Disusun Oleh:
M. Nabil Shahab (41171096100008)
Hisyam Ismail Hamzah (41171096100039)
Fheby Syabrina (41161096100038)
Alissa Rifa (41171096100003)
Maya Fitriana (41171096100074)
Laelatul Sofiah (41171096100026)
Pembimbing:
Pembimbing UIN Pembimbing Puskesmas
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji Syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
nikmat islam, iman, dan ikhsan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
evaluasi program yang berjudul “Evaluasi Program ASI Eksklusif Puskesmas
Pakuhaji Januari – Agustus 2019” ini tepat pada waktunya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD dan dr.
Asri Nur Kartika Sari yang telah memberi kesempatan dan waktu beliau untuk
menjadi pembimbing dalam menyelesaikan studi kasus ini. Penulis menyadari
bahwa makalah studi kasus ini masih ada beberapa kekurangan. Kritik dan saran
yang membangun kami harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan makalah
studi kasus ini. Demikian semoga makalah studi kasus ini dapat bermanfaat.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………...….1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1.Latar Belakang ...............................................................................................3
1.2.Rumusan Masalah ..........................................................................................4
1.3.Tujuan.............................................................................................................4
1.4.Manfaat...........................................................................................................4
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana evaluasi Program ASI Eksklusif di Puskesmas Pakuhaji pada
Januari 2019 - Agustus 2019?
1.3.Tujuan
a. Memberikan evaluasi program ASI Eksklusif di Puskesmas Pakuhaji
Januari 2019 –Agustus 2019
b. Memberikan usulan penyelesaian atas masalah yang ditemukan dalam
program ASI Eksklusif di Puskesmas Pakuhaji.
1.4.Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Menjadi bahan pembelajaran untuk mengaplikasikan Ilmu Kedokteran
Komunitas, khususnya mengenai evaluasi program.
b. Bagi Puskesmas
Menjadi bahan masukan bagi Puskesmas Pakuhaji dalam menjalankan
program ASI Eksklusif.
c. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi mengenai pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada
bayi.
4
BAB II
5
2.1.1 Demografi
Secara administrasi tahun 2018 Puskesmas Pakuhaji mempunyai wilayah
kerja 7 desa 1 Kelurahan dengan jumlah penduduk 70.245 jiwa yaitu:
Gambar 2.2 Penduduk Kec. Pakuhaji Berdasarkan Kel.Umur & Jenis Kelamin
6
Persentase Pendidikan Tertinggi Total
Wanita Pria
Yang Ditamatkan:
S2/S3 (Master/Doktor) 14 16 30
7
g. Unit KIA
h. Unit KB
i. Unit Imunisasi
j. Unit Klinik Gigi
k. Unit Klinik Gizi
l. Unit Gudang Obat
3. Ketenagakerjaan
Jumlah staf Puskesmas Sukawali sebanyak 50 orang dengan rincian pada tabel berikut:
Status
No Kategori Tenaga Jumlah
PNS/CPNS PTT/TKK Honorer
1. Dokter Umum 2 1 0 3
2. Dokter Gigi 0 1 0 1
3. SKM 1 0 0 1
4. Perawat 5 - 3 8
5. Bidan 14 1 0 15
6. Farmasi 0 1 1 1
7. Analis 0 0 1 1
8. Pelaksana 2 0 0 2
9. Kebersihan 0 0 3 3
10. Sopir 0 0 2 2
11. Satpam 0 0 5 5
12. Petugas Entri Data 0 0 8 8
Jumlah 24 4 22 50
8
4. Sumber daya berbasis masyarakat
Desa
No Desa Posyandu Poskesdes Posbindu
Siaga
1. PakuHaji 7 0 0 1
2. Paku Alam 5 0 0 1
3. RawaBoni 0 0 0 1
4. Bonisari 6 1 1 1
5. Laksana 7 0 0 1
6. Kiara Payung 8 0 0 1
7. Gaga 9 0 0 1
8. Buaran Bambu 7 0 0 1
Total 49 1 1 81
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
10
b. ASI esklusif dapat mengeliminasi mikroorganisme pathogen yang yang
terkontaminasi melalui air, makanan atau cairan lainnya. Juga dapat mencegah
kerusakan barier imunologi dari kontaminasi atau zat-zat penyebab alergi pada
susu formula atau makanan.
