Anda di halaman 1dari 17

i

ANALISIS MASALAH BPJS PADA PELAYANAN POST


HOSPITAL DI RUMAH SAKIT

MAKALAH

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Administrasi Rumah Sakit
Dosen Pengampu : dr. Ngakan Putu Djaja.S, M.Kes

Disusun oleh:
Eka May Salama Putri
NIM.6411417018

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas limpahan rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal skripsi yang berjudul “Analisis Masalah Pada Pelayanan Post Hospital

di Rumah Sakit” dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Administrasi Rumah Sakit.

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai dengan penyelesaian

proposal skripsi ini, dengan rendah hati disampaikan terimakasih kepada yang

terhormat:

1. Dosen pengampu mata kuliah administrasi rumah sakit , Bapak dr. Ngakan

Putu Djaja S, M.Kes atas arahan dalam penyusunan makalah ini.

2. Ibuku tercinta Ibu Listyowati dan keluarga atas doa, perhatian, kasih sayang

dan motivasinya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

3. Teman-teman yang telah berkenan membantu penulis dalam pembuatan

makalah ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat

ganda dari Allah SWT. Disadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, saran, kritik yang membangun sangat diharapakan guna

penyemurnaan karya selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, 30 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 4
2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehtan .......................... 4
2.1.1 Pengertian BPJS ......................................................................................... 4
2.1.2 Kepesertaan BPJS ................................................................................... 5
2.1.3 Pembiayaan BPJS ................................................................................... 6
2.2 Pelayanan kesehatan RS ........................................................................... 7
2.2.1 Pengertian rumah sakit........................................................................... 7
2.2.2 Alur proses pelayanan kesehatan ............................................................ 7
2.3 Pelayanan Rawat inap .............................................................................. 8
2.3.1 Pengertian pelayanan rawat inap ............................................................ 8
2.3.2 Kegiatan pelayanan rawat inap ............................................................... 9
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 10
3.1 Temuan masalah pada pelayanan post hospital ...................................... 10
3.2 Hubungan masalah dengan BPJS ........................................................... 11
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 13
4.1 Simpulan .................................................................................................. 13
4.2 Saran ........................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Permasalahan kesehatan menjadi fokus utama pemerintah dalam

memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat yang tercantum di dalam

Undang-Undang Dasar Pasal 34 ayat 3 yang berbunyi “Negara bertanggung

jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan

umum yang layak”. Kesehatan adalah kebutuhan primer manusia untuk

menjalankan fungsi dan peranannya sehingga mampu memperoleh

kesejahteraan, dan menjadi hak bagi setiap warga Negara. Dalam mendukung

pelaksanaan program peningkatan kesehatan tersebut pemerintah membentuk

suatu badan penyelenggara sistem jaminan sosial nasional yang kemudian

disahkan pada tanggal 29 Oktober 2011 dan dirumuskan kedalam Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Bandan Penyelenggara jaminan Sosial

(BPJS).

BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan)

merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh

pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi

seluruh rakyat Indonesia. BPJS Kesehatan diresmikan pada tanggal 31

Desember 2013 dan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014.

Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan

masyarakat melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan

perorangan. Dalam mengatur mekanisme penyelenggaraan kementrian

kesehatan mengeluarkan Permenkes No.71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan


Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional dan Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program

Jaminan Kesehatan Nasional.

Dengan dikeluarkannya peraturan ini, seluruh faskes mulai dari Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) hingga Fasilitas Kesehatan Rujukan

Tingkat Lanjutan (FKRTL), memiliki acuan atau pedoman yang jelas dalam

menyelenggarakan Pelayanan BPJS Kesehatan. Namun, dalam

pelaksanaannya terjadi banyak permasalahan baik dalam sistem pendaftaran,

perawatan, dan pembayaran. Masyarakat memiliki anggapan bahwa

melakukan pemeriksaan atau menggunkaan pelayanan fasilitas kesehatan akan

menjadi lama atau terhambat jika menggunakan BPJS. Dalam makalah ini

akan dibahas mengenai permasalahan pelayanan rumah sakit terhadap

penggunaan BPJS kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan BPJS?

