Anda di halaman 1dari 14

2.

1 Pola Tarif
Pola tarif adalah pedoman dasar peraturan dan perhitungan besaran tarif rumah sakit,
yang didasarkan atas prinsip-prinip akutansi nirlaba dan ditetapkan oleh Menteri
Keuangan RI atas usul Menteri Kesehatan RI. Sedangkan Pengertian tarif adalah nilai
suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran sejumlah uang berdasarkan
pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut sebuah rumah sakit bersedia
memberikan jasa kepada pasien. Tarif rumah sakit merupakan aspek yang sangat
diperhatikan oleh rumah sakit swasta juga oleh rumah sakit milik pemerintah. Bagi
sebagian rumah sakit pemerintah, tarif memang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
Menkes atau Pemerintah Daerah. Hal ini menunjukkan adanya kontrol ketat pemerintah
sebagai pemilik terhadap rumah sakit sebagai firma atau pelaku usaha.
Tarif dapat ditetapkan dengan berbagai tujuan sebagai berikut:
1. Pemulihan Biaya
Tarif dapat ditetapkan untuk meningkatkan pemulihan biaya rumah sakit. Keadaan ini
terutama terdapat pada rumah sakit pemerintah yang semakin lama semakin berkurang
subsidinya. Pada masa lalu kebijakan swadana rumah sakit
pemerintah pusat ditetapkan berdasarkan pemulihan biaya (cost-recovery).
2. Subsidi Silang
Adanya penetapan tarif untuk subsidi silang merupakan kebijakan agar masyarakat
ekonomi kuat dapat ikut meringankan pembiayaan pelayanan rumah sakit bagi
masyarakat ekonomi lemah. Dengan konsep subsidi silang ini maka tarif bangsal VIP
atau kelas I harus berada di atas unit cost agar surplusnya dapat dipakai untuk
mengatasi kerugian di bangsal kelas III.
Kebijakan subsidi silang ini secara praktis sulit dilakukan karena terjadi tarif rumah
sakit yang melakukan subsidi silang jauh berada di atas tarif pesaingnya. Apabila
rumah sakit memaksakan melakukan subsidi silang dari tarif–tarif yang ada
dikhawatirkan akan terjadi penurunan mutu pelayanan dalam jangka panjang
dibandingkan dengan rumah sakit yang tidak mempunyai tujuan untuk subsidi silang.
3. Meningkatkan Akses Pelayanan
Diharapkan dengan tarif yang rendah maka akses orang miskin menjadi lebih baik.
Akan tetapi, akses tinggi belum berarti menjamin mutu pelayanan yang baik. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa mutu pelayanan rumah sakit pemerintah rendah akibat
subsidi pemerintah terbatas dan tarif rumah sakit rendah dengan sistem manajemen
yang birokratis. Kegagalan pemerintah memberikan subsidi cukup bagi biaya
operasional dan pemeliharaan rumah sakit yang mempunyai tarif rendah
menyebabkan mutu pelayanan rumah sakit semakin rendah secara berkesinambungan.
4. Meningkatkan Mutu Pelayanan
Di berbagai rumah sakit pemerintah daerah, kebijakan penetapan tarif pada bangsal
VIP dilakukan berdasarkan pertimbangan untuk peningkatan mutu pelayanan dan
peningkatan kepuasan kerja dokter spesialis.
5. Tujuan Lain
Beberapa tujuan lainnya, misalnya penetapan tarif untuk mengurangi pesaing dapat
dilakukan untuk mencegah adanya rumah sakit baru yang akan menjadi pesaing.
Penetapan tarif untuk memperbesar keuntungan dapat dilakukan pada pasar rumah
sakit yang cenderung dikuasai satu rumah sakit (monopoli). Oleh karena itu,
penetapan tarif dapat dilakukan dengan tujuan memaksimalisasikan pendapatan.
Tanpa kehadiran pesaing dalam suasana pasar dengan demand tinggi, maka tarif dapat
dipasang pada tingkat yang setinggi-tingginya, sehingga dapat meningkatkan surplus
secara maksimal. Penetapan tarif yang bertujuan minimalisasi penggunaan pelayanan,
mengurangi pemakaian, tarif dapat ditetapkan secara tinggi. Dengan cara ini maka
fungsi rujukan dapat ditingkatkan sehingga masyarakat hanya menggunakan rumah
sakit apabila perlu saja. Penetapan tarif dengan tujuan menciptakan Corporate Image
adalah penetapan tarif yang ditetapkan dengan tujuan meningkatkan citra sebagai
rumah sakit golongan masyarakat kelas atas.
