Anda di halaman 1dari 31

MINI PROJECT

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN


PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TERHADAP
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH
PUSKESMAS KELURAHAN CIRACAS RW 02 DAN
RW 08

Pembimbing :
dr. Yuni Astuti

Disusun oleh:
dr. Suci Insani Ramadhani

Tanggal penyajian :
Mei 2018

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS KELURAHAN CIRACAS
JAKARTA TIMUR
Periode 8 Januari – 4 Mei 2018
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Mini Project:

Hubungan antara Karakteristik dan Pengetahuan Ibu Menyusui terhadap


Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Puskesmas Kelurahan Ciracas RW 02 dan
RW 08

Mini Project ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi tugas

Program Internsip Dokter Indonesia

Periode 8 Januari s/d 4 Mei2018

Jakarta, Mei 2018

Peserta Program Internsip Dokter Pendamping Internsip


Dokter Indonesia Puskesmas Kelurahan Ciracas

dr. Suci Insani Ramadhani dr. Yuni Astuti


NIP: 197406162006042027
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan proses penulisan penelitian ini yang
berjudul “Hubungan antara Karakteristik dan Pengetahuan Ibu Menyusui
terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Puskesmas Kelurahan Ciracas RW
02 dan RW 08.”
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Yuni Astuti, selaku dokter pembimbing internship dan Kepala
Puskesmas Kelurahan Ciracas yang telah membimbing dan memberikan
kesempatan penulis untuk mengikuti kegiatan selama berada di Puskesmas
Kelurahan Ciracas
2. Seluruh dokter dan staf Puskesmas Kelurahan Ciracas yang telah
membantu penulis dalam penelitian
3. Teman-teman seperjuangan dokter internship, yang telah memberikan
bantuan kepada penulis, baik berupa materi maupun dukungan selama
penelitian ini berlangsung
Penulis berharap penelitian ini bisa menjadi tambahan informasi dan
menambah wawasan bagi pembaca.
Akhir kata, penulis mengakui bahwa penelitian ini masih banyak
kekurangan. Saya sangat mengharapkan kritik, saran maupun masukan yang
membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan laporan penelitian saya.

Jakarta, Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… i


KATA PENGANTAR ……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………... 1


1.1 Latar belakang ………………………………………….1
1.2 Perumusan masalah …………………………………….3
1.3 Tujuan …………………………………………………. 3
1.4 Manfaat ………………………………………………... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………...….. 5


2.1 Air susu ibu (ASI) …………………………………...…5
2.2 Manfaat ASI ……………….………………………….. 8
2.3 Pola pemberian ASI ……………….………………….. 9
2.4 Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ………….. 9

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI


OPERASIONAL …………………………...................… 14
3.1 Kerangka konsep …………………………………….…14
3.2 Definisi operasional ………………………………….... 14
3.3 Hipotesis ………...………………………………….... 15

BAB IV METODE PENELITIAN ……………………………..….16


4.1 Desain penelitian ……………………………………….16
4.2 Lokasi dan waktu penelitian ………………………...… 16
4.3 Populasi dan sampel penelitian ………………………...16
4.4 Teknik pengumpulan data ……………………….. 17
4.5 Prosedur penelitian ……………………………………..
18

BAB V HASIL PENELITIAN .........................................................19


5.1 Analisis univariat .............................................................19
5.2 Analisis Bivariat ...............................................................23
5.3 Pembahasan ......................................................................25

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……………………….…. .26


7.1 Kesimpulan …………………………………...…….…. 26
7.2 Saran …………….………………………………….…. 26

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..…. 27


LAMPIRAN ……………………………………………………………….. 29
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air Susu Ibu atau yang sering disingkat dengan ASI merupakan satu-
satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi gizi yang
paling lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Melihat manfaat yang
besar, maka pemberian ASI eksklusif sangat dianjurkan. Maksud ASI eksklusif
adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa makanan tambahan lain seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan makanan padat seperti pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim sejak lahir hingga bayi umur 6 bulan.

Jika dilihat standar pencapaian ASI eksklusif yang ditargetkan dalam


pembangunan nasional dan strategi nasional program peningkatan cakupan
pemberian ASI sebesar 80%. Menurut World Health Organizazion (WHO) dahulu
pemberian ASI eksklusif berlangsung sampai usia 4 bulan, namun belakangan
sangat dianjurkan agar ASI eksklusif diberikan sampai anak usia 6 bulan.

Jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif di Provinsi DKI Jakarta pada
tahun 2016 sebanyak 9.490 bayi dari total 34.888 bayi atau hanya sekitar 59.5 %
yang mendapat ASI eksklusif. Terjadi penurunan 7.7% bila dibandingkan dengan
jumlah bayi yang mendapatkan ASI ekslusif pada tahun 2015 sebesar 67,1%
persen dari jumlah total bayi. Salah satu yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif di Jakarta menurun dikarenakan banyaknya ibu rumahtangga yang
bekerja dan membantu menjadi pencari sumber pendapatan keluarga. Wilayah
dengan persentase ASI eksklusif terendah ada di wilayah Kota Jakarta Timur
sebesar 43,9%.