2. Siapa saja yang menjadi peserta BPJS?

3. Bagaimana pembiayaan BPJS?

4. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit?

5. apa saja alur proses pelayanan di rumah sakit?

6. Bagaimana hubungan antara masalah BPJS degan pelayanan post

hospital?

2
1.3 Tujuan

2 Mengetahui pnegertian BPJS.

3 Mengetahui Siapa saja yang menjadi peserta BPJS.

4 Mengetahui Bagaimana pembiayaan BPJS.

5 Mengetahui pengertian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit.

6 Mengetahui proses pelayanan di rumah sakit.

7 Mnegetahui hubungan antara masalah BPJS degan pelayanan post

hospital.

3
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehtan

BPJS merupakan lembaga baru yang dibentuk untuk menyelenggarakan

program jaminan sosial di Indonesia yang bersifat nirlaba berdasarkan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN. Berdasarkan Undang-

undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan menggantikan sejumlah lembaga

jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan

kesehatan PT.Askes dan lembaga jaminan sosial ketenagakerjaan PT

Jamsostek (Cahuur Usman, 2016).

2.1.1 Pengertian BPJS

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik

yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri

dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan (Azzam,2010). Menurut

Undang-undang RI Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyeleggara Jminan

Sosial, BPJS adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya

disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan

program jaminan sosial.

Dalam pengoperasian BPJS dilandasi dengan Undang-undang Nomor 24

Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Pasal

5 ayat (1) dan Pasal 52.


2.1.2 Kepesertaan BPJS

Program Jaminan Kesehatan Nasional telah direncanakan menjadi

program universal coverage, dimana seluruh warga negara wajib terdaftar dalam

kepesertaan JKN yang dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah

bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia dan telah membayar iuran.

Peserta BPJS kesehatan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok

Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan bukan PBI jaminan

kesehatan (Cahuun Anwar, 2016).

PBI jaminan kesehatan adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin

dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan pasal 17 ayat (4) Undang-

Undang No.40 Tahun 2004 tentang SJSN yang iurannya dibayari pemerintah

sebagai peserta program Jaminan Kesehatan, sedangkan peserta non-PBI adalah

peserta yang diwajibkan untuk membayar premi yang harus dibayarkan setiap

bulannya sesuai dengan kelasnya. Adapun untuk kelompok yang tergolong

bukan PBI jaminan kesehatan adalah :

1) Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu mereka yang

bekerja pada pemberi kerja dengan mendapatkan imbalan berupa upah

atau gaji yang terdiri atas: Pegawai negeri sipil, Anggota TNI, Anggota

POLRI, Pejabat negara, Pegawai pemerintah non pegawai negeri, Pegawai

swasta , dan Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah.

2) Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu mereka yang

bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, dalam hal ini dapat dikategorikan

5
sebagai pekerja diluar hubungan kerja dengan pemberi kerja atau pekerja

mandiri.

3) Bukan pekerja dan anggota keluarganya, yaitu orang-orang yang tidak

bekerja tetapi mampu untuk membayar iuran. Mereka adalah Investor,

Pemberi kerja, Penerima pension, Veteran, Perintis kemerdekaan, Bukan

pekerja lain yang memenuhi kriteria bukan pekerja penerima upah.

2.1.3 Pembiayaan BPJS

Pembiayaan kesehatan secara menyeluruh berhubungan dengan

strategi kebijakan pembiayaan yang tidak melalui skema BPJS. Dalam hal ini

pembiayaan untuk investasi dan berbagai tindakan medic yang mungkin

belum tercover oleh BPJS. Setiap Peserta wajib membayar iuran yang

besarnya ditetapkan berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja

penerima upah) atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan

PBI).

Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan

iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran

tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala (paling lambat

tanggal 10 setiap bulan). Keterlambatan pembayaran iuran JKN dikenakan

denda administratif sebesar 2% (dua persen) perbulan dari total iuran yang

tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja. Peserta Pekerja Bukan Penerima

Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib membayar iuran JKN pada setiap

bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan

kepada BPJS Kesehatan.

6
2.2 Pelayanan kesehatan RS

2.2.1 Pengertian rumah sakit

Menurut Anwar (Wahyu Eko, 2011), rumah sakir adalaah suatu

organisasi yang memiliki tenaga profesional yang terorganisir serta srana

kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran,

asuhan keperawatan yan berkesinambungan, dignosis, serta pengobatan

penyait yang diderita oleh pasien. Sedangkan menurut Assosiation Hospital

Care (1947) (dalam Azrul Azwar, 1996), rumah sakit adalah pusat dimana

pelayanan kesehatan masyarakat, pendidkan, serta penelitian.

2.2.2 Alur proses pelayanan kesehatan

Menurut Jan Carlzon (1987) mengadopsi ilmu marketing bahwa alur

proses pelayanan di rumah sakit terbagi menjadi tiga bagian yaitu:

a. Pelayanan Pre-Hospital

Tahap ini merupakan tahap sebelum pelanggan/pasien

memutuskan untuk datang ke tumah sakit. Sebelum memutuskan

untuk datang ke rumah sakit biasanya pelanggan/pasien lebih dahulu

menentukan rumah sakit mana yang akan dipilih. Pilihan terhadap

fasilitas pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara

lain:

 Rumah sakit tersebut merupakan langganan dari calon pelanggan/

pasien.

 Mendengar cerita/word of mouth tentang rumah sakit tersebut.

 Melalui brosur, iklan, atau rekomendasi orang terdekat

pelanggan/pasien.

7
 Keudahan dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh

pelanggan/pasien baik melalui telepon maupun dapat langsung ke

rumah sakit.

 Keramahan dari pegawai rumah skit sehingga pasien

mendapatkan informasi yang jelas mengenai fasilitas, maupun

produk layanan rumah sakit.

b. Pelayanan During Hospital

Tahap ini merupakan tahap cara rumah sakit mampu membuat

proses pelayanan di rumah sakit menjadi lebih menyenagkan dan lebih

mudah bagi pelanggan. Tahap ini dimulai pada saat pelanggan/ pasien

datang ke rumah sakit, muali dari pendaftaran sampi mendapatkan

pelayanan yang dibutuhkan di rumah sakit.

c. Tahap Post-Hospital

Tahap ini berhubungan dengan pembiayaan dan pembayaran

pelanggan/ pasien yang telah menerima pelayanan selama periode

waktu yang ditentukan. Pada saat bagian keuangan mendapatkan

informasi bahwa pasien rawat inap akan keluar/meninggal maka

pembuatan rekening harus segera dimulai. Pada tahap ini, pegawai

rumah sakit dituntut untuk bekerja dengan tenang, sabar, teliti, dan

dapat mengendalikan dirinya sendiri.

2.3 Pelayanan Rawat inap

2.3.1 Pengertian pelayanan rawat inap

Menurut Posma, 2001 rawat inap merupakan suatu bentuk

perawatan, dimana pasien dirawat dan tiinggal di rumah sakit untuk jangka

8
waktu tertentu. Selama pasien dirawat,rumah skait harus memberikan

pelayanan yang terbaik kepada pasien (dalam Wildan Pahlevi,2009).

Pelayanan rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk rumah sakit

yang menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi,

diagnosa, terapi, rehabilitasi medik dan atau pelayanan medik lainya

(Depkes RI 1997 (dalam Suryanti, 2002)).