2.2 Proses Penetapan Tarif
Untuk menentukan tarif suatu rumah sakit bisa dengan menggunakan 3 cara, diantaranya
sebagai berikut:
1. Penetapan Tarif Rumah Sakit dengan Menggunakan Pendekatan Perusahaan
a. Full-Costing Pricing
Dasar cara menetapkan tarif sesuai dengan unit cost ditambah dengan keuntungan.
Dengan cara ini, jelas bahwa analisis biaya merupakan hal mutlak yang harus
dilakukan. Kekurangan dari Full-Costing Pricing adalah sering mengabaikan faktor
demand (permintaan), dan membutuhkan penghitungan biaya yang rumit dan tepat.
b. Kontrak dan Cost-Plus
Tarif rumah sakit dapat ditetapkan berdasarkan kontrak misalnya kepada perusahaan
asuransi, ataupun konsumen yang tergabung dalam satu organisasi. Dalam kontrak
tersebut penghitungan tarif juga berbasis pada biaya dengan tambahan surplus sebagai
keuntungan bagi rumah sakit. Tarif kontrak ini dapat memaksa rumah sakit
menyesuaikan tarifnya sesuai dengan kontrak yang ditawarkan perusahaan asuransi
kesehatan. Dengan demikian, masalah efisiensi menjadi hal yang penting untuk
dipertimbangkan.
c. Target Rate of Return Pricing
Cara ini merupakan modifikasi dari metode full-cost di atas, namun pada metode
ini faktor demand dan pesaing telah diperhitungkan. Pada saat melakukan investasi,
diproyeksikan demand dan pesaingnya sehingga direksi berani menetapkan target
tertentu.. Misalnya, tarif ditentukan oleh direksi harus mempunyai 10% keuntungan.
Dengan demikian, apabila biaya produksi suatu pemeriksaan darah Rp5.000,00, maka
tarifnya harus sebesar Rp5.500,00 agar memberi keuntungan 10%.
d. Acceptable Pricing.
Teknik ini digunakan apabila pada pasar terdapat satu rumah sakit yang dianggap
sebagai panutan (pemimpin) harga. Rumah sakit lain akan mengikuti pola pentarifan
yang digunakan oleh rumah sakit tersebut. Masalah akan timbul apabila pemimpin
harga ini merubah tarifnya. Para pengikutnya harus mengevaluasi apakah akan
mengikutinya atau tidak.
2. Penetapan Tarif dengan Melihat Pesaing
Struktur pasar rumah sakit saat ini menjadi semakin kompetitif. Penetapan tarif
benar-benar dilakukan berbasis pada analisis pesaing dan demand. Dalam metode ini,
biaya yang menyesuaikan dengan tarif. Terdapat dua tipe metode ini yaitu: 1)
penetapan tarif di atas pesaing, dan 2) penetapan tarif di bawah pesaing.
Dengan melihat berbagai macam teknik penetapan tarif di perusahaan swasta,
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain, tujuan penetapan tarif harus diyakini
secara jelas, dan tarif harus ditetapkan dengan berbasis pada tujuan, struktur pasar
dan demand harus dianalisis.
3. Penetapan Tarif pada Organisasi Pemerintah
Pada berbagai sektor termasuk kesehatan, pemerintah masih mempunyai
kewajiban mengatur tarif. Kewajiban ini ditujukan untuk menjamin terjadinya
pemerataan pelayanan rumah sakit. Untuk itu, pemerintah merasa perlu menegaskan
bahwa berbagai komponen biaya penyelenggaraan rumah sakit tetap disubsidi, antara
lain gaji, investasi, dan penelitian pengembangan. Dengan demikian, rumah sakit
pemerintah mendapat pengaruh langsung dari peraturan-peraturan atau norma-norma
pemerintah. Dengan latar belakang ini, jika dipandang dari sudut ekonomi manajerial,
maka rumah sakit pemerintah berbeda dengan swasta dalam beberapa hal sebagai
berikut :
a.) Rumah sakit pemerintah merupakan milik masyarakat sehingga direksi rumah sakit
harus bertanggung jawab kepada pemimpin politik daerah atau nasional, dan
bertanggung jawab pula kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), pusat atau
daerah. Keadaan ini menyebabkan keputusan-keputusan manajemen rumah sakit
pemerintah seringkali menjadi lamban karena harus menunggu persetujuan pihak-
pihak berwenang.
