Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN MINI PROJECT

DIABETES MELITUS TIPE 2

Dokter Pendamping :
dr. Kurnia Mahleni

Disusun Oleh :
dr. Suyoslan Tambunan
dr. Mitra Sexa Gesima Simanjuntak
dr. Hotdia Novinia Siahaan
dr. Abed Nego Okthara Sebayang

Puskesmas Gambir Baru Kabupaten Asahan


Program Internsip Dokter Indonesia
Periode Mei 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan mini project Program Internsip
Dokter Indonesia ini dengan semaksimal mungkin. Laporan Mini Project ini dibuat sebagai
persyaratan Penulis dalam mengikuti Program Internsip Dokter Indonesia di UPTD
Puskesmas Gambir Baru Periode Mei 2021 – Febuari 2022 dengan judul kasus “Diabetes
Melitus Tipe 2”.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang ikut
membantu dalam kelancaran pembuatan mini project ini. Terimakasih sebesar-besarnya
Penulis ucapkan kepada dr. Kurnia Mahleni selaku dokter pendamping Internsip stase
Puskesmas, dr. Riana Minerpa Sibarani selaku Kepala Puskesmas Gambir baru, Ibu
Trisnawaty selaku Kepala Tata Usaha Puskesmas Gambir baru dan seluruh staf pegawai dan
dokter Puskesmas Pekik Nyaring yang juga telah membantu dalam penulisan mini project ini.

Peneulis juga menyadari bahwa laporan mini project ini masih belum sempurna dari
segi isi maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan masukan
berupa kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan laporan mini project ini.
Semoga laporan mini project dapat berguna bagi kita semua.

Kisaran, September 2021

Penulis
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MINI PROJECT DOKTER INTERNSIP

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DI PUSKESMAS PEKIK NYARING


TERHADAP PENYAKIT DIABETES MELLITUS

Disusun Oleh :
dr. Suyoslan Tambunan
dr. Mitra Sexa Gesima Simanjuntak
dr. Hotdia Novinia Siahaan
dr. Abed Nego Okthara Sebayang

telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Program Internsip
Dokter Indonesia di Puskesmas Gambir Baru, Kabupaten Asahan Periode September 2021

Kisaran, September 2021

Mengetahui,
Pendamping,

dr. Kurnia Mahleni


NIP. 197701142010012008
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia menduduki peringkat ke-7 dunia. Faktor
utama penyebab peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus adalah perubahan gaya
hidup. Perubahan gaya hidup ini meliputi perubahan pola makan, peningkatan tingkat stress,
dan sedentary lifestyle. (1,2)
Berbagai faktor risiko yang dapat memicu DM adalah faktor keturunan, obesitas,
riwayat diabetes melitus gestasional, hipertensi (≥140 / 90 mmHg atau sedang menjalani
terapi hipertensi), nilai High Density Lipoprotein (HDL) <35 mg / dL dan / atau trigliserida>
250 mg / dL.g dan Riwayat pradiabetes. Banyak dari faktor risiko ini yang membuat
seseorang dengan gaya hidup tidak sehat sangat mungkin terkena DM.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) nasional tahun 2018 menjelaskan, angka
prevalensi DM tipe-2 di Indonesia adalah 2,0 %. Prevalensi DM tertinggi pada provinsi DKI
Jakarta adalah 3,4 %. Prevalensi DM pada penduduk semua umur menurut provinsi di
Indonesia 1,5 %. Prevalensi DM berdasarkan usia tertinggi yaitu pada usia 55-64 tahun
yaitu 6,3 %. Prevalensi DM lebih banyak pada wanita dengan perbandingan pada pria yaitu
(2)
1,8 : 1,2 %. Prevalensi DM pada daerah perkotaan dibanding pedesaan adalah 1,9 :1,0%.
Berdasarkan data 10 penyakit tertinggi di Puskesmas Gambir Baru tahun 2020 Diabetes
Mellitus menempati posisi kedua terbesar dengan jumlah 1023 orang.
Kasus diabetes melitus yang sangat tinggi membuat penderita DM mudah mengalami
komplikasi. Berbagai komplikasi DM seperti neuropati, stroke, penyakit ginjal kronik dan
diabetes dapat terjadi. Salah satu komplikasi DM yang paling umum adalah kaki diabetik.
Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik diabetes melitus berupa luka pada kulit
pada kaki penderita diabetes yang disertai dengan kerusakan jaringan internal atau kematian
jaringan, baik dengan atau tanpa infeksi, yang berhubungan dengan neuropati dan / atau
penyakit arteri perifer. pada orang dengan DM.(3)
Dari data rekam medi puskesmas yang menunjukkan tingginya angka DM di wilayah
kerja puskesmas gambir baru membuat penulis tertarik untuk melakukan pembuatan laporan
minipro dengan mengangkat satu kasus mengenai diabetes melitus di Puskesmas Gambir
Baru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Melitus


