PENDAHULUAN
lemak yang di sebabkan oleh penurunan sekresi insulin dan penurunan sensitivitas
pada pasien diabetes melitus. Penyakit ini paling sering dijumpai dan prevalensi
sebanyak 425 juta jiwa yang didominasi 327 juta jiwa penderita diabetes pada usia
20-64 tahun dan 98 juta jiwa pada usia 65-79 tahun dan diprediksi pada tahun
2045 mengalami kenaikan sebanyak 48% atau 629 juta jiwa menurut
merupakan Negara dengan urutan ke-7 dalam 10 besar dengan penderita diabetes
sejumlah 10 juta jiwa sampai tahun 2015 (Depkes, 2015). Wilayah Jawa Timur
pada rumah sakit tipe A didominasi penyakit diabetes mellitus sebanyak 49.785
kasus pada urutan ke-2 setelah hipertensi (Dinkes Jatim, 2014) dan menurut hasil
(Riskesdas, 2018).
1
Dampak yang timbul akibat penanganan diabetes melitus yang tidak tepat
Oleh karena itu pencegahan penyakit diabetes melitus yang sangat penting yaitu
Penatalaksanaan ini di capai dengan melalui berbagai cara yaitu : diet , latihan ,
keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus, dengan upaya yang dapat
dilakukan pada pasien dengan diabetes melitus adalah dengan menjaga sirkulasi
darah ke perifer terutama pada pasien dengan masalah perfusi jaringan perifer
mengubah pola makan. oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut tentang penyakit perfusi jaringan perifer tidak efektif khususnya diabetes
2
1.2 Batasan Masalah
3
3. Mampu menyusun rencana keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitus
Penulisan makalah ini ini diharapkan agar dapat memberikan sesuatu yang
2. Institusi Pendidikan
4
3. Bagi Pembaca
4. Bagi Penulis
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
energy di dalam sel yang disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin
metabolik yang yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat
kerusakan pada sekresi insulin dan kerja insulin (Kowalak, 2011; Smeltzer and
Bare, 2013).
glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara adekuat. Kadar glukosa darah setiap hari berbeda-
beda, kadar gula darah akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam
waktu 2 jam. Kadar glukosa darah normal pada pagi hari sebelum makan atau
berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah normal biasanya kurang
dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setel;ah makan atau minum yang mengandung
6
2.1.2 Etiologi Diabetes Melitus
berikut:
1. DM Tipe I
a. faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
2. DM Tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta resistensi insulin. Faktor resiko
(Kowalak, 2011) :
1. Hereditas adalah pewaris atau keturunan dari induknya atau orang tua atau
keluarga sebelum yang memiliki riwayat diabetes melitus dan akhirnya turun
tipe 2, akan mempunyai peluang menderita diabetes melitus sebesar 15% dari
7
2. Lingkungan dapat menyebabkan diabetes melitus karena pengeruh
yang tercemar seperti paparan racun yang mengandung logam berat seperti
dikarenakan gaya hidup individu atau seseorang jaman sekarang tinggi akan
fruktosa atau gula. Dan banyak individu menggunakan gaya hidup modern
pada saat lanjut usia system kekebalan tubuh penderita menyerang dan
lebih lanjut pada organ-organ tubuh. Proses menua yang berlangsung setelah
Perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan
(Damayanti, 2017).