Pemberian ASI eksklusif di Indonesia yang rendah disebabkan oleh faktor


internal yaitu rendahnya pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dan faktor eksternal
yaitu kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas kesehatan maupun
pemerintah, gencarnya promosi susu formula, faktor sosial budaya serta
kurangnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Tabel 1. Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif menurut jenis kelamin,
kecamatanm dan puskesmas DKI Jakarta tahun 2016

Menurut penelitian Rohani (2007) menunjukan bahwa tingkat


pengetahuan ibu sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif, hal ini
ditunjukan akan terjadi peningkatan pemberian ASI eksklusif jika disertai dengan
peningkatan pengetahuan tentang ASI eksklusif.

Tabel 2. Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif di Kecamatan Ciracas, Jakarta
Timur tahun 2017

Berdasarkan tabel 2 diatas, jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif di


Kecamatan Ciracas adalah sejumlah 734 bayi dari total 956 bayi. Jumlah tersebut
mencakup sebesar 76,78% dari jumlah keseluruhan.
Cakupan ASI Eksklusif Kecamatan Ciracas 2017
120
100
80
60
Cakupan ASI Eksklusif
40 Kecamatan Ciracas 2017
20
0
n

an

an
r
s

bu
ca

ka

ta

et

at
bu
ra

bu
su

aW

m
Ci

m
Su

Ci

ca
Ra

Du

Ke
pa
la
Ke

Grafik 1. Cakupan ASI Eksklusif Kecamatan Ciracas 2017

Di Kelurahan Ciracas sendiri, cakupan ASI Ekslusif sudah melebihi 50%,


yaitu sebesar 76,81%.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui


hubungan antara karakteristik dan pengetahuan Ibu menyusui terhadap pemberian
ASI eksklusif di Puskesmas Kelurahan Ciracas RW 02 dan RW 08.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan dalam latar belakang masalah di


atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara karakteristik dan
pengetahuan Ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di Puskesmas
Kelurahan Ciracas RW 02 dan RW 08?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan antara karakteristik dan pengetahuan Ibu terhadap


pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kelurahan Ciracas RW 02 dan RW 08.
1.4 Rumusan hipotesis

Terdapat hubungan antara karakteristik dan pengetahuan Ibu menyusui


terhadap pemberian ASI eksklusif, yaitu pada ibu dengan pengetahuan yang baik
mengenai ASI eksklusif keberhasilan pelaksanaan ASI eksklusif akan lebih tinggi.

1.5 Manfaat Penelitian

Bila hipotesa pada penelitian ini dapat dibuktikan, maka diharapkan dapat
memberi manfaat bagi ilmu pengetahuan, profesi, dan masyarakat.
1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan
Menambah khasanah bagi ilmu pengetahuan mengenai pentingnya
pengetahuan ibu terhadap keberhasilan pelaksanaan ASI eksklusif
2. Manfaat bagi profesi
Menjadi masukan bagi teman sejawat, sehingga dapat dianjurkan untuk
memberikan penyuluhan mengenai ASI kepada pihak-pihak yang
bersangkutan
3. Manfaat bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya ASI
eksklusif, sehingga pelaksanaan dan sosialisasi diharapkan dapat digerakkan
dengan optimal
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ASI

ASI eksklusif menurut WHO (World Health Organization) adalah


pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air
jeruk ataupun makanan tambahan lain. Sebelum mencapai usia 6 bulan sistem
pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna sehingga ia belum
mampu mencerna makanan selain ASI. ASI adalah suatu cara yang tidak
tertandingi dalam menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan
perkembangan seorang bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik
kualitas maupun kuantitasnya. Dengan melaksanakan manajemen laktasi secara
baik, ASI sebagai makanan tunggal akan mencukupi kebutuhan bayi hingga usia 6
bulan. ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam
organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama
bagi bayi.

ASI dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi.