2.3.2 Kegiatan pelayanan rawat inap

a. penerimaan pasien

b. pelayanan medik

c. pelayanan penunjang medik

d. pelayanan perawatan

e. pelayanan obat

f. pelayanan makanan

g. pelayanan administrasi keuangan

2.3.3 Cara pembayaran jasa pelayanan rumah sakit

Menurut Suryanti,2002 (dalam Wildan, 2009) tindakan yang

dilakukan di bagian administrasi, menempatkan pemberi layanan kesehtan

bertanggungjawsb terhadap risiko ats pelayanan yang diberikan dan biaya

yang timbul. Pembeyaran jasa pelayanan kesehatan rumah sakit biasanya

dlakukan dengan berbagai cara (Sjaaf,2005), antara lain:

1) pembayaran penderita dengan biaya mandiri (out of pocket)

2) pembayaran penderita dengan asuransi

9
10

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Temuan masalah pada pelayanan post hospital

Dalam pelayanan rawat inap hal yang paling medapat perhatian adalah

bagian dimana pasien telah menerima pelayanan dan tindakan medik serta

dihadapkan dengan tanggungan untuk membayar sesuai dengan pelayanan yang

telah diberikan oleh rumah sakit. Masalah pembayaran sering dikaitkan dengan

pelayanan medis yang diberikan dan metode pembayaran yang dilakukan oleh

pasien yaitu pembayaran mandiri atau menggunakan asuransi tertentu. Masalah

pembayaran dengan menggunakan asuransi menimbulkan masalah yang lebih

banyak dibandingkan dengan pembayaran dengan metode out of pocket. Selain

itu, pembayaran menggunakan asuransi seperti BPJS dilakukan pengkategorian

pelayanan dan pembayaran ditambah dengan adanya pihak rumah sakit yang

memiliki tujuan untuk sebuauh keuntungan atau profit yang akan melakukan

pemalsuan terhadap biaya perawatan.

Masalah lain yang dapat terjadi adalah rumah sakit memiliki tujuan

untuk mendapatkan keadaan surplus penerimaan yang tinggi guna menutupi

bagian pelayanan rumah sakit yang mengalami defisit pendapatan dengan

melakukan supply induce demand dimana pasien menerima pelayanan yang

tidak diperlukan oleh pasien.


3.2 Hubungan masalah dengan BPJS

Dilansir dalam Kompas.id, Berdasarkan audit yang dilakukan oleh

Badan Pengawasan Kuangan dan Pembangunan (BPKP) menemukan banyak

rumah sakit rujukan yang melakukan pemalsuan dara. hal ini, terkait dengan

kategori rumah sakit sebagai Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Kesehatan

Rujukan Tingkat Pertama (FKRTL) BPJS Kesehatan. Rumah sakit FKRTL

memiliki kategori A,B,C, dan D setiap kategori memiliki bjaya per unit pasien

yang berbeda-beda. kategori tersebut berdasarkan tingginya tingkat pembayaran.

Rumah sakit akan melakukan pemalsuan data dalam pengkategrian pelayanan

sekaligus pembayaran untuk mendapatkan penggantian yang tinggi dari BPJS

Kesehatan. Dengan adanya hal tersebut akibatnya sekarang BPJS Kesehatan

mengalami sebuah keadaan yang darurat yaitu mengalami defisit yang salah

satunya disebabkan oleh kegiatan fraud atau kecurangan tersebut. selain

merugikan BPJS Kesehatan tindakan rumah sakit yang seperti ini akn

membebani pasien yang membayar pelayanan atau obat-obatan yang tidak

terkover oleh BPJS akan semakin tinggi.

