Anda di halaman 1dari 33

Makalah Modul Community Medicine

Evaluasi Program ASI Eksklusif Puskesmas Paku Haji


Januari-Agustus 2019

Disusun Oleh:
M. Nabil Shahab (41171096100008)
Hisyam Ismail Hamzah (41171096100039)
Fheby Syabrina (41161096100038)
Alissa Rifa (41171096100003)
Maya Fitriana (41171096100074)
Laelatul Sofiah (41171096100026)

Pembimbing:
Pembimbing UIN Pembimbing Puskesmas

dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD dr . Asri Nur Kurnia Sari

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PERIODE 26 AGUSTUS – 26 SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Puji Syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
nikmat islam, iman, dan ikhsan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
evaluasi program yang berjudul “Evaluasi Program ASI Eksklusif Puskesmas
Pakuhaji Januari – Agustus 2019” ini tepat pada waktunya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD dan dr.
Asri Nur Kartika Sari yang telah memberi kesempatan dan waktu beliau untuk
menjadi pembimbing dalam menyelesaikan studi kasus ini. Penulis menyadari
bahwa makalah studi kasus ini masih ada beberapa kekurangan. Kritik dan saran
yang membangun kami harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan makalah
studi kasus ini. Demikian semoga makalah studi kasus ini dapat bermanfaat.

Ciputat, September 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………...….1

DAFTAR ISI ..........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1.Latar Belakang ...............................................................................................3
1.2.Rumusan Masalah ..........................................................................................4
1.3.Tujuan.............................................................................................................4
1.4.Manfaat...........................................................................................................4

BAB IIPROFIL PUSKESMAS PAKUHAJI .......................................................5


2.1. Gambaran Umum ..........................................................................................5

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................10


3.1. Air Susu Ibu (ASI) ......................................................................................10
3.2. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) .....................................................................18
3.3. Manajemen Laktasi .....................................................................................21

BAB IV EVALUASI PROGRAM ......................................................................24


4.1. Gambaran Umum Program ASI Eksklusif ..................................................24
4.2. Penetapan Masalah ......................................................................................25
4.3. Identifikasi Penyebab Masalah....................................................................25
4.4. Penyelesaian Masalah .................................................................................28
4.5. Cara Penyelesaian .......................................................................................29

BAB V SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................31


5.1.Simpulan ......................................................................................................31
5.2.Saran .............................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................32

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


World Health Organization (WHO) merekomendasikan anak hanya disusui
ASI selama paling sedikit 6 bulan, Makanan padat seharusnya diberikan sesudah
anak berusia 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berusia dua
tahun. Berdasarkan rekomendasi tersebut pada tahun 2003 pemerintah Indonesia
mengubah klasifikasi usia maksimal pemberian ASI Eksklusif di Indonesia dari 4
bulan menjadi 6 bulan.1
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 tahun 2014 tentang
pedoman gizi seimbang menyatakan salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa
dengan tingkat kesehatan, kecerdasan dan produktivitas kerja yang tinggi yang
dipengaruhi oleh status gizi.2
Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati
adanya 12 indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua
belas indikator utama tersebut salah satunya adalah bayi mendapat air susu ibu
(ASI) eksklusif selama 6 bulan. 1
Tujuan Program ASI Eksklusif yang di rancang oleh pemerintah Indonesia
di dalam rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah
meningkatkan sekurang-kurangnya 80% dari ibu menyusui dapat memberikan ASI
secara eksklusif kepada bayinya, sedangkan tujuan program ASI Eksklusif bagi
tenaga kesehatan adalah diperolehnya peningkatan pengetahuan dan kemampuan
petugas kesehatan di tingkat Puskesmas dalam upaya meningkatkan penggunaan
ASI di masyarakat. 3
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 cakupan bayi
yang mendapat ASI eksklusif pada provinsi Banten masih tidak mencapai target
Rencana Strategi (Renstra) Kemenkes RI yaitu sebesar 47%, sedangkan provinsi
Banten hanya mencapai 39,2%. Oleh karena itu, kami bermaksud mengevaluasi
Program ASI Eksklusif Puskesmas Pakuhaji. Terlebih lagi, karena program ini ada
di seluruh Puskesmas di Indonesia, sehingga perlu adanya evaluasi program agar
dapat menjadi tolak ukur untuk berjalannya program di tahun mendatang.4

3
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana evaluasi Program ASI Eksklusif di Puskesmas Pakuhaji pada
Januari 2019 - Agustus 2019?

1.3.Tujuan
a. Memberikan evaluasi program ASI Eksklusif di Puskesmas Pakuhaji
Januari 2019 –Agustus 2019
b. Memberikan usulan penyelesaian atas masalah yang ditemukan dalam
program ASI Eksklusif di Puskesmas Pakuhaji.

1.4.Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Menjadi bahan pembelajaran untuk mengaplikasikan Ilmu Kedokteran
Komunitas, khususnya mengenai evaluasi program.
b. Bagi Puskesmas
Menjadi bahan masukan bagi Puskesmas Pakuhaji dalam menjalankan
program ASI Eksklusif.
c. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi mengenai pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada
bayi.