Keberhasilan laktasi ini dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan
berlangsung. Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara
saat lahir dan pubertas. Sedangkan kondisi pada saat kehamilan yaitu pada
trimester II dimana payudara mengalami pembesaran oleh karena pertumbuhan
dan diferensiasi dari lobulo alveolar dan sel epitel payudara. Pada saat
pembesaran payudara, hormon prolaktin dan laktogen plasenta aktif bekerja dalam
memproduksi ASI. Proses terjadinya pengeluaran ASI dimulai atau dirangsang
oleh isapan mulut bayi pada puting payudara ibu. Gerakan-gerakan tersebut
merangsang kelenjar pituitari anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin,
yaitu hormon utama yang mengendalikan pengeluaran ASI. Proses pengeluaran
ASI juga tergantung pada let down reflex, dimana isapan putting dapat
merangsang serabut otot halus di dalam dinding saluran ASI agar membiarkan
ASI dapat mengalir secara lancar. Keluarnya ASI terjadi sekitar hari ketiga setelah
bayi lahir, dan kemudian terjadi peningkatan yang cepat pada minggu pertama.
Larangan bagi bayi untuk menghisap puting ibu akan banyak menghambat
keluarnya ASI, sementara menyusui bayi menurut permintaan bayi secara naluriah
akan meberikan hasil yang baik. Kegagalan dalam perkembangan payudara secara
fisiologis untuk menampung ASI serta adanya faktor kelainan anatomis yang
mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan ASI sangat jarang terjadi.
2.2 Tahapan ASI
Berdasarkan waktu produksinya, ASI dibedakan menjadi tiga yaitu,
kolostrum, foremilk dan hindmilk.
1. Kolostrum
Kolostrum diproduksi pada beberapa hari pertama setelah bayi dilahirkan.
Kolostrum mengandung banyak protein dan antibodi. Wujudnya sangat
kental dan jumlahnya sangat sedikit. Meskipun sedikit, kolostrum mampu
melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri, serta sanggup mencukupi
kebutuhan nutrisi bayi pada hari pertama kelahirannya. Selanjutnya, secara
berangsur-angsur produksi kolostrum berkurang saat ASI keluar pada hari
ketiga sampai kelima.
2. Foremilk
Air susu yang keluar pertama kali disebut susu awal (foremilk). Air susu ini
hanya mengandung sekitar 1-2% lemak dan terlihat encer, serta tersimpan
dalam saluran penyimpanan. Air susu tersebut sangat banyak dan membantu
menghilangkan rasa haus pada bayi.
3. Hindmilk
Hindmilk keluar setelah foremilk habis, yakni saat menyusui hampir selesai.
Hindmilk sangat kaya, kental dan penuh lemak bervitamin. Air susu ini
sebagian besar mengandung energi yang dibutuhkan oleh bayi.
Komponen ASI sangat rumit dan berisi lebih dari 100.000 biologi
komponen unik, yang memainkan peran utama dalam perlawanan penyakit pada
bayi. Berikut komponen penting dari ASI:
1) Kolostrum
Cairan susu kental berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan pada sel
alveoli payudara ibu. Sesuai untuk kapasitas pencernaan bayi dan
kemampuan ginjal baru lahir yang belum mampu menerima makanan
dalam volume besar. Jumlahnya tidak terlalu banyak tetapi kaya gizi dan
sangat baik bagi bayi. Kolostrum mengandung karoten dan vitamin A
yang sangat tinggi.
2) Protein
Protein dalam ASI terdiri dari casein (protein yang sulit dicerna) dan whey
(protein yang mudah dicerna). ASI lebih banyak mengandung whey
daripada casein sehingga protein ASI mudah dicerna.
3) Lemak
Lemak ASI adalah penghasil kalori (energi) utama dan merupakan
komponen zat gizi yang sangat bervariasi. Lebih mudah dicerna karena
sudah dalam bentuk emulsi.
4) Laktosa
Merupakan karbohidrat utama pada ASI. Fungsinya sebagai sumber
energi, meningkatkan absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan
lactobacillus bifidus.
5) Vitamin A
Konsentrasi vitamin A dalam ASI berkisar pada 200 UI/dl.
6) Zat Besi
Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0,5-1,0 mg/ltr), bayi yang
menyusui jarang kekurangan zat besi (anemia). Hal ini dikarenakan zat
besi pada ASI mudah dicerna.
7) Taurin
Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neurotransmitter, berperan
penting dalam maturasi otak bayi. DHA dan ARA merupakan bagian dari
kelompok molekul yang dikenal sebagai omega fatty acids. DHA
(docosahexaenoic acid) adalah sebuah blok bangunan utama di otak
sebagai pusat kecerdasan. Akumulasi DHA di otak lebih besar dari dua
tahun pertama kehidupan. ARA (arachidonic acid) yang ditemukan di
seluruh tubuh dan bekerja bersama-sama dengan DHA untuk mendukung
visual dan perkembangan mental bayi.
8) Laktobasilus
Berfungsi menghambat pertumbuhan mikoorganisme seperti bakteri E.Coli
yang sering menyebabkan diare pada bayi.

2.3 Manfaat ASI

Manfaat ASI antara lain apabila ditinjau dari aspek gizi yaitu, kandungan
gizi lengkap, mudah dicerna dan diserap, mengandung lipase untuk pencernaan
lemak, mempertinggi penyerapan kalsium, mengandung zat kekebalan tubuh
(imunitas). Ditinjau dari aspek psikologis dapat mendekatkan hubungan ibu dan
bayi, menimbulkan rasa aman bagi bayi, mengembangkan dasar kepercayaan
(basic sence of trust). Ditinjau dari aspek KB akan menunda kembalinya
kesuburan, menjarangkan kehamilan.