b.) Rumah sakit pemerintah cenderung lebih besar dibanding dengan swasta, besar
dalam segi ukuran juga sering disertai dengan kepemimpinan dalam teknologi
kedokteran. Dengan disubsidinya investasi dan biaya-biaya penelitian
pengembangan, rumah sakit pemerintah terutama rumah sakit pendidikan
mempunyai peluang untuk memonopoli segmen pelayanan tertentu tanpa
mempertimbangkan biaya investasi. Dengan demikian, biaya investasi tidak
diperhitungkan dalam pentarifan sehingga dapat lebih murah dibanding swasta.
c.) Rumah sakit pemerintah cenderung mempunyai over-head cost yang tinggi. Hal ini
terutama karena biaya gaji yang tinggi akibat besarnya jumlah pegawai tetap, akan
tidak disertai dengan produktivitas yang tinggi. Akibatnya, dalam proses pentarifan
sering kali biaya sumber daya manusia tidak diperhitungkan. Berbasis perbedaaan
dengan rumah sakit swasta, maka proses penetapan tarif dalam rumah sakit
pemerintah harus memperhatikan berbagai isu yaitu isu sosial dan amanat rakyat,
isu ekonomi, dan isu politik. Sebenarnya rumah sakit keagamaan atau sosial yang
tidak mencari keuntungan juga menghadapi berbagai isu yang serupa misalnya,
bagaimana isu melayani kaum dhuafa bagi rumah sakit Islam.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Tarif Pelayanan
Faktor yang perlu diperhitungkan untuk menetapkan tarif pelayanan secara umum
dapat dibedakan atas 4 (empat) macam, yaitu :
1) Biaya investasi (investment cost)
Biaya investasi yang terpenting adalah biaya pembangunan gedung, pembelian
peralatan medis dan non medis, serta biaya pendidikan dan pelatihan tenaga
pelaksana. Tergantung dari besarnya biaya investasi, break even point, jangka waktu
pengembalian modal (return ofinvestment) serta perhitungan masa kadaluarsa
(depreciation period) maka tarif pelayanan masing-masing sarana kesehatan dapat
berbeda.
2) Biaya kegiatan rutin (operational cost)
Untuk sebuah laboratorium, biaya kegiatan rutin yang dimaksud mencakup semua
biaya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan berbagai kegiatan. Jika ditinjau dari
kepentingan pemakai jasa pelayanan, maka biaya kegiatan rutin ini dapat dibedakan
atas dua, yaitu:
a. Biaya untuk kegiatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan
pelayanan kesehatan (direct cost).
Mencakup tindakan yang dilakukan dan peralatan yang digunakan. Semakin
sulit tindakan dan semakin canggih peralatan, maka tarif pelayanan kesehatan
tersebut umumnya lebih tinggi.
b. Biaya untuk kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan
pelayanan kesehatan (indirect cost).
Ke dalam biaya ini termasuk gaji karyawan, pemeliharaan bangunan dan
peralatan, pemasangan rekening listrik, air dan sebagainya.
3) Biaya rencana pengembangan
Biaya ini mencakup rencana perluasan bangunan, penambahan peralatan,
penambahan jumlah dan peningkatan pengetahuan serta keterampilan atau
rencana penambahan jenis pelayanan.
4) Besarnya target keuntungan
Hal ini tergantung dari filosofi yang dianut pemilik laboratorium, besarnya
target keuntungan yang diharapkan tersebut sangat bervariasi.
2.4 Penghitungan Unit Cost
Penghitungan unit cost merupakan salah satu dari prinsip analisis biaya yang
dilakukan untuk melihat apakah perhitungan sudah sesuai dengan misi lembaga
tersebut (profit atau sosial). Dengan menghitung biaya satuan (unit cost) dapat
menetapkan suatu tarif laboratorium yang sesuai. Biaya satuan (unit cost) adalah biaya
yang dihitung untuk satu satuan produk pelayanan yang merupakan hasil pembagian
antara biaya total (total cost) dan besarnya RVU (Relative Value Cost).
Rumus unit cost adalah :
Harga Satuan (Unit Cost) = biaya bahan + jasa pelayanan + biaya sarana
1. Yang termasuk dalam biaya bahan adalah:
- Reagen
- Bahan kontrol (serum kontrol, lisat, strain kuman, bahan baku standar
- Bahan kalibrasi
- Bahan habis pakai (kapas, alkohol, plester, spuit/vacutainer, xylol, dan lainnya).