4
BAB II

PROFIL PUSKESMAS PAKUHAJI

2.1. Gambaran Umum


Puskesmas Pakuhaji terletak di Kp. Jembatan Papan Desa Kiarapayung
Kec. Pakuhaji Kab. Tangerang, Banten. Wilayah Kecamatan Pakuhaji terletak
disebelah utara Kabupaten Tangerang dengan luas wilayah 51,87 Km2. Sedangkan
wilayah kerja Puskesmas Pakuhaji seluas 45 km2 yang meliputi 7 Desa 1
Kelurahan.
Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Pakuhaji:
• Desa Boni Sari
• Desa Buaran Bambu
• Desa Gaga
• Desa Kiarapayung
• Desa Laksana
• Desa Paku Alam
• Desa Rawa boni
• Kelurahan Pakuhaji

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pakuhaji

5
2.1.1 Demografi
Secara administrasi tahun 2018 Puskesmas Pakuhaji mempunyai wilayah
kerja 7 desa 1 Kelurahan dengan jumlah penduduk 70.245 jiwa yaitu:

GRAFIK DEMOGRAFI PENDUDUK


PUSKESMAS PAKUHAJI 2018
16.000
14.000
12.000
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
0
KIARA BUARA
PAKUH PAKU RAWAB BONISA LAKSAN
PAYUN GAGA N
AJI ALAM ONI RI A
G BAMBU
Laki-laki 5.371 3.900 3.944 3.406 2.977 7.092 5.200 3.894
Perempuan 5.151 3.561 3.805 3.228 2.902 6.907 5.162 3.745
Total 10.522 7.461 7.749 6.634 5.879 13.999 10.362 7.639

Laki-laki Perempuan Total

Grafik 2.1 Grafik Demografi Peduduk Puskesmas Pakuhaji tahun 2018

Gambar 2.2 Penduduk Kec. Pakuhaji Berdasarkan Kel.Umur & Jenis Kelamin

6
Persentase Pendidikan Tertinggi Total
Wanita Pria
Yang Ditamatkan:

Tidak Memiliki Ijazah Sd 2403 2319 4772

Sd/Mi 7800 7569 15369

Smp/ Mts 4941 4940 9881

Sma/ Ma 5882 2974 8856

Sekolah Menengah Kejuruan 86 99 185

Diploma I/Diploma II 64 100 164

Akademi/ Diploma III 157 84 241

Universitas/ Diploma IV 448 194 642

S2/S3 (Master/Doktor) 14 16 30

Tabel 2.1 Tingkat Pendidikan Penduduk Kec.Pakuhaji

2.1.2. Sumber Daya


1. Pembiayaan
Kegiatan yang dilaksanakan di Puskesmas Pakuhaji memiliki sumber pembiayaan
yang berasal dari :
a. APBD Kabupaten Tangerang
b. APBD Provinsi
c. APBN

2. Satu unit gedung rawat jalan, yang berisi :


a. Unit Loket Pendaftaran dan Kasir
b. Unit Balai Pengobatan Anak
c. Unit Balai Pengobatan Dewasa
d. Unit Ruang Poned
e. Unit Apotek
f. Unit Balai Pengobatan TB Paru

7
g. Unit KIA
h. Unit KB
i. Unit Imunisasi
j. Unit Klinik Gigi
k. Unit Klinik Gizi
l. Unit Gudang Obat

3. Ketenagakerjaan
Jumlah staf Puskesmas Sukawali sebanyak 50 orang dengan rincian pada tabel berikut:
Status
No Kategori Tenaga Jumlah
PNS/CPNS PTT/TKK Honorer
1. Dokter Umum 2 1 0 3
2. Dokter Gigi 0 1 0 1
3. SKM 1 0 0 1
4. Perawat 5 - 3 8
5. Bidan 14 1 0 15
6. Farmasi 0 1 1 1
7. Analis 0 0 1 1
8. Pelaksana 2 0 0 2
9. Kebersihan 0 0 3 3
10. Sopir 0 0 2 2
11. Satpam 0 0 5 5
12. Petugas Entri Data 0 0 8 8
Jumlah 24 4 22 50

8
4. Sumber daya berbasis masyarakat

Desa
No Desa Posyandu Poskesdes Posbindu
Siaga
1. PakuHaji 7 0 0 1
2. Paku Alam 5 0 0 1
3. RawaBoni 0 0 0 1
4. Bonisari 6 1 1 1
5. Laksana 7 0 0 1
6. Kiara Payung 8 0 0 1
7. Gaga 9 0 0 1
8. Buaran Bambu 7 0 0 1
Total 49 1 1 81

9
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Air Susu Ibu (ASI)


3.1.1 Pengertian ASI
ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat
alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Definisi WHO menyebutkan bahwa ASI
ekslusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja, tanpa cairan atau makanan padat apapun
kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan
(WHO (2002) dalam Aprilia, 2009). .
Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO) merekomendasikan
untuk memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan. Namun pada tahun 2001,
setelah melakukan telaah artikel penelitian secara sistematik dan berkonsultasi
dengan para pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6
bulan menjadi 6 bulan (180 hari), kemudian dilanjutkan selama 2 tahun dengan
panambahan makanan pendamping yang tepat waktu, aman, benar dan memadai
(WHO, 2010).
Pemberian ASI secara dini dan ekslusif sekurang-kurangnya 4-6 bulan akan
membantu mencegah berbagai penyakit anak, termasuk gangguan lambung dan
saluran nafas, terutama asma pada anak-anak. Hal ini disebabkan adanya antibody
penting yang ada dalam kolostrum ASI (dalam jumlah yang lebih sedikit), akan
melindungi bayi baru lahir dan mencegah timbulnya alergi. Untuk alasan tersebut,
semua bayi baru lahir harus mendapatkan kolostrum (Rahmi (2008) dalam Aprilia,
2009)
Selain itu inisiasi menyusu dini dan ASI ekslusif. selama 6 bulan pertama
dapat mencegah kematian bayi dan infant yang lebih besar dengan mereduksi risiko
penyakit infeksi, hal ini karena (WHO, 2010):
a. Adanya kolostrum yang merupakan susu pertama yang mengandung sejumlah
besar faktor protektif yang memberikan proteksi aktif dan pasif terhadap
berbagai jenis pathogen.

10
b. ASI esklusif dapat mengeliminasi mikroorganisme pathogen yang yang
terkontaminasi melalui air, makanan atau cairan lainnya. Juga dapat mencegah
kerusakan barier imunologi dari kontaminasi atau zat-zat penyebab alergi pada
susu formula atau makanan.