Bagi ibu sendiri ada beberapa manfaat ASI eksklusif diantaranya dapat
mengurangi insiden kanker leher rahim dan kanker payudara, mengurangi insiden
HPV (Human Papilloma Virus), mempercepat involusi uterus. Bagi keluarga
manfaatnya adalah hemat karena tidak membeli susu formula dan bayi jarang
sakit sehingga biaya pengobatan dapat dihemat.

2.4 Pola pemberian ASI

ASI harus diberikan kepada bayinya sesering mungkin dan dalam waktu
lama, misalnya hingga bayi berusia 2 tahun. Sesungguhnya, ASI bernutrisi tinggi
hanya diproduksi oleh payudara ibu sampai bayi berusia 6 bulan. Oleh karena itu
ibu mesti memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Sebab ASI meberikan
sejumlah zat_zat yang berguna untuk bayi, seperti lemak, protein bermutu tinggi,
vitamin dan mineral.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan,


pemerintah telah mengeluarkan kebijakan baru terkait dengan pemberian ASI
eksklusif. Jangka waktu pemberian ASI eksklusif yang dianjurkan oleh
pemerintah saat ini adalah 6 bulan pertama yang kemudian dilanjutkan sampai 2
tahun dengan pemberian MP-ASI setelah 6 bulan.

Ketika bayi menangis, ibu harus segera menyusuinya, meskipun hal itu
terjadi pada malam hari, baik bayi tidur bersama ibu ataupun tidur terpisah.
Pemberian ASI pada beberapa hari pertama setelah kelahiran bayi tidak harus dari
satu payudara tetapi bayi mesti diberi ASI dari kedua payudara secara bergantian.
Tindakan tersebut mencegah terjadinya pengerasan payudara. Biarkan bayi
menyusui sesuai permintaannya. Bayi yang menyusu sesuai permintaannya bisa
menyusu sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam. Frekuensi menyusui dapat diatur
sedemikian rupa dengan membuat jadwal rutin.

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif

Menurut Notoatmodjo, faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI


meliputi:
1. Pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif
Pemahaman ibu mengenai ASI eksklusif akan menentukan perilaku ibu
dalam praktek  pemberian ASI eksklusif. Kekurangan penurunan pemanfaatan
ASI eksklusif disebabkan oleh terbatasnya ibu tentang ASI eksklusif. Alasan ini
merupakan alasan yang utama para ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif.
Berdasarkan hasil penelitian dari 100 ibu yang mengatakan ASI-nya
kurang, sebenarnya hanya dua ibu yang ASInya betul-betul kurang, 98 lainnya
mempunyai ASI yang cukup, hanya kurang mengetahui tentang proses menyusui
yang baik sehingga sering mengeluh produksi ASI kurang. Kurangnya
pengetahuan ibu tentang keunggulan ASI dan manfaat menyusui juga
menyebabkan ibu-ibu mudah terpengaruh oleh iklan-iklan dan beralih kepada
pemberian susu botol formula. Kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif
sebenarnya hal ini tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI yang
cukup melainkan kurangnya pengetahuan ibu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan:
(1) Umur
Umur adalah lamanya waktu hidup responden yang dihitung sejak
dilahirkan sampai responden mengisi kuisoner. Menurut Notoadmojo yang
menyatakan bahwa semakin tinggi usia seseorang, maka orang tersebut
akan selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan. Koentjaraningrat
menambahkan bahwa umur seseorang yang relatif tua dapat berpengaruh
terhadap pengetahuan yang dimilikinya.
(2) Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang di rencanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
(3) Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi adalah tingkat kemampuan seseorang untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Pendapatan menurut ilmu ekonomi
merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam
suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir
periode seperti keadaan semula.
(4) Sumber Informasi
Sumber informasi diartikan sebagai sumber belajar sekalipun
banyak orang yang berpendapat bahwa pengalaman itu lebih luas dari pada
sumber belajar, sumber informasi yang disusun secara sistematis oleh
otak, maka hasilnya adalah ilmu pengetahuan. Sumber informasi adalah
asal dari suatu informasi atau data yang diperoleh.
(5) Pekerjaan
Pekerjaan adalah seluruh aktivitas yang dilakukan sehari-hari,
dimana semua bidang pekerjaan umumnya diperlukan adanya hubungan
sosial dengan orang lain. Setiap orang harus bergaul dengan teman sejawat
maupun berhubungan dengan atasan. Pekerjaan digunakan dalam suatu
tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam
pembicaraan sehari-¬hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan
profesi. Pekerjaan seseorang sering dikaitkan pula dengan tingkat
penghasilannya.
2. Sikap ibu terhadap pengaruh iklan susu formula
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
Menurut Newcomb, sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap
belum merupakan tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi
perilaku atau reaksi tertutup. Pada awal tahun 1970-an terungkap fakta munculnya
penyakit yang nyata ”Sindrom bayi botolan” ibu-ibu yang miskin dan
berpendidikan rendah termakan rayuan dan janji para pengiklan susu formula.
Gencarnya promosi susu formula, 16% ibu-ibu menghentikan pemberian ASI
karena iklan susu formula.
3. Aspek Budaya (nilai- nilai dan kebiasaan)
Aspek budaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kegagalan
kegagalan pemberian ASI Eksklusif. Aspek budaya yang mempegaruhi kegagalan
pemberian ASI Eksklusif menurut Notoadmojo, antara lain:
a) Nilai- nilai di masyarakat
Nilai-nilai atau pandangan yang berlaku di dalam masyarakat
berpengaruh terhadap pemberian ASI secara eksklusif. Nilai-nilai tersebut
ada yang menunjang keberhasilan pemberian ASI eksklusif dan ada yang
merugikan yaitu menyebabkan kegagalan pemberian ASI eksklusif.
Beberapa nilai-nilai yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI
eksklusif yaitu:
(1) Menyusui itu mudah. Sering kali proses menyusui dianggap sepele
sehingga dilakukan dengan tidak tepat. Akhirnya ASI tidak keluar
dan ibu tidak mau menyusui. Proses menyusui memerlukan
pengetahuan dan latihan yang tepat. ASI Eksklusif adalah suatu
ilmu baru harus dipelajari sehingga proses menyusui berjalan
dengan baik.