2. Dalam menentukan jasa pelayanan perlu diperhitungkan tingkat kesulitan, waktu,
resiko, dan profesionalitas.
3. Yang termasuk dalam biaya sarana adalah:
- Biaya pegawai laboratorium (gaji, makan, insentif, lainnya)
- Biaya perawatan umum
- Peralatan laboratorium (investasi, pemeliharaan, kalibrasi)
- Listrik, air, telepon, dan lainnya
2.5 Konsep Biaya
Biaya adalah nilai dari sejumlah faktor produksi (input) yang dipakai untuk
menghasilkan sebuah produk (output). Input bisa diartikan berupa uang, barang, tenaga,
waktu maupun kesempatan. Output dapat berupa barang atau jasa pelayanan. Dalam
bidang kesehatan, produk yang dihasilkan adalah jasa pelayanan kesehatan.
Tujuan Penghitungan Biaya
1. Sebagai alat monitoring dan pengendalian biaya.
2. Menentukan tingkat kerugian/keuntungan
3. Dapat membandingkan tingkat biaya dengan pesaing
4. Sebagai informasi untuk pengambilan keputusan
Klasifikasi Biaya
Untuk keperluanan alisis biaya, biaya dikelompokkan menjadi:
1. Berdasarkan Pengaruh pada Perubahan Skala Produksi, diantaranya :
a. Biaya Tetap atau Fixed Cost (FC)
Merupakan biaya yang secara relatif tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah
produksi (output). Biaya ini harus tetap dikeluarkan terlepas dari persoalan apakah
pelayanan diberikan atau tidak.
b. Biaya Tidak Tetap atau Variabel Cost (VC)
Merupakan biaya yang dipengaruhi oleh banyaknya output. Disebut juga biaya
rutin, karena besarnya volume produksi direncanakan secara rutin.
2. Klasifikasi Biaya berdasarkan Lama Penggunaan
Biaya diklasifikasikan berdasarkan lama penggunaannya, yaitu sebagai berikut :
a. Biaya Investasi (Instrument Cost)
Biaya investasi adalah biaya yang kegunaannya dapat berlangsung dalam waktu
yang relatif lama. Biasanya batasan waktu untuk biaya investasi ditetapkan lebih dari
satu tahun.
b. Biaya Operasional (Operasional Cost)
Biaya operasional adalah biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
dalam suatu proses produksi dan memiliki sifat “habis pakai” dalam kurun waktu
relatif singkat, biasanya kurang dari satu tahun. Tujuan biaya operasional adalah
untuk mengelola sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan
aktivitas dalam upaya mempertahankan dan menghasilkan pendapatan.
c. Biaya Pemeliharaan (Maintenance Cost)
Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aktivitas
atau produk/jasa agar tetap dalam kondisi baik. Biaya ini meliputi biaya
pembersihan, pengecatan, dan biaya lainnya.
Biaya operasional dan pemeliharaan dengan sifatnya yang habis pakai
dikeluarkan secara berulang sehingga biaya operasional dan pemeliharaan sering
juga disebut sebagai biaya berulang (recurrent cost). Biaya total adalah jumlah dari
investasi, biaya operasional dan biaya pemeliharaan atau dapat dituliskan dengan
rumus:
Total Cost =Investment Cost +Op erationalCost + Maintenance Cost
TC=IC+ OC + MC
3. Klasifikasi Biaya berdasarkan Fungsi
Biaya diklasifikasikan berdasarkan fungsinya, yaitu sebagai berikut :
a. Biaya langsung (Direct Cost)
Biaya langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk suatu proses produksi
yang dapat dengan mudah dihubungkan secara ekonomi terhadap produk yang
dihasilkan misalnya untuk membiayai tenaga kerja, dan bahan baku (alat yang
digunakan, listrik).
b. Biaya tidak langsung (Indirect Cost)
Biaya tidak langsung adalah semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi
atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi selain biaya bahan baku
langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya tidak langsung dalam hubungannya
dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau overhead
pabrik. Biaya ini yang dipergunakan untuk menunjang keberhasilan produksi suatu
produk tertentu (di luar SDM langsung dan BHP langsung).
