Anda di halaman 1dari 32

DISKUSI KASUS

OSTEOARTHRITIS GENU

Pembimbing :
dr. Achmad Zaki, M.Epid., Sp.OT.

Disusun oleh :
Fheby Syabrina, S. Ked
41171096100038

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN GERIATRI


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019

18
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuhu...


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan bagi
penyusun untuk menyusun dan menyelesaikan presentasi kasus ini. Shalawat dan
salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah mengangkat derajat
manusia dari alam kebodohan menuju ke alam yang berilmu pengetahuan.
Adapun diskusi kasus ini disusun untuk memenuhi tugas di stase Ilmu
Kedokteran Geriatri selama kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kedokteran Geriatri
Dalam diskusi kasus ini dibahas mengenai “Osteoarthritis Genu”.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini,
terutama kepada:
1. dr. Achmad Zaki, M. Epid., Sp.OT. selaku pembimbing diskusi kasus ini.
2. Rekan-rekan Kepaniteraan Klinik Stase Geriatri

Dalam proses penyelesaiannya, makah referat ini masih terdapat banyak


kesalahan dan jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran sangat penulis
harapkan dari berbagai pihak.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis ataupun
pembaca, baik untuk menambah wawasan di bidang kedokteran umumnya, serta di
bidang ilmu kesehatan anak khususnya. Amin. Terima kasih.

Jakarta, 10 Oktober 2019

Penyusun

18
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ 1

BAB I ILUSTRASI KASUS.................................................................................... 2

BAB II PENGKAJIAN MASALAH ..................................................................... 16

BAB III TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 28

1
BAB I

ILUSTRASI KASUS

A. Identitas Pasien
No. Rekam Medik : 145682
Nama : Ny. HP
Alamat : Kedaung, Pamulang, Tangerang Selatan
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 62 tahun
Jumlah anak : 3 orang
Jumlah cucu : 2 laki-laki, 3 perempuan
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan formal : Tamat SLTP Sederajat
Datang ke KPKM : Diantar keluarga

B. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di KPKM Reni Jaya pada Senin 08


Oktober 2019 pukul 09.00 WIB.
Keluhan Utama
Nyeri pada lutut sebelah kanan sejak 1 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke KPKM Reni Jaya dengan keluhan sendi lutut kanan nyeri
sejak 1 tahun yang lalu dan makin berat, nyeri dirasakan di bagian dalam lutut
kanan. Nyeri dirasakan terus-menerus sepanjang hari dan ketika pasien bergerak
atau berubah posisi terutama saat posisi dari duduk ke berdiri. Nyeri makin berat
setelah beraktivitas. Nyeri yang dirasakan pasien tidak mengganggu aktivitas nya
sehari-hari, pasien masih mampu melakukan aktivitas sendiri, namun pasien merasa
tidak nyaman. Nyeri dirasakan berkurang jika pasien beristirahat. Skala nyeri yang
dirasakan pasien adalah VAS 3-4. Nyeri dirasakan tidak menjalar. Tidak ada
keluhan serupa pada sendi yang lain. Selain itu pasien juga mengatakan lutut

2
kanannya kadang terasa kaku ketika pagi hari setelah bangun tidur, kaku dirasakan
hanya sekitar 5 hingga 10 menit. Riwayat terjatuh sebelumnya tidak ada. Tidak ada
keluhan demam.

Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada keluhan serupa sebelumnya. Tidak ada riwayat trauma atau jatuh
sebelumnya. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 8 tahun yang lalu dan saat
ini rutin minum obat captopril 2 kali sehari. Riwayat sakit diabetes melitis penyakit
jantung, ginjal, dan penyakit liver tidak ada. Pasien menopause pada usia 48 tahun.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluhan serupa di keluarga pasien. Ayah dan ibu pasien
memiliki riwayat obesitas. Ayah pasien memiliki riwayat hipertensi.

Riwayat Kebiasaan dan Sosial


Pasien saat ini tidak memiliki pekerjaan. Pasien sehari-hari hanya
beraktivitas dirumah. Pasien memiliki tiga orang anak, dan sudah memiliki lima
orang cucu. Saat ini pasien tinggal bersama suami dan anak terakhirnya. Pasien
mengaku jarang berolahraga. Pasien biasa makan tiga kali sehari.Tidak ada
kebiasaan merokok ataupun minum alcohol.

Analisis Keuangan
1. Pasien memiliki warung klontong di rumah.
2. Saat ini pasien menerima uang dari anak – anaknya.
3. Pasien merasa kehidupannya sudah cukup terpenuhi.
4. Pasien merupakan Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS.

Analisis Lingkungan
1. Pasien tinggal di perumahan yang cukup bersih dan tidak terlalu padat
2. Pasien tinggal bersama suami dan anak ketiganya.
3. Rumah pasien terdiri dari satu lantai yang terdiri dari 2 kamar tidur, 2
kamar mandi, 1 dapur dan ruang tamu. Rumah tersebut memiliki ubin
keramik, ventilasi, dan pencahayaan baik. Ukuran jendela cukup sehingga

3
rumah terang pada siang hari meskipun tanpa lampu. Kamar mandi pasien
memiliki ubin keramik, toilet jongkok dan tidak ada pegangan.
4. Jarak antar kamar tidur dengan kamar mandi tidak terlalu jauh sekitar 1
meter.