3.1.2 Komposisi ASI


Air susu ibu (ASI) selalu mengalami perubahan selama beberapa periode
tertentu. Perubahan ini sejalan dengan kebutuhan bayi:
a. Kolostrum
Kolostrum terbentuk selama periode terakhir kehamilan dan minggu pertama
setelah bayi lahir. ia merupakan ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari
ke-4 yang kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi. Kandungan proteinnya 3
kali lebih banyak dari ASI mature. Cairan emas ini encer dan seringkali
berwarna kuning atau dapat pula jernih yang mengandung sel hidup yang
menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit. Kolostrum
merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari usus bayi
yang baru lahir. Volumenya bervariasi antara 2 dan 10 ml per feeding per hari
selama 3 hari pertama, tergantung dari paritas ibu.
b. ASI peralihan/transisi
Merupakan ASI yang dibuat setelah kolostrum dan sebelum ASI Mature
(Kadang antara hari ke 4 dan 10 setelah melahirkan). Kadar protein makin
merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi. Volumenya
juga akan makin meningkat.
c. ASI matur
ASI matang merupakan ASI yang keluar pada sekitar hari ke-14 dan
seterusnya, komposisi relative konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi
ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup
untuk bayi sampai umur enam bulan, Tidak menggumpal jika dipanaskan.

11
No. Zat-zat Gizi Satuan Kolostrum ASI
1 Energi Kkal 58.0 70
2 Protein G 2.3 0.9
3 Kasein Mg 140.0 mg 187.0
4 Laktosa G 5.3 7.3
5 Lemak G 2.9 4.2
6 Vitamin A Ug 151.0 75.0
7 Vitamin B1 Ug 1.9 14.0
8 Vitamin B2 Ug 30.0 40.0
9 Vitamin B12 Ug 0.05 0.1
10 Kalsium Mg 39.0 35.0
11 Zat besi Mg 70.0 100.0
12 Fosfor Mg 14.0 15.0
Tabel 1. Komposisi kolostrum dan ASI (setiap 100 ml)

3.1.3. Kandungan Nutrisi ASI


ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang termasuk
makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien
adalah vitamin dan mineral (Baskoro, 2008)
a. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu
sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali.
rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7 : 4 sehingga ASI terasa lebih
manis dibandingkan dengan PASI, Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal
ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Karnitin mempunyai peran
membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan
metabolisme tubuh. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi
dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.
Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan
sel syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf. Selain itu karbohidrat
memudahkan penyerapan kalsium mempertahankan faktor bifidus di dalam usus

12
(faktor yang menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan
tempat yang baik bagi bakteri yang menguntungkan) dan mempercepat pengeluaran
kolostrum sebagai antibodi bayi.
b. Protein
Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun
demikian protein ASI sangat cocok karena unsur protein di dalamnya hampir
seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi yaitu protein unsur whey.
Perbandingan protein unsur whey dan casein dalam ASI adalah 65 : 35, sedangkan
dalam PASI 20 : 80. Artinya protein pada PASI hanya sepertiganya protein ASI
yang dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus membuang dua kali lebih
banyak protein yang sukar diabsorpsi. Hal ini yang memungkinkan bayi akan sering
menderita diare dan defekasi dengan feces berbentuk biji cabe yang menunjukkan
adanya makanan yang sukar diserap bila bayi diberikan PASI.
c. Lemak
Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat
jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan hal
ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan akan
berbeda dengan hari kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan
kebutuhan energi yang diperlukan.
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang
dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung
enzim Lipase. Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6 dan DHA yang sangat
diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak.
Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak bila
dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak PASI
sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam
ASI sangat tinggi dan perbandinganya dengan PASI yaitu 6 : 1. Asam linoleat
adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk
memacu perkembangan sel syaraf otak bayi.
d. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah,
tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan

13
kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan
jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Dalam PASI kandungan mineral
jumlahnya tinggi tetapi sebagian besar tidak dapat diserap, hal ini akan
memperberat kerja usus bayi serta mengganggu keseimbangan dalam usus dan
meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan
kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi atau
gangguan metabolisme.
e. Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan
bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum
mampu membentuk vitamin K. Kandungan vitamin yang ada dalam ASI antara lain
vitamin A, vitamin B dan vitamin C.

3.1.4 Volume ASI


Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada
payudara ibu hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai mengisap payudara,
maka produksi ASI bertambah secara cepat. Dalam kondisi normal, ASI diproduksi
sebanyak ± 100 cc pada hari-hari pertama. Produksi ASI menjadi konstan setelah
hari ke 10 sampai ke 14. Bayi yang sehat selanjutnya mengkonsumsi sebanyak
700-800 cc ASI per hari. Namun kadang-kadang ada yang mengkonsumsi kurang
dari 600 cc atau bahkan hampir 1 liter per hari dan tetap menunjukkan tingkat
pertumbuhan yang sama. Keadaan kurang gizi pada ibu pada tingkat yang berat,
baik pada waktu hamil maupun menyusui dapat mempengaruhi volume ASI.
Produksi ASI menjadi lebih sedikit yaitu hanya berkisar antara 500-700 cc pada 6
bulan pertama usia bayi, 400-600 cc pada bulan kedua dan 300-500 cc pada tahun
kedua usia anak (Depkes, 2005).