4. Klasifikasi Biaya berdasarkan Jenis yang Dikeluarkan
Biaya diklasifikasikan berdasarkan jenis biaya yang dikeluarkan, yaitu sebagai
berikut:
A. Biaya produksi berdasakan jenis yang dikeluarkan dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu:
a) Biaya Eksplisit
Biaya eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang berupa
pembayaran dengan uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan
bahan mentah yang dibutuhkan. Misalnya, biaya yang digunakan untuk
membayar asuransi, membeli bahan baku pembuatan produk.
b) Biaya tersembunyi (imputed cost)
Biaya tersembunyi adalah taksiran pengeluaran terhadap faktor-faktor
produksi yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri. Pengeluaran yang
tergolong sebagai biaya tersembunyi antara lain adalah pembayaran untuk
keahlian keusahawanan produsen tersebut, modalnya sendiri yang digunakan
dalam perusahaan, dan bangunan perusahaan yang dimilikinya.
B. Klasifikasi Biaya yang Berhubungan dengan Produk
Berikut ini adalah klasifikasi biaya yang berhubungan dengan produk, yaitu :
a) Biaya Manufaktur
Biaya manufaktur merupakan biaya konversi dari bahan baku menjadi barang
jadi melalui usaha para pekerja dan penggunaan alat produksi. Biaya manufaktur
terdiri dari tiga unsur biaya yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja langsung,
dan overhead pabrik.
1) Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian
integral dan produk jadi dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya
produk.
2) Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan
baku kangsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke
produk tertentu.
3) Biaya overhead adalah semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara
langsung ke output tertentu. Misal biaya bahan baku tidak langsung, biaya
tenaga kerja tidak langsung dsb. Secara sederhana biaya overhead adalah
semua biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.
b) Biaya Non-Manufaktur
1) Biaya pemasaran yaitu biaya yang diperlukan untuk menangani pesanan
konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan kepada
kensumen. Biaya ini meliputi biaya pengiklanan, pengiriman, perjalanan
dalam rangka penjualan, komisi penjualan, gaji bagian penjualan, biaya
gudang produk jadi.
2) Biaya administrasi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengarahkan,
mengendalikan dan mengoperasikan perusahaan. Biaya administrasi dan
umum meliputi biaya eksekutif, organisasional, dan klerikal yang berkaitan
dengan manajemen umum organisasi.
5. Klasifikasi Biaya yang Berhubungan dengan Produksi
Berikut ini adalah klasifikasi biaya yang berhubungan dengan produksi, yaitu:
a. Biaya Utama (Prime cost)
Biaya utama yaitu biaya yang berhubungan langsung dengan produksi. Biaya
utama terdiri atas biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya Konversi (Conversion cost)
Biaya Konversi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengubah bahan baku menjadi
produk jadi. Biaya konversi terdiri atas biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik.
6. Klasifikasi Biaya Berdasarkan Hubungan dengan Perencanaan, Pengendalian,
dan Pembuatan Keputusan
Berikut adalah klasifikasi biaya berdasarkan hubungan dengan perencanaan,
pengendalian, dan pembuatan keputusan, antara lain:
a. Biaya standar dan biaya dianggarkan.
Biaya standar merupakan biaya yang ditentukan di muka (Predetermine Cost) yang
merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk menghasilkan satu
unit produk. Sedangkan, Biaya yang dianggarkan merupakan perkiraan total pada
tingkat produksi yang direncanakan.
b. Biaya terkendali dan biaya tidak terkendali
Biaya terkendali (Controllable Cost) yaitu apabila suatu manajemen memiliki
kendali dalam mengotorisasi biaya tersebut. Misal biaya iklan surat kabar menjadi
biaya terkendali oleh manajer pemasaran apabila manajer tersebut memiliki
kekuasaan untuk mengotorisasi biaya dan jenis iklan surat kabar. Dan Biaya tidak
terkendali (Uncontrollable Cost) yaitu apabila suatu manajemen tidak memiliki
kendali dalam mengotorisasi biaya tersebut. Misal biaya penyusutan mesin
perlengkapan pabrik bagi manajer pemasaran menjadi biaya tak terkendali karena
manajer pemasaran tidak memiliki wewenang untuk mengotorisasi pemakaian
mesin pabrik.