11
No. Zat-zat Gizi Satuan Kolostrum ASI
1 Energi Kkal 58.0 70
2 Protein G 2.3 0.9
3 Kasein Mg 140.0 mg 187.0
4 Laktosa G 5.3 7.3
5 Lemak G 2.9 4.2
6 Vitamin A Ug 151.0 75.0
7 Vitamin B1 Ug 1.9 14.0
8 Vitamin B2 Ug 30.0 40.0
9 Vitamin B12 Ug 0.05 0.1
10 Kalsium Mg 39.0 35.0
11 Zat besi Mg 70.0 100.0
12 Fosfor Mg 14.0 15.0
Tabel 1. Komposisi kolostrum dan ASI (setiap 100 ml)
12
(faktor yang menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan
tempat yang baik bagi bakteri yang menguntungkan) dan mempercepat pengeluaran
kolostrum sebagai antibodi bayi.
b. Protein
Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun
demikian protein ASI sangat cocok karena unsur protein di dalamnya hampir
seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi yaitu protein unsur whey.
Perbandingan protein unsur whey dan casein dalam ASI adalah 65 : 35, sedangkan
dalam PASI 20 : 80. Artinya protein pada PASI hanya sepertiganya protein ASI
yang dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus membuang dua kali lebih
banyak protein yang sukar diabsorpsi. Hal ini yang memungkinkan bayi akan sering
menderita diare dan defekasi dengan feces berbentuk biji cabe yang menunjukkan
adanya makanan yang sukar diserap bila bayi diberikan PASI.
c. Lemak
Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat
jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan hal
ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan akan
berbeda dengan hari kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan
kebutuhan energi yang diperlukan.
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang
dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung
enzim Lipase. Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6 dan DHA yang sangat
diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak.
Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak bila
dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak PASI
sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam
ASI sangat tinggi dan perbandinganya dengan PASI yaitu 6 : 1. Asam linoleat
adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk
memacu perkembangan sel syaraf otak bayi.
d. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah,
tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan
13
kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan
jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Dalam PASI kandungan mineral
jumlahnya tinggi tetapi sebagian besar tidak dapat diserap, hal ini akan
memperberat kerja usus bayi serta mengganggu keseimbangan dalam usus dan
meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan
kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi atau
gangguan metabolisme.
e. Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan
bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum
mampu membentuk vitamin K. Kandungan vitamin yang ada dalam ASI antara lain
vitamin A, vitamin B dan vitamin C.
14
kecerdasan, (5) Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang (6) Sebagai makanan
tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia selama
enam bulan. (7) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk untuk
pertumbuhan otak sehingga bayi yang diberi ASI Ekslusif lebih pandai. (8)
Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak dan
mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung. (9) Menunjang
perkembangan motorik (WHO, 2010; Roesli (2000) dalam Haniarti, 2011).
b. Manfaat ASI bagi ibu
Manfaat ASI bagi ibu antara lain (1) Pemberian ASI memberikan 98%
metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila
diberikan hanya ASI saja (ekslusif) dan belum terjadi menstruasi kembali, (2)
menurunkan risiko kanker payudara dan ovarium, (3) membantu ibu menurunkan
berat badan setelah melahirkan (4) menurunkan risiko DM Tipe 2 (5) Pemberian
ASI sangat ekonomis, (6) mengurangi terjadinya perdarahan bila langsung
menyusui setelah melahirkan (7) mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia
dimana saja dan kapan saja (8) meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi
(WHO, 2010; Aprilia, 2009).
c. Manfaat ASI bagi keluarga
Adapun manfaat ASI bagi keluarga (1) Tidak perlu uang untuk membeli susu
formula, kayu bakar atau minyak untuk merebus air, susu atau peralatan (2) Bayi
sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan
kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit, (3) Penjarangan
kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI ekslusif, (4) Menghemat waktu keluarga
bila bayi lebih sehat (5) Pemberian ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga
bagi keluarga sebab ASI selalu siap tersedia (Aprilia, 2009).