Denah Rumah

Dapur Toilet

Kamar Tidur Kamar


Tidur Ruang Tamu

Halaman

Analisis Sistem
Sistem Keluhan

Penglihatan Tidak ada keluhan

Pendengaran Tidak ada keluhan

Kardiovaskular Pasien memiliki riwayat tekanan darah


tinggi sejak 8 tahun yang lalu
Paru-paru Tidak ada keluhan

Pencernaan Tidak ada keluhan

Saluran Kemih Tidak ada keluhan

Hematologi Tidak ada keluhan

Endokrin Tidak ada keluhan

4
Saraf Tidak ada keluhan

Muskuloskeletal Kaki dan lengan kanan sulit digerakkan

Psikiatri Tidak ada keluhan

C. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Compos mentis, GCS : E4V5M6 : 15
Tanda Vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit, reguler, kuat, isi cukup.
Respirasi : 18x/menit
Suhu : 37ºC, per axiler
Status Gizi
BB = 65 kg, TB = 155 cm
BMI : 27,1 kg/m2  Kesan : overweight

Status Generalis
Kepala:
Normocephal, rambut warna keputihan, penyebaran rambut tidak merata, agak
mudah dicabut.
Mata :
Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokhor, RCL +/+, RCTL
+/+, diameter 3 mm/ 3 mm
THT :
Telinga : Normotia, deformitas -/-, liang telinga lapang +/+
Hidung : Pernafasan cuping hidung -/-, deviasi septum -/-,Sekret -/-,
Tenggorokan : faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1
Gigi dan Mulut :
Oral hygiene baik, gigi bagian depan masih utuh, namun gigi geraham udah
tanggal tidak terpasang gigi palsu.

5
Leher :
Inspeksi : massa (-), bengkak (-), eritema (-), trakea simetris, pembesaran KGB
tidak tampak.
Palpasi : trakea ditengah, pembesaran tiroid tidak teraba, pembesaran KGB tidak
teraba ,JVP : 5-2 cmH2O
Paru :
Inspeksi: bentuk dada normal, pergerakan dada simetris statis & dinamis,
penggunaan otot bantuan nafas (-), pelebaran sela iga (-).
Palpasi : pelebaran sela iga -/-, vokal fremitus sama pada lapang paru dextra &
sinistra, nyeri tekan -/-, ekspansi dada +/+
Perkusi : sonor di semua lapang paru.
Auskultasi : suara nafas vesikuler pada kedua paru, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba di ICS 5 MCL sinistra
Perkusi : batas jantung kanan ICS V PSL dextra, batas jantung kiri ICS V 2 jari
lateral MCL sinistra, dan pinggang jantung normal
Auskultasi: BJ 1-2 normal reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : abdomen datar, simetris, eritema (-), kaput medusa(-), sikatriks (-).
Auskultasi : bising usus (+) normal.
Palpasi : supel, hepar dan limpa tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi: timpani, shifting dullness (-)
Ginjal :
CVA (-/-) ballotement (-/-)
Rektum/anus :
Tidak dilakukan pemeriksaan.
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas :Akral hangat, CRT <3 detik, pulsasi a. radialis dan a.dorsalis
pedis teraba kuat, isi cukup, edema pitting -/-

6
Pemeriksaan Muskuloskeletal:
Look Feel Move
Ekstremitas atas Eutrofi Teraba hangat (-), Nyeri gerak (-)
kanan Nyeri tekan (-)
Ekstremitas atas kiri Eutrofi Teraba hangat (-), Nyeri gerak (-)
Nyeri tekan (-)
Ekstremitas bawah Edema (-), Teraba hangat (-), Nyeri gerak (+)
kanan Deformitas (-), Nyeri tekan (+) di sendi genu,
Hiperemis (-) medial genu, keterbatasan
Krepitasi (-) gerak (-)
Ekstremitas bawah Edema (-), Teraba hangat (-), Nyeri gerak (-)
kiri Deformitas (-), Nyeri tekan (-)
Hiperemis (-)

Status Lokalis Genu


 Look : edema (-/-), hiperemis (-/-), deformitas (-/-), skar (-/-),
 Feel : teraba hangat (-/-), nyeri tekan (+/-),krepitasi (-/-)
 Movement : nyeri gerak (+/-), krepitasi (-/-), keterbatasan gerak (-/-)
 Bulge test : (-/-)
 Baloon test : (-/-)

7
D. Comprehensive Geriatric Assesment
1. GDS (GERIATRIC DEPRESSION SCALE)

No. Pertanyaan Jawaban Skor

1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan Ya 0


anda?
2. Apakah anda telah meninggalkanbanyak kegiatan Ya 1
dan minat atau kesenangan anda?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? Tidak 0

4. Apakah anda merasa bosan? Ya 1

5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap Ya 0


saat?
6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan Tidak 0
terjadi pada anda?
7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar Ya 0
hidup anda?
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Tidak 0

9. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada Ya 1


pergi ke luar dan mengerjakan sesuatu yang baru?
10. Apakah anda merasa punya banyak masalah dengan Ya 1
daya ingat anda dibandingkan dengan kebanyakan
orang?
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini Ya 0
menyenangkan?
12. Apakah anda merasa kurang dihargai? Tidak 0

13. Apakah anda merasa penuh semangat? Ya 0

14.
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada Tidak 0
harapan?
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik Tidak 0
keadaannya dari anda?
TOTAL 4
<4: Normal, 5-8: Depresi ringan, 9-11: Depresi sedang, >11: Depresi
berat

8
2. AMT (ABREVIATED MENTAL TEST)

No. Pertanyaan Jawaban Skor

1. Umur .......... tahun Salah 0

2. Waktu / jam sekarang .......... .......... Benar 1

3. Alamat tempat tinggal .......... Benar 1

4. Tahun ini .......... Benar 1

5. Saat ini berada di mana .......... Benar 1

6. Mengenali orang lain di RS Benar 1

7. Tahun kemerdekaan RI .......... Benar 1

8. Nama Presiden RI .......... Benar 1

9. Tahun kelahiran pasien Salah 0

10. Menghitung terbalik (20 s/d 1) .......... Benar 1

Skor AMT 8
0-3: Gangguan ingatan berat
4-7: Gangguan ingatan sedang
8-10: Normal

9
3. MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)