5. Obesitas adalah kondisi dimana tubuh memiliki kadar lemak yang terlalu
tinggi. Obesitas terjadi karena pola hidup yang kurang gerak atau melakukan
aktivitas fisik. Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan berat badan lebih
dari 20% dari berat ideal atau BMI (Body Mass Index) lebih dari 27 kg/m2.
bekerja di dalam sel otot dan jaringan lemak. Kegemukan dapat merusak sel
8
beta untuk melepas insulin saat terjadi peningkatan glukosa darah
(Damayanti, 2017).
ketonuria dan kadar natrium akan menurun serta pH serum menurun dan terjadi
(Polyuria) dan akan timbul rasa haus (Polidipsi) yang menyebabkan seorang
menimbulkan rasa lapar yang tinggi (Polifagia). Penggunaan glukosa oleh sel
mengakibatkan luka tidak kunjung sembuh karena terjdi infeksi dan gangguan
pembuluh darh akibat kurangnya suplai nutrisi dan oksigen (Price Sylvia A and
9
2.1.4 Maninfestasi Diabetes Melitus
Diabetes, 2014). Beberapa tanda-tanda dan gejala yang timbul pada penderita
diabetes melitus (Kowalak, 2011; PERKENI, 2011; Smeltzer and Bare, 2013):
1. Poliuria (air kencing keluar banyak) dan Polydipsia (Rasa haus yang
Polifagia (rasa lapar yang berlebihan) yang terjadi karena Glukosuria yang
4. Kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat sembuhnya, dan rasa gatal pada
kulit. Disebabkan karena aliran darah menjadi kental karena glukosa dalam
darah tinggi yang menyebabkan aliran darah tidak sampai ke perifer untuk
5. Sakit kepala, mengantuk, dan gangguan pada aktivitas disebabkan oleh kadar
glukosa yang cukup, yang berakibatkan otak tidak menerima dengan cukup
10
6. Gangguan penglihatan seperti pemandangan kebur yang disebabkan karena
7. Sensasi kesemutan atau kebas di tangan dan kaki yang disebabkan kerusakan
jaringan saraf karena kadar gula darah atau glukosa tinggi. Kerusakan saraf
ini dikenal dengan neuropati perifer, karena dapat mempengaruhi saraf yang
jauh dari otak dan sumsum tulang belakang, seringkali pada tangan dan kaki
komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi akut terjadi disebabkan oleh
1. Hipoglikemia
11
KAD adalah suatu keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolic
tubuh yang disebut keton. Ketika dalam tubuh kekurangan insulin tubuh tidak
bisa mengolah gula darah atau glukosa sehingga sebagai pengganti glukosa
dehidrasi hipertonik tanpa disertai ketosis serum (Smeltzer and Bare, 2013).
melitus lebih dari 10-15 tahun, komplikasinya (Anani, Udiyono, and Ginanjar,
12
3. Penyakit Neuropatik mempengaruhi saraf sensori motorik dan otonom yang
pada individu tanpa waktu tertentu, GDP (Gula Darah Puasa) dapat
Darah 2 jam Post Prandial) dapat dilakuakn pada individu dengan syarat 2
mengertahui jenis kuman pada luka yang akan diobservasi untuk rencana
13
2.1.7 Penatalaksanaan Diabetes Melitus
a. Jenis
dibatasi dan makanan yang harus dibatasi secara ketat. Makanan yang
kompleks (nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi dan sagu), mengandung
protein rendah lemak (ikan, ayam tanpa kulit, tempe, tahu dan kacang-
kacangan) dan sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan
(PERKENI, 2011).
karbohidrat sederhana (gula pasir, gula jwa, susu kental manis, minuman
kolestrol, lemak trans, dan lemak jenuh (cake, makanan siap saji, goreng-
gorengan) serta tinggi natrium (ikan asin, telur asin dan makanan yang
b. Jumlah
1300, 1500, 1700, 1900 ,2100, 2300 dan 2500 kalori. Standart diet untuk
14
badan normal 1700-1900 kalori dan 2100-2500 kalori untuk penderita
c. Jadwal
makan utama dan 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam.
