasi
80 %)
secara
Cukup
kognitif
siap(41-
berhubunga
60%)
n dengan
Kurang
siap (21-
topik
40 %)
spesifik
Belum
untuk
siap
memenuhi
(<20%)
tujuan

yang terkait
dengan
masalah
kesehatan
sehingga
individu
dapat
mengantisipa
si
2 Asuhan Pengkajian Hasil  Format Primer
keperawa anamnesa pengkaj dan
tan pada atau ian asuhan Sekunde
pasien pemeriksaa kepera r
diabetes n yang watan
dilakuakan  Alat
pada pasien ukur
hipertensi kadar
yang glukosa
dilakukan darah
dengan cara
wawancara,
1 2 3 4 5 6 7
Diagnosa observasi dan Standar Primer
Keperaw dokumentasi Diagno dan
atan sa Sekunder
Kesiapan Hasil analisis Kepera
Peningka dari data watan
tan wawancara, Indones
Pengetah observasi,subje ia
uan kti

Intervensi Rencana Standar Primer


Intervensi

diperoleh dari keperawatan dan

hasil analisi Indonesia Sekunder

data dalam

pengkajian

padaklien

hipertensi,

diagnosa

keperawatan

hipertensi

dengan

pemenuhan

kebutuhan

kesiapan

peningkatan

pengetahuan

keperawatan

yang

ditetapkan
untuk

mencapai

tujuan dan
1 2 3 4 5 6 7
mengatasi
masalah
kesiapan
peningkatan
pengetahuan
Impleme Tindakan Standar Primer
ntasi keperawatan Luaran dan
yang dilakukan Keperawata Sekunder
sesuai dengan n Indonesia
perencanaan
yang sudah
ditetapkan

Evaluasi Penilaian Format Primer

pasien setelah pengump dan

diberikan ulan Sekunder

asuhan data,

keperawatan, Lembar

melihat tingkat observasi

keberhasilan

yang telah

dicapai sesuai

dengan kriteria

hasil.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif dengan


rancangan studi kasus. Rancangan studi kasus merupakan rancangan
penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif
misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi.
Meskipun jumlah subjek cenderung sedikit namun jumlah variabel yang
diteliti cukup luas. Keuntungan dari rancangan ini adalah pengkajian
secara terperinci meskipun jumlah respondennya sedikit, sehingga akan
didapatkan gambaran satu unit subjek secara jelas (Nursalam, 2017).
Jenis penelitian deskriptif ini yaitu bertujuan untuk mendeskripsikan
(memaparkan) peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini.
Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan
pada data faktual daripada penyimpulan. Fenoma disajikan secara apa
adanya tanpa manipulasi dan peneliti tidak mencoba menganalisis
bagaimana dan mengapa peristiwa tersebut bisa terjadi (Nursalam, 2017).

B. Tempat Dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas 1 Ubud pada bulan April
dan Mei.
C. Subyek Studi Kasus
Penelitian studi kasus ini tidak mengenal adanya populasi dan
sampel, namun lebih mengarah pada istilah subjek studi kasus. Pada
penelitian ini, subyek studi kasus yang digunakan adalah 2 orang
pasien (2 kasus) dengan masalah keperawatan yang sama yaitu pasien
Diabetes dengan Pemenuhan Kebutuhan Kesiapan Peningkatan
Pengetahuan di Puskesmas 1 Ubud . Adapun kriteria inluksi dan
eksklusi dari studi kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau dan diteliti (Nursalam, 2017).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:
a. Rekam medis paien Diabetes dengan Pemenuhan Kebutuhan
Kesiapan Peningkatan Pengetahuan di Puskesmas 1 Ubud.

b. Rekam medis pasien Hipertensi yang penepatan diagnosa


minimal 1 tahun.
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan menghilangkan atau mengeluarkan
subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan studi kasus karena
berbagai sebab (Nursalam, 2017). Kriteria eksklusi dalam penelitian
ini yaitu:
a. Pasien hipertensi yang memiliki data dokumentasi tidak
lengkap.
b. Pasien menolak berpartisipasi.
D. Fokus Studi Kasus
Fokus studi kasus adalah kajian utama yang dijadikan titik acuan
dalam studi kasus. Fokus studi kasus pada penelitian ini adalah
penerapan asuhan keperawatan pada pasien dibetes dengan
pemenuhan kebutuhan kesiapan peningkatkan pengetahuan .
E. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik dalam pengumpulan data meliputi:
1. Jenis data
Data yang dikumpulkan dari subyek studi kasus berupa data sekunder.
Data sekunder merupakan data-data yang didapatkan dari orang lain,
badan atau instansi melalui rekam medik pasien (Setiadi, 2013). Pada
penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui
teknik dokumentasi meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan
evaluasi keperawatan. Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian
ini adalah asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan
pemenuhan kebutuhan kesiapan peningkaan pengetahuan yang
bersumber dari catatan keperawatan pasien di Puskesmas 1 Ubud.
2. Cara pengumpulan data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek
dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam
suatu penelitian (Nursalam, 2017). Pengumpulan data adalah suatu
rangkaian kegiatan penelitian yang mencakup data yang dikumpulkan
untuk menjawab masalah penelitian, cara pengumpulan data, dan alat
pengumpul data. Cara pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan cara penelusuran data sekunder atau
teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah suatu cara
pengumpulan data penelitian dengan menyalin data yang tersedia ke
dalam form isian yang telah disusun, dalam penelitian ini yaitu
menggunakan rekam medik pasien (Supardi & Rustika, 2013).
Studi dokumentasi pada penelitian ini dilakukan terhadap catatan
asuhan keperawatan pada pasien Hipertensi dengan pemenuhan
kesbutuhan kesiapan peningkaan pengetahuan mulai dari pencatatan
hasil pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Langkah-langkah dalam melakukan pengumpulan data yaitu:
a. Mengajukan surat permohonan izin penelitian di kampus
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar.
b. Mengajukan surat pengantar ke Direktorat Poltekkes
Kemenkes Denpasar untuk mengurus izin penelitian.
c. Mengajukan izin melaksanakan penelitian ke Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi
Bali.
d. Mengajukan izin penelitian ke Kesbangpolinmas kabupaten
Gianyar.
e. Mengajukan izin penelitian ke Direktur UPT Kesmas
Sukawati I Gianyar.
f. Melakukan pendekatan formal kepada Kepala UPT Kesmas
Sukawati I Gianyar.
g. Melakukan pendekatan secara formal kepada perawat yang
bertugas di UPT Kesmas Sukawati I Gianyar.
h. Melakukan pemilihan responden sesuai dengan kriteria inklusi
dan eksklusi untuk dijadikan responden.
i. Menjelaskan tujuan peneliti memilih pasien menjadi responden
dan menandatangani inform consent dan melakukan
pengumpulan data yang diperoleh dari catatan medik pasien
kemudian di catat pada lembar observasi.
3. Intrumen pengumpulan data
Intrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
format asuhan keperawatan dan lembar obserbasi yang akan
digunakan untuk mengumpulkan data dari pengkajian keperawatan,
diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan pada pasien hipertensi dengan
pemenuhan kebutuhan kesiapan peningkatan pengetahuan.
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode penelitian deskriptif. Metode ini merupakan proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, observasi, dan studi dokumen (Sujarweni, 2014). Adapun
tiga komponen dalam analisis kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Reduksi data yaitu memilih dan memusatkan perhatian peneliti dalam
hal ini adalah pemenuhan kebutuhan kesiapan peningkatan
pengetahuan oleh pasien hipertensi.
2. Penyajian data yaitu menguraikan seluruh data yang dikaji oleh
peneliti secara naratif dan rinci mengenai karakteristik pemenuhan
kebutuhan kesiapan peningkatan pengetahuan, serta bagaimana
jalannya asuhan keperawatan yang diperoleh pasien terkait dengan
pemenuhan kebutuhan kesiapan peningkatan pengetahuan sebagai
dampak dari penyakit hipertensi.
3. Verifikasi dan penarikan kesimpulan dilakukan setelah data direduksi
dan disajikan. Kesimpulan penelitian ini berupa bagaiamana
pemenuhan kebutuhan kesiapan peningkatan pengetahuan yang
dialami oleh pasien diabetes sebelum dan setelah diberikan asuhan
keperawatan yang diperoleh pasien untuk mengatasi pemenuhan
kebutuhan kesiapan peningkatan pengetahuan akibat penyakit
diabetes di wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I Gianyar.

G. Etika Studi Kasus


Menurut (Afiyanti & Rachmawati, 2014) etika dalam penelitian ini
dapat berupa:
1. Informed Consent
Informent Consent atau persetujuan untuk berpartisipasi dalam
penelitian merupakan suatu bentuk persetujuan subjek penelitian
setelah mendapat penjelasan tentang perlakuan dan dampak yang
timbul dari penelitian yang dilakukan. Informed consent dimulai
dengan pernyataan dari salah satu pihak (peneliti) untuk mengikat
dirinya atau menawarkan suatu penjanjian yang disebut dengan
penawaran. Kemudian diikuti dengan pernyataan dari pihak lain
(subjek penelitian) untuk menerima penawaran tersebut atau disebut
penerimaan.

2. Anonymity (Tanpa nama)


Peneliti memberikan jaminan kepada subjek penelitian dengan
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar
alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang akan disajikan. Tidak boleh ada paksaan
atau penekanan tertentu agar subjek bersedia ikut dalam penelitian.
Subjek dalam penelitian juga berhak mendapatkan informasi yang
terbuka dan lengkap tentang pelaksanaan penelitian meliputi tujuan
dan manfaat penelitian, prosedur penelitian, resiko penelitian,
keuntungan yang mungkin didapat dan kerahasiaan informasi

3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang
sudah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi
untuk mendapatkan kerahasiaan informasi. Namun tidak bisa
dipungkiri bahwa penelitian menyebabkan terbukanya informasi
tentang subjek. Sehingga peneliti perlu merahasiakan berbagai
informasi yang menyangkut privasi subjek yang tidak ingin identitas
dan segala informasi tentang dirinya diketahui oleh orang lain. Prinsip
ini dapat diterapkan dengan cara meniadakan identitas seperti nama
dan alamat subjek kemudian diganti dengan kode tertentu. dengan
demikian segala informasi yang menyangkut identitas subjek tidak
terekspos secaraluas.
40

Anda mungkin juga menyukai