Disusun Oleh:
Anggi Setyawan, S.Ked(J510155067)
Pembimbing :
dr. Adhi Kurniawan, SpKFR
REFERAT
(J510155089)
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing
dr. Adhi Kurniawan, Sp. KFR
( ..........................................)
Dipresentasikan dihadapan
dr. Adhi Kurniawan, Sp. KFR
( ..........................................)
( ...........................................)
BAB I
PENDAHULUAN
Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif yang umumnya terjadi pada
dewasa madya dan lansia dengan gangguan pada sendi, yang bersifat kronik,
progresif lambat, tidak meradang dan ditandai dengan deteriosasi dan abrasi
rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.
Osteoarthritis ditandai dengan adanya kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin
sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan
osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan,
dan melemahnya otot-otot yang menghubungkan sendi.1
Osteoartritis
manusia dan dianggap sebagai penyebab disabilitas pada orang tua. Osteoartritis
biasanya berkaitan dengan pertambahan usia dan umumnya mengenai lutut, sendisendi di tangan, pinggul dan tulang belakang. Osteoartritis lutut merupakan jenis
penyakit sendi terbanyak dijumpai di seluruh dunia dan penyebab nyeri serta
kecacatan pada usia lanjut dibandingkan dengan panyakit lain. WHO
memperkirakan bahwa 10% penduduk dunia yang berusia 60 tahun atau lebih
mempunyai masalah osteoartritis. Osteoartritis lutut lebih banyak pada wanita
setelah usia 50 tahun.2,3
Penderita osteoartritis lutut biasanya datang dengan keluhan sakit sendi
yang hilang-hilang timbul yang sudah menahun pada lututnya. Pada tahap awal,
nyeri sendi timbul bila selesai latihan fisik yang berat dan kemudian hilang setelah
istirahat. Keluhan kemudian berlanjut menjadi kekakuan sendi sewaktu bangun
pagi yang hilang dalam waktu 15-30 menit dan makin berkurang setelah
digerakkan. Jika proses ini terjadi secara berlebihan maka akan timbul nyeri yang
hebat dan penderita mengalami gangguan aktifitas.4
Penyakit radang sendi ini mulai dikenal sejak abad ke-19, dan pada saat itu
dipandang sebagai akibat dari suatu proses aus karena dipakai selama hidup.
Menjelang abad ke-20, penyakit kelainan sendi adalah penyebab utama gangguan
muskuloskeletal di seluruh dunia, dan dianggap sebagai kecacatan yang kedua di
Amerika Serikat setelah penyakit jantung rematik.5
Berikut ini akan dibahas suatu tinjauan pustaka dan laporan kasus tentang
rehabilitas medik pada osteoartritis genu bilateral.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Osteoartritis berasal dari kata Yunani, yaitu osteo yang berarti tulang, arthro
yaitu sendi dan itis berarti radang atau inflamasi. Osteoartritis (OA) adalah suatu
kelainan sendi kronis (jangka lama) dimana terjadi proses pelemahan dan
disintegrasi dari tulang rawan sendi yang disertai dengan pertumbuhan tulang dan
tulang rawan baru pada sendi. Kelainan ini merupakan suatu proses degeneratif
pada sendi yang dapat mengenai satu atau lebih sendi. Setiap sendi memiliki
resiko untuk terserang OA. Daerah yang paling sering terserang OA adalah lutut,
panggul, vertebra dan pergelangan kaki.5
2.2. Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling
umum di dunia. Satu dari tiga orang dewasa memiliki tanda-tanda radiologis
terhadap osteoartritis. OA pada lutut merupakan tipe OA yang paling sering
dijumpai. Penelitian epidemiologi menemukan bahwa kelompok umur 60-64
tahun sebanyak 22%. Pada pria dengan kelompok umur yang sama, dijumpai 23%
menderita OA pada lutut kanan, sementara 16,3% sisanya didapati menderita OA
pada lutut kiri. Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi merata, dengan
insiden OA pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak
24,7%.6
Data di Indonesia didapatkan dari Malang dimana prevalensinya sekitar 1013,5%. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta menunjukkan 43,8%
(1991-1994) 35% (2000) merupakan penderita dengan osteoartritis. Prevalensi
osteoartritis secara jelas meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Usia, jenis
kelamin, pekerjaan, kegemaran, ras, dan hereditas seluruhnya bisa berperan dalam
manifestasi klinis osteoartritis.2,7
2.3. Etiologi
Sampai saat belum diketahui dengan pasti penyebab dari osteoartritis, tetapi
ada beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit osteoartritis.6,8
2.3.1.