Makan pagi pada pukul 07.00 selingan pada pukul 10.00, kemudian makan
siang pada pukul 13.00 lalu selingan pada pukul 14.00 dan makan sore
atau malam pada pukul 19.00 lalu disellingi pada pukul 21.00 (PERKENI,
menit sampai 45 menit dapat dilakukan dengan olaraga kecil, jalan sore,
4. Terapi insulin diberikan untuk mengatur kadar glukosa dalam darah serta
membantu menyimpan gula berlebihan didalam otot, sel-sel lemak, serta hati
ulkus dan supaya penderita mampu mengetahui tanda gejala komplikasi pada
dirinya dan mampu mencegah atau menghindari agar tidak bertambah parah
(PERKENI, 2011).\
15
2.1.8 Patway Diabetes Mellitus
Diabetes Melitus tipe I Diabetes Melitus tipe II
Faktor genetik / herediter Faktor imunologi Infeksi virus / lingkungan Usia Obesitas Stres Hormonal
Produksi insulin ↓
DM
16
18
B1 B2 B3 B4 B5 B6
(Breathing) (Blood) (Brain) (Bladder) (Bowel) (Bone)
Sirkulasi
Poliuria Fungsi darah ↓
ginjal ↓ Polifagia Lemak Protein ATP ↓
Dehidrasi Polidipsi lisis lisis di
otot
Eritropoitin ↓
Kekurangan
volume cairan Eritrosit ↓ Lemah Letih Lesu
BB ↓ Badan keton ↑
19
Sirkulasi darah ↓
Protein di darah ↓ O2 ke sel ↓ Suplai O2 ke otak ↓ Organ reproduksi Sistem sensori persepsi
Gambar 2.1 Phatway Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Pasien Diabetes Mellitus
dengan Gangguan Konsep Diri di Pesanggrahan PMKS Mojopahit Mojokerto tahun 2020 (Nanda, NIC, NOC, 2016)
18
20
2.1 Diagnosa Medis Terkait Dengan Gangguan Konsep Diri
1. Stroke
2. CAD
3. Gagal ginjal Kronik
4. Kelumpuhan
5. Post operasi
6. Penyakit-penyakit terminal
7. Penyakit infeksi yang membutuhkan isolasi pasien
Lansia merupakan kelompok umur manusia yang telah memasuki tahapan akhir
dari fase kehidupannya. Kelompok yang di kategorikan lansia ini akan terjadi
suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan (WHO, 2010).
19
1) Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
2) Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang lain mulai memasuki usia
3) Lansia berisiko tinggi, seseorang yang berisiko 70 tahun atau lebih/ seseorang
sehari-hari.
5) Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
20
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Mellitus
2.3.1 Pengkajian
1. Riwayat kesehatan saat ini atau keluhan saat pengkajian biasanya meliputi :
b. Kesemutan
diabetes sehingga pasien lebih berat faktor resiko terjadinya diabetes melitus
dan tidur, tachicardi atau tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan
koma.
21
b. Sirkulasi
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola
mata cekung.
c. Eliminasi
d. Nutrisi
e. Neurosensori
f. Nyeri
g. Respirasi
h. Keamanan
i. Seksualitas
22
5. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu dengan:
2.3.2 Diagnosa
23
No. Diagnosa NOC NIC
24
No. Diagnosa NOC NIC
konsistensi menunjukan
5. Memantau BB → kadang - kadang
menunjukan
2.3.3 Intervensi
25
NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
6. Tingkatkan lingkungan yang 6. Menghindari pemanasan yang
nyaman dengan selimut berlebihan pada pasien yang akan
tipis. menimbulkan kehilangan cairan.
7. Catat hal-hal yang 7. Kekurangan volume cairan dan
dilaporkan seperti mual, elektrolit mengubah motilitas
muntah, nyeri abdomen, lambung, yang sering
distensi lambung. menimbulkan muntah, sehingga
terjadi kekurangna cairan atau
elektrolit.
8. Kolaborasi pemberrian 8. Tipe dan jumlah caiarn tergantung
terapi caiaran sesuai pada derajat kekurangan caiaran
indikasi. dan respon pasien secara
individual.
9. Kolaborasu pemasangan 9. Mendekompresi lambung dan
selang NGT dan lakukan menghilangkan muntah.
penghisapan sesuai indikasi.