(2) Menyusui mengubah bentuk payudara. Pendapat yang mengatakan


menyusui akan mengubah payudara secara tetap adalah salah.
Keadaan yang mengubah bentuk payudara sebenarnya adalah
kehamilan. Selama hamil hormon-hormon pembetuk air susu akan
mulai mengisi payudara. Payudara yang sudah terisi tentu berbeda
dengan payudara yang belum terisi air susu.

(3) Menyusui menyebabkan kesukaran menurunkan berat badan . Ini


adalah pendapat yang salah. ASI Eksklusif membantu ibu
menurunkan berat badannya karena timbunan lemak selama hamil
akan dipergunakan untuk proses menyusui.

(4) ASI belum keluar pada hari-hari pertama sehingga perlu ditambah
susu formula. Hari pertama bayi belum memerlukan cairan sehingga
tidak memerlukan susu formula atau cairan lain sebelum ASI
keluar. 30 menit setelah bayi dilahirkan harus disusukan untuk
memberikan kesempatan pada bayi untuk belajar menghisap ASI
ibunya. Hari pertama bukan hari untuk nutrisi tetapi lebih untuk
belajar menyusui dan mempersiapkan ibu untuk mulai
memproduksi ASI.

(5) Payudara kecil tidak menghasilkan ASI. Besar kecilnya payudara


tidak bisa menentukan banyak sedikitnya produksi ASI yang
dihasilkan, karena payudara besar umumnya hanya mengandung
jaringan lemak yang lebih banyak dibandingkan payudara-payudara
yang kecil.

(6) ASI kering, ASI tidak cukup karena bayi rakus atau minum banyak

(7) Susu formula lebih dari pada ASI karena mengandung vitamin dan
zat beri tambahan. ASI mengandung zat besi dan vitamin yang di
perlukan bayi dalam proporsi yang sesuai dengan kebutuhan bayi
dan lebih baik kualitas dibandingkan susu formula.Vitamin dan zat
besi yang ditambahkan dalam susu formula justru formula tidak
mengandung keduanya sejak awal.

b) Kebiasaan Masyarakat
Menurut Anes kebiasaan sangat mempengaruhi perilaku kesehatan
dan sulit diubah. Kebiasaan-kebiasaan di masyarakat yang mempengaruhi
kebiasaan ASI eksklusif antara lain :
(1) Kebiasaan membuang kolustrum. Kolustrum atau ASI yang keluar
pertama kali harus dibuang karena kotor. ASI yang keluar pertama
sampai kelima-tujuh sangat berguna bagi bayi. Menurut para ahli,
kolustrum ini memberikan kekebalan kepada bayi terhadap
penyakit. Bila kolustrum dibuang bayi tidak atau kurang
mendapatkan zat - zat yang melindungi dari infeksi.

(2) Memberikan ASI ditambah atau atau diselingi minum atau makanan
lain. Pemberian makanan minuman selain ASI menyebabkan bayi
menjadi kenyang sehingga bayi menjadi malas menyusu karena
sudah mendapat makanan atau minuman
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kerangka acuan yang disusun berdasarkan


kajian berbagai aspek, baik secara teoritis maupun empiris yang menumbuhkan
gagasan dan mendasar usulan penelitian.