3.1.5 Manfaat ASI


a. Manfaat ASI bagi bayi
Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI ekslusif yang dapat dirasakan
yaitu (1) ASI sebagai nutrisi. (2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh (3)
menurunkan risiko mortalitas, risiko penyakit akut dan kronis, (4) Meningkatkan

14
kecerdasan, (5) Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang (6) Sebagai makanan
tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia selama
enam bulan. (7) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk untuk
pertumbuhan otak sehingga bayi yang diberi ASI Ekslusif lebih pandai. (8)
Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak dan
mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung. (9) Menunjang
perkembangan motorik (WHO, 2010; Roesli (2000) dalam Haniarti, 2011).
b. Manfaat ASI bagi ibu
Manfaat ASI bagi ibu antara lain (1) Pemberian ASI memberikan 98%
metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila
diberikan hanya ASI saja (ekslusif) dan belum terjadi menstruasi kembali, (2)
menurunkan risiko kanker payudara dan ovarium, (3) membantu ibu menurunkan
berat badan setelah melahirkan (4) menurunkan risiko DM Tipe 2 (5) Pemberian
ASI sangat ekonomis, (6) mengurangi terjadinya perdarahan bila langsung
menyusui setelah melahirkan (7) mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia
dimana saja dan kapan saja (8) meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi
(WHO, 2010; Aprilia, 2009).
c. Manfaat ASI bagi keluarga
Adapun manfaat ASI bagi keluarga (1) Tidak perlu uang untuk membeli susu
formula, kayu bakar atau minyak untuk merebus air, susu atau peralatan (2) Bayi
sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan
kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit, (3) Penjarangan
kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI ekslusif, (4) Menghemat waktu keluarga
bila bayi lebih sehat (5) Pemberian ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga
bagi keluarga sebab ASI selalu siap tersedia (Aprilia, 2009).

3.1.6. Faktor penyebab berkurangnya ASI


a. Faktor Menyusui
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi,
menjadwal pemberian ASI, bayi diberi minum dari botol atau dot sebelum ASI
keluar, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui .

15
b. Faktor Psikologi Ibu
Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang
tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umunya produksi ASI
akan berkurang. Stress, khawatir, ketidak bahagiaan ibu pada periode menyusui
sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI ekslusif. Peran keluarga
dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.
c. Faktor Bayi
Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi misalnya bayi sakit,
prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan sehingga ibu tidak memberikan
ASI-nya menyebabkan produksi ASI akan berkurang.
d. Faktor Fisik Ibu
Ibu sakit, lelah, menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang
mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok
atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI
(Depkes, 2005; )

3.1.7. Faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI eksklusif


a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan,
dipahami dan diingatnya. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk
pendidikan formal maupun non formal, percakapan harian, membaca, mendengar
radio, menonton televisi dan dari pengalaman hidup lainnya (Aprilia, 2009).
Menurut Roesli (2005) , bahwa hambatan utama tercapainya ASI ekslusif
yang benar adalah karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI
ekslusif pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan yang baik dalam
menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar
akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik
untuk bayinya dan bayi akan kehilangan sumber makanan yang vital dan cara
perawatan yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai ASI ekslusif terlihat
dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian atau nasi
sebagai tambahan ASI di pedesaan (Afifah, 2009).

16
b. Lingkungan
Menurut Perinasia (2003) lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan ibu
untuk menyusui bayinya. Setiap orang selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan
di lingkungannya serta mendapat pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pada kebanyakan wanita di perkotaan, sudah terbiasa
menggunakan susu formula dengan pertimbangan lebih modern dan praktis.
Menurut penelitian Valdes dan Schooley (1996) wanita yang berada dalam
lingkungan modern di perkotaan lebih sering melihat ibu-ibu menggunakan susu
formula sedangkan di pedesaan masih banyak dijumpai ibu yang memberikan ASI
tetapi cara pemberian tidak tepat. jadi pemberian ASI secara Ekslusif di pengaruhi
oleh lingkungan (Briawan, 2004 dalam Haniarti, 2011).
c. Pengalaman
Menurut hasil penelitian Diana (2007) pengalaman wanita semenjak kecil
akan mempengaruhi sikap dan penampilan wanita dalam kaitannya dengan
menyusui di kemudian hari. Seorang wanita yang dalam keluarga atau lingkungan
mempunyai kebiasaan atau sering melihat wanita yang menyusui bayinya secara
teratur maka akan mempunyai pandangan yang positif tentang menyusui sesuai
dengan pengalaman sehari-hari. Tidak mengherankan bila wanita dewasa dalam
lingkungan ini hanya memiliki sedikit bahkan tidak memiliki sama sekali
informasi, pengalaman cara menyusui dan keyakinan akan kemampuan menyusui.
Sehingga pengalaman tersebut mendorong wanita tersebut untuk menyusui
dikemudian harinya dan sebaliknya
d. Dukungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara esklusif. Keluarga (suami,
orang tua, mertua, ipar dan sebagainya) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu
perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui secara ekslusif.
Bagian keluarga yang mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap
keberhasilan dan kegagalanmenyusui adalah suami. Masih banyak suami yang
berpendapat salah, yang menganggap menyusui adalah urusan ibu dan bayinya.
Peranan suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let

17
down reflek) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu
(Roesli, 2008).

Infant feeding behaviours

Proximate Maternal choices Opportunities to


Determinant act on these
choice

Infant feeding information and physical social


Intermediate support during pregnancy, childbirth and
Determinants postpartum

1. Familial, medical and cultural, attitudes


and norms
Underlying
Determinant 2. Demographics and economic condition
3. Commercial pressures
s 4. National and polices and norms

Gambar 1. Model determinan perilaku menyusui (Lutter (2000) dalam WHO, 2003)

WHO dalam community–based strategies for breastfeeding promotion and


support in developing countries pada tahun 2003 telah membuat justifikasi dan
framework mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian ASI dapat
dilihat pada gambar 1 di atas.