No. Pertanyaan Nilai


Orientasi
1. Sekarang ini (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) 4
2. Kita berada di mana? (negara), (propinsi), (kota), (RS), 3
(lt)
Registrasi
3. Sebutkan 3 objek: tiap satu detik, pasien disuruh 1
mengulangi nama ketiga objek tadi. Nilai 1 untuk tiap
nama objek yang disebutkan benar. Ulangi lagi sampai
pasien menyebut dengan benar: buku, pensil, kertas
Atensi dan Kalkulasi
4. Pengurangan 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban 2
yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban, atau eja secara
terbalik kata “B A G U S” (nilai diberi pada huruf yang
benar sebelum kesalahan).
Mengenal Kembali
5. Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama objek di atas 1
tadi
Bahasa
6. Pasien disuruh menyebut: pensil, buku 3
7. Pasien disuruh mengulangi kata: “Jika tidak, dan atau 1
tapi”
8. Pasien disuruh melakukan perintah: “Ambil kertas itu 1
dengan tangan anda, lipatlah menjadi 2, dan letakkan di
lantai”
Bahasa
9. Pasien disuruh membaca, kemudian melakukan perintah 1
kalimat “pejamkan mata”
10. Pasien disuruh menulis dengan spontan 1
11. Pasien disuruh menggambar bentuk 0
TOTAL 18

10
4. ACTIVITIES OF DAILY LIVING BARTHEL INDEX (ADL)

Fungsi SMRS Nilai

Mengendalikan rangsang BAB 2 2


Mengendalikan rangsang BAK 2 2
Membersihkan diri(seka muka, sisir rambut, sikat gigi) 1 1
Penggunaan jamban, masuk dan keluar (melepaskan, memakai 2 2
celana, membersihkan, menyiram)
Makan 2 2
Berubah sikap berbaring keduduk 3 3
Berpindah/ berjalan 3 3

Memakai baju 2 2
Naik turun tangga 2 1

Mandi 1 1
Hasil 20 19
20 : mandiri 5-8 : ketergantungan berat
12-19 : ketergantungan ringan 0-4 : ketergantungan total
9-11 : ketergantungan sedang

11
5. MINI NUTRITIONAL ASSESSMENT (MNA)

Selama 3 bulan terakhir Skor Nilai

Nafsu makan berkurang, 0 = intake menurun 2


gangguan nguyah, 1 = sedang
gangguan menelan 2 = normal
Berat badan menurun 0 = BB menurun > 3 kg 3
1 = tidak jelas
2 = BB menurun 1-3 kg
3 = tidak ada penurunan
Mobilitas sekarang 0= tidur, kursi 2
1 = bisa bangun, tapi tidak bisa jalan/
keluar rumah
2 = bisa keluar rumah
Strespsikologik atau 0 = yes 0
penyakit akut 2 = no
Masalah 0=demensia parah atau depresi 2
Neuropsikologikal 1 =demensia ringan
2=tidak ada gangguan
BMI 0=<19 3
1=19 - <21
2=21-<23
3=>23
Hasil 12
12-14 : status nutrisi normal
8-11 : risiko malnutrisi
0-7 : malnutrisi

12
Analisis Gizi
Analisis Gizi
• BB ideal = 90% x (155-100)x 1 kg = 49,5 kg
• IMT = 55 : 1,552 = 22,9 (Normoweight)
• Kebutuhan kalori basal = 25 kal x 49,5 kg = 1237 kal
• Kebutuhan aktivitas (+10%) = 10% x 1237 = 123 kal
• Kebutuhan usia (-20%) = 20% x 1237 = 247 kal
Total kebutuhan kalori/hari = 1237+ 123– 247 = 1113 kal
Distribusi makanan
• Karbohidrat 60% = 60% x 1782 = 1069,2 kal= 267,3 ≈ 267,3 gr
(1069,2 kal : 4gr/kal karbohidrat)
• Protein 20% =20% x 1782= 356,4 kal = 89,1 ≈ 89 gr (356,4 kal: 4
gr/kal protein)
• Lemak 20%= 20% x 1782= 356,4 kal= 39,6 ≈ 40 gr (356,4 kal:
9gr/kal lemak)

D. Resume
Pasien wanita usia 62 tahun datang dengan keluhan nyeri lutut kanan bagian
dalam yang makin berat sejak 1 tahun yang lalu. Skala nyeri yang dirasakan VAS
3-4. Nyeri tidak mengganggu aktivitas sehari-hari namun pasien merasa tidak
nyaman. Nyeri dirasakan terus-menerus, nyeri terutama dirasakan saat beraktivitas
dan pada saat perubahan posisi. Nyeri memberat setelah beraktivitas dan berkurang
setelah istirahat. Terdapat kaku sendi lutut pada pagi hari selama 5-10 menit.
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 8 tahaun yang lalu dan rutin minum obat
antihipertensi yaitu captopril dua kali sehari. Pasien sudah menopause sejak usia 48
tahun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan IMT pasien 27,1kg/m2 yang artinya
overweight, tekanan darah pasien didapatkan 130/80 mmHg, dan status lokalis genu
dextra didapatkan nyeri tekan pada medial genu dextra dan terdapat nyeri pada saat
digerakkan.