Usia
Faktor resiko yang paling utama pada penyakit osteartritis adalah usia,
biasanya mengenai usia dewasa madya hingga lansia, tetapi sering pada usia lebih
dari 50 tahun. Prevalensi dan beratnya osteoartritis akan meningkat sesuai dengan
pertumbuhan umur, namun osteoartritis bukan terjadi akibat pertumbuhan usia
saja, melainkan juga dapat terjadi akibat perubahan pada tulang rawan sendi.
2.3.2.
Jenis Kelamin
Prevalensi osteoartritis lebih meningkat pada jenis kelamin wanita
dibanding dengan pria, 3,2% : 3%. Diperkirakan hal ini terjadi akibat perbedaan
bentuk pinggul antara pria dan wanita.
2.3.3.
Faktor Herediter
Faktor herediter juga berpengaruh terhadap kejadian osteoartritis, misalnya
pada seorang ibu dengan osteoartritis pada sendi lutut, maka kemungkinan
anaknya berpeluang 3 kali lebih sering untuk terkena penyakit yang sama.
2.3.4.
Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko osteoartritis yang dapat dimodifikasi.
Selama berjalan, setengah berat badan bertumpu pada sendi lutut oleh karena itu
peningkatan berat badan akan melipat gandakan beban sendi lutut saat berjalan.
2.3.5.
Trauma, Pekerjaan dan Olahraga
Cedera sendi pinggul akan menimbulkan perubahan retikular pada sendi
sehingga berdampak pada kejadian penyakit osteoartritis. Selain itu pekerjaan
yang berat akan menjadi penentu beratnya osteoartritis yang dialami.
2.4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis seperti nyeri pada sendi yang terkena terutama sewaktu
bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan
pada pergerakan sendi, kaku pagi, pembengkakan sendi dan perubahan gaya
berjalan.6,8
Lebih lanjut terdapat pembengkakan sendi dan krepitasi tulang. Tempat
predileksi osteoartritis adalah sendi karpometakarpal I, metatarsofalangeal I,
apofiseal tulang belakang, lutut dan paha. Tanda-tanda peradangan pada sendi
tersebut tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya
sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat dan kemerahan.9
2.5. Patofisiologi
Berdasarkan penyebabnya osteoartritis diklasifikasikan menjadi dua
kelompok, yaitu osteoartritis primer dan osteoartritis sekunder. Osteoartritis
primer disebut idiopatik karena disebabkan oleh faktor genetik yaitu dengan
adanya abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak. Sedangkan osteoartritis
sekunder adalah penyakit yang didasari kelainan endokrin, inflamasi, metabolik,
pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu lama serta faktor
risiko lainnya, seperti obesitas.10
Osteoartritis merupakan gangguan
keseimbangan
dari
metabolisme
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteglikan dan kolagen pada
rawan sendi. Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal mensintesis matriks yang
berkualitas dan tidak mampu memelihara keseimbangan antara degradasi dan
sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I, III, VI dan X yang
berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya perubahan pada diameter dan orientasi dari serat kolagen yang
mengubah biomekanik dari tulang rawan, sehingga tulang rawan sendi kehilangan
sifat kompresibilitasnya.10
Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada patogenesis osteoartritis,
terutama setelah terjadi sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman. Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam
rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan kondrosit.
Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan
terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik rawan sendi.10
Peningkatan enzim-enzim yang merusak matriks tulang rawan sendi
mengakibatkan terjadi kerusakan fokal tilang rawan sendi secara progresif dan
pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan sendi.10
Osteoartritis disebut sebagai penyakit degeneratif
karena
dengan
lutut:
1. Tes McMurray
Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan lesi
meniskus. Pada tes ini penderita berbaring terlentang. Dengan satu tangan
pemeriksa memegang tumit penderita dan tangan lainnya memegang lutut.
Tungkai kemudian ditekuk pada sendi lutut. Tungkai bawah eksorotasi/ endorotasi
dan secara perlahan-lahan diekstensikan. Kalau terdengar bunyi klek atau teraba
sewaktu lutut diluruskan, maka meniskus medial atau bagian posteriornya yang
mungkin terobek.9
10
ujung distal dari tungkai atas, dan tangan yang lain memegang bagian proksimal
dari tulang tibia, kemudian usahakan untuk digerakkan ke arah anterior.
11
Comppresion Test. Lakukan distraksi pada sendi lutut sambil memutar tungkai
bawah keluar dan kedalam dan lakukan fiksasi. Apabila pada distraksi eksorotasi
dan endorotasi itu terdapat nyeri maka hal tersebut disebabkan oleh lesi di
ligamen.9
(A)
(B)
12
(C)
1.
2.
3.
4.