2.1.1. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. (2)

2.1.2. Epidemiologi
Menurut data terkini dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2019,
sebanyak 463 juta orang di seluruh dunia menghidap diabetes mellitus. Angka ini
dikemukakan pada 20th World Diabetes Congress di Montreal, Canada. Hanya di Asia
Tenggara saja sudah sebanyak 59 juta orang menghidap diabetes mellitus. Indonesia
merupakan salah satu negara dengan kasus diabetes yang paling tinggi yaitu sebanyak tujuh
juta orang.(1)
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati urutan ke-4
terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Melitus (DM). Sementara di Medan sendiri
menempati urutan pertama diatas penyakit jantung koroner.(4,5) Berdasarkan data 10 penyakit
tertinggi di Puskesmas Gambir Baru tahun 2021 Diabetes Mellitus menempati posisi ke-enam
terbesar dengan jumlah 110 orang.

2.1.3. Klasifikasi dan Etiologi


The American Diabetes Association mengklasifikasikan diabetes dalam empat kategori,
yaitu:(6,7)
1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (defisiensi insulin absolut)(6,7)
Defisiensi insulin absolut pada DM tipe 1 disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas
yang dipicu oleh suatu reaksi autoimun. DM tipe1 biasanya berkembang pada masa anak-anak
atau dewasa muda. DM tipe 1 adalah intoleransi glukosa yang paling sering didiagnosa pada
individu berumur kurang dari 30 tahun. Namun, tidak tertutup kemungkinan perkembangan
penyakit ini terjadi di usia dewasa.
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (resistensi insulin dengan defisit sekresi insulin)(6,7)
Pada DM tipe 2, sekresi insulin dikatakan tidak adekuat karena pasien mengalami
resistensi insulin. Resistensi insulin di hati menyebabkan ketidakmampuan hati menekan
produksi glukosanya. Pada umumnya, perkembangan penyakit ini terjadi di usia dewasa dan
semakin meningkat seiring bertambahnya umur.
3. Diabetes Mellitus Tipe Lainnya(7)
a. Kelainan genetik dalam sel beta seperti yang dikenali pada MODY.
Diabetes subtipe ini prevalensi familiar yang tinggi dan bermanifestasi
sebelum usia 14 tahun.
b. Kelainan genetik pada kerja insulin menyebabkan sindrom resistensi insulin berat
akantosis negrikans.
c. Penyakit pada eksokrin pankreas menyebabkan pankreatitis kronik.
d. Penyakit endokrin seperti sindrom cushing dan akromegali.
e. Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta.
f. Infeksi.
4. Diabetes Gestasional. (6,7)
Diabetes gestasional didefinisikan sebagai intoleransi glukosa dengan onset terdeteksi
saat seseorang sedang dalam keadaan hamil saja, kemudian akan menghilang maksimal
setelah melahirkan >20 minggu.

2.1.4. Manifestasi Klinis (8,9)


a. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti
menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran
darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi
diuresis osmotik.
b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan
penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel
mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan
ingin selalu minum.
c. Polifagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka
produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang
terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan.
d. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan
tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga
seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofi dan penurunan secara otomatis.
e. Malaise atau kelemahan
Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi. Aliran
darah yang buruk pada pasien diabetes kronis juga berperan menyebabkan kelelahan.