13
E. Daftar Masalah
1. Osteoarthritis Genu Dextra
2. Hipertensi esensial terkontrol
3. Gangguan Kognitif Ringan
4. Ketergantungan Ringan

F. Diagnosis
 Diagnosis Medik
1. Osteoarthritis Genu Dextra
2. Hipertensi esensial terkontrol
 Diagnosis Fungsional
1. Impairment : Sel-sel neuron, sendi genu, vaskuler
2. Dissability : Gangguan muskuloskeletal, gangguan kardiovaskular
3. Handicap : tidak ada
 Sindrom Geriatri
1. Risiko Instabilitas
2. Intelectual Impairment

G. Anjuran Pemeriksaan
 Foto polos genu destra AP & Lateral
 Laboratorium: asam urat darah

H. Tatalaksana
 Non Medikamentosa
1. Edukasi pasien mengenai penyakit yang dialami
2. Edukasi faktor risiko jatuh pada pasien
3. Edukasi untuk menurunkan berat badan dengan target BMI
normoweight
4. Terapi fisik meliputi latihan penguatan otot-otot quadriceps femoris,
contohnya jalan di air dengan kedalaman setinggi perut
 Medikamentosa
1. Ibuprofen 2 x 200 mg sehari, diminum setelah makan
2. Captopril 2 x 25 mg sehari

14
I. Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad Functionam : Dubia ad malam
Ad Sanationam : Dubia ad malam

15
BAB II

PENGKAJIAN MASALAH

1. Osteoarthritis Genu Dextra


 Anamnesis
Pasien wanita usia 62 tahun datang dengan keluhan nyeri lutut kanan bagian
dalam yang makin berat sejak 1 tahun yang lalu. Skala nyeri yang dirasakan
VAS 3-4. Nyeri tidak mengganggu aktivitas sehari-hari namun pasien
merasa tidak nyaman. Nyeri dirasakan terus-menerus, nyeri terutama
dirasakan saat beraktivitas dan pada saat perubahan posisi. Nyeri memberat
setelah beraktivitas dan berkurang setelah istirahat. Terdapat kaku sendi
lutut pada pagi hari selama 5-10 menit.
 Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis Genu

Look : edema (-/-), hiperemis (-/-), deformitas (-/-), skar (-/-),


Feel : teraba hangat (+/-), nyeri tekan (+/-),krepitasi (-/-)
Movement : nyeri gerak(+/-), krepitasi (-/-), keterbatasan gerak (-/-)
Bulge test : (-/-)
Baloon test : (-/-)
 Anjuran Pemeriksaan
Foto polos genu destra AP & Lateral
Laboratorium: asam urat darah
 Tatalaksana
Non Medikamentosa
1. Edukasi pasien mengenai penyakit yang dialami
2. Edukasi faktor risiko jatuh pada pasien
3. Edukasi untuk menurunkan berat badan dengan target BMI
normoweight
4. Terapi fisik meliputi latihan penguatan otot-otot quadriceps femoris,
contohnya jalan di air dengan kedalaman setinggi perut
Medikamentosa
Ibuprofen 2 x 200 mg sehari, diminum setelah makan

16
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Genu

Sendi lutut tersusun dari pertemuan empat tulang yaitu os femur, os patella,
os tibia dan os fibula. Selain itu, sendi lutut mempunyai beberapa sendi yang
terbentuk dari tulang yang berhubungan, yaitu antar tulang femur dan patella
disebut articulatio patella femoral, antara tulang tibia dengan tulang femur disebut
articulatio tibio femoral dan antara tulang tibia dengan tulang fibula proksimal
disebut articulatio tibio fibular proksimal. Persendian pada sendi lutut termasuk
dalam jenis sendi synovial. Permukaan tulang pada synovial joint ini ditutupi oleh
lapisan kartilago hialin sebagai bantalan pada persambungan tulang. Pada daerah
ini terdapat rongga yang dikelilingi oleh kapsul sendi. Kapsul sendi terdiri dari 2
lapisan yaitu Kapsula Fibrosa yang terdiri dari jaringan ikat dan membrane
synovial. Membran ini menghasilkan cairan synovial yang mengandung
hyaluronic acid untuk melumaskan permukaan sendi sehingga mudah digerakkan.

Gambar 3.1 Anatomi Sendi Lutut

17
3.2 Osteoarthritis
A. Definisi
Osteoarthritis (OA, dikenal juga sebagai arthritis degeneratif, penyakit
degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai sendi-
sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa kerusakan
kartilago sendi, dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi yang kompleks,
terdiri dari proses perbaikan pada kartilago, tulang dan sinovium diikuti komponen
sekunder proses inflamasi.1,2

B. Epidemiologi

Sebanyak 4% populasi dunia menderita osteoartritis, dengan 83% kasus


osteoartritis merupakan osteoartritis lutut, sehingga OA lutut merupakan jenis OA
terbanyak.1,2 Prevalensi OA meningkat pada usia 40 – 60 tahun, bertambah secara
linear dengan bertambahnya usia.2 Di negara maju, OA menyebabkan beban
pembiayaan kesehatan yang besar dibandingkan penyakit muskuloskeletal lainnya;
namun kerugian terbesar adalah kualitas hidup, kesehatan mental, dan psikologis
pasien.2,4
Menurut AAOS (American Academy of Orthopaedic Surgeons), insidens
osteoartritis lutut di Amerika Serikat diperkirakan mencapai 240 orang per 100.000
tiap tahunnya.4 Sepanjang tahun 2009, lebih dari sebelas juta kunjungan rawat jalan
merupakan kasus osteoartritis. Diperkirakan pada tahun 2010, hampir sepuluh juta
orang dewasa mengalami gejala osteoartritis lutut.4

C. Faktor Risiko
1. Individu
a. Umur dan gender
 Umur merupakan faktor risiko paling kuat.

Mekanismenya masih belum jelas, namun sangat berkaitan dengan proses


biologis pada sendi; proses penuaan akan menurunkan jumlah kondrosit di
kartilago sendi dan akan berkorelasi langsung dengan derajat kerusakan

kartilago.5 Prevalensi pada wanita lebih besar daripada pria; tingkat


keparahan OA juga lebih besar pada wanita. Penelitian menunjukkan
bahwa hormon berperan dalam mekanisme terjadinya OA.