15
b. Faktor Psikologi Ibu
Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang
tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umunya produksi ASI
akan berkurang. Stress, khawatir, ketidak bahagiaan ibu pada periode menyusui
sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI ekslusif. Peran keluarga
dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.
c. Faktor Bayi
Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi misalnya bayi sakit,
prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan sehingga ibu tidak memberikan
ASI-nya menyebabkan produksi ASI akan berkurang.
d. Faktor Fisik Ibu
Ibu sakit, lelah, menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang
mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok
atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI
(Depkes, 2005; )
16
b. Lingkungan
Menurut Perinasia (2003) lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan ibu
untuk menyusui bayinya. Setiap orang selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan
di lingkungannya serta mendapat pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pada kebanyakan wanita di perkotaan, sudah terbiasa
menggunakan susu formula dengan pertimbangan lebih modern dan praktis.
Menurut penelitian Valdes dan Schooley (1996) wanita yang berada dalam
lingkungan modern di perkotaan lebih sering melihat ibu-ibu menggunakan susu
formula sedangkan di pedesaan masih banyak dijumpai ibu yang memberikan ASI
tetapi cara pemberian tidak tepat. jadi pemberian ASI secara Ekslusif di pengaruhi
oleh lingkungan (Briawan, 2004 dalam Haniarti, 2011).
c. Pengalaman
Menurut hasil penelitian Diana (2007) pengalaman wanita semenjak kecil
akan mempengaruhi sikap dan penampilan wanita dalam kaitannya dengan
menyusui di kemudian hari. Seorang wanita yang dalam keluarga atau lingkungan
mempunyai kebiasaan atau sering melihat wanita yang menyusui bayinya secara
teratur maka akan mempunyai pandangan yang positif tentang menyusui sesuai
dengan pengalaman sehari-hari. Tidak mengherankan bila wanita dewasa dalam
lingkungan ini hanya memiliki sedikit bahkan tidak memiliki sama sekali
informasi, pengalaman cara menyusui dan keyakinan akan kemampuan menyusui.
Sehingga pengalaman tersebut mendorong wanita tersebut untuk menyusui
dikemudian harinya dan sebaliknya
d. Dukungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara esklusif. Keluarga (suami,
orang tua, mertua, ipar dan sebagainya) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu
perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui secara ekslusif.
Bagian keluarga yang mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap
keberhasilan dan kegagalanmenyusui adalah suami. Masih banyak suami yang
berpendapat salah, yang menganggap menyusui adalah urusan ibu dan bayinya.
Peranan suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let
17
down reflek) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu
(Roesli, 2008).
Gambar 1. Model determinan perilaku menyusui (Lutter (2000) dalam WHO, 2003)
18
yang meliputi: (a) pengetahuan individu; (b) sikap; (c) kepercayaan; (d) tradisi; (e)
unsur-unsur yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat dan; (f) faktor
demografi; 2) faktor pendukung (enabling factors) yang meliputi: sumberdaya dan
potensi masyarakat seperti lingkungan fisik dan sarana yang tersedia dan; 3) faktor
pendorong (reinforcing factors) yang meliputi sikap dan perilaku orang lain seperti
teman, orang tua, dan petugas kesehatan. Begitu pula dengan perilaku pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini dan pemberian ASI Eksklusif baik oleh ibu maupun petugas
kesehatan terutama bidan, semuanya sangat dipengaruhi oleh faktor faktor tersebut
diatas. Faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan IMD dan pemberian ASI
Eksklusif terutama faktor sikap, motivasi, maupun pengetahuan, baik sikap,
motivasi, dan pengetahuan ibu, maupun petugas kesehatan khususnya bidan
(Aprilia, 2009).
19
a. Menurunkan angka kematian bayi karena hypothermia
b. Dada ibu menghangatkan bayi dengan suhu yang tepat.
c. Bayi mendapatkan kolostrum yang kaya akan antibodi, penting untuk
pertumbuhan usus dan ketahanan bayi terhadap infeksi
d. Bayi dapat menjilat kulit ibu dan menelan bakteri yang aman, berkoloni di
usus bayi dan menyaingi bakteri pathogen
e. Menyebabkan kadar glukosa darah bayi yang lebih baik pada beberapa jam
setelah persalinan
f. Pengeluaran mekonium lebih dini, sehingga menurunkan intensitas ikterus
normal pada bayi baru lahir
2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk Ibu
a. Ibu dan bayi menjadi lebih tenang.
b. Jalinan kasih sayang ibu dan bayi lebih baik sebab bayi siaga dalam 1-2 jam
pertama.
c. Sentuhan, jilatan, usapan pada putting susu ibu akan merangsang
pengeluaran hormon oxyitosin.