2 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang BB setiap hari. 1. Mengkaji pemasukan makanan
keperawatan selama ...x24 jam yang adekuat.
diharapakan nutrisi kebutuhan 2. Tentukan program diet dan 2. Mengidentifikasi kekurangan dan
pasien terpenuhi dengan kriteria pola makan pasien penyimpangan dari kebutuhan.
hasil : bandingkan dengan
1. Mencerna jumlah nutrient makanan yang dihabiskan
yang tepat pasien.
2. Menunjukan tingkat energy 3. Auskulatsi bising usus, catat 3. Untuk mengetahui adanaya
biasanya adanya nyeri abdomen, Hiperglikemi karena dapat
3. BB stabil atau meningkat mula, muntah. menurunkan motalitas atau fungsi
lambung (distensi atau ileus
26
NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
paralitik) yang akan
mempengaruhi pilihan intervensi.
4. Identifikasi makanan yang 4. Jika makanan yang disukai dapat
disukai. dimasukan dalam pencernaan
makanan, kerjasama ini dapat
diupayakan setelah pulang.
5. Libatkan keluarga pada 5. Memberikan informasi pada
perencanaan makan sesuai keluarga untuk memahami
indikasi. kebutuhan nutrisi pasien.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi. 6. Sangat bermanfaat dalam
perhitungan dan penyesuain diet
untuk memenuhi kebutuhan
pasien.
3 3 Setelah dilakukan tindakan 1. Tingkatkan kaki saat berdiri 1. Meminimalkan gangguan aliran
keperawatan selama ...x24 jam dari kursi, hindari periode darah, mengurangi pengumpulan
diharapkan sirkulasi perifer tetap lama pada kaki yang cidera. vena.
normal 2. Tekankan tindakan 2. Panas meningkatkan kebutuhan
Kriteria hasil : kewaspadaan mengenai metabolic jaringan yang sakit.
1. Denyut nadi perifer teraba penggunaan bantalan Insufisiensi vaskuler menganggu
kuat dan reguler pemanas, botol, rendaman sensasi nyeri sehingga
2. Warna kulit sekitar luka air hangat. meningkatkan resiko cedera.
tidak pucat dan sianosis 3. Ajarkan pasien untuk 3. Dengan mobilisasi dapat
3. Odema tidak terjadi dan luka melakukan mobilisasi. meningkatkan sirkulasi darah.
tidak bertambah parah 4. Ajarkan tentang mofikasi 4. Kolesterol tinggi dapat
4. Memperhatikan kesadaran faktor-faktor risiko berupa mempercepat terjadinya
tentang factor keamanaan/ hindari diet tinggi kolestrol, arterosklerosis, dan rileksasi untuk
perawatan kaki yang tepat teknik relaksasi. mengurangi stress.
27
NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
dalam 72 jam 5. Berikann obat sesuai 5. Digunakan untuk menurunkan
indikasi. gejala.
28
NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
5 5 Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan bimbingan 1. Pasien mengetahui dan dapat
keperawatan selama ... x 24 jam mengenai penyakit. mengenali gejala dini dari
diharapkan pasien dan keluarga penyakitnya.
mengetahui tentang penyakitnya,
prognosis, kebutuhan
pengobatannya demgan kriteria
hasil :
1. Pasien dan keluarga mampu 2. Berikan strategi penyuluhan 2. Penyuluhan dapat membantu
mengidentifikasi kebutuhan pada DM. pasien memahami informasi yang
terhadap informasi mengenai berhubungan dengan proses
penyakitnya penyakit.
2. Memperlihatkan kemampuan 3. Berikan informasi tentang 3. Mencegah dan melakukan deteksi
mengenali penyakit perlindungan infeksi. dini infeksi pada pasien berisiko.