18
b. Obesitas
 Seseorang dengan obesitas berisiko 2,96 kali lebih tinggi

terkena OA daripada orang dengan indeks massa tubuh normal; sedangkan


overweight memiliki risiko 2 kali lebih tinggi terkena OA. Obesitas
meningkatkan risiko OA dengan beberapa mekanisme, di antaranya
meningkatkan beban sendi terutama pada weight- bearing joint, mengubah
faktor perilaku seperti menurunnya aktivitas fisik yang akhirnya
menghilangkan kemampuan dan kekuatan protektif otot sekitar sendi.
Pada OA lutut, obesitas menyebabkan kelemahan otot–otot di sekitar sendi

lutut dan meningkatkan kasus artroplasti.
 Pada pasien obesitas, jaringan

lemak dapat juga ditemukan di belakang patella di area sendi lutut, biasa
disebut infrapatellar fat pad, jaringan lemak ini dapat menghasilkan
adipokin, yaitu sitokin yang dihasilkan sel lemak, seperti leptin,
adiponektin, resistin, dan visfatin. Adipokin ini dapat mengalami
5
disregulasi yang dapat mensekresikan faktor–faktor proinflamasi.
5
c. Genetik
 Faktor genetik sangat mempengaruhi terjadinya OA pada lutut.
8
Selain itu, juga mempengaruhi sensitivitas terhadap nyeri OA.

2. Sendi

a. Aktivitas fisik
 Gerakan sendi berulang dapat menjadi predisposisi OA;

namun gerakan sendi lutut dan otot di sekitar lutut yang tepat dapat

memperkuat dan menstabilkan sendi, sehingga mengurangi risiko OA.5


OA lutut bisa juga berkaitan dengan riwayat cedera. Cedera yang
meningkatkan risiko OA lutut adalah robeknya meniskus atau cedera
5
ligament cruciate anterior.
b. Kekuatan Otot
Kelemahan dan atrofi otot dapat disebabkan karena berkurangnya aktivitas
sendi akibat rasa nyeri OA. Pada beberapa studi yang mempelajari tentang
3,9
hubungan kekuatan otot dan sendi lutut, kelemahan otot quadriceps
3
meningkatkan risiko terjadinya OA lutut. Quadriceps merupakan
kelompok otot terbesar yang melewati sendi lutut dan berpotensi besar

19
menyerap energi dan tekanan pada sendi lutut. Otot ini berperan penting
dalam proses berjalan, berdiri, dan menaiki tangga. Penderita OA lutut
akan mengurangi gerakan pada lutut untuk mengurangi rasa nyeri,
3
menyebabkan otot- otot quadriceps mengalami kelemahan dan atrofi.
c. Keselarasan Lutut
Lutut yang tidak selaras akan menyebabkan kelainan gait dan berisiko OA
lutut di masa mendatang. Bentuk varus pada lutut dapat menyebabkan
kerusakan kartilago sendi dan berujung pada penyempitan celah sendi jika
5
tidak ditangani dengan tepat.

D. Patofisiologi

Gangguan cairan sinovial, tulang, dan kartilago merupakan pencetus OA.2


Seperti halnya pada kasus OA lain, kerusakan paling parah pada kasus OA lutut
terjadi pada kartilago. Kerusakan ini terjadi akibat adanya proses biologis yang
teraktivasi karena proses inflamasi.2
Pada OA lutut, kondrosit dan sel sinovial menghasilkan sitokin inflamasi,
seperti IL-8 dan TNF-α, yang menurunkan sintesis kolagen dan meningkatkan
mediator katabolik dan zat inflamatori seperti metalloproteases, IL-8, IL-6,
prostaglandin E2 (PGE2), dan nitric oxide (NO).5 Peningkatan mediator katabolik
mendorong terjadinya apoptosis kondrosit.2
Sinovial juga mengalami gangguan seperti halnya kartilago; ditandai
dengan penebalan dan efusi pada sinovium pada fase awal OA lutut. Pada
artroskopi ditemukan kelainan sinovia pada lebih dari 50% penderita OA lutut,
sebagian besar tidak disertai manifestasi klinis sinovitis.2 Peradangan sinovial
biasanya ditemukan di sekitar kerusakan tulang dan kartilago.2

Gambar 3.2 Perubahan Sendi pada Osteoarthritis Lutut5

20
E. Diagnosis
Pada OA lutut dan OA lain, pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri
sendi. Dokter wajib menyingkirkan diagnosis lain dengan gejala serupa seperti
gouty arthritis, septic arthritis, rheumatoid arthritis, dan Paget disease.
Diagnosis OA lutut dapat ditegakkan dengan temuan klinis saja atau dengan
kombinasi temuan klinis dan radiologi. Menurut The European League Against
Rheumatism, diagnosis OA memerlukan tiga gejala dan tiga tanda. Tiga gejala
terdiri dari nyeri persisten, kekakuan sendi di pagi hari, dan menurunnya fungsi
sendi, sedangkan tiga tanda adalah krepitasi, range of motion berkurang, dan
pembesaran tulang. Makin banyak gejala dan tanda, makin besar kemungkinan OA.
Jika semua tanda dan gejala terpenuhi, kemungkinan menemukan OA pada
7
radiografi adalah 99%.
Kriteria diagnosis yang dikembangkan oleh American College of
Rheumatology antara lain: Klinis: Nyeri lutut hampir tiap hari pada bulan
sebelumnya, ditambah minimal 3 dari berikut ini: 1) Krepitasi pada gerakan sendi
aktif, 2) Kaku di pagi hari dengan durasi kurang dari 30 menit, 3) Usia >50 tahun,
4) Pembesaran tulang lutut saat pemeriksaan, 5) Nyeri tekan pada lutut saat
pemeriksaan, dan 6) Tidak teraba hangat

Klinis ditambah radiografi: Nyeri lutut hampir tiap hari pada bulan
sebelumnya, ditambah bukti radiografi adanya osteofit pada tepi sendi ditambah 1
gejala berikut ini: krepitasi pada gerakan aktif, kaku di pagi hari dengan durasi
kurang dari 30 menit, dan usia > 50 tahun

Klinis ditambah laboratorium: Nyeri lutut hampir tiap hari pada bulan
sebelumnya, ditambah minimal 5 hal berikut ini: krepitasi pada gerakan aktif, kaku
di pagi hari dengan durasi kurang dari 30 menit, usia >50 tahun, nyeri tekan tulang
saat pemeriksaan, pembesaran tulang, tidak teraba hangat, LED <40 mm/jam,
Rheumatoid factor < 1:40, dan cairan sinovial sesuai tanda OA.