d. Membantu kontraksi uterus, mengurangi risiko perdarahan dan
mempercepat pelepasan plasenta
Dua studi terbaru yang melibatkan hampir 34.000 bayi yang baru lahir
menunjukkan bahwa risiko kematian meningkat dengan peningkatan penundaan
inisiasi menyusui (Edmond et al, 2006; Mullany et al, 2008). Di Ghana, neonatus
2,5 kali lebih mungkin meninggal saat inisiasi menyusu dimulai setelah 24 jam
dibanding menyusui yang dimulai dalam satu jam pertama setelah lahir. Di Nepal,
neonatus 1,4 kali lebih mungkin untuk meninggal jika pemberian ASI dimulai
setelah 24 jam pertama. Para penulis memperkirakan bahwa sekitar seperlima dari
semua kematian bayi (22% di Ghana dan 19% di Nepal) dapat dihindari jika ASI
mulai diberikan dalam satu jam pertama kehidupan semua bayi yang baru lahir.
Manfaat inisiasi menyusu dini khususnya bagi bayi prematur dan berat lahir rendah
(Lucas et al, 1994; Lucas & Cole, 1990). IMD dan ASI ekslusif selama 6 bulan
merupakan kontribusi utama dalam menurunkan mortalitas bayi dan anak-anak.
Pentingnya IMD merupakan salah satu rekomendasi WHO (WHO, 2010).
20
Berbagai studi juga telah melaporkan bahwa IMD terbukti meningkatkan
keberhasilan ASI eksklusif. Salariya et al menemukan bahwa bayi yang menyusu
dalam 30 menit setelah lahir kemungkinan besar akan menyusu dalam jangka waktu
yang lama (Gupta, 2007). Hasil penelitian Fikawati dan Syafiq (2003) menemukan
bahwa Ibu yang memberikan immediate breastfeeding 2 sampai 8 kali lebih besar
kemungkinannya untuk memberikan ASI secara eksklusif sampai 4 bulan
dibandingkan dengan ibu yang tidak immediate breastfeeding. kegagalan
pelaksanaan ASI eksklusif telah dimulai sejak 3 hari pertama kelahiran yaitu pada
saat makanan/minuman pralakteal diberikan. Studi kualitatif lainnya melaporkan
faktor predisposisi kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor predisposisi yaitu
pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin penting yang
menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi melakukan
IMD (Fikawati dan Syafiq, 2010).
21
d. Ibu senantiasa mencari informasi tentang gisi dan makanan tambahan sejak
kehamilan trimester ke-2. Makanan tambahan saat hamil sebanyak 1 1/3 kali
dari makanan yang dikonsumsi sebelum hamil (Depkes, 2005; Prasetyono,
2009).
2. Pada masa segera setelah melahirkan
Hal yang dilakukan segera setelah melahirkan :
a. Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar
mulai kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai meyusui bayi.
Karena pada saat ini bayi dalam keadaan paling peka terhadap rangsangan,
selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu secara alamiah
b. Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu 2
minggu setelah melahirkan
c. Bayi harus disusui dengan cara yang benar, baik posisi maupun cara
perlekatan bayi pada payudara ibu (Depkes, 2005; Prasetyono, 2009).
3. Masa menyusui (Postnatal)
Hal yang harus diperhatikan dalam manajemen laktasi setelah melahirkan:
a. Bayi hanya diberi ASI saja (Secara ekslusif) selama 6 bulan pertama usia
bayi
b. Meyusui tanpa dijadwal atau setiap bayi meminta (on demand)
c. Bila bayi terpaksa dipisah dari ibukarena indikasi medik, bayi arus tetap
mendapat ASI dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan produksi
ASI tetap lancar
d. Mempertahankan kecukupan gizi dalam makanan ibu menyusui sehari-hari.
Ibu menyusui harus makan 1 ½ kali lebih banyak dari biasanya dan minum
minimal 10 gelas air per hari
e. Cukup istirahat, menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan
fisik yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat
f. Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi tidak mau
menyusu, puting lecet, dll) (Depkes, 2005).