c. Biaya tetap commited dan discretionary
Biaya tetap commited merupakan biaya tetap yang timbul dengan jumlah maupun
pengeluarannya dipengaruhi oleh pihak ketiga dan tidak bisa dikendalikan oleh
manajemen. Sedangkan, Biaya tetap discretionary merupakan biaya tetap yang
jumlahnya dipengaruhi oleh keputusan manajemen.
d. Biaya variabel teknis dan biaya variabel kebijakan
Biaya variabel teknis (Engineered Variabel Cost) adalah biaya variabel yang sudah
diprogramkan atau distandarkan seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung dan Biaya variabel kebijakan (Discretionary Variabel Cost) adalah biaya
variabel yang tingkat variabilitasnya dipengaruhi kebijakan manajemen.
e. Biaya relevan dan biaya tidak relevan
Biaya relevan (Relevan Cost) merupakan biaya yang secara langsung dipengaruhi
oleh pemilihan alternative tindakan oleh manajemen. Sedangkan, Biaya tidak
relevan (Irrelevant Costs) merupakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh keputusan
manajemen.
f. Biaya terhindarkan dan biaya tidak terhindarkan
Biaya terhindarkan (Avoidable Costs) merupakan biaya yang dapat dihindari
dengan diambilnya suatu alternative keputusan. Sedangkan, Biaya tidak
terhindarkan (Unavoidable Costs) merupakan biaya yang tidak dapat dihindari.
g. Biaya diferensial dan biaya marjinal
Biaya diferensial (Differensial Cost), adalah tambahan total biaya akibat adanya
tambahan penjualan sejumlah unit tertentu dan Biaya marjinal (Marjinal Costs),
adalah biaya dimana produksi harus sama dengan penghasilan marjinal jika ingin
memaksimalkan laba.
h. Biaya kesempatan (Opportunity Costs)
Biaya kesempatan merupakan pendapatan atau penghematan biaya yang
dikorbankan sebagai akibat dipilihnya alternatif tertentu.
Analisis Biaya
Perhitungan biaya satuan (unit cost) adalah salah satu tujuan akhir dari analisis
biaya.
Analisis biaya berguna untuk:
Mengetahui struktur biaya menurut jenis dan lokasi biaya itu ditempatkan. Hal ini
dapat dijadikan bahan pertimbangan dan mengendalikan biaya yang dikeluarkan.
Analisis biaya juga berguna untuk mengetahui biaya satuan. Hal ini sangat berguna
dalam memutuskan besarnya tarif pelayanan yang diberikan sehingga dapat
diperkirakan pada tarif berapa suatu pelayanan memperoleh keuntungan, merugi
atau impas (break even point).
Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun anggaran.
Dalam analisa biaya, terdapat 4 (empat) langkah dasar yang harus ditempuh, yaitu:
1. Identifikasi biaya.
Umumnya pusat biaya itu dapat dikelompokkan menjadi pusat biaya produksi dan
pusat biaya penunjang (bagian administrasi, dapur, cuci, laundry).
2. Pengumpulan data biaya.
Data biaya dikumpulkan dari semua sumber yang ada, baik dari laporan keuangan
maupun perincian biaya di setiap pusat biaya. Data biaya diuraikan dalam
komponen-komponen biaya. Misalnya biaya personil, pemeliharaan, investasi.
Keberhasilan pengumpulan data sangat tergantung pada sistem perencanaan
dilaksanakan di Laboratorium tersebut.
3. Perhitungan biaya asli.
Perhitungan besarnya biaya asli diperoleh dari setiap unit penunjang dan unit
produksi yang diuraikan menurut jenis biaya (investasi dan operasional) dan
komponen-komponennya. Komponen biaya investasi di antaranya biaya untuk
gedung, alat medis, kendaraan.
4. Pendistribusian biaya.
Biaya asli setiap unit penunjang dipindahkan ke setiap unit produksi yang terkait.
Pada dasarnya setiap unit penunjang akan memindahkan biaya aslinya secara
berbeda jumlahnya di unit produksi terkait. Apabila seluruh biaya asli unit
penunjang telah dipindah ke unit produksi terakit maka tidak ada lagi biaya tersisa di
suatu unit penunjang pun. Dengan demikian, biaya akhir yang ada di setiap akhir
unit produksi adalah merupakan biaya asli unit produksi itu sendiri ditambah dengan
biaya pindahan dari unit penunjang. Untuk mendapatkan biaya satuan pelayanan,
maka biaya akhir / total di suatu unit pelayanan tersebut akan dibagi dengan jumlah
pelayanan yang diberikan selama satu tahun yang sama.