3.2. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


3.2.1 Perilaku inisiasi menyusu dini (IMD) dan Pemberian ASI Ekslusif
Perilaku atau keterampilan adalah hasil dari latihan yang berulang, yang dapat
disebut perubahan yang meningkat atau progresif oleh orang yang mempelajari
ketrampilan tersebut sebagai hasil dari aktivitas tertentu. Perilaku atau keterampilan
dapat terwujud melalui hasil dari pengalaman, pengetahuan dan sikapnya.
Menurut Green (2000), terdapat tiga faktor utama yang dapat mempengaruhi
perilaku individu atau masyarakat, yaitu: 1) faktor dasar (predisposing factors)

18
yang meliputi: (a) pengetahuan individu; (b) sikap; (c) kepercayaan; (d) tradisi; (e)
unsur-unsur yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat dan; (f) faktor
demografi; 2) faktor pendukung (enabling factors) yang meliputi: sumberdaya dan
potensi masyarakat seperti lingkungan fisik dan sarana yang tersedia dan; 3) faktor
pendorong (reinforcing factors) yang meliputi sikap dan perilaku orang lain seperti
teman, orang tua, dan petugas kesehatan. Begitu pula dengan perilaku pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini dan pemberian ASI Eksklusif baik oleh ibu maupun petugas
kesehatan terutama bidan, semuanya sangat dipengaruhi oleh faktor faktor tersebut
diatas. Faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan IMD dan pemberian ASI
Eksklusif terutama faktor sikap, motivasi, maupun pengetahuan, baik sikap,
motivasi, dan pengetahuan ibu, maupun petugas kesehatan khususnya bidan
(Aprilia, 2009).

3.2.2. Pengertian IMD


Inisiasi menyusu dini dalam 30 menit pertama kelahiran merupakan salah
satu dari 10 langkah menuju keberhasilan menyusui yang berdasarkan Inisiatif
Rumah Sakit Sayang Bayi (Baby Friendly Hospital Initiative: BFHI) tahun 1992.
Di dalam langkah keempat tertulis “bantu ibu mulai menyusui dalam 30 menit
setelah bayi lahir” dengan memfokuskan pada kemampuan alami yang ‘ajaib’
bagaimana bayi memulai menyusu dengan cara bayi merangkak di dada ibunya
yang disebut breast crawl dan penjelasannya yaitu ‘Setiap bayi, saat diletakkan di
perut ibunya segera setelah lahir mempunyai kemampuan untuk menemukan
payudara ibunya dan mengambil minum pertamanya dengan kemampuannya
sendiri’ (Yohmi, 2009).
Tahun 2006 BFHI merevisi penjelasan langkah ke-4 ini menjadi ‘Letakkan
bayi dalam posisi tengkurap di dada ibunya, kontak kulit-ke-kulit dengan ibu segera
setelah lahir paling sedikit selama 1 jam dan dorong ibu mengenali tanda-tanda bayi
siap menyusu, dan bila perlu tawarkan bantuan”. Dalam hal ini yang ditekankan
adalah pentingnya kontak kulit-ke- kulit dan kesiapan bayi (Yohmi, 2009).

3.2.3. Manfaat IMD


1. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk Bayi (Bergstrom, 2007)

19
a. Menurunkan angka kematian bayi karena hypothermia
b. Dada ibu menghangatkan bayi dengan suhu yang tepat.
c. Bayi mendapatkan kolostrum yang kaya akan antibodi, penting untuk
pertumbuhan usus dan ketahanan bayi terhadap infeksi
d. Bayi dapat menjilat kulit ibu dan menelan bakteri yang aman, berkoloni di
usus bayi dan menyaingi bakteri pathogen
e. Menyebabkan kadar glukosa darah bayi yang lebih baik pada beberapa jam
setelah persalinan
f. Pengeluaran mekonium lebih dini, sehingga menurunkan intensitas ikterus
normal pada bayi baru lahir
2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk Ibu
a. Ibu dan bayi menjadi lebih tenang.
b. Jalinan kasih sayang ibu dan bayi lebih baik sebab bayi siaga dalam 1-2 jam
pertama.
c. Sentuhan, jilatan, usapan pada putting susu ibu akan merangsang
pengeluaran hormon oxyitosin.
d. Membantu kontraksi uterus, mengurangi risiko perdarahan dan
mempercepat pelepasan plasenta
Dua studi terbaru yang melibatkan hampir 34.000 bayi yang baru lahir
menunjukkan bahwa risiko kematian meningkat dengan peningkatan penundaan
inisiasi menyusui (Edmond et al, 2006; Mullany et al, 2008). Di Ghana, neonatus
2,5 kali lebih mungkin meninggal saat inisiasi menyusu dimulai setelah 24 jam
dibanding menyusui yang dimulai dalam satu jam pertama setelah lahir. Di Nepal,
neonatus 1,4 kali lebih mungkin untuk meninggal jika pemberian ASI dimulai
setelah 24 jam pertama. Para penulis memperkirakan bahwa sekitar seperlima dari
semua kematian bayi (22% di Ghana dan 19% di Nepal) dapat dihindari jika ASI
mulai diberikan dalam satu jam pertama kehidupan semua bayi yang baru lahir.
Manfaat inisiasi menyusu dini khususnya bagi bayi prematur dan berat lahir rendah
(Lucas et al, 1994; Lucas & Cole, 1990). IMD dan ASI ekslusif selama 6 bulan
merupakan kontribusi utama dalam menurunkan mortalitas bayi dan anak-anak.
Pentingnya IMD merupakan salah satu rekomendasi WHO (WHO, 2010).