22
3.3.3. Tehnik Menyusui
Teknik menyusui yang benar, dapat kita amati melalui beberapa respon dari
bayi, jika ibu menyusui dengan teknik yang tidak benar mengakibatkan puting susu
menjadi lecet. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar,
dapat dilihat antara lain (1) tubuh bagian depan menmpel pada tubuh ibu, (2) dagu
bayi menempel pada payudara (3) dada bayi menempel pada dada ibu (4) mulut
bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka (5) sebagian besar areola tidak
tampak, (6) bayi menghisap dengan dalam dan perlahan (7) bayi tampak tenang dan
puas pada akhir menyusu, (8) terkadang terdengar suara bayi menelan (9) puting
susu tidak terasa sakit atau lecet (Depkes, 2005).
3.3.4. Pelaksanaan Pendekatan Keluarga
Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya
12 indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas
indikator utama tersebut adalah sebagai berikut. 1. Keluarga mengikuti program
Keluarga Berencana (KB) 2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan 3.
Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI)
eksklusif 5. Balita mendapatkan pemantauan per- tumbuhan 6. Penderita
tuberkulosis paru mendapat- kan pengobatan sesuai standar 7. Penderita hipertensi
melakukan pengo- batan secara teratur 8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan
pengobatan dan tidak ditelantarkan 9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jami- nan Kesehatan Nasional (JKN) 11.
Keluarga mempunyai akses sarana air bersih 12. Keluarga mempunyai akses atau
mengunakan jamban sehat.
Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga dibutuhkannya peran dan tanggung
jawab tingkat sektor. Sebagian besar faktor penentu tersebut bahkan berada di luar
jangkauan (tugas dan wewenang) sektor kesehatan. Sebagaimana telah
dikemukakan, keberhasilan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
diukur dengan Indeks Keluarga Sehat, yang merupakan komposit dari 12 indikator.
Semakin banyak indikator yang dapat dipenuhi oleh suatu keluarga, maka status
keluarga tersebut akan mengarah kepada Keluarga Sehat. Sementara itu, semakin
banyak keluarga yang mencapai status Keluarga Sehat, maka akan semakin dekat
tercapainya Indonesia Sehat.
23
BAB IV
EVALUASI PROGRAM
24
4.2. Penetapan Masalah
Berdasarkan analisis prioritas masalah menggunakan teknik kriteria matrik
dengan mempertimbangkan pentingnya masalah (importancy), kelayakan
teknologi (iptek), dan ketersediaan sumber daya.
Rendahnya penyuluhan 4 3 4 48
pada orang tua
Rendahnya pengetahuan 5 3 3 45
masyarakat mengenai ASI
Eksklusif
Sehingga masalah pada program ASI Eksklusif adalah belum terlatihnya kader
PKM untuk program ASI Eksklusif
25
3. Lingkungan
a. Fisik : tidak adanya sarana pendukung seperti pojok ASI di sarana
Publik
b. Sosial : kurangnya kesadaran Masyarakat mengenai pentingnya ASI
Eksklusif
c. Ekonomi : 60,87% warga berkerja Sebagai Buruh Pabrik
d. Pendidikan 21,8% pendudukan memiliki pendidikan terakhir SD
4. Feedback
a. Perlunya pelatihan kader khusus promotor ASI Eksklusif
b. Menyediakan sarana promosi ASI Ekslusif
c. Menambah jumlah penyuluhan mengenai ASI Eksklusif
d. Membuat sarana komunikasi bersama kader, dan ibu dengan bayi usia
0-6 bulan
26
Berdasarkan hasil identifikasi penyebab didapatkan beberapa penyebab
ketidaksesuaian antara keluaran program secara kualitaitif dan kuantitatif sebagai
berikut :
Technical Resourse
Penyebab masalah Contribution Jumlah
feasibility availability
Kurangnya kesadaran
masyarakat mengenai 4 3 3 36
pentingnya ASI eksklusif
Keterangan :
C : Contributon = kontribusi penyebab masalah
T : Technical feasibility= kelayakan teknologi
R : resource Availibility = ketersediaan sumber daya
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab masalah kurangnya cakupan
ASI Eksklusif di Puskesmas Pakuhaji adalah tidak adanya kader motivator AS
Eksklusif ditiap desa.
27
4.4 Penyelesaian Masalah
M : Magnitude
I : Importancy
V : Vulnarability
C : cost
! ×$ × %
Penyelesaian (P) =
&
28
4.5 Cara Penyelesaian
4.5.1 Penyusunan Rencana Kerja
4.5.1.1 Judul
Pelatihan kader Promotor ASI di Puskesmas Pakuhaji. Minimal masing- masing
desa mempunyai 1 kader sebagai promotor ASI
4.5.1.4 Kegiatan
1. Publikasi
Publikasi mengenai prekrutan kader kepada masyarakat dilakukan dengan
media poster, atau diumumkan lewat bidan desa, kepala desa.