2.1.5. Diagnosis
Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis DM dan Gangguan Toleransi Glukosa (The Merck Manual,
2013)(10)
Gangguan Toleransi
Tes Normal Diabetes
Glukosa
KGDP
< 100 100-125 > 126
(mg/dl)
TTGO
< 140 140-199 > 200
(mg/dl)
HbA1c
< 5,7 5,7-6,4 > 6,5
(%)

HbA1c = Hb terglikosilasi ; KGDP = Kadar Glukosa Darah Puasa; TTGO = Tes Toleransi
Glukosa Oral.
Diagnosis DM tipe-2 dapat ditegakkan melalui tiga cara :

Gambar 2.1. Kriteria Diagnostik DM (3)


Diabetes Mellitus didiagnosa berdasarkan gejala klinis dan pengukuran kadar glukosa
darah. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan setelah puasa 8-12 jam (KGDP) atau 2 jam
setelah konsumsi cairan glukosa yang terkonsentrasi (TTGO). 10 Skema langkah-langkah pada
kelompok yang memiliki resiko DM tipe-2 dapat dilihat pada gambar.

Gambar 2.2. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan
Penyaring dan Diagnosis DM Tipe-2 (mg/dl).(3)
2.1.6. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup
penyandang diabetes. Menurut PERKENI terdapat 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu:(3)
a. Edukasi
Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia
serta cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien.
b. Terapi Nutrisi Medis (TNM)
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
kalori dan zat gizi masingmasing individu.
c. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani seharihari dan latihan jasmani secara teratur (34 kali seminggu selama
kurang lebih 30 menit). Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
d. Intervensi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
(gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan suntikan.

2.1.7. Komplikasi
Diabetes Mellitus dapat menyebabkan beberapa komplikasi yang serius, yaitu:
Hipoglikemia, peningkatan resiko infeksi, komplikasi mikrovaskuler (retinopati dan nefropati
diabetik), komplikasi neurologis, dan komplikasi makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler
dapat menghambat penyembuhan luka. Hal ini menyebabkan luka kecil pada penderita DM
dapat meluas dan membentuk ulkus dalam yang dapat disertai dengan infeksi sekunder.(10)

2.1.8. Prognosis
Prognosis penderita DM sangat dipengaruhi oleh terkontrol atau tidaknya penyakit ini
pada penderitanya. Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) menunjukkan terdapat
hubungan antara hiperglikemia kronis dengan peningkatan resiko komplikasi mikrovaskuler
pada penderita DM tipe 1. The United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS)
menunjukkan hasil yang sama pada penderita DM tipe 2.(8)
BAB III
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
No. BPJS : 000014802221
Tanggal Lahir : 18 Mei 1965
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Jl. KH. Agus Salim

B. KRONOLOGI PASIEN
Seorang pasien laki-laki berusia 56 tahun datang ke puskesmas gambir baru untuk
melakukan kontrol atas penyakit diabetes mellitus yang sudah dia derita selama 2 tahun.
Pasien merupakan PRB (Pasien Rujuk Balik) yang rutin datang setiap bulannya. Saat ini
pasien mengeluhkan kebas pada jari-jari tangannya. Kebas dirasakan sejak 3 minggu
belakangan ini terutama pada malam hari. Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati sejak 1
bulan belakangan ini. Sensasi nyeri ulu hati dirasakan menjalar ke kerongkongan dan
mulut terasa pahit. Keluhan lainnya seperti demam, batuk dan lain-lain disangkal pasien.
Nafsu makan baik. BB tidak turun. BAK dan BAB normal. Diketahui pasien sudah
terdiagnosa DM sejak 2 tahun yang lalu dengan kadar gula darah saat terdiagnosa 365
mg/dl.

a. Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat DM type 2 (+)
Riwayat merokok (+), perokok pasif (+)

b. Riwayat Penyakit Keluarga:


Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama(-)
Riwayat keganasan pada keluarga (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK (30 Agustus 2021)
Status generalis : compos mentis
Status gizi :
BB : 62 kg
TB : 170 cm
IMT : 21.45 kg/m2 (normoweight)

Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 92 x/menit, regular, kuat angkat
Napas : 24 x/menit
Suhu : 36,5oC
Saturasi oksigen : 97% tanpa oksigen
Kepala : anemis -, ikterus -
Leher : pembesaran KGB -, JVP +2 mmH2O
Thorax :
Inspeksi : simetris
Palpasi : taktil fremitus sama kedua hemithorax
Perkusi : Sonor kedua hemithorax
Auskultasi : Vesikuler, Bunyi jantung S1 dan S2 reguler, murmur -, gallop -
Abdomen :
Inspeksi : supel, mengikuti gerakan nafas
Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : nyeri tekan (-),hepar dan lien tidak teraba
Palpasi : timpani
Extremitas :
Atas : deformitas -, tanda-tanda inflamasi -, jari tabuh -
Bawah : deformitas -, edema -/-

Pemeriksaan KGD: 134 mg/dl

D. DIAGNOSIS
Polineuropati et causa Diabetes Mellitus type 2
E. PENATALAKSANAAN (30 Agustus 2021)
Non Farmakologi
 Pasien diberi penjelasan nyeri ulu hati kemungkinan besar disebabkan oleh efek
samping obat diabetes yang dikonsumsi pasien
 Pasien Dianjurkan untuk olahraga rutin selama 30 menit setiap hari
 Pasien Dianjurkan untuk merendam jari-jari tangan yang kebas dengan air hangat
3 x sehari
 Keluarga Pendamping pasien dianjurkan untuk menciptakan suasana rumah yang
menyenangkan agar pasien merasa nyaman dan mengesampingkan pikiran bahwa
dia sedang mengalami penyakit DM

Farmakologi
Metformin 500 mg 2x1 selama 1 bulan
Glimepride 2 mg 1x1 selama 1 bulan
Vitamin B12 tablet 1x1
Antasida syrp C1 3x1
BAB IV

PEMBAHASAN
Pasien datang ke Puskesmas Gambir Baru untuk melakukan pemeriksaan rutin tiap

bulannya dan memperpanjang obat sebagai Pasien Rujuk Balik/PRB. Saat ini pasien

mengeluhkan kebas pada jari-jari tangannya. Kebas dirasakan sejak 3 minggu belakangan ini

terutama pada malam hari. Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati sejak 1 bulan belakangan

ini. Sensasi nyeri ulu hati dirasakan menjalar ke kerongkongan dan mulut terasa pahit.

Keluhan lainnya seperti demam, batuk dan lain-lain disangkal pasien. Nafsu makan baik. BB

tidak turun. BAK dan BAB normal. Riwayat merokok (+), perokok pasif (+). Riwayat

keluarga dengan keluhan yang sama(-) Riwayat keganasan pada keluarga (-).

Diabetes adalah suatu sindroma yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah

disebabkan adanya penurunan sekresi insulin. Diabetes adalah penyakit tidak menular yang

dapat menyerang segala kelompok umur. Pada diabetes melitus tipe 1 penurunan sekresi itu

disebabkan karena kerusakan sel beta akibat reaksi otoimun sedangkan pada diabetes melitus

tipe 2 penurunan sekresi disebabkan karena berkurangnya sel beta yang progresif akibat

glukotoksisitas, lipotoksisitas, tumpukan amilod dan faktor-faktor lain yang disebabkan oleh

resistensi insulin.(3,4)

Pada keadaan yang tidak memungkinkan dan tidak tersedia fasilitas pemeriksaan

TTGO, maka pemeriksaan penyaring dengan mengunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler,

diperbolehkan untuk patokan diagnosis DM. Dalam hal ini harus diperhatikan adanya

perbedaan hasil pemeriksaan glukosa darah plasma vena dan glukosa darah kapiler. Pada

Pasien ini dikarenakan Puskesmas tidak memiliki fasilitas pemeriksaan TTGO maka

pemeriksaan glukosa darah kapiler pun dilakukan saat pertama sekali pasien terdiagnosa DM

dan rutin setiap bulannya dilakuan pemeriksaan kadar gula darah untuk melihat

perkembangan pengobatan yang dilakukan.(3,5)


Diabetes adalah penyakit yang dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan

beberapa keluhan, maka diabetes bisa menjadi penyebab terjadinya komplikasi baik akut

maupun kronis.

