Pembimbing :
dr. Yuni Astuti
Disusun oleh:
dr. Suci Insani Ramadhani
Tanggal penyajian :
Mei 2018
Mini Project ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi tugas
Segala puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan proses penulisan penelitian ini yang
berjudul “Hubungan antara Karakteristik dan Pengetahuan Ibu Menyusui
terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Puskesmas Kelurahan Ciracas RW
02 dan RW 08.”
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Yuni Astuti, selaku dokter pembimbing internship dan Kepala
Puskesmas Kelurahan Ciracas yang telah membimbing dan memberikan
kesempatan penulis untuk mengikuti kegiatan selama berada di Puskesmas
Kelurahan Ciracas
2. Seluruh dokter dan staf Puskesmas Kelurahan Ciracas yang telah
membantu penulis dalam penelitian
3. Teman-teman seperjuangan dokter internship, yang telah memberikan
bantuan kepada penulis, baik berupa materi maupun dukungan selama
penelitian ini berlangsung
Penulis berharap penelitian ini bisa menjadi tambahan informasi dan
menambah wawasan bagi pembaca.
Akhir kata, penulis mengakui bahwa penelitian ini masih banyak
kekurangan. Saya sangat mengharapkan kritik, saran maupun masukan yang
membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan laporan penelitian saya.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Air Susu Ibu atau yang sering disingkat dengan ASI merupakan satu-
satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi gizi yang
paling lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Melihat manfaat yang
besar, maka pemberian ASI eksklusif sangat dianjurkan. Maksud ASI eksklusif
adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa makanan tambahan lain seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan makanan padat seperti pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim sejak lahir hingga bayi umur 6 bulan.
Jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif di Provinsi DKI Jakarta pada
tahun 2016 sebanyak 9.490 bayi dari total 34.888 bayi atau hanya sekitar 59.5 %
yang mendapat ASI eksklusif. Terjadi penurunan 7.7% bila dibandingkan dengan
jumlah bayi yang mendapatkan ASI ekslusif pada tahun 2015 sebesar 67,1%
persen dari jumlah total bayi. Salah satu yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif di Jakarta menurun dikarenakan banyaknya ibu rumahtangga yang
bekerja dan membantu menjadi pencari sumber pendapatan keluarga. Wilayah
dengan persentase ASI eksklusif terendah ada di wilayah Kota Jakarta Timur
sebesar 43,9%.
Tabel 2. Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif di Kecamatan Ciracas, Jakarta
Timur tahun 2017
an
an
r
s
bu
ca
ka
ta
et
at
bu
ra
bu
su
aW
m
Ci
m
Su
Ci
ca
Ra
Du
Ke
pa
la
Ke
Bila hipotesa pada penelitian ini dapat dibuktikan, maka diharapkan dapat
memberi manfaat bagi ilmu pengetahuan, profesi, dan masyarakat.
1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan
Menambah khasanah bagi ilmu pengetahuan mengenai pentingnya
pengetahuan ibu terhadap keberhasilan pelaksanaan ASI eksklusif
2. Manfaat bagi profesi
Menjadi masukan bagi teman sejawat, sehingga dapat dianjurkan untuk
memberikan penyuluhan mengenai ASI kepada pihak-pihak yang
bersangkutan
3. Manfaat bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya ASI
eksklusif, sehingga pelaksanaan dan sosialisasi diharapkan dapat digerakkan
dengan optimal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Manfaat ASI antara lain apabila ditinjau dari aspek gizi yaitu, kandungan
gizi lengkap, mudah dicerna dan diserap, mengandung lipase untuk pencernaan
lemak, mempertinggi penyerapan kalsium, mengandung zat kekebalan tubuh
(imunitas). Ditinjau dari aspek psikologis dapat mendekatkan hubungan ibu dan
bayi, menimbulkan rasa aman bagi bayi, mengembangkan dasar kepercayaan
(basic sence of trust). Ditinjau dari aspek KB akan menunda kembalinya
kesuburan, menjarangkan kehamilan.
Bagi ibu sendiri ada beberapa manfaat ASI eksklusif diantaranya dapat
mengurangi insiden kanker leher rahim dan kanker payudara, mengurangi insiden
HPV (Human Papilloma Virus), mempercepat involusi uterus. Bagi keluarga
manfaatnya adalah hemat karena tidak membeli susu formula dan bayi jarang
sakit sehingga biaya pengobatan dapat dihemat.
ASI harus diberikan kepada bayinya sesering mungkin dan dalam waktu
lama, misalnya hingga bayi berusia 2 tahun. Sesungguhnya, ASI bernutrisi tinggi
hanya diproduksi oleh payudara ibu sampai bayi berusia 6 bulan. Oleh karena itu
ibu mesti memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Sebab ASI meberikan
sejumlah zat_zat yang berguna untuk bayi, seperti lemak, protein bermutu tinggi,
vitamin dan mineral.
Ketika bayi menangis, ibu harus segera menyusuinya, meskipun hal itu
terjadi pada malam hari, baik bayi tidur bersama ibu ataupun tidur terpisah.
Pemberian ASI pada beberapa hari pertama setelah kelahiran bayi tidak harus dari
satu payudara tetapi bayi mesti diberi ASI dari kedua payudara secara bergantian.
Tindakan tersebut mencegah terjadinya pengerasan payudara. Biarkan bayi
menyusui sesuai permintaannya. Bayi yang menyusu sesuai permintaannya bisa
menyusu sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam. Frekuensi menyusui dapat diatur
sedemikian rupa dengan membuat jadwal rutin.
(4) ASI belum keluar pada hari-hari pertama sehingga perlu ditambah
susu formula. Hari pertama bayi belum memerlukan cairan sehingga
tidak memerlukan susu formula atau cairan lain sebelum ASI
keluar. 30 menit setelah bayi dilahirkan harus disusukan untuk
memberikan kesempatan pada bayi untuk belajar menghisap ASI
ibunya. Hari pertama bukan hari untuk nutrisi tetapi lebih untuk
belajar menyusui dan mempersiapkan ibu untuk mulai
memproduksi ASI.
(6) ASI kering, ASI tidak cukup karena bayi rakus atau minum banyak
(7) Susu formula lebih dari pada ASI karena mengandung vitamin dan
zat beri tambahan. ASI mengandung zat besi dan vitamin yang di
perlukan bayi dalam proporsi yang sesuai dengan kebutuhan bayi
dan lebih baik kualitas dibandingkan susu formula.Vitamin dan zat
besi yang ditambahkan dalam susu formula justru formula tidak
mengandung keduanya sejak awal.
b) Kebiasaan Masyarakat
Menurut Anes kebiasaan sangat mempengaruhi perilaku kesehatan
dan sulit diubah. Kebiasaan-kebiasaan di masyarakat yang mempengaruhi
kebiasaan ASI eksklusif antara lain :
(1) Kebiasaan membuang kolustrum. Kolustrum atau ASI yang keluar
pertama kali harus dibuang karena kotor. ASI yang keluar pertama
sampai kelima-tujuh sangat berguna bagi bayi. Menurut para ahli,
kolustrum ini memberikan kekebalan kepada bayi terhadap
penyakit. Bila kolustrum dibuang bayi tidak atau kurang
mendapatkan zat - zat yang melindungi dari infeksi.
(2) Memberikan ASI ditambah atau atau diselingi minum atau makanan
lain. Pemberian makanan minuman selain ASI menyebabkan bayi
menjadi kenyang sehingga bayi menjadi malas menyusu karena
sudah mendapat makanan atau minuman
BAB III
Karakteristik sosiodemografi
Usia ibu
Tingkat pendidikan ibu
Status pekerjaan ibu
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat pada penelitian
3.3 Hipotesis
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder sebagai sumber
informasi. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh responden.
Data sekunder diperoleh dari data yang ada di Puskesmas Kelurahan Ciracas,
yaitu data mengenai jumlah ibu yang mempunyai anak usia 6-12 bulan.
4.4.2 Instrumen Penelitian
5.3 Pembahasan
Hal ini dapat diakibatkan karena adanya faktor-faktor lain yang tidak terukur
di dalam kuesioner peneliti yang mempengaruhi seorang Ibu untuk memberikan
ASI eksklusif pada anaknya, mengingat faktor pengetahuan hanya merupakan
salah satu faktor dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Analisis bivariat menggunakan uji korelasi Pearson pada RW 02
didapatkan nilai p = 0,01 (p<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara karakteristik ibu dengan pemberian ASI
eksklusif. Sementara analisis selanjutnya didapatkan nilai p = 0,388 (p
> 0,05), sehingga disimpulkan tidak terdapat hubungan antara
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
2. Analisis bivariat menggunakan uji korelasi Pearson pada RW 08
didapatkan nilai p = 0,02 (p<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara karakteristik ibu dengan pemberian ASI
eksklusif. Sementara analisis selanjutnya didapatkan nilai p = 0,121 (p
> 0,05), sehingga disimpulkan tidak terdapat hubungan antara
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
7.2 Saran
Dalam penelitian ini masih ada beberapa faktor yang tidak terdeteksi yang
dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dari ibu kepada bayi selain
karakteristik dan tingkat pengetahuannya. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
meniliti hal-hal lain mengenai ASI eksklusif, dari sudut pandang, variabel dan
tema yang berbeda.
Puskesmas dapat meneruskan program-program yang sudah dilaksanakan
mengenai ASI eksklusif, tetapi perlu penyempurnaan dengan melakukan
pembinaan dan evaluasi secara berkala, untuk memastikan setiap ibu
mendapatkan informasi yang seragam. Misalnya dengan memberikan informasi
yang valid mengenai ASI eksklusif pada tiap kunjungan ANC sebelum ibu hamil
melahirkan.
DAFTAR PUSTAKA