(D)
2.7. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan osteoartritis adalah:12-14
1. Menghilangkan rasa nyeri
13
2. Mengurangi disabilitas
3. Memperbaiki fungsi sendi yang terkena
4. Menghambat progresifitas
Penatalaksanaan OA terdiri dari pengobatan/medikamentosa yang terdiri
dari analgesik dan anti inflamasi (sering digunakan NSAID) dan program
rehabilitasi medik. Program rehabilitasi medik yang sering dilakukan pada OA
dapat berupa:
1. Fisioterapi13-15
a. Terapi panas
Terapi panas superfisial yaitu panas hanya mengenai kutis atau jaringan sub
kutis saja (Hot pack, infra merah, kompres air hangat, paraffin bath)
Sedangkan terapi panas dalam, yaitu panas dapat menembus sampai ke
jaringan yang lebih dalam yang sampai ke otot,tulang, dan sendi (Diatermi
gelombang mikro (MWD), Diatermi gelombang pendek (SWD), Diatermi
gelombang suara ultra(USD). Pada kasus OA digunakan SWD (short wave
diathermi) dan USD (ultra sound diathermi).
Efek panas yang diharapkan adalah :
1) Mengurangi rasa nyeri dengan jalan meningkatkan nilai ambang nyeri
ujung syaraf sensoris. Mekanisme tersebut berdasarkan teori Gate
control dari malzac dan wall : rangsangan pada serabut syaraf
berdiameter besar akan mempengaruhi transmisi nyeri yang disalurkan
oleh saraf berdiameter kecil.
2) Meningkatkan sifat viscoelastik jaringan kolagen sehingga mengurangi
kekakuan sendi sehingga mengurangi kekuatan sendi.
3) Mengurangi spasme otot, memperbaiki sirkulasi/ suplai darah didaerah
nyeri, meningkatkan metabolism didaerah terapi.
Kontraindikasi SWD
1)
2)
3)
4)
14
15
16
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Reni H. Masduchi. Rehabilitasi Nyeri pada Sendi Degeneratif. SMF/Bagian
Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSU dr.Soetomo/FK UNAIR. PKB
Rehabilitasi Medik, Surabaya: 2005.
2. Brandt KD, Doherty M, Lohmander LS. Osteoarthritis. 2 ed. Oxford
University Press. New York: 2003;299-308.
3. Anonymous. The burden of muskuloskletal condition at the start of the new
milenium. WHO: 2003 [cited 2014 May 6]. Available from:
http://whqlibdoc.who.int/trs/WHO_TRS_919.pdf.
4. Yatim F. Penyakit tulang dan persendian (arthritis atau arthralgia). Edisi
pertama. Pustaka Populer Obor. Jakarta: 2006;26-9.
5. Garison SJ. Osteoartritis. Dalam: Wijaya AC, alih bahasa. Dasar-Dasar Terapi
dan Rehabilitasi Fisik. Jakarta : Hipokrates, 1996;70-2.
6. Rosjad C. Kelainan Degeneratif Tulang dan Sendi. Dalam : Pengantar
IlmuBedah Ortopedi. Ujung Pandang : Bintang Lamumpatue; 197-235.
7. Broto R. Manfaat Glukosamin dan Kondroitin Sulfate untuk
terapiOsteoartritis. Dalam: Setyohadi B, Kasjmir YI, editor. Naskah lengkap
TemuIlmiah Reumatologi. Jakarta: 2002.
8. Asviarty, Nuhani SA, Tulaar A, dkk. Osteoartritis. Dalam:
StandarOperasional Prosedur .DEPKES. Jakarta, 2000; 15-18.
9. Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative joint disease. In:
Harrisonsmanual of medicine 15
thed.
Boston:
McGraw-Hill:
2002;748-49.
10. Lumbantoruan SM. Hubungan intensitas nyeri dengan stres pada pasien
osteoartritis di RSUP H. Adam Malik [skripsi]. Medan : 2014;37-8.
11. Pain
exercises.
Knee
Pain
Exercise.
(online).
Available
from:http//Painexercise.net.
12. Erwinanti E. Perbandingan terapi osteoartritis lutut menggunakan SWD
dengan atau tanpa latihan di RSUP Dr. Kariadi Semarang [skripsi]. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang; 2000.
13. Elyas E. Pendekatan Terapi Fisik pada Osteoarthritis. Pertemuan Ilmiah
Tahunan PERDOSRI 2002. Bidang Pendidikan da Latihan Pengurus
BesarPERDOSRI. Jakarta, 2002;53-63.
14. Tulaar ABM. Peran Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik
padaTatalaksana
Osteoarthritis. Semijurnal Farmasi dan Kedokteran
EthicalDigest. Februari 2006;46-54.
18
19