2. Penyuluhan
Penyuluhan mengenai tujuan kegiatan dan tugas kader yang dilakukan
dengan mengumpulkan para calon kader di Puskesmas Pakuhaji.
3. Pelatihan Kader
Para calon kader diberikan pelatihan mengenai program ASI Eksklusif dan
Promosi ASI Eksklusif paling tidak 3 bulan sekali.
4.5.1.5 Waktu
Publikasi : Oktober 2019
Penyuluhan : Oktober 2019
Pelatihan Kader : Dilakukan 2 kali/bulan.
29
4.5.1.6 Organisasi
1. Ketua
2. Wakil Ketua
3. Sekretaris
4. Bendahara
5. Penanggung jawab program pelaksana
4.5.1.7 Biaya
Konsumsi per orang Rp 10.000 X 15 Rp 150.000
Transport/admin per orang Rp 20.000 X 15 Rp 300.000
ATK Rp 50.000
Print banner Rp 100.000
Dana tak terduga Rp 200.000 +
TOTAL Rp 700.000
30
BAB V
5.1. Simpulan
Angka cakupan ASI Eksklusif rendah di wilayah PKM Pakuhaji
diakibatkan karena tidak adanya kader motivator ASI Eksklusif di tiap Desa,
sehingga perlu penjaringan dan kader motivator ASI Eksklusif di tiap Desa dengan
metode lintas sektoral (tokoh masyarakat, Lurah, Kepala Desa, RT)
5.2. Saran
1. Mengkhususkan PJ ASI Eksklusif di puskesmas yang tidak memegang
program lain.
2. Mengadakan pelatihan ASI Eksklusif kepada PJ dan para bidan di PKM
Pakuhaji
3. Meminta bantuan kepada tiap kepala Desa wilayah kecamatan Pakuhaji untuk
merekrut warganya yang bersedia menjadi kader motivator ASI Eksklusif
4. Memaksimalkan kader Posyandu yang sudah ada untuk merangkap menjadi
kader motivator ASI EKksklusif
5. Memaksimalkan kegiatan penyuluhan mengenai ASI Eksklusif di tiap Desa
(lewat perkumpulan masyarakat/majlis taklim) dengan menggunakan media
promosi ASI Eksklusif minimal satu minggu satu kali.
6. Memanfaatkan teknologi secara maksimal sebagai media promosi kesehatan,
misalnya dengan membuat grup WA antara dokter, bidan, kader, dan ibu-ibu
yang mempunyai anak 0-6 bulan.
7. Menyediakan ruang pojok ASI di setiap kantor pelayanan umum (Puskesmas,
kantor kecamatan, akntor kepala desa) dan di pabrik-pabrik/ perusahaan.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Global strategy for infant and young child feeding the optimal
duration of exclusive breasfeeding; 2015. diakses tanggal 23 September
2019.
2. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 tahun 2014 tentang
Pedoman Gizi Seimbang
3. Kemenkes RI. PP Peraturan pemerintah no 33 tentang pemberian air susu
ibu eksklusif. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012
4. Kemenkes RI. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2018.
5. Afifah, 2009. Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif
di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Tesis Medan.
Universitas Sumatra Utara
6. Aprilia, Y. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini Dan Asi
Eksklusif Kepada Bidan Di Kabupaten Klaten. Tesis Universitas
Diponegoro Semarang 2009.
7. Haniarti, 2011. Pengaruh Edukasi Terhadap Perubahan Pengetahuan dan
Sikap Inisiasi Menyusui Dini dan Manajemen Laktasi Pada Ibu Hamil di
Kota Parepare. Tesis Tidak Diterbitkan. Universitas Hasanuddin Makassar
8. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman umum :
Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga.
9. Roesli, U., 2005. Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta : PT Pustaka
Pembangunan Swadaya Nusatara
10. UNICEF, 2007. Breast Crawl ; Initiation of Breastfeeding by Breast
Crawl, Breast Crawl.org
11. Yohmi, E. 2009. Inisiasi menyusu dini. Ikatan Dokter Anak Indonesia
32