1) Komplikasi akut(6)

Komplikasi akut terjadi jika kadar glukosa darah seorang meningkat atau menurun

tajam dalam waktu relatif singkat. Kadar glukosa darah bisa menurun drastis jika penderita

menjalani diet terlalu ketat. Komplikasi akut meliputi hipoglikemia, ketoasidosis, koma

hiperosmoler non ketotik, dan koma lakto asidosis.

2) Komplikasi Kronis(6)

Komplikasi kronis diartikan sebagai kelainan pembuluh darah yang menyebabkan

serangan jantung, gangguan fungsi ginjal dan saraf.

Pada pasien ini ditemukan komplikasi kronis berupa gangguan saraf yakni

polineuropati yang dikeluhkan dengan perasaan kebas-kebas pada jari-jari tangan.

Penatalaksanaan Diabetes Melitus bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup

pasien. Peningkatan kualitas hidup pasien diabetes melitus perlu dilakukan pengendalian

glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara

komprehensif. Penataklaksanaan diabetes melitus melalui empat pilar yaitu;(1,2,5,8)

1) Edukasi

Edukasi pada pasien diabetes melitus bertujuan promosi hidup sehat, upaya

pencegahan dan pengelolaan diabetes melitus. Perilaku hidup sehat bagi

penyandang Diabetes Melitus adalah memenuhi anjuran: Mengikuti pola makan

sehat, Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang teratur ,

Menggunakan obat DM dan obat lainya pada keadaan khusus secara aman dan

teratur, Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan

memanfaatkan hasil pemantauan untuk menilai keberhasilan pengobatan.


Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi DM adalah:

 Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta hindari terjadinya

kecemasan.

 Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan hal-hal yang

sederhana dan dengan cara yang mudah dimengerti.

 Melakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan melakukan

simulasi.

 Mendiskusikan program pengobatan secara terbuka, perhatikan keinginan

pasien. Berikan penjelasan secara sederhana dan lengkap tentang program

pengobatan yang diperlukan oleh pasien dan diskusikan hasil pemeriksaan

laboratorium.

 Melakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan dapat diterima.

 Memberikan motivasi dengan memberikan penghargaan.

 Melibatkan keluarga/pendamping dalam proses edukasi.

 Perhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat pendidikan pasien

dan keluarganya.

2) Nutrisi

Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan anjuran

makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan

kebutuhan kalori dan zat gizi masingmasing individu. Penyandang DM perlu

diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan

jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang menggunakan obat yang

meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri. Perhitungan kebutuhan

kalori merupakan bagian dari penatalaksanakan diabetes melitus dikontrol

berdasarkan kandungan energi, protein, lemak dan karbohidrat. Pelaksanaan diet


diabetes sehari-hari sebaiknya mengikuti pedoman 3J (jumlah, jenis, jadwal)

3) Jasmani

Latihan jasmani dapat dilakukan selama 3-4 kali seminggu dengan durasi kurang

lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (Continuous, rhythmical, interval,

progressive, endurance training). Contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki

biasa selama 30 menit, olahraga sedang adalah berjalan cepat selama 20 menit dan

olahraga berat adalah jogging. Pada akhir kegiatan latihan jasmani diharapkan

dapat mencapai denyut nadi maksimal 78-85%.

4) Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan

jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan suntik.

 Obat Antihiperglikemia Oral

I. Pemacu Sekresi Insulin Obat yang termasuk meningkatkan sekresi insulin

adalah sulfonilurea dan glinid.