4. Berikan informasi tentang 4. Mempersiapkan pasien untuk
program aktivitas latihan mencapai atau mempertahankan
dan program diet. tikat aktivitas yang dianjurkan dan
secara benar mengikuti program
diet.
6 6 Setelah dilakukan tindakan 1. Dapatkan kultur drainase 1. Mengidentifikasi pathogen dan
keperawatan selama ...x24 jam luka saat masuk. terapi pilihan.
diharapakan gangguan integritas 2. Rendam kaki dalam air steril 2. Germisidal local efektif untuk
kulit dapat teratasi dengan pada suhu kamar dengan permukaan luka.
kriteria hasil : larutan betadine 3x sehari
1. Memperlihatkan perbaikan selama 15 menit
status metabolic yang 3. Kaji area luka setiap 3. Memberikan informasi tentang
dibuktikan oleh gula darah mengganti balutan. efektivitas terapi dan
dalam batas normal dalam 36 mengidentifikasi kebutuhan
29
NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
jam tambahan.
4. Pijat area sekitar sisi luka. 4. Merangsang sirkulasi dan
mengalirkan sel darah putih,
fibroblast, dan nutrisi yang
dibutuhkan untuk penyembuhan
dan membuang debris yang
terfagositasi.
5. Balut luka dengan kasa 5. Menjaga kebersihan luka atau
kering steril gunakan plaster meminimalkan kontaminasi
kertas. silang. Plester adesif dapat
membuat abrasi terhadap jaringan
mudah rusak.
6. Berikan diklosasilin 500mg 6. Pengobatan infeksi atau
per oral setiap 6 jam, mulai pencegahan komplikasi. Makanan
jam 10 malam, amati yang mengganggu absorbsi
tanbda-tanda memerlukan penjadwalan sekitar
hipersensitivitas seperti jam makan. Meskipun tidak ada
pruritus, urikaria, ruam. riwayat reaksi penicillin tetapi
dapat terjadi kapan saja
7. Berikan 15 unit insulin 7. Mengobati disfungsi metabolic
Humulin N SC pada pagi yang mendasari, menurunkan
hari setelah contoh darah hiperglikemia dan meningkatkan
harian di ambil. penyembuhan.
7 7 Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau nadi, frekuensi nafas, 1. Mengindikasikan tingkat aktivitas
keperawatan selama ... x 24 jam serta tekanan darah sebelum yang dapat ditoleransi secara
diharapkan kelelahan dapat dan sesudah melakukan fisiologis.
teratasi dengan kriteria hasil : aktivitas.
30
NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Mengidentifikasikan pola 2. Diskusikan kebutuhan akan 2. Pendidikan dapat memberikan
keletihan setiap hari. aktivitas. Buat jadwal motivasi untuk meningkatkan
2. Mengidentifikasi tanda dan perencanaan dan identifikasi tingkat aktivitas meskipun pasien
gejala peningkatan aktivitas aktivitas yang menimbulkan sangat lemah.
penyakit yang kelelahan.
mempengaruhi toleransi 3. Diskusikan penyebab 3. Dengan mengetahui penyebab
aktivitas. keletihan seperti nyeri sendi, keletihan, dapat menyusun jadwal
3. Mengungkapkan penurunan efisiensi tidur, aktivitas.
peningkatan tingkat energi. peningkatan upaya yang
4. Menunjukkan perbaikan diperlukan untuk ADL.
kemampuan untuk 4. Bantu mengidentivikasi pola 4. Mengidentifikasi waktu puncak
berpartisipasi dalam energi dan buat rentang energi dan kelelahan membantu
aktivitas yang diinginkan. keletihan. Skala 0-10 dalam merencanakan akivitas
(0=tidak lelah, 10= sangat untuk memaksimalkan konserfasi
kelelahan). energi dan produktivitas.
5. Berikan aktivitas alternatif 5. Mencegah kelelahan yang
dengan periode istirahat berlebih.
yang cukup atau tanpa
diganggu.