20
Berbagai studi juga telah melaporkan bahwa IMD terbukti meningkatkan
keberhasilan ASI eksklusif. Salariya et al menemukan bahwa bayi yang menyusu
dalam 30 menit setelah lahir kemungkinan besar akan menyusu dalam jangka waktu
yang lama (Gupta, 2007). Hasil penelitian Fikawati dan Syafiq (2003) menemukan
bahwa Ibu yang memberikan immediate breastfeeding 2 sampai 8 kali lebih besar
kemungkinannya untuk memberikan ASI secara eksklusif sampai 4 bulan
dibandingkan dengan ibu yang tidak immediate breastfeeding. kegagalan
pelaksanaan ASI eksklusif telah dimulai sejak 3 hari pertama kelahiran yaitu pada
saat makanan/minuman pralakteal diberikan. Studi kualitatif lainnya melaporkan
faktor predisposisi kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor predisposisi yaitu
pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin penting yang
menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi melakukan
IMD (Fikawati dan Syafiq, 2010).

3.3. Manajemen Laktasi


3.3.1. Pengertian
Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya (Depkes,
2005).

3.3.2. Periode Manajemen Laktasi


1. Pada masa kehamilan (antenatal)
Hal-hal yang perlu dilakukan pada masa kehamilan :
a. Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi tentang keunggulan ASI,
manfaat menyusui bagi ibu dan bayi, serta dampak negative pemberian susu
formula.
b. Ibu memeriksakan kesehatan tubuh pada saat kehamilan, kondisi puting
payudara dan memantau kenaikan berat badan saat hamil.
c. Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan
hingga ibu siap untuk menyusui, ini bermaksut agar ibu mampu
memproduksi dan memberikan ASI yang mencukupi kebutuhan bayi.

21
d. Ibu senantiasa mencari informasi tentang gisi dan makanan tambahan sejak
kehamilan trimester ke-2. Makanan tambahan saat hamil sebanyak 1 1/3 kali
dari makanan yang dikonsumsi sebelum hamil (Depkes, 2005; Prasetyono,
2009).
2. Pada masa segera setelah melahirkan
Hal yang dilakukan segera setelah melahirkan :
a. Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar
mulai kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai meyusui bayi.
Karena pada saat ini bayi dalam keadaan paling peka terhadap rangsangan,
selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu secara alamiah
b. Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu 2
minggu setelah melahirkan
c. Bayi harus disusui dengan cara yang benar, baik posisi maupun cara
perlekatan bayi pada payudara ibu (Depkes, 2005; Prasetyono, 2009).
3. Masa menyusui (Postnatal)
Hal yang harus diperhatikan dalam manajemen laktasi setelah melahirkan:
a. Bayi hanya diberi ASI saja (Secara ekslusif) selama 6 bulan pertama usia
bayi
b. Meyusui tanpa dijadwal atau setiap bayi meminta (on demand)
c. Bila bayi terpaksa dipisah dari ibukarena indikasi medik, bayi arus tetap
mendapat ASI dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan produksi
ASI tetap lancar
d. Mempertahankan kecukupan gizi dalam makanan ibu menyusui sehari-hari.
Ibu menyusui harus makan 1 ½ kali lebih banyak dari biasanya dan minum
minimal 10 gelas air per hari
e. Cukup istirahat, menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan
fisik yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat
f. Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi tidak mau
menyusu, puting lecet, dll) (Depkes, 2005).

22
3.3.3. Tehnik Menyusui
Teknik menyusui yang benar, dapat kita amati melalui beberapa respon dari
bayi, jika ibu menyusui dengan teknik yang tidak benar mengakibatkan puting susu
menjadi lecet. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar,
dapat dilihat antara lain (1) tubuh bagian depan menmpel pada tubuh ibu, (2) dagu
bayi menempel pada payudara (3) dada bayi menempel pada dada ibu (4) mulut
bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka (5) sebagian besar areola tidak
tampak, (6) bayi menghisap dengan dalam dan perlahan (7) bayi tampak tenang dan
puas pada akhir menyusu, (8) terkadang terdengar suara bayi menelan (9) puting
susu tidak terasa sakit atau lecet (Depkes, 2005).
3.3.4. Pelaksanaan Pendekatan Keluarga
Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya
12 indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas
indikator utama tersebut adalah sebagai berikut. 1. Keluarga mengikuti program
Keluarga Berencana (KB) 2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan 3.
Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI)
eksklusif 5. Balita mendapatkan pemantauan per- tumbuhan 6. Penderita
tuberkulosis paru mendapat- kan pengobatan sesuai standar 7. Penderita hipertensi
melakukan pengo- batan secara teratur 8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan
pengobatan dan tidak ditelantarkan 9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jami- nan Kesehatan Nasional (JKN) 11.
Keluarga mempunyai akses sarana air bersih 12. Keluarga mempunyai akses atau
mengunakan jamban sehat.
Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga dibutuhkannya peran dan tanggung
jawab tingkat sektor. Sebagian besar faktor penentu tersebut bahkan berada di luar
jangkauan (tugas dan wewenang) sektor kesehatan. Sebagaimana telah
dikemukakan, keberhasilan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
diukur dengan Indeks Keluarga Sehat, yang merupakan komposit dari 12 indikator.
Semakin banyak indikator yang dapat dipenuhi oleh suatu keluarga, maka status
keluarga tersebut akan mengarah kepada Keluarga Sehat. Sementara itu, semakin
banyak keluarga yang mencapai status Keluarga Sehat, maka akan semakin dekat
tercapainya Indonesia Sehat.

23
BAB IV

EVALUASI PROGRAM

4.1. Gambaran Umum Program ASI Eksklusif


Program ASI Eksklusif merupakan salah satu upaya pengembangan
kesehatan terutama untuk bayi dan ibu menyusui di Puskesmas. Program ini
merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan yang termasuk didalam 12 rangkaian
program Gizi. Program Gizi pada Puskesmas Pakuhaji mencakup peningkatan taraf
gizi untuk seluruh elemen Masyarakat. Pelaksanaan dari Program ASI Eksklusif ini
memiliki tujuan khusus untuk meningkatkan tingkat kesehatan dari bayi.

