I. Identitas Pasien
Nama : Ny. W
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 53 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Asrama Yonkav I, Cimanggis, Depok
Masuk tanggal : 26 Juli 2017
II. Anamnesis
Autoanamnesis
Keluhan Utama : luka pada kaki kiri yang tidak kunjung sembuh
Keluhan Tambahan : nyeri pada kaki kiri, demam
Tanda-tanda Vital
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 108 x/menit
Frekuensi napas : 23 x/menit
Suhu : 36,5o C
Interpretasi Hasil
Elektrokardiografi
IV. Diagnosis
1. Ulkus Diabetikum digiti 2 pedis sinistra Wagner 1
2. Diabetes melitus tipe 2
3. Peripheral arterial disease (PAD)
V. Tatalaksana
Periksa GDP, G2PP, Lipid profile, Ur, Cr
Periksa USG Doppler vaskular
Diet DM
Minum air putih minimal 1 liter perhari
IVFD RL 1500 cc/24 jam
Insulin short acting 7 IU 7 IU 6 IU
Insulin long acting 13 IU perhari malam sebelum tidur
Inj. Ceftriaxon 1x1 gram
Paracetamol 3x1 tablet
Metformin tablet 3x500 mg
Cilostazol 2 x 100 mg tablet
Konsultasi spesialis penyakit dalam
Konsultasi spesialis bedah
VII. Follow Up
Tgl S O A P
27/07/17 Pusing, nyeri Kes: CM Ulkus DM - SC/6 jam
IPD nyut-nyutan TD: 130/80 wagner 1 - IVFD NaCl
pada kaki N: 80x; RR: Selulitis 0,9% 500 cc/8
kiri 20x DM tipe 2 jam
S: 36,5o C PAP - Inj. Ranitidin
2x1 amp
St. Lokalis: - Inj
Ulkus digiti 2 Metronidazol
pedis sinistra, e 3x500 mg
pus (+), - Inj.
hiperemis, Ceftriaxone
plak eritem 1x2 g
dorsum pedis - Konsultasi
et plantar pedis Bedah
pars
metatarsal,
hangat pada
perabaan
Tgl S O A P
28/07/17 Kaki kiri Kes: CM Infeksi - Terapi lain
BEDAH masih terasa TD: 100/70 Digiti 2 lajut sesuai
nyeri N: 80x; RR: pedis Sin TS IPD
18x dengan - Rawat
S: 36,5o C nekrotik Bersama
jaringan - Cilostazol
St. Lokalis: DM tipe 2 2x1 tab
Digiti II pedis - Pro
sinistra : Debridement
Kemerahan,
radang,
gangguan
vaskular
Tgl S O A P
29/07/17 Kaki masih Kes: CM Abses DM - Pro
IPD nyeri, lemas, TD: 110/70 DM tipe 2 debrideme
tidak bisa tidur N: 80x; RR: 21x nt sesuai
S: 36,4o C TS Bedah
- Apidra
St. Lokalis: 3x8 unit
Ulkus digiti 2
pedis sin, pus
(+), hiperemis,
hangat
Tgl S O A P
31/07/17 Nyeri pada Kes: CM Abses DM - Apidra
IPD kaki kiri TD: 120/80 DM tipe 2 10-10-8
N: 82x; RR: 20x - Pro Op
S: 36,6o C jika GDS
<200
St. Lokalis: - Jika GDS
Ulkus digiti 2 >200 -->
pedis sin, pus extra
(+), hiperemis, apidra 5 U
hangat -
Tgl S O A P
31/07/17 Post Op Kes: CM DM Instruksi Post
BEDAH TD: 120/90 Gang. Op:
N: 88x; RR: 20x Vaskular Bed rest
S: 36,4o C digiti 2 Terapi lanjut
pedis GV tiap hari
St. Lokalis : sinistra
Luka post op
terbalut verban
Tgl S O A P
01/08/17 Masih sedikit Kes: CM Abses digiti Rawat jalan
IPD nyeri di luka TD: 120/70 2 pedis sin Kontrol 5 hari
post op N: 80x; RR: 18x post op hari lagi ke Poli
S: 36,4o C 1 Penyakit Dalam
DM tipe 2
St. Lokalis :
Luka post op
terbalut verban
Tgl S O A P
01/08/17 Nyeri sudah Kes: CM Post Op hari ACC Rawat jalan
BEDAH mulai TD: 130/80 1 Kontrol poli
berkurang N: 80x; RR: 19x DM tipe 2 bedah 1 minggu
pada luka S: 36,4o C kemudian
bekas operasi
St. Lokalis :
Luka post op
terbalut verban,
pus (+)
TINJAUAN PUSTAKA
ULKUS DIABETES
I. Latar Belakang
Ulkus diabetes merupakan salah satu komplikasi dari diabetes yang sangat
mengangu kualitas hidup seseorang. Komplikasi ini terjadi karena tidak
terkontrolnya kadar gula darah yang tinggi, neuropati perifer, insufisiensi arteri
perifer, dan imunosupresan. Berdasarkan riset, 15 20% dari kurang lebih 16 juta