21
Berdasarkan gambaran radiologi, OA lutut dapat diklasifikasikan dalam
1,10
lima grade menurut Kellgren – Lawrence, yaitu: 


1. Grade 0 : tidak ditemukan penyempitan ruang sendi atau perubahan


reaktif
2. Grade 1 : penyempitan ruang sendi meragukan dengan kemungkinan
bentukan osteofit
3. Grade 2 : osteofit jelas, kemungkinan penyempitan ruang sendi
4. Grade 3 : osteofit sedang, penyempitan ruang sendi jelas, nampak
sklerosis, kemungkinan deformitas pada ujung tulang
5. Grade 4 : osteofit besar, penyempitan ruang sendi jelas, sklerosis berat,
nampak deformitas ujung tulang

Gambar 3.2 Gambaran Radiologi Osteoarthritis Genu

F. Diagnosis Banding
1. Gout arthritis
Pada arthritis gout biasanya bersifat poli-artritis kronik disertai dengan
benjolan berupa tofus dan pada pemeriksaan radiologis terlihat adanya
destruksi tulang peri- artikuler.
2. Bursitis
3. Artritis rheumatoid
Pada arthritis rheumatoid kelainan terutama pada bagian distal
interfalangeal dan metakarpofalangeal.
4. Nekrosis avaskuler

22
Baik yang bersifat idiopatik ataupun sekunder oleh karena sebab lain misalnya
pasca trauma atau obat-obatan.
5. Artritis psoriatic
Mengenai bagian distal jari tangan berupa arthritis erosif yang
menyababkan destruksi tanpa adanya osteofit.

G. Tatalaksana

Terapi utama adalah mengelola gejala, mengurangi nyeri dan disabilitas,


meningkatkan fungsi sendi dan kestabilan sendi.4,11 Pilihan terapi terdiri dari terapi
farmakologi dan non-farmakologi yang dapat dikombinasi.

Pada OA dengan Kellgren – Lawrence grade 1- 3, terapi dapat dilakukan


dengan metode non-farmakologi tanpa pembedahan; pada OA dengan Kellgren –
Lawrence grade 4 dapat dilakukan terapi nonfarmakologi dengan pembedahan.7

Alur tatalaksana dapat sesuai dengan algoritma menurut American Academy of


Family Physician (AAFP).12

23
Gambar 3.3 Algoritma untuk tatalaksana osteoartritis pada lutut menurut
12
American Academy of Family Physician

Sebelum melakukan terapi, edukasi penting pada pasien OA. Dengan


edukasi, pasien mengetahui tujuan terapi OA dan pentingnya perubahan gaya
hidup, latihan, dan pengurangan berat badan yang akan mempengaruhi perjalanan
2,12
penyakit. Setelah beberapa sesi latihan fisik dan penguatan otot, pasien akan
dievaluasi skala nyerinya menggunakan skala WOMAC (Western Ontario and
McMaster Universities Osteoarthritis Index). Jika tidak menunjukkan perbaikan,
perlu diberi obat analgesik. Jika nyeri masih tidak berubah signifikan, perlu
beberapa tindakan seperti injeksi intraartikular, pemberian tramadol, dan valgus
brace. Selanjutnya akan dievaluasi lagi dan perlu dipertimbangkan pemberian
opioid lain atau pembedahan jika tidak ada perubahan signifikan rasa nyeri dan
12
fungsi sendi.

1. Tatalaksana Non-farmakologi


a. Latihan fisik dan terapi manual


Latihan dan aktivitas fisik sangat direkomendasikan untuk mengurangi nyeri


dan memperbaiki fungsi sendi. Latihan penguatan otot quadriceps dan
hamstring menjadi pilihan utama karena dapat memperkuat otot-otot di
3
sekitar sendi lutut, sehingga dapat menstabilkan sendi lutut. Latihan fisik
dapat berupa latihan aerobik dan bisa dilakukan di air (water based exercise)
dan di darat (land based exercise). Latihan di darat dapat berupa bersepeda
dan berjalan. Sedangkan untuk di air bisa berupa berenang dan berjalan di
dalam air. Latihan di air biasa digunakan pada pasien OA yang sulit
13
melakukan latihan di darat.
b. Penurunan berat badan
2
Pasien dengan indeks massa tubuh lebih dari 25 kg/m harus didorong untuk
menurunkan berat badannya. Hal ini dilakukan dengan membatasi diet tinggi
7,12
kalori yang dikombinasikan dengan latihan fisik.

c. Braces dan orthosis


24
Dapat digunakan untuk memperbaiki gait dan membantu meringankan beban
lutut sehingga mengurangi nyeri. Namun brace dan orthosis tidak dapat
7
menggantikan fungsi latihan fisik. Jenis yang sering digunakan adalah
valgus brace dan lateral wedge insoles. Penggunaan valgus knee brace dan
lateral wedge insoles sama-sama dapat mengurangi nyeri dan memperbaiki
gambaran radiologis pada pasien OA, di mana valgus knee brace hasilnya
lebih baik. Pada 2013, AAOS tidak lagi menyarankan penggunaan lateral
wedge insoles dengan kekuatan rekomendasi moderate, sedangkan
14
rekomendasi penggunaan valgus brace bersifat inconclusive.
d. Elektroterapi