Dalam pelaksanaannya di Puskesmas Pakuhaji, Program ASI Eksklusif


dilaksanakan dengan bentuk penyuluhan kepada ibu hamil, ibu setelah melahirkan
dan ibu dengan bayi usia 0-6 bulan yang datang ke Posyandu. Usaha-usaha ini
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran ibu dan masyarakat mengenai pentingnya
pemberian ASI Eksklusif untuk bayi 0-6 bulan. Sesuai Permenkes No 39 tahun
2016 tentang pedoman penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga ditetapkan bahwa bayi yang mendapat ASI Eksklusif
merupakan salah satu dari 12 indikator utama penanda status kesehatan sebuah
keluarga. Dalam pelaksanaan program tentu diperlukan adanya evaluasi untuk
menilai apakah program tercapai atau tidak, adakah faktor-faktor yang
mempengaruhi ketidakberhasilan suatu program dan bagaimana perencanaan
berikutnya untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

24
4.2. Penetapan Masalah
Berdasarkan analisis prioritas masalah menggunakan teknik kriteria matrik
dengan mempertimbangkan pentingnya masalah (importancy), kelayakan
teknologi (iptek), dan ketersediaan sumber daya.

Masalah Importancy Iptek Sumber Daya Jumlah

Kader PKM yang belum 5 4 3 60


terlatih

Rendahnya penyuluhan 4 3 4 48
pada orang tua

Rendahnya pengetahuan 5 3 3 45
masyarakat mengenai ASI
Eksklusif

Sehingga masalah pada program ASI Eksklusif adalah belum terlatihnya kader
PKM untuk program ASI Eksklusif

4.3. Identifikasi Penyebab Masalah


1. Input
a. Man :
1) Hanya ada 1 orang penanggung jawab program ASI Eksklusif yang
juga memegang 11 rangkaian program Gizi lainnya
2) Belum ada kader khusus untuk promotor ASI Eksklusif
b. Money : BOK dan APBD
c. Material : media sarana promosi ASI dirasa kurang
d. Metode : Promosi ASI dilakukan kepada Ibu Hamil dengan KEK saat
pemberian makanan ibu hamil KEK, ibu baru melahirkan saat IMD dan
penyuluhan di posyandu sebulan sekali.
2. Proses
a. Perencanaan : perencanaan dilakukan oleh penanggung jawab program
b. Pengorganisasian : belum ada organisasi khusus untuk program ASI
Eksklusif
c. Pelaksanaan : penyuluhan dilaksanakan berkerjasama dengan
penanggung jawab program anak, PONED dan KIA.

25
3. Lingkungan
a. Fisik : tidak adanya sarana pendukung seperti pojok ASI di sarana
Publik
b. Sosial : kurangnya kesadaran Masyarakat mengenai pentingnya ASI
Eksklusif
c. Ekonomi : 60,87% warga berkerja Sebagai Buruh Pabrik
d. Pendidikan 21,8% pendudukan memiliki pendidikan terakhir SD
4. Feedback
a. Perlunya pelatihan kader khusus promotor ASI Eksklusif
b. Menyediakan sarana promosi ASI Ekslusif
c. Menambah jumlah penyuluhan mengenai ASI Eksklusif
d. Membuat sarana komunikasi bersama kader, dan ibu dengan bayi usia
0-6 bulan

Analisa Penyebab Masalah

26
Berdasarkan hasil identifikasi penyebab didapatkan beberapa penyebab
ketidaksesuaian antara keluaran program secara kualitaitif dan kuantitatif sebagai
berikut :

Technical Resourse
Penyebab masalah Contribution Jumlah
feasibility availability

Tidak terdapat kader


motivator ASI di tiap 4 4 5 80
Desa

Program ASI eksklusif


hanya dipegang oleh 1 3 4 5 60
orang, yg juga memegang
11 program lainnya

Tidak ada sarana promosi 3 4 3 36


ASI eksklusif

Tidak ada ruang pojok 3 2 2 12


ASI di sarana publik

Waktu promosi ASI


ekslusif hanya dilakukan 4 3 3 36
sebulan sekali

Kurangnya kesadaran
masyarakat mengenai 4 3 3 36
pentingnya ASI eksklusif

Keterangan :
C : Contributon = kontribusi penyebab masalah
T : Technical feasibility= kelayakan teknologi
R : resource Availibility = ketersediaan sumber daya
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab masalah kurangnya cakupan
ASI Eksklusif di Puskesmas Pakuhaji adalah tidak adanya kader motivator AS
Eksklusif ditiap desa.

27
4.4 Penyelesaian Masalah

Penyelesaian untuk masalah kurangnya cakupan ASI Eksklusif di puskesmas


Pakuhaji kami rencanakan berdasarkan tabel prioritas berikut :

Penyebab masalah Cara penyelesaian Masalah M I C V Jumlah

Tidak terdapat kader Melakukan pelatihan kader 5 5 4 3 18,75


motivator ASI Eksklusif di motivator ASI eksklusif
tiap Desa

Program ASI eksklusif Menambah sumber daya 4 4 3 3 16


hanya dipegang oleh 1 manusia sebagai PJ program
orang, yg juga memegang 11 Gizi
program gizi lainnya

Tidak ada sarana promosi Menyediakan sarana media 2 4 2 3 12


ASI eksklusif promosi ASI eksklusif seperti
pamflet, poster, spanduk

Tidak ada ruang pojok ASI Menyediakan ruang pojok ASI 3 3 3 2 6


di sarana Publik di sarana umum

Waktu promosi ASI ekslusif Menyediakan waktu 3 4 3 3 12


hanya dilakukan 4 minggu penyuluhan tambahan untuk
sekali ASI eksklusif cth menyelipkan
penyuluhan pada majlis Ta’lim

Kurangnya kesadaran Meningkatkan kesadaran 4 4 3 2 5,3


masyarakat mengenai masyarakat dengan penyuluhan
pentingnya ASI eksklusif dan media promosi

M : Magnitude
I : Importancy
V : Vulnarability
C : cost
! ×$ × %
Penyelesaian (P) =
&

28
4.5 Cara Penyelesaian
4.5.1 Penyusunan Rencana Kerja
4.5.1.1 Judul
Pelatihan kader Promotor ASI di Puskesmas Pakuhaji. Minimal masing- masing
desa mempunyai 1 kader sebagai promotor ASI

4.5.1.2 Rumusan Masalah


Tidak adanya kader Promotor ASI Eksklusif sehingga penggiatan ASI
Eksklusif yang sudah dijalankan belum mencapai target yang diinginkan.