II. Peningkat Sensitivitas Insulin Obat yang meningkatkan sensitivitas insulin

adalah metformin dan tiazolidindion.

III. Penghambat Glukosidase alfa.

IV. Penghambat DPP IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)

V. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter-2)

 Obat Antihiperglikemia Suntik

I. Obat antihiperglikemia suntik adalah insulin.

Pada pasien ini diberikan obat antihiperglikemia oral yakni golongan biguanid (Metformin

500 mg) dan Sulfonilurea (Glimepiride 2 mg) dan penanganan keluhan polineuropati dengan

pemberian vitamin B 12 dan meredakan dyspepsia yang dialami dengan pemberian antasida

sirup. Berdasarkan penatalaksanaan yang diberikan sudah sesuai dengan teori yang ada yakni
melakukan 4 pilar penatalaksanaan pasien DM. Tujuan dari penatalaksanaan pasien diabetes

mellitus adalah menghindarkan pasien dari komplikasi akut maupun yang kronik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Menurut data terkini dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2019,
sebanyak 463 juta orang di seluruh dunia menghidap diabetes mellitus. Angka ini
dikemukakan pada 20th World Diabetes Congress di Montreal, Canada. Hanya di Asia
Tenggara saja sudah sebanyak 59 juta orang menghidap diabetes mellitus. Penatalaksanaan
Diabetes mellitus berdasarkan 4 pilar yakni edukasi,nutrisi, jasmani dan terapi farmakologi.
Penatalaksanaan bertujuan untuk mencegah pasien diabetes mellitus dari komplikasi akut
maupun komplikasi kronik.

B. Saran
Berdasarkan hasil minipro yang dilakukan maka saran yang dapat diberikan oleh Peneliti
adalah sebagai berikut :
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Meningkatkan promosi kesehatan kepada masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Gambir Baru tentang penyakit Diabetes Mellitus.
2. Bagi Dokter Internship
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
penanganan penyakit diabetes mellitus secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

1. International Diabetes Federation. (2019). IDF Diabetes Atlas. Edisi ke- 9.


International Diabetes Federation. Hal : 6-77. [Accessed 30 September 2020].
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Nasional tahun 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta : Page : 66-78. [Accessed 30 September 2020].
3. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2019). Konsensus Pengendalian dan
Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia tahun 2019 . Penerbit : PERKENI.
Jakarta : Page : 1-49. [Accessed 30 September 2020].
4. Waspada Online, ( 2009). Medan, Terbanyak Penderita Diabetes. Available from:
http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=71175:-
medan- terbanyak-penderita-diabetes&catid=14:medan&Itemid=27 [Accessed 30
September 2020].
5. American Diabetic Association.( 2017). Diagnosis dan Classification of Diabetes
Mellitus. Dikutip dari :
http://care.diabetesjournals.org/content/diacare/suppl/2016/12/15/40.Supplement_1.D
C1/DC_40_S1_final.pdf [Accessed 29 September 2020]
6. Purnamasari D (2014). Diagonosis Dan Klasifikasi Diabetes Mellitus dalam Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi 6. Jilid
II. Suyono AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk (eds). Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam, Jakarta : Interna Publishing, Page : 2323-2327.
7. Corwin EJ. (2009). Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta : EGC , Page : 345-349.
8. Greenstein B, Wood D (2010). At a Glance Sistem Endokrin, Edisi ke-2 . Jakarta :
Penerbit Erlangga, Hal : 86-87.
9. Khardori, R. (2014). Type 2 Diabetes Mellitus. Medscape. Dikutip dari :
http://emedicine.medscape.com/article/117853 [Accessed 30 September 2020].
10. Kiadaliri, A.A., Najafi, B., dan Sani, M.M., (2013). Quality of Life in People with
Diabetes: A Systematic Review of Studies in Iran. Journal of Diabetes and Metabolic
Disorders 2013. [Accessed 30 September 2020].

Anda mungkin juga menyukai