penduduk Amerika yang menderita diabetes akan mengalami rawat inap akibat
komplikasi pada kaki. Dan sayangnya masih banyak juga pasien yang
memerlukan amputasi atas-lutut sebagai konsekuensi dari infeksi berat akibat
iskemia perifer, yaitu sekitar 80.000 amputasi per tahunnya terjadi di Amerika.
Bentuk lesi yang paling khas dari kaki diabetes adalah ulserasi mal perforans,
yang kemudian menjadi faktor resiko utama terjadinya amputasi. 1, 2
II. Etiologi dan Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya ulkus diabetes terbagi-bagi berdasarkan etiologinya.
Faktor etiologi yang mempengaruhi terjadinya ulkus diabetes antara lain3,4 :
Hiperglikemia kronis
Keadaan hiperglikemia terutama pada keadaan kronis akan menproduksi suatu
stres oksidatif terhadap sel sel saraf yang kemudian akan merusak sel saraf
tersebut. Selain itu, kerusakan saraf juga terjadi karena adanya proses
glikosilasi dari protein sel saraf yang mengakibatkan iskemia.5
Neuropati
Pada pasien diabetes akan terjadi kerusakan pada pada sel sel saraf yang
disebut dengan neuropati. Pada neuropati sensorik, hilangnya sensasi
melindungi akan mengarah kepada kurangnya kesadaran akan adanya suatu
ulserasi yang terjadi.5 Pada neuropati motorik, hilangnya suplai neural ke otot
otot instinsik kaki akan mengakibatkan ketidak seimbangan antara gerakan
tendon fleksor panjang dan tendon ekstensor sehingga mempengaruhi otot
otot yang diperlukan untuk pergerakan kaki normal, merubah distribusi
tekanan saat gerakan berjalan dan akhirnya menyebabkan terbentuknya callus
(penebalan kulit) pada titik titik tumpuan terberat. Selain itu dapat pula
terjadi kerusakan pada serabut saraf autonom, yang akan mengakibatkan
gangguan kelenjar keringat sehingga kulit mengalami kegagalan untuk tetap
melembabkan diri dan selanjutnya kulit mengalami kerusakan.5,6
Disfungsi vaskular/iskemia
Iskemia yang terjadi pada jaringan kaki dapat terjadi akibat pennyakit
makrovaskular (aterosklerosis) ataupun penyakit mikrovaskular (penebalan
membran basalis, kerapuhan dinsing kapiler, dan trombosis). Disfungsi
endotel akan menyebabkan penurunan produksi vasodilator dan juga plasma
tromboksan A2 akan meningkat sehingga akan mengakibatkan suplai darah ke
perifer semakin menurun dan terjadilah iskemia. Aterosklerosis memiliki
kemungkinan terjadi 2 3 kali lipat lebih besar pada penderita diabetes dan
memiliki tempat predileksi pada arteri tibialis dan arteri peroneal. 1,2,7
Perubahan imun
Perubahan imun pada pasien diabetes adalah berkurangnya respon
penyembuhan pada kaki yang mengalami luka. Dimana terjadi penurunan efek
kemotaktik untuk menarik sel sel inflamasi ke jaringan yang mengalami
luka, sehingga memperlambat proses penyembuhan dan meningkatkan resiko
terjadinya infeksi. Apabila proses tersebut akhirnya terjadi (respon inflamasi),
proses yang selanjutnya terjadi akan berganti menjadi menjadi eksaserbasi dari
inflamasi dan proteolisis. Hasil dari paparan hiperglikemia kronis juga akan
mencetuskan glikasi protein dan gangguan respon sel yang akan
mengakibatkan hambatan pada proses fibrosis dan perbaikan jaringan. 3,4,5
Gambar 1. Skema Patofisiologi Ulkus Diabetes2
III. Klasifikasi Ulkus Diabetes
Para klinisi telah mengklasifikasikan ulkus pada kaki menjadi beberapa kategori
dan stadium yang bertujuan untuk pemberian terapi yang tepat. Ada beberapa
klasifikasi yang sering digunakan yaitu, klasifikasi berdasarkan University of
Texas dan Wagner.