Modalitas eletroterapi meliputi TENS (transcutaneous electrical nerve


stimulation) dan neuromuscular electrical stimulation (NEMS). Pada OA
lutut, modalitas ini dapat menstimulasi otot quadriceps, sehingga meredakan
7 15
nyeri dan memperkuat otot tersebut. Chen, et al, menunjukkan TENS lebih
superior dibandingkan injeksi hyaluronic acid. Namun, pada penelitian
16
Imoto, et al, terhadap 100 pasien terapi latihan saja dibandingkan terapi
latihan dan NMES, hasilnyatidakberbedasignifikanpadaderajat nyeri dan
16
fungsi fisik. Pada rekomendasi AAOS, elektroterapi direkomendasikan
dengan kekuatan rekomendasi inconclusive. Hal ini karena modalitas
4
elektroterapi tidak memberikan hasil yang konsisten.

e. Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dipertimbangkan jika pasien tidak membaik
dengan tatalaksana konservatif dan modalitas nonfarmakologi. Pertimbangan
kualitas hidup pasien yang makin menurun juga dapat menjadi indikasi.
Pilihan operasi pada OA lutut meliputi artroskopi, perbaikan kartilago, dan
7
artroplasti.

2. Tatalaksana Farmakologi

Mengurangi rasa nyeri sangat penting dalam penanganan OA. Obat

25
analgesik berbagai jenis seperti obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS), opiat, dan
analgesik lain non-opiat. OAINS menghambat biosintesis prostaglandin yang
terbentuk saat proses radang. Biosintesis prostaglandin dibantu oleh enzim
siklooksigenase, yaitu siklooksigenase-I (COX-1) dan siklooksigenase-II (COX-
II). Dosis terapeutik OAINS mengurangi biosintesis prostaglandin dengan
menghambat kerja enzim siklooksigenase. Terapi OAINS terdiri dari penghambat
COX nonspesifik dan penghambat COX-II spesifik. Contoh penghambat COX
nonspesifik adalah ibuprofen, diklofenak, meloxicam, dan aspirin, serta
10
penghambat COX-II selektif contohnya celecoxib.

Analgesik lain bukan turunan opiat dan sering digunakan adalah


acetaminophen/ paracetamol. Obat ini efektif meredakan nyeri OA lutut tetapi
10
masih kurang efisien dibandingkan OAINS. Namun, efek sampingnya lebih
10,12
sedikit dibandingkan OAINS.

Opiat merupakan turunan opium yang memiliki kemampuan analgesik


dengan menghambat langsung transmisi nosiseptif. Opiat efektif meredakan nyeri
OA lutut, namun tidak ada perbedaan signifikan antara efikasi opiat- parasetamol
dan OAINS. Kombinasi OAINS dengan opiat- parasetamol terbukti efektif jika
terapi tunggal OAINS tidak berhasil. Jika pasien menunjukkan respons positif,
terapi kombinasi opiat – parasetamol dan OAINS dapat digunakan untuk
4,10,18
mempertahankan kondisi tanpa nyeri.

AAOS merekomendasikan pemberian OAINS atau tramadol untuk


4,12
osteoartritis lutut dengan kekuatan rekomendasi strong. Sedangkan untuk
4
parasetamol dan opioid, rekomendasinya inconclusive.

Selain ketiga golongan analgesik di atas, terdapat golongan nutraceutical,


yang merujuk pada makanan atau suplemen makanan yang memiliki keuntungan
kesehatan. Contoh untuk OA yang paling sering adalah glucosamine dan
8,10
chondroitin. Namun pada tahun 2013, AAOS mengeluarkan rekomendasi agar
tidak menggunakan glucosamine dan chondroitin karena suplementasi obat

26
12
tersebut tidak memiliki efek signifikan dibandingkan plasebo.

a. Injeksi Intraartikular

Injeksi intraartikular dibagi dalam tiga jenis, yaitu:


1.) Viskosuplementasi dengan hyaluronic acid

(HA)
 HA adalah glikosaminoglikan alami dan merupakan komponen cairan

sinovial dan matriks kartilago. Cairan sinovial dengan HA normal berfungsi


pelumas dan peredam kejut (shock absorber). Injeksi HA diperkirakan bisa
mengembalikan viskoelastisitas cairan sendi lutut, sehingga dapat memperbaiki
fungsi sendi lutut yang terkena OA. Selain itu, HA juga dipercaya dapat
mengurangi keradangan sinovial, melindungi erosi kartilago, dan meningkatkan
19
produksi HA. 
 AAOS pada tahun 2013 tidak merekomendasikan penggunaan

viskosuplementasi pada kondisi OA simptomatik. Dari penelitian yang dilakukan


didapatkan bahwa penggunaan injeksi HA dengan berat molekul tinggi
memberikan perbaikan signifikan, tetapi jika dibandingkan dengan berat molekul
4
rendah-sedang hasilnya tidak signifikan. Pemberian viskosuplemen ini juga paling
efektif jika diberikan pada OA tahap awal (mild-moderate). Pasien merasakan
20
perbaikan gejala pada viskosuplementasi.

2.) Kortikosteroid intra-artikular


Terapi ini sudah lama digunakan sebagai salah satu pilihan untuk meredakan nyeri
19
dan memperbaiki fungsi sendi dalam jangka pendek. AAOS memberikan
rekomendasi inkonklusif untuk terapi ini, artinya masih kurang bukti jelas yang
4
menyebabkan keraguan antara keuntungan dan kerugiannya.