Dalam akuntansi, khususnya dalam bidang analisis biaya ada berbagai metode yang
saat ini berkembang; seperti metode satu langkah, dua langkah, metode Reciprocal,
metode Double Distribution, metode Activity Based Costing, dan metode Real Cost.
Berikut adalah penjabaran dari masing-masing metode analisa biaya:
1. Metode Satu Langkah, Dua Langkah, dan Metode Reciprocal
Metode satu langkah adalah setiap biaya pusat pelayanan pendukung dialokasikan
pada beberapa pusat layanan utama yang menggunakan pelayanannya, tetapi tidak
untuk pusat pelayanan yang lain. Misal, di sebuah Rumah Sakit housekeeping akan
dialokasikan untuk Dokter Anak, Dokter Bedah, dan lain-lain atas dasar ruangan.
Tetapi metode ini gagal untuk mengenali bahwa beberapa pusat layanan menyediakan
layanan untuk pusat layanan lain; misalnya housekeeping membersihkan instalasi
rekam medis.
Metode dua langkah memperbaiki kekurangan metode satu langkah yaitu biaya
pusat layanan dialirkan ke pusat layanan pendukung lain dan ke pusat layanan utama
yang menggunakan basis pengalokasian tertentu. Kemudian diteruskan dengan pusat-
pusat layanan lain dengan menggunakan model seperti metode satu langkah.
Metode reciprocal adalah metode yang menggunakan persamaan simultan untuk
menghitung dan mengalokasikan setiap biaya pusat layanan pendukung atas dasar
penggunaan layanan tersebut oleh semua pusat layanan lainnya, tidak hanya oleh pusat
layanan yang ada di bawahnya.
2. Metode Double Distribution
Metode ini pada dasarnya hampir sama dengan metode dua langkah. Pada metode
ini analisis diawali dengan membagi unit-unit di Rumah Sakit ke dalam unit pendukung
dan unit utama. Alokasi biaya dimulai dengan membagi biaya-biaya di unit pendukung
ke unit pendukung lainnya, dan pada akhirnya ke unit utama. Alokasi dilakukan hingga
semua biaya di unit pendukung habis.
3. Metode Activity-Based Costing (Analisis Berdasarkan Aktivitas/ABC)
Metode ini sebenarnya merupakan metode terbaik dari berbagai metode analisis
biaya yang ada. Metode ini memiliki prasyarat yang mengharuskan sistem yang sangat
baik dan terkomputerisasi, sehingga metode ini sulit dilakukan di Rumah Sakit di
Indonesia. Ada dua anggapan penting yang mendasari sistem ABC, yaitu aktivitas
menyebabkan timbulnya biaya dan produk (pelanggan) menyebabkan timbulnya
permintaan atas aktivitas.
Untuk membuat produk, diperlukan berbagai aktivitas, dan setiap aktivitas
memerlukan sumber daya untuk pelaksanaan. Biaya berdasar aktivitas membebankan
biaya ke produk dan jasa berdasar sumber daya yang dikonsumsi. Sistem ini
mengidentifikasi biaya aktivitas dan melacak aktivitas-aktivitas ke produk atau jasa
tertentu yang memotivasi terjadinya aktivitas, misalnya penggunaan obat-obatan dan
lain-lain.
4. Metode Real Cost
Secara umum, hasil analisis metode real cost adalah penentuan harga pokok
produk atau jasa, pengendalian biaya (berhubungan dengan anggaran), pengambilan
keputusan khusus, dan pengidentifikasian sistem akuntansi biaya. Dalam analisis biaya
berdasarkan metode real cost dengan menggunakan konsep biaya langsung dan biaya
tidak langsung.
Daftar Pustaka

Trisnantoro Laksono. Memahami Ilmu Ekonomi Dalam Manajemen Rumah


Sakit.Yogyakarta. Gadjah Mada University Press
Outsiderz, Yudhaa .2015. Tarif Pelayanan Kesehatan. https://slideplayer.info/slide3649215/
(diakses pada Senin 23 November 2020)
Rimawati, Eti. 2016.Teori Biaya. http://repository.dinus.ac.id/. Semarang. Universitas Dian
Nuswantoro
Setiabudi Leony. Unit Cost. https://adoc.pub/unit-cost-c-tujuan-dan-manfaat-penghitungan-
unit-cost.html. (diakses pada Senin 23 November 2020)

Anda mungkin juga menyukai