4.5.1.3 Rumusan Tujuan


Meningkatnya jumlah kader yang mempunyai kemampuan dan
pengetahuan yang cukup untuk melakukan promosi ASI Eksklusif di
Puskesmas Pakuhaji.

4.5.1.4 Kegiatan
1. Publikasi
Publikasi mengenai prekrutan kader kepada masyarakat dilakukan dengan
media poster, atau diumumkan lewat bidan desa, kepala desa.
2. Penyuluhan
Penyuluhan mengenai tujuan kegiatan dan tugas kader yang dilakukan
dengan mengumpulkan para calon kader di Puskesmas Pakuhaji.
3. Pelatihan Kader
Para calon kader diberikan pelatihan mengenai program ASI Eksklusif dan
Promosi ASI Eksklusif paling tidak 3 bulan sekali.

4.5.1.5 Waktu
Publikasi : Oktober 2019
Penyuluhan : Oktober 2019
Pelatihan Kader : Dilakukan 2 kali/bulan.

29
4.5.1.6 Organisasi
1. Ketua
2. Wakil Ketua
3. Sekretaris
4. Bendahara
5. Penanggung jawab program pelaksana

4.5.1.7 Biaya
Konsumsi per orang Rp 10.000 X 15 Rp 150.000
Transport/admin per orang Rp 20.000 X 15 Rp 300.000
ATK Rp 50.000
Print banner Rp 100.000
Dana tak terduga Rp 200.000 +
TOTAL Rp 700.000

4.5.1.8 Metode penilaian dan tolak ukur.


1. Penyuluhan
a. Kuisioner
b. Daftar hadir
2. Pelatihan kader
a. Post test dan pre test
b. Kehadiran para calon kader

4.5.1.9 Indikator Keberhasilan


1. Peningkatan pada nilai pre-test dan post-test.
2. Minimal dilakukan 3x pengecekan absensi, dengan jumlah minimal
kehadiran kader sebesar 70%.
3. Semua kegiatan terlaksana sesuai dengan timeline yang telah ditetapkan.
4. Meningkatnya angka ASI Eksklusif hingga mencapai 80%

30
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan
Angka cakupan ASI Eksklusif rendah di wilayah PKM Pakuhaji
diakibatkan karena tidak adanya kader motivator ASI Eksklusif di tiap Desa,
sehingga perlu penjaringan dan kader motivator ASI Eksklusif di tiap Desa dengan
metode lintas sektoral (tokoh masyarakat, Lurah, Kepala Desa, RT)

5.2. Saran
1. Mengkhususkan PJ ASI Eksklusif di puskesmas yang tidak memegang
program lain.
2. Mengadakan pelatihan ASI Eksklusif kepada PJ dan para bidan di PKM
Pakuhaji
3. Meminta bantuan kepada tiap kepala Desa wilayah kecamatan Pakuhaji untuk
merekrut warganya yang bersedia menjadi kader motivator ASI Eksklusif
4. Memaksimalkan kader Posyandu yang sudah ada untuk merangkap menjadi
kader motivator ASI EKksklusif
5. Memaksimalkan kegiatan penyuluhan mengenai ASI Eksklusif di tiap Desa
(lewat perkumpulan masyarakat/majlis taklim) dengan menggunakan media
promosi ASI Eksklusif minimal satu minggu satu kali.
6. Memanfaatkan teknologi secara maksimal sebagai media promosi kesehatan,
misalnya dengan membuat grup WA antara dokter, bidan, kader, dan ibu-ibu
yang mempunyai anak 0-6 bulan.
7. Menyediakan ruang pojok ASI di setiap kantor pelayanan umum (Puskesmas,
kantor kecamatan, akntor kepala desa) dan di pabrik-pabrik/ perusahaan.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Global strategy for infant and young child feeding the optimal
duration of exclusive breasfeeding; 2015. diakses tanggal 23 September
2019.
2. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 tahun 2014 tentang
Pedoman Gizi Seimbang
3. Kemenkes RI. PP Peraturan pemerintah no 33 tentang pemberian air susu
ibu eksklusif. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012
4. Kemenkes RI. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2018.
5. Afifah, 2009. Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif
di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Tesis Medan.
Universitas Sumatra Utara
6. Aprilia, Y. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini Dan Asi
Eksklusif Kepada Bidan Di Kabupaten Klaten. Tesis Universitas
Diponegoro Semarang 2009.
7. Haniarti, 2011. Pengaruh Edukasi Terhadap Perubahan Pengetahuan dan
Sikap Inisiasi Menyusui Dini dan Manajemen Laktasi Pada Ibu Hamil di
Kota Parepare. Tesis Tidak Diterbitkan. Universitas Hasanuddin Makassar
8. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman umum :
Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga.
9. Roesli, U., 2005. Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta : PT Pustaka
Pembangunan Swadaya Nusatara
10. UNICEF, 2007. Breast Crawl ; Initiation of Breastfeeding by Breast
Crawl, Breast Crawl.org
11. Yohmi, E. 2009. Inisiasi menyusu dini. Ikatan Dokter Anak Indonesia

32

Anda mungkin juga menyukai