3.) Platelet-rich plasma
 Injeksi platelet-rich plasma (PRP) sering disebut

sebagai injeksi regeneratif. Konsentrat platelet diaktivasi dengan penambahan


kalsium klorida dan menghasilkan pembentukan gel platelet dan mengeluarkan

27
growth factors (GF) dan molekul bioaktif. Dengan demikian, platelet secara aktif
berpartisipasi dalam proses penyembuhan dengan memberikan spektrum GF yang
luas ke lokasi cedera dan merangsang kondrogenesis, bone remodelling, proliferasi,
19,22
angiogenesis, dan antiinflamasi. AAOS pada tahun 2013 memberikan
4,12
rekomendasi inconclusive untuk PRP dan/atau GF karena kurangnya bukti.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kohn MD, Sassoon AA, Fernando ND. Classification in brief: Kellgren-Lawrence


classification of osteoarthritis. Clin Orthop Relat Res. 2016;474:1886-93. 

2. Rezende M, Campos G, Pailo A. Current concepts in osteoarthritis. Acta Ortoped
Brasil. 2013;21(2):120-2. 

3. Al-Johani AH, Kachanathu SJ, Hafez AR, Al-Ahaideb A, Algarni AD, Alroumi
AM, et al. Comparative study of hamstring an quadriceps strengthening treatments
in the management of knee osteoarthritis. J Phys Ther Sci. 2014;26:817-20. 

4. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Treatment of osteoarthritis of the
knee: Evidence-based guideline, 2nd edition. J Am Acad Orthop Surg.
2013;21(9):577- 9. 

5. Musumeci G, Aiello FC, Szychlinska MA, Rosa MD, Castrogiovanni P, Mobasheri
A. Osteoarthritis in the XXIst century: Risk factors and behaviours that influence
disease onset and progression. Intenat J Mol Sci. 2015;16:6093-112 

6. Neogi T, Zhang Y. Epidemiology of OA. Rheum Dis Clin North Am.
2013;39(1):1–19. doi:10.1016/j.rdc.2012.10.004 

7. Lespasio MJ, Piuzzi NS, Husni ME, Muschler GF, Guarino AJ, Mont MA, et al.
Knee osteoarthritis: A primer. Perm J. 2017;21:16-183. 

8. Osteoarthritis: Care and management in adults. National Clinical Guideline Centre;
2014. 

9. Alnahdi AH, Zeni JA, Mackler LS. Muscle impairments in patients with knee
osteoarthritis. Sports Health. 2012;4(4):284-92. 

10. Vaishya R, Pariyo GB, Agarwal AK, Vijay V. Non-operative management of
osteoarthritis of the knee joint. J Clin Orthopaed Trauma. 2016;7:170-6. 

11. AnwerS,AlghadirA.Effectofisometricquadricepsexerciseonmusclestrength,pain,
andfunctioninpatientswithkneeosteoarthritis:Arandomizedcontrolled study. J Phys
Ther Sci. 2014;26:745-8. 

12. Jones B, Covey C, Sineath MJ. Nonsurgical management of knee pain in adults.

28
Am Fam Physician 2015;92(10):875-83. 

13. Rahmann AE. Exercise for people with hip or knee osteoarthritis: A comparison
of land-based and aquatic interventions. Open Access J Sport Med. 2010;1:123-35.

14. Sattari S, Ashraf A. Comparison the effect of 3 point valgus stress knee support
and lateral wedge insoles in medial compartment knee osteoarthritis. Iran Red
Crescent Med J. 2011;13(9):624-8. 

15. ChenW,HsuW,LinY,HsiehLF.Comparisonofintra-
articularhyaluronicacidinjectionwithtranscutaneouselectiricnervestimulationforthe
managementofknee 
 osteoarthritis: A randomized controlled trial. Arch Phys
Med Rehabil. Arch Phys Med Rehabil. 2013;94(8):1482-9.
16. ImotoA,PeccinS,daSilvaK,TeixeriaL,AbrahaoM,TrevisaniV.Effectsofneuromus
cularelectricalstimulationcombinedwithexerciseversusanexerciseprogram on the
pain and the function in patients with knee osteoarthritis: A randomized controlled
trial. Biomed Res Int. 2013;2013:272018. 

17. Verkleij S, Luijsterburg P, Willemsen S, Koes B, Bohnen A, Bierma-Zeinstra S.
Effectiveness of diclofenac versus paracetamol in knee osteoarthritis: A
randomised controlled trial in primary care. Br J Gen Pract. 2015;65(637):530-7.

18. ParkK,ChoiJ,KimW,MinJ,ParkS,ChoC.Theefficacyoftramadol/acetaminophenc
ombinationtablets(Ultracet(R))asadd-onandmaintenancetherapyinknee
osteoarthrits pain inadequately controlled by non steroidal anti inflammatory drug
(NSAID). Clin Rheumatol. 2012;31(2):317-23. 

19. AyhanE,KesmezacarH,AkgunI.Intraarticularinjections(corticosteroid,hyaluroni
cacid,plateletrichplasma)forthekneeosteoarthritis.WordJOrthop.2014;5(3):351- 61.

20. Orthoinfo. Viscosupplementation treatment for knee arthritis [Internet]. 2015
[cited 2018 May 18]. Available from: https://orthoinfo.aaos.org/en/treatment/
viscosupplementation-treatment-for-knee-arthritis/ 

21. ChaoJ,WuC,SunB,HoseM,QuanA,HughesT,etal.Inflammatorycharacteristicson
ultrasoundpredictpoorerlongtermresponsetointraarticularcorticosteroid injections
in knee osteoarthritis. J Rheumatol. 2010;37(3):650-5. 

22. Vora A, Borg-Stein J, Nguyen R. Regenerative injection therapy for
osteoarthritis: Fundamental concepts and evidence-based review. PMR. 2012;4(5
Suppl):104-9. 

23. SanchezM,FizN,AzofraJ,UsabiagaJ,RecaldeE.Arandomizedclinicaltrialevaluati

29
ngplasmarichingrowthfactors(PRGF-Endoret)versushyaluronicacidinshort- term
treatment of symptomatic knee osteoarthritis. Arthroscopy 2012;28(8):1070-8. 


30

Anda mungkin juga menyukai