Gambar 2 (a) ulkus superfisial; (b) ulkus dalam dan jaringan nekrotik
Pencegahan Primer
Edukasi dan penyuluhan merupakan komponen penting dari perncegahan primer
kaki diabetes. Penyuluhan sebaiknya dilakukaan di tiap kesempatan bertemu
dengan penyandang diabetes. Dan anjuran ini berlaku bagi seluruh poihak terkait
seperti dokter, perawat, ataupun ahli gizi.5
Pencegahan Sekunder
Kontrol metabolik dan vaskular
Sebagian besar pasien dengan ulkus DM memiliki kontrol gula darah yang
buruk, yang mengakibatkan terjadinya neuropati. Konsentrasi gula darah
diusahakn mencapai nilai senormal mungkin, untuk memperbaiki berbagai
faktor terkait hiperglikemia yang dapat menghambat penyembuhan luka.
Umumnya diperlukan insulin untuk menormalisasi konsentrasi gula darah.
Status nutrisi juga harus diperhatikan, karena nutrisi yang baik jelas membantu
kesembuhan luka.5,9
Keadaan vaskular yang buruk juga tentu akan menghambat kesembuhan luka.
Berbagai langkah diagnostik dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
gangguan vaskulari perifer. Setelah dialkukan diagnosis keadaan, maka
selanjutnya dilakukan modifikasi faktor resiko seperti stop merokok,
mengontrol penyakit penyerta seperti dyslipidemia dan hipertensi, serta
melakukan walking program (latihan kaki), selama 30 menit, 3 kali sehari
(atas konsultasi dengan dokter).3,5,7
Manajemen luka
1. Debridemen
Tindakan debridemen merupakan salah satu terapi penting pada kasus kaki
diabetika. Debridemen dapat didefinisikan sebagai upaya pembersihkan benda
asing dan jaringan nekrotik pada luka. Luka tidak akan sembuh apabila masih
didapatkan jaringan nekrotik, debris, kalus, fistula/rongga yang memungkinkan
kuman berkembang. Setelah dilakukan debridemen luka harus diirigasi dengan
larutan garam fisiologis atau pembersih lain dan dilakukan dressing (kompres).
Ada beberapa pilihan dalam tindakan debridemen, yaitu debridemen mekanik,
enzimatik, autolitik, biologik, dan debridement bedah.Debridemen mekanik
dilakukan menggunakan irigasi luka cairan fisiolofis, ultrasonic laser, dan
sebagainya, dalam rangka untuk membersihkan jaringan nekrotik. Debridemen
secara enzimatik dilakukan dengan pemberian enzim eksogen secara topikal pada
permukaan lesi. Enzim tersebut akan menghancurkan residu residu protein.
Contohnya, kolagenasi akan melisikan kolagen dan elastin. Beberapa jenis
debridement yang sering dipakai adalah papin, DNAse dan fibrinolisin.
Debridemen autolitik terjadi secara alami apabila seseorang terkena luka. Proses
ini melibatkan makrofag dan enzim proteolitik endogen yang secara alami akan
melisiskan jaringan nekrotik. Secara sintetis preparat hidrogel dan hydrocolloid
dapat menciptakan kondisi lingkungan yang optimal bagi fagosit tubuh dan
bertindak sebagai agent yang melisiskan jaringan nekrotik serta memacu proses
granulasi.