Variabel bebas (independen) yang ingin diketahui pada penelitian ini


adalah karakteristik dan pengetahuan Ibu tentang ASI, sedangkan variabel terikat
(dependen) yang akan diteliti adalah pemberian ASI eksklusif. Hubungan antara
variable bebas dan variable terikat digambarkan dalam bentuk bagan berikut :

Karakteristik sosiodemografi

 Usia ibu
 Tingkat pendidikan ibu
 Status pekerjaan ibu

Pemberian ASI Eksklusif

Pengetahuan Ibu mengenai


ASI Eksklusif

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat pada penelitian

3.2 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara dan Alat Skala


Pengukuran
1 Karakteristik ibu Wawancara Nominal
- Usia ibu Usia responden ketika dan Kuesioner
penelitian
berlangsung
- Pendidikan Pendidikan formal
tertinggi yang pernah
dicapai oleh
responden
- Pekerjaan Kegiatan yang
dilakukan ibu di
dalam atau di luar
rumah untuk
membantu
penghasilan keluarga.
2 Pengetahuan Ibu Persepsi dan Wawancara Nominal
tentang ASI pemahaman ibu dan Kuesioner
mengenai ASI
eksklusif.
3 Pemberian ASI Hanya memberikan Wawancara Nominal
eksklusif ASI sebagai asupan dan Kuesioner
utama bayi, sampai
dengan usia 6 bulan
tanpa menambahkan
dan atau mengganti
dengan makanan atau
minuman lain.

3.3 Hipotesis

Terdapat hubungan antara karakteristik dan pengetahuan Ibu dengan


pemberian ASI eksklusif.
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional karena


bertujuan untuk menganalisa dan menjelaskan suatu hubungan, dengan
menggunakan metode pendekatan waktu cross-sectional yaitu mencari hubungan
antara variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel tergantung (efek), dengan
melakukan pengukuran sesaat.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2018 di RW 02 dan RW 18,
Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur.

4.3 Populasi dan Sampel


4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi
berusia 6-12 bulan yang tercatat di Puskesmas Kelurahan Ciracas, sebanyak 526
orang.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dan diharapkan
mewakili populasi tersebut. Adapun yang dijadikan sampel memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah ibu yang
memiliki anak berusia 6-12 bulan, tercatat di Puskesmas Kelurahan Ciracas, dan
bersedia dijadikan responden. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu
yang menolak menjadi responden.
Rumus untuk menentukan besar sampel menggunakan rumus Lemeshow
1997.

n = N x Z21 – α/2 x p (1-p)


(N-1) d2 + Z21 – α/2 x p (1-p)
Keterangan
n = besar sampel optimal yang dibutuhkan
N = besar populasi
Z = standar devisi normal (1,96)
p = target populasi (0,44)
d = akurasi dari ketepatan pengukuran adalah 0,05
α = tingkat kepercayaan
Sehingga besar sampel yang didapatkan adalah sebagai berikut,

n = 526 x (1,96)2 x 0,44 x 0,56 = 220


525 x (0,05)2 + (1,96)2 x 0,44 x 0,56

Berdasarkan jumlah rukun warga di Puskesmas Kelurahan Ciracas yaitu


terdapat 10 RW, maka besar sampel yaitu 220 dibagi 10 sesuai dengan jumlah
RW. Sehingga pada setiap RW diperlukan sebanyak 22 sampel.
Proses pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling yaitu
semua subjek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria penelitian
dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang dibutuhkan terpenuhi.

4.4 Teknik Pengumpulan Data


4.4.1 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder sebagai sumber
informasi. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh responden.
Data sekunder diperoleh dari data yang ada di Puskesmas Kelurahan Ciracas,
yaitu data mengenai jumlah ibu yang mempunyai anak usia 6-12 bulan.
4.4.2 Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan instrumen yaitu berupa kuesioner berisi 45


pertanyaan. Kuesioner berisi pertanyaan tentang pemberian ASI eksklusif.
Kuesioner untuk meneliti variabel bebas lainnya yang merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi variabel tergantung juga dicantumkan, yaitu karakteristik
responden (usia, pendidikan, dan pekerjaan), dan pengetahuan mengenai ASI
eksklusif.
4.5 Prosedur Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini yaitu:
1. Tahap persiapan yang dilakukan peneliti dengan meminta izin kepada
Kepala Puseksmas Kelurahan Ciracas untuk mengadakan penelitian di
Kelurahaan Ciracas
2. Pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan pengambilan data melalui
kuesioner yang telah disiapkan dan dibagikan kepada responden
penelitian. Setelah kuesioner terkumpul kembali maka peneliti
menyiapkan data dari kuesioner untuk segera diolah dengan software
komputer
3. Mengecek kembali kuesioner yang telah diisi responden
4. Skoring dari data yang tedapat dalam kuesiner ke dalam software
komputer
5. Mengecek ulang antara data dari kuesioner dengan data yang telah
dimasukan dalam software komputer
6. Melakukan analisa dan pembahasan berdasarkan data yang diperoleh
7. Menginterpretasikan hasil analisa statistik berdasarkan landasan teori yang
telah disusun sebelumnya serta teori lain yang mendukung
8. Menarik kesimpulan dan memberikan saran
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian, meliputi analisis univariat dari


masing-masing variabel yang diteliti, serta analisis bivariat berupa hubungan
antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Besar sampel dalam penelitian
ini adalah 22 orang pada setiap RW yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Pengumpulan data dilakukan selama bulan April di Kelurahan Ciracas,
Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur.
5.1 Analisis univariat
5.1.1 Distribusi karakteristik sosiodemografi responden RW 02
Gambar 2. Karakteristik sosiodemografi responden RW 02

Berdasarkan data di atas, didapatkan distribusi usia responden di RW 02 dalam


penelitian yang terbesar adalah kelompok usia 20-35 tahun dengan jumlah 17
(77,3%) ibu. Sementara untuk distribusi tingkat pendidikan responden, sebanyak
14 (63,6%) ibu mencapai pendidikan formal sampai dengan SMA atau sederajat
dan hanya 3 (13,6%) ibu yang mendapat pendidikan formal hingga perguruan
tinggi. Berdasarkan status pekerjaan, mayoritas responden, yaitu sebanyak 19
(86,4%) ibu adalah ibu rumah tangga.

Tabel 3. Ibu yang memberikan ASI eksklusif berdasakan kelompo usia


Di RW 02, jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif pada kelompok usia 20 –
35 tahun adalah sejumlah 8 orang (47,05%), sedangkan pada kelompok usia >35
tahun adalah sebanyak 2 orang (40%).

Tabel 4. Ibu yang memberikan ASI eksklusif berdasarkan tingkat pendidikan


Bila dinilai berdasarkan tingkat pendidikan, maka persentase ibu yang
memberikan ASI eksklusif pada pendidikan perguruan tinggi adalah sebanyak 2
orang (75%), SMA sebanyak 5 orang (55%), SMP sebanyak 3 orang (60%).

Tabel 5. Ibu yang memberikan ASI eksklusif berdasarkan status pekerjaan


Sedangkan jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
berdasarkan status pekerjaannya adalah, sebanyak 2 orang ibu yang bekerja
memberikan ASI eksklusifnya (75%), dan sebanyak 8 orang dari ibu yang tidak
bekerja memberikan ASI eksklusif (42%).

Sedangkan distribusi data demografi responden di RW 08 Ciracas adalah


sebagai berikut.
Gambar 3. Karakteristik sosiodemografi responden RW 08

Berdasarkan data di atas, didapatkan distribusi usia responden di RW 08 dalam


penelitian yang terbesar adalah kelompok usia 20-35 tahun dengan jumlah 17
(77,3%) ibu. Sementara untuk distribusi tingkat pendidikan responden, sebanyak
13 (59,1%) ibu mencapai pendidikan formal sampai dengan SMA atau sederajat
dan hanya 5 (22,7%) ibu yang mendapat pendidikan formal hingga perguruan
tinggi. Berdasarkan status pekerjaan, mayoritas responden, yaitu sebanyak 18
(81,8%) ibu adalah ibu rumah tangga.

Tabel 6. Ibu yang memberikan ASI eksklusif berdasakan kelompok usia


Di RW 08, jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif pada kelompok
usia 20 – 35 tahun adalah sejumlah 9 orang (64%), sedangkan pada kelompok usia
>35 tahun adalah sebanyak 2 orang (25%).

Tabel 7. Ibu yang memberikan ASI eksklusif berdasarkan tingkat pendidikan


Bila dinilai berdasarkan tingkat pendidikan, maka persentase ibu yang
memberikan ASI eksklusif pada pendidikan perguruan tinggi adalah sebanyak 3
orang (60%), SMA sebanyak 7 orang (54%), SMP sebanyak 1 orang (25%).

Tabel 8. Ibu yang memberikan ASI eksklusif berdasarkan status pekerjaan


Sedangkan jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
berdasarkan status pekerjaannya adalah, sebanyak 2 orang ibu yang bekerja
memberikan ASI eksklusifnya (50%), dan sebanyak 9 orang dari ibu yang tidak
bekerja memberikan ASI eksklusif (50%).

5.2 Analisis bivariat


5.2.1 Hubungan antara karakteristik ibu terhadap pemberian ASI eksklusif
RW 02
RW 08

Hasil analisis data yang didapatkan menunjukkan bahwa terdapat


hubungan antara karakteristik ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada
bayi, baik di RW 02 maupun di RW 08. Uji korelasi Pearson didapatkan
nilai p (0,012) pada RW 02 dan p (0,022) pada RW 08, sehingga keduanya
adalah < p (0,05), maka Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara karakteristik ibu dengan pemberian ASI
eksklusif pada bayi.
5.2.2 Hubungan antara pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif
RW 02
RW 08

Hasil analisis data yang didapatkan menunjukkan bahwa tidak terdapat


hubungan antara pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada
bayi, baik di RW 02 maupun di RW 08. Uji korelasi Pearson didapatkan
nilai p (0,388) pada RW 02 dan p (0,121) pada RW 08, sehingga keduanya
adalah > p (0,05), maka Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif pada bayi.

5.3 Pembahasan

Berdasarkan data di atas, nilai p (0,01) pada RW 02 dan p (0,02) pada RW


08, sehingga keduanya adalah < p (0,05), maka Ho ditolak. Terdapat hubungan
antara karakteristik ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi pada bulan
April 2018. Hasil analisis data selanjutnya didapatkan nilai p (0,388) pada RW 02
dan p (0,121) pada RW 08, sehingga keduanya adalah > p (0,05), maka Ho
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi selama bulan April
2018.

Hal ini dapat diakibatkan karena adanya faktor-faktor lain yang tidak terukur
di dalam kuesioner peneliti yang mempengaruhi seorang Ibu untuk memberikan
ASI eksklusif pada anaknya, mengingat faktor pengetahuan hanya merupakan
salah satu faktor dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Analisis bivariat menggunakan uji korelasi Pearson pada RW 02
didapatkan nilai p = 0,01 (p<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara karakteristik ibu dengan pemberian ASI
eksklusif. Sementara analisis selanjutnya didapatkan nilai p = 0,388 (p
> 0,05), sehingga disimpulkan tidak terdapat hubungan antara
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
2. Analisis bivariat menggunakan uji korelasi Pearson pada RW 08
didapatkan nilai p = 0,02 (p<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara karakteristik ibu dengan pemberian ASI
eksklusif. Sementara analisis selanjutnya didapatkan nilai p = 0,121 (p
> 0,05), sehingga disimpulkan tidak terdapat hubungan antara
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

7.2 Saran

Dalam penelitian ini masih ada beberapa faktor yang tidak terdeteksi yang
dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dari ibu kepada bayi selain
karakteristik dan tingkat pengetahuannya. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
meniliti hal-hal lain mengenai ASI eksklusif, dari sudut pandang, variabel dan
tema yang berbeda.
Puskesmas dapat meneruskan program-program yang sudah dilaksanakan
mengenai ASI eksklusif, tetapi perlu penyempurnaan dengan melakukan
pembinaan dan evaluasi secara berkala, untuk memastikan setiap ibu
mendapatkan informasi yang seragam. Misalnya dengan memberikan informasi
yang valid mengenai ASI eksklusif pada tiap kunjungan ANC sebelum ibu hamil
melahirkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Saleh L. Faktor – Faktor yang Menghambat Praktik ASI Ekslusif pada


Bayi Usia 0-6 Bulan. Semarang: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro; 2011. h.35-40.
2. Purwiyanti E. Studi Tentang Keberhasilan Pemberian ASI Ekslusif pada
Daerah dengan Cakupan ASI Ekslusif di Kabupaten Karanganyar. Semarang:
Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang; 2011. h.10-50.
3. Departemen Kesehatan RI. Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan ASI
eksklusif: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI; 2005. h.20-35.
4. Depkes RI. 2008. Pemberdayaan Perempuan dalam Peningkatan
Pemberian ASI. Jakarta: Direktorat Jendral Gizi dan Kesehatan Ibu Anak.
5. Priscilla, Vetty. Dukungan Suami Terhadap Pemberian ASI EKSKLUSIF
di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kota Padang tahun 2011. Padang:
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Andalas
6. Utami R. ASI Ekslusif: Tinjauan dari Aspek Medis. Jakarta: Konas XII
Persagi;2002. h.12-26.
7. Jan, Riordan dan Kathleen G Auerbach. Menyusui dan Laktasi. Jakarta:
ECG; 2000. h.41-60.
8. Partiwi, Purwanti. Kendala Pemberian ASI Eksklusif, Bedah ASI. Jakarta:
IDI DKI- BP FKUI; 2008. h.20-5.
9. Kori B. Flower, et al. 2008. Understanding Breastfeeding Initiation and
Continuation in Rural Communities: A Combined Qualitative/Quantitative
Approach. Matern Child Health J 2008 May; 12(3): 402–414.
10. Roesli, U. (2000). Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.
11. Roesli, U. (2008). Inisiasi menyusu dini. Jakarta: Pustaka Bunda.
12. Roesli, U. (2001). Bayi sehat berkat ASI eksklusif. Komputindo. Jakarta:
Elex Media.
13. Profil Kesehatan Kota Jakarta Timur Tahun 2012, available at:
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2
012/3172_DKI_Jakarta_Timur_2012.pdf. Updated 2013.

Anda mungkin juga menyukai