Pada kasus surplus penerimaan, seorang pasien yang menggunakan

asuransi BPJS Kesehatan, setelah mendapatkan dignosis pasien mendapatkan

rekomendasi pelayana yang diperlukan oleh dokter, dimana dokter akan

memberikan pelayanan dan perawatan yang sesungguhnya tidak diperlukan oleh

pasien. Faktor lain yang dapat mempengaruhi hal ini adalah pengetahuan pasien

yang kurang dan keinginan pasien ingin segera sembuh maka rekomendasi dari

dokter tersebut diterima oleh pasien dan aakan melakukan tindakan menaikkan

kelas perawatan yang awalnya hanya membutuhkan pelayanan kelas A menjadi

11
kelas VVIP, sehingga rumah sakit mendapatkan pendapatan dari klaim BPJS

Kesehatan milik pasien dan biaya tambahan yang dibayarkan oleh pasien

melalui out of pocket. Hal ini juga akan meningkatkan

pendapatan dari dokter yang melakukan pemeriksaan.

12
13

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan

Pelayanan rawat inap pada rumah sakit merupakan suatu bentuk

perawatan, dimana pasien dirawat dan tiinggal di rumah sakit untuk jangka

waktu tertentu serta melakukan pembayaran yang sesuai dengan layanan yang

telah diterima. pembayaran dapat dilakukan dengan biaya pribadi (out of pocket)

dan menggunakan asuransi (swasta/ pemerintah). Dalam prakteknya pihak rmah

sakit banayak melakukan kecurangan untuk meningkatkan penghasilnya atau

cennderung mencari keuntungan atau profit. hal ini kan merugikan pasien

sekaligus pihak asuransi (dalam hal ini asuransi peemrintah). BPJS Kesehatan

akan membayar sesuai dengan pendataan dan diagnois yang telah dilakukan oleh

rumah sakit dan pasien akan membayar biaya yang tidak tekover dalam BPJS.

4.2 Saran

Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan yaitu, antara lain:

1. Dalam pelaporan data rumah sakit pihak BPKP harus membuat kebijakan

beru untuk memberikan sebuah sanksi kepda pihak FKRTL/FKTL yang

diketahui secara sengaja melakukan pelaporan data palsu baik kepada

BPKP maupun pada pasien.

2. Melakukan edukasi mengenai sistem pembayaran rawat inap di

FKRTL/FKTL baik untuk peserta BPJS Kesehatan maupun yang beleum

terdaftar kepesertaan BPJS, hal ini diperukan karena banyak masyarakat

yang tidak tahu dnegan penggunaan uang pembayaran dan hanya

menginginkan kecepatan kesembuhan dan mengikiuti anjuran dari dokter.


14

DAFTAR PUSTAKA

Andita, W. (2016). Implementasi Kebijakan Badan Penyelenggara Jaminan


Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Badan Layanan Umum Daerah (Blud) Rumah
Sakit Umum Daerah (Rsud) I Lagaligo Kabupaten Luwu Timur. Makasar:
Universitas Hasandusin.
Indonesia, P. (2011). Undang-Undang Republik Indonesia No.24 Tahun 2011
Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Jakarta: Sekretariat
Negara.
K, U. H. (2017). Hubungan Antara Kelengkapan Diagnosa Utama Dengan
Akurasi Kode Icd 10 Pada Pasien Bedah Rawat Inap BPJS Di RSUD Kota
Salatiga. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Listiyana, I., & Rustiana, E. R. (2017). Analisis Kepuasan Jaminan Kesehatan
Nasional Pada Pengguna Bpjs Kesehatan Di Kota Semarang. Unnes
Journal Of Public Health, 6(1), 53-58.
Pahlevi, W. (2009). Analisis Pelayanan Rumah Sakit . Depok: Universitas
Indonesia.
Suryani, A. I., & Suharyanto, A. (2016). Implementasi Program Badan
Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) Dalam Meningkatkan
Pelayanan Administrasi Kesehatan di Rumah Sakit Umum Sibuhuan
Kabupaten Padang Lawas. Jurnal Ilmu Administrasi Publik, 4(1), 86-99.
Usman, C. (2016). Analisis Pengelolaan BPJS Kesehatan Dalam Prespektif
Ekonomi Islam (Studi Kasus BPJS Kesehatan Makassar). Makasar:
Universitas Islam Negeri Alaudin Makasar.

Anda mungkin juga menyukai