6. Ajarkan untuk 6. Membantu dalam mengantisipasi
mengidentifikasi tanda dan terjadinya keletihan yang
gejala yang menunjukkan berlebihan.
peningkatan aktivitas
penyakit dan mengurangi
aktivitas, seperti demam,
penurunan berat badan,
keletihan makin memburuk.
31
NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
8 8 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ulang adanya faktor- 1. Menentukan faktor cidera yang
keperawatan selama ... x 24 jam faktor resiko cidera pada sesuai untuk klien.
diharapkan pasien pasien.
memperlihatkan upaya 2. Tulis dan laporkan adanya 2. Untuk memeudahkan mengingat
menghindari cedera atau cedera faktor-faktor resiko. dan melaporkan kembali atau
tidak terjadi, dengan kriteria mengevaluasi.
hasil : 3. Lakukan modifikasi 3. Lingkungan yang nyaman dan
lingkungan agar lebih aman sesuai untuk pasien dengan
1. Mengidentifikasi bahaya (memasang pinggiran harapan meminimalkan risiko
lingkungan yang dapat tempat tidur, dll). terjadinya cedera.
meningkatkan kemungkinan 4. Ajarkan klien tentang upaya 4. Untuk menajarkan kepada klien
cidera. pencegahan cidera maupun keluarganya agar bias
2. Mengidentifikasi (menggunakan pencahayaan bersama – sama untuk memamtau
tindakan preventif atas yang baik, memasang keadaan pasien.
bahaya tertentu, penghalang tempat tidur,
3. Melaporkan penggunaan menempatkan benda
cara yang tepat dalam berbahaya ditempat yang
melindungi diri dari cidera. aman).
5. Kolaborasi dengan dokter 5. Untuk dapat memberikan terapi
untuk penatalaksanaan farmakologi yang sesuai dengan
glaukoma dan gangguan kondisi pasien.
penglihatannya, serta
pekerja sosial untuk
pemantauan secara berkala.
32
2.3.4 Implementasi
2.3.5 Evaluasi
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya,
dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
dengan batasan terperinci serta memiliki pengambilan data yang mendalam dan
waktu dan tempat serta mempelajari kasus berupa peristiwa aktivitas atau
individu.
Mojopahit Mojokerto.
34
3.4 Pengumpulan data
Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang
riwayat penyakit sekarang – dahulu keluarga dan lain-lain). Sumber data dari
validitas tinggi. Disamping integritas dari peneliti, uji keabsahan data dilakukan
tambahan menggunakan triangulasi dati tiga sumber data utama yaitu pasien,
perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan
rumusan masalah penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara obervasi oleh
35
peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya
diinterpretasikan oleh peneliti dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan
1. Pengumpulan data
Data dikumpulkan dari hasil wawancara mendalam. Hasil ditulis dalam bentuk
Dari hasil wawancara dan obervasi yang terkumpul dalam bentuk catatan
dibuat koding yang dibuat oleh peneliti dan mempunyai arti tertentu sesuai
3. Penyajian data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel, gambar serta bagan maupun teks
dari responden.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian dibahas dan dibandingkan dengan hasil-
hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan metode perilaku kesehatan.
36
3.7 Etika Penelitian
kepada responden yang akan diteliti dengan menekankan masalah etika. Peneliti
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang
memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian serta manfaat penelitian,
bila subjek menolak untuk menjadi responden maka peneliti tidak memaksa, tetap
37
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2007. Buku Saku: Diagnosa Keperawatan, Edisi 10, Alih
Bahasa Yasmin Asih. Jakarta: EGC
Kozier,. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktik
(7 ed., Vol. I). Jakarta: EGC.
Nam Han Cho et all, 2017. IDF Diabetes Atlas Eighth Edition 2017.
International Diabetes Federation. Available at:
www.diabetesatlas .org. di akses 25 Mei 2020.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 4. Jakarta :
EGC
38