Debridemen bedah merupakan jenis debridemen yang paling cepat dan efisien.
Tujuan debridemen bedah
adalah untuk :
a. Mengevakuasi bakteri kontaminasi,
b. Mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat mempercepat
penyembuhan,
c. Menghilangkan jaringan kalus,
d. Mengurangi risiko infeksi lokal
3. Perawatan Luka
Perawatan luka moderen menekankan metode moist wound healing atau menjaga agar
luka dalam keadaan lembab. Luka akan menjadi cepat sembuh apabila eksudat dapat
dikontrol, menjaga agar luka dalam keadaan lembab, luka tidak lengket dengan bahan
kompres, terhindar dari infeksi dan permeabel terhadap gas. Tindakan dressing
merupakan salah satu komponen penting dalam mempercepat penyembuhan lesi.
Prinsip dressing adalah bagaimana menciptakan suasana dalam keadaan lembab
sehingga dapat meminimalisasi trauma dan risiko operasi. Ada beberapa faktor yang
harus dipertimbangkan dalam memilih dressing yang akan digunakan, yaitu tipe
ulkus, ada atau tidaknya eksudat, ada tidaknya infeksi, kondisi kulit sekitar dan biaya.
Ada beberapa jenis dressing yang sering dipakai dalam perawatan luka, seperti:
hydrocolloid, hydrogel, calcium alginate, foam, kompres anti mikroba, dan
sebagainya.5,10
4. Pengendalian Infeksi
Pemberian antibitoka didasarkan pada hasil kultur kuman. Namun sebelum hasil
kultur dan sensitifitas kuman tersedia antibiotika harus segera diberikan secara
empiris pada kaki diabetik yang terinfeksi. Pada kaki diabetika ringan/sedang
antibiotika yang diberikan di fokuskan pada patogen gram positif. Pada ulkus
terinfeksi yang berat (limb or life threatening infection) kuman lebih bersifat
polimikrobial (mencakup bakteri gram positif berbentuk coccus, gram negatif
berbentuk batang, dan bakteri anaerob) antibiotika harus bersifat broadspectrum,
diberikan secara injeksi. Pada infeksi berat yang bersifat limb threatening infection
dapat diberikan beberapa alternatif antibiotika seperti: ampicillin/sulbactam,
ticarcillin/clavulanate, piperacillin/tazobactam, Cefotaxime atau
ceftazidime+clindamycin, fluoroquinolone + clindamycin. Sementara pada infeksi
berat yang bersifat life threatening infection dapat diberikan beberapa alternatif
antibiotika seperti berikut: ampicillin/sulbactam + aztreonam, piperacillin/tazobactam
+ vancomycin, vancomycin + metronbidazole + ceftazidime, imipenem/cilastatin atau
fluoroquinolone + vancomycin + metronidazole. Pada infeksi berat pemberian
antibitoika diberikan selama 2 minggu atau lebih.Bila ulkus disertai osteomielitis
penyembuhannya menjadi lebih lama dan sering kambuh. Maka pengobatan
osteomielitis di samping pemberian antibiotika juga harus dilakukan reseksi bedah.
Antibiotika diberikan secara empiris, melalui parenteral selama 6 minggu dan
kemudain dievaluasi kembali melalui foto radiologi. Apabila jaringan nekrotik tulang
telah direseksi sampai bersih pemberian antibiotika dapat dipersingkat, biasanya
memerlukan waktu 2 minggu.5,11
Revaskularisasi
Jika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau jikalau ada klaudikasio intermiten
yang hebat, tindakan revaskularisasi dapat dianjurkan. Sebelum tindakan
revaskularisasi diperlukan pemeriksaan arteriografi untuk mendapatkan gambaran
pembuluh darah yang lebih jelas. Untuk oklusi yang panjang dianjurkan untuk
tindakan operasi bedah pintas terbuka. Sedangkan untuk oklusi yang pendek dapat
dilakukan tindakan endovaskular seperti percutaneus transluminal angioplasty
